SATU
Dalam setiap langkah manusia,sebuah
jejak yang tertoreh akan mematri menjadi sebuah prasasti dalam hati. Tumbuh
menjadi sebuah kenangan yang akan senantiasa menimbulkan kerinduan. Pada saat –
saat itulah ada keinginan untuk kembali,mencoba menikmati sebuah jejak yang
pernah kita injak. Kenangan masa kecil tentu saja menjadi sesuatu paling
berharga dalam hidup kita,karena disana karakter kita mulai terbentuk,bangun
dari tidurnya yang panjang dan melelahkan.
Bagaimana manusia itu bisa menemukan
kembali masa- masa bahagianya di dunia,tergantung bagaimana cara mereka dalam
menikmati hidup. Menjalin suatu ikatan dengan masa lalu yang selalu
membahagiakan,menyenangkan dan menentramkan. Hingga pada suatu waktu dikala
penat yang menggunung ingin mengubur mimpi kita,kita akan mulai tersadar bahwa
di alam bawah sadar kita telah menunggu sebuah keajaiban yang ingin kita
rengkuh untuk kembali membawanya pergi menuju masa yang akan datang.
Seperti potongan senja yang selalu
hadir,pada matahari yang memerah di ufuk renjana atau di waktu kelabu awan
menutup hari dengan gerimis petang. Lalu semua kabar akan disampaikan kepada
malam yang selalu hadir,baik bersama gemerlap bintang atau sinar purnama yang
teduh mendamaikan. Bahkan tidak dengan itu sekalipun,hanya bersama gulita yang
berteman gerimis,derasnya hujan,nyala petir atau hanya pekat dari kabut yang
mencengkeram dingin dan sepi. Sunyi yang selalu menjadi lambang kekhusyukan
dunia.
Begitupun pagi ini. Sepi masih
merayap melumuri rahim pekat,ufuk beranjak dengan malas bersahutan dengan
lengking ayam jantan. Kokoknya berbalur bersama celoteh burung yang baru
terbangun dari tidurnya semalam. Embun masih menunggu sinar mentari untuk
memanjakan kilau pelangi pada pucuk dan dahan dedaunan. Ranting- ranting beranjak
menyiapkan tangan- tangan panjangnya menyambut lahirnya hari yang baru,akar
bersiap memanjangkan diri menjangkau sumur-sumur air yang semakin jauh tertimpa
kemarau.
Di kejauhan,terlihat sesosok tubuh
melangkah dengan cepat. Sebuah tas menggantung di punggung yang terlihat lelah
dan kurang bergairah. Penat yang tumbuh dari sebuah perjalanan yang melelahkan.
Bayangan hitam itu terus mendekat,berganti menjadi kelabu samar lalu mulai
memiliki warna. Berderak langkah tubuh gontai yang kuyu kurang beristirahat,tapi
tersirat binar cahaya kegembiraam pada raut mukanya. Wajahnya ayu dengan
balutan jilbab berwarna krem yang senada dengan baju lengan panjangnya. Celana
jeans biru tua yang di kenakan tampak lusuh. Noda jalanan membuat sepatu kets
warna putihnya terlihat kotor dan berdebu. Jalanan yang tidak nampak asing itu
mulai menemui ujung,tepat di pertigaan gadis itu berbelok ke arah kiri. Tepat
di depan rumah yang paling besar dia berhenti,mematung di depan pintu
gerbang,menarik nafas panjang yang menandakan kelegaan.
Di rumah itulah gadis itu tinggal
dan dibesarkan,sebelum kuliah di sebuah
perguruan tinggi yang ada di Australia. Sebuah Universitas ternama yang berada
di kota Melbourne. Ini adalah kepulangan pertama gadis dua puluh tiga tahun
tersebut. Hampir lima tahun ia harus jauh dari orang tuanya,menempuh pendidikan
sarjana di negeri Kanguru. Selama ini,ia
lebih banyak berkomunikasi dengan orang tua menggunakan telepon seluler ataupun
bertatap muka dengan sang ayah,ketika beliau sedang mengunjunginya. Ada
perasaan rindu yang menggebu dalam jiwa gadis itu,terutama pada pusara sang ibu
yang selama lima tahun terakhir tidak pernah di sambanginya. Ada sedikit
perasaan merasa bersalah karena tidak pernah lagi berziarah ke makam sang ibu
yang meninggal delapan tahun yang lalu.
Alicia Axaliana Putri Azzahra,nama
sang gadis atau yang biasa disapa dengan Alexa adalah anak tunggal dari
keluarga besar Haji Tanjono. Dulunya keluarga ini tinggal di jakarta. Setelah
kematian sang isteri, keluarga ini memilih pindah ke sebuah Villa mereka yang
berada di kaki Penanggungan. Semua harta benda yang ada di Ibukota di
jual,hasilnya di pergunakan untuk membeli sebagian sawah dan lahan untuk
peternakan sapi. Bahkan jenazah Nyonya Tanjono ikut di pindahkan ke makam
kampung ini supaya lebih dekat dengan keluarga.
“ Loh, Non Alexa kok tidak masuk ? “
Tanya seorang paruh baya yang baru saja datang dari arah belakang Alexa sambil
membawa sekeranjang penuh belanjaan.
“ Eh... Budhe ngagetin Alexa
saja,budhe pasti dari belanja ya ? sepertinya bawaannya berat sekali,boleh
Alexa bantu bawakan budhe ?”
“ Ah,tidak usah repot-repot non. Non
Alexa kenapa tidak memberi kabar kalau mau datang,kan bisa di jemput ke Bandara
sama mas Bayu? Apalagi sekarang mas Bayu sudah jago loh non nyupir mobilnya.
Budhe saja kalau mau ke pasar selalu minta di antar sama mas Bayu”.
“ Oh ya? Memang belajar dari mana ia
budhe,kok tiba-tiba bisa nyupir mobil sendiri?
Trus
bagaimana kabarnya sekarang? Kangen tidak ya dia sama aku? Pasti kangen banget
ya budhe,aku saja di sana kangen sekali sama Bayu,apalagi bila ingat – ingat
sama candaannya,jadi pengin pulang saja bawaannya “.
“ Lah... non Alexa ini
bagaimana,sekali pulang malah kangennya sama si Bayu,bukannya kangen sama
bapaknya. Kasihan bapak non,tampaknya beliau sangat rindu sama non. Selama
ditinggal non,bapak terlihat selalu murung. Makannya juga tidak teratur seperti
dulu,belum lagi bapak hampir setiap hari senin dan kamis selalu berpuasa. Hanya
mas Bayu yang bisa menghibur bapak di saat-saat kesepian itu non,seringkali mas Bayu mengajak bapak ke ladang atau ke peternakan sekedar untuk
jalan-jalan,menghilangkan penat di pikiran”.
“ Iya budhe,Alexa juga kangen banget
sama ayah,juga sama bunda.Alexa merasa sangat berdosa karena hampir lima tahun
ini tidak pernah lagi datang untuk berziarah ke makam bunda. Kabar ayah
bagaimana budhe? “ tanya Alexa sambil melangkahkan kaki menuju ke halaman
rumah.
“ Alhamdulillah keadaan bapak baik-
baik saja non. Pagi ini kebetulan bapak sedang berada di peternakan. Tadi
selepas sarapan bapak meminta di antar sama mas Bayu untuk melihat- lihat
keadaan di sekitar peternakan,sekaligus melepas penat kata beliau,menikmati
indahnya sawah – sawah yang menghijau di kaki gunung penanggungan ini. Non mau
sarapan atau mau mandi terlebih dulu ?”
“
Ah...tidak usah repot dulu budhe,Alexa mau ke peternakan dulu
saja,sekalian mau ketemu sama Bayu,sudah kangen”. Alexa segera keluar dari rumah
setelah menaruh barang bawaannya.
“ Eh...ini anak kok tidak ada
capek-capeknya? Dasar anak muda ”. Budhe Surtini hanya bisa mengerutu sendiri.
Pembantu rumah tangga yang sudah puluhan tahun mengabdi dirumah keluarga Haji
Tanjono tersebut sangat hafal dengan tingkah pola anak-anak di rumah ini.
***
Fajar mulai tumbuh ketika Alexa
sampai di peternakan. Semburat warnanya memerah seperti semu yang tiba-tiba
tumbuh pada kedua pipi gadis berjilbab ini. Sebuah senyum tumpul terus
mengembang,menusuk dan meremas dada siapapun yang memandangnya. Memang gadis
ini bukan lagi seorang anak baru gede,Alexa telah tumbuh menjadi seorang wanita
matang yang sedang memancarkan aura kecantikannya. Bagai mawar merah marun yang
mulai mekar dikala musim penghujan sedang deras-derasnya. Kemilaunya seperti
tetesan embun yang menyejukkan. Berbinar selayak pelangi penuh warna yang mampu
menghipnotis seluruh perjaka yang melirik ke anggunan warnanya.
“ Mas Bayu..., bagaimana kabarnya ? “
Gadis
itu terlonjak begitu melihat orang yang begitu di kaguminya. Hampir saja ia
memeluk lelaki yang seumuran dengannya tersebut,lelaki itu sedikit mengelak.
Ada rasa segan yang timbul dalam perasaan Bayu,pertama karena ia sedang bersama
haji Tanjono yang tidak lain dan tidak bukan adalah ayah dari Alexa.
Kedua,mereka bukan seorang muhrim yang di halalkan baginya untuk saling memeluk
walaupun hanya sekedar untuk meluapkan rasa rindu setelah sekian lama tidak
pernah bertemu. Ketiga,Bayu merasa bukan seorang lelaki yang pantas menerima
semua perlakuan dari Alexa. Mereka bukanlah saudara kandung, bukan saudara
angkat ataupun saudara ipar. Mereka tidak lebih dari sekedar orang lain yang di
pertemukan takdir. Bayu hanyalah seorang anak yang di pungut dari jalanan tanpa
silsilah keluarga yang jelas. Ia ditemukan keluarga Tanjono di pinggiran hutan
Baluran saat sedang mengamen. Ditemukan bersama seorang pengemis yang mengaku
sebagai ibunya.
Keluarga Haji Tanjono yang kasihan
akhirnya membawa mereka kerumahnya yang mewah. Memberi mereka pakaian yang
layak,makan yang cukup dan tempat tidur yang nyaman dengan harapan Bayu dapat
sedikit membantu meringankan beban keluarga tersebut,juga ibu Bayu dapat
membantu menyelesaikan pekerjaan rumah agar tidak terlalu berat pekerjaan budhe
Surtini pembantu rumah tangga di rumah tersebut. Sayang,tidak lama ibu Bayu
bekerja disana. Dua minggu setelah itu,ibu Bayu meninggalkan dunia selama-
lamanya karena menderita penyakit kanker liver yang diderita sejak lama.
Terlambat bagi keluarga Haji Tanjono untuk menyelamatkan nyawa sang
ibu,penyakitnya sudah terlalu kronis untuk disembuhkan,bahkan untuk sekedar
menunda kematiannya pun tidak lagi bisa dilakukan tim dokter. Sejak saat itulah
keluarga haji Tanjono sangat menyayangi Bayu,terlebih budhe Surtini yang sudah
menganggapnya sebagai anak sendiri.
Perasaan berbeda ternyata dialami
oleh Alexa. Sejak kecil mereka tumbuh bersama dalam satu keluarga,karena itu
wajar bila tumbuh benih – benih kasih sayang di antara mereka. Kebetulan Bayu
menganggap perasaan tersebut sebagai kasih sayang seorang kakak kepada sang
adik,begitupun dengan Alexa pada awalnya juga demikian. Namun,perasaan lain
mulai tumbuh dan bersemi dalam dada Alexa,terlebih ketika jarak yang begitu
jauh memisahkan mereka. Kebiasaan selalu bersama sejak bersekolah pada Sekolah
Dasar hingga Sekolah Menengah Atas membuat hatinya merasa kesepian yang amat
sangat ketika Bayu memutuskan tidak ingin melanjutkan ke Universitas yang sama
dengan Alexa. Pemuda itu lebih memilih mengakhiri pendidikannya dan mengabdi dengan bekerja segiat-giatnya
mengembangkan usaha pertanian dan peternakan haji Tanjono. Selaksa bujuk dan
rayuan yang dilepaskan haji Tanjono dan Alexa tidak mampu menggoyangkan
pertahanan yang kokoh dari pemuda itu.
Hanya
seutas senyum dan lambaian tangan mengiringi kepergian Alexa ke negeri
Kanguru,disertai derasnya tetesan gerimis sembab yang terus menetes dari mata
Alexa. Rupanya gadis itu sangat tidak rela untuk berpisah dengan Bayu. Hanya
janji akan bertemu lagi yang membuatnya tenang dalam menempuh study.
Alexa
segera sadar dengan yang hampir dilakukannya tadi,sebuah senyum simpul
melengkapi pipinya yang memerah karena rasa malu.
“
Ehm...rupanya anak ayah sudah pulang ?” Haji Tanjono memecah keheningan.
“
Kok ayah tidak di kabari ? Ayah kan bisa meminta nak Bayu untuk menjemput di
bandara Juanda ? “
“
Maafkan Alexa yah,sebenarnya kepulangan Alexa ingin memberi kejutan pada ayah
dan keluarga,Alexa kan sudah selesai wisuda,jadi Alexa sangat ingin lebih dekat
selalu dengan keluarga,terutama dengan mendiang ibu dan..............”
“
Dan nak Bayu toh ? oalah...,ternyata ayah sudah tidak dirindukan lagi ini
ceritanya”.
“
Bukan begitu Yah,Alexa sangat ingin dekat dengan ayah,merawat ayah,membantu
merawat tanaman dan peternakan kita disini.............” Sambil berkata
demikian,sudut matanya melepaskan lirikan tajam kepada Bayu yang ada di
sebelahnya. Entah kenapa tiba-tiba dada pemuda itu berdesir hebat menerima
lirikan mata Alexa. Ada sebuah perasaan lain yang tiba- tiba dirasakannya.
Sebuah perasaan yang selama ini tersembunyi dan tidak pernah bergolak sehebat
ini.
“
Ya Tuhan, apa ini yang disebut dengan cinta ? tapi,aku sangat tidak pantas
mencintainya,ia adalah anak dari majikanku ya Allah,ya Rabb...maafkan kekurang
ajaran makhlukMu ini”. Bayu bergumam lirih.
“
Ehm... apa mas Bayu,bisa lebih keras suaranya? Alexa tidak mendengar yang di
katakan mas Bayu”. Gadis itu protes.
“
Eh...tidak ada apa-apa dik,bagaimana kabarnya adik selama di Australia? Mas
tunggu ya ceritanya”. Panggilan kakak dan adik telah dibiasakan bagi mereka
sejak kecil. Bahkan sebelum kematian nyonya Tanjono,ibu dari Alexa.
“
Iya bos siap,kapan pun mas bersedia mendengarkan celoteh Alexa,aku selalu siap
mengurai benang yang kusut di kepala yang pening ini,butuh teman berbagi”.
“
Ya sudah,kita pulang dulu. Ini malah ngobrol disini,lebih baik nanti dirumah
kita selesaikan urusan rindu merindu dan kisah cerita selama Alexa disana.
Tentu saja sambil menikmati teh hangat,kopi dan sarapan pagi”.
Haji
Tanjono segera mengajak Bayu dan Alexa pulang kerumah. Pekerjaan telah selesai dikerjakan pagi itu.
Sepanjang perjalanan beberapa orang selalu menyapa kepada keluarga tersebut.
Haji Tanjono memang terkenal berbudi baik dan sangat dermawan. Ia tidak
segan-segan memberikan bantuan tanpa diminta oleh orang yang sangat
membutuhkan. Bukan hanya di pagi hari,ditengah malam sekalipun bila ada orang
yang memerlukan bantuan akan segera di bantu.
Pernah
suatu hari ada seorang ibu yang ingin melahirkan di tengah malam. Suaminya
hanya seorang buruh tani yang penghasilannya tidak seberapa harus dihadapkan
kepada biaya persalinan yang mencapai jutaan karena harus dilakukan operasi
cesar. Kandungan sang ibu mengalami pendarahan dan air ketubannya telah pecah.
Sang suami hanya bisa menangis dan meratap di pintu rumah haji Tanjono.
Pikirannya hanya pada keselamatan sang istri dan jabang bayi yang rupanya
merupakan anak pertama mereka.
Tanpa
berpikir panjang,haji Tanjono membangunkan Bayu untuk memanasi mobil mereka.
Membawa sang ibu kerumah sakit terdekat,membayar semua biaya persalinan dan
perawatan ibu dan sang bayi. Bukan ucapan terima kasih yang diminta,bukan
sanjungan dan pujian terindah. Hanya keikhlasan,sebuah kerelaan berbagi kepada
sesama. Keinginan berbagi dan membagi rizky yang telah dilimpahkan
kepadanya,mengeluarkan hak- hak kepada orang yang berhak menerima untuk
mensucikan harta benda dengan cara mengeluarkan zakat dan shodaqoh.
Bagaimanapun
manusia dilahirkan kedalam rahim dunia sebagai makhluk sosial yang membutuhkan
orang lain,saling membantu akan membut hidup menjadi lebih berwarna. Kita harus
belajar pada kawanan lebah yang bahu-membahu membangun rumah yang megah,mengumpulkan
madu termanis yang secara terus – menerus dipersembahkan kepada
kehidupan,mengambil dan menyebarkannya kembali pada alam.
DUA
Sejenak ruang tamu itu
membeku,ucapan haji Tanjono serupa goresan pisau belati yang menyayat dada
Alexa. Ayah dan anak itu masih sama- sama terdiam,sangat sulit menyibak misteri
alam yang terjadi di antara mereka. Diluar gerimis dan kabut menghadang
pandangan. Bayu telah sejak sore tadi pergi ke peternakan,memeriksa beberapa
atap yang sejak kemarin belum sempat di betulkan karena bocor. Budhe Surtini
belum kembali dari menjenguk keponakannya yang sakit di Surabaya sejak tadi
pagi.
“ Tapi Yah...?’’ Alexa ingin sekali
memprotes keputusan sang ayah. Namun suaranya tiba-tiba tercekat di
tenggorokan. Sebutir airmata menetes,disusul beberapa tetes lagi hingga semakin
lama semakin menderas. Gadis berjilbab itu terlihat terisak- isak. Bahunya
seakan bergoyang-goyang menahan beban berat yang ingin ditumpahkan. Tidak ada
lagi tempat sembunyi dari sebuah kenyataan pahit yang harus di hadapi. Bunga-
bunga impian yang pernah mekar tiba-tiba layu sebelum kemarau menjelang. Gugur
bersama gelegar guntur yang menghantam hatinya. Tubuh itu sedikit limbung tapi
masih bisa menahan perasaan yang tercabik-cabik.
“ Ayah mengerti dengan apa yang
Alexa rasakan,ayah sadar dengan memberitahukan masalah ini maka ayah akan
menghancurkan impianmu nak. Ayah juga sangat mengerti,bahwa Alexa sangat
mencintai nak Bayu. Bahwa perasaan itu bukan sekedar perasaan antara seorang
kakak dengan adiknya. Sebenarnya ayah juga sangat setuju bila Alexa merajut
mimpi dengan nak Bayu, menanam benih-benih kasih sayang juga merangkai indahnya
cinta yang suci. Siapa yang tidak ingin memiliki seorang menantu yang berbudi
pekerti yang baik,giat bekerja dan memiliki tanggung jawab serta keikhlasan dan
kerelaan. Tapi,......” Haji Tanjono menghentikan kalimatnya.
“ Tapi,semua tidak bisa ayah
lakukan. Tidak bisa ayah merestui hubungan ini karena ayah telah berjanji untuk
menjodohkan Alexa dengan cucu orang yang telah menyelamatkan nyawa ayah. Tanpa pertolongan orang tersebut
ayah tidak akan pernah berada di dunia ini lagi saat ini. Begitupun dengan
Alexa juga nak Bayu. Kalau saja ayah tidak selamat waktu itu,ayah tidak akan
bertemu dengan ibu kamu nak. Dengan tidak pernah bertemu dengan ibu kamu maka
secara otomatis kamu juga tidak akan bisa terlahir ke dunia ini. Begitupun
dengan nak Bayu, kalau ayah tidak ada mungkin ia akan berada di tempat lain
yang kita sendiri tidak tahu itu dimana”.
“ Alexa tahu itu Yah,tapi kenapa
tidak sedari dahulu ayah membicarakan ini dengan Alexa sehingga Alexa dapat
mengontrol perasaan Alexa? Kenapa baru sekarang ayah berkata demikian,mengapa
Yah? Ayah jahat kepada Alexa,Ayah sangat kejam dengan ingin memisahkan Alexa
dengan mas Bayu. Ayah jahhaaat....!”
Airmata Alexa semakin menderas.
Nafasnya berpacu dengan degup jantung yang mulai tidak beraturan. Ingin rasanya
di ledakkan saja emosi yang telah terlanjur membuncah sampai ubun-ubun
tersebut. Sangat sulit menerima sebuah berita tentang perjodohan kita pada saat
telah ada seorang pujaan hati yang menjadi tambatan hati.
Ada sebuah dilema besar menggelayut
di pundak dan dada Alexa. Jika menuruti sang ayah yang merupakan orang tua
satu- satunya maka ia harus mengorbankan hati,memadamkan gejolak rasa yang
sekian tahun terus bersemayam dalam kalbunya yang terdalam. Bila menolak
permintaan sang ayah,maka bisa jadi ia akan di anggap sebagai anak durhaka yang
tidak mau menuruti perintah orang tua. Juga sangat kasihan ayahnya bila dianggap
orang yang tidak menepati janji oleh orang lain. Yang pasti nama baik sang ayah
akan tercemar dan menjadi buruk dimata masyarakat sekitar tempat tinggalnya.
Ingin rasanya Alexa pergi ke samudra
terluas dan terdalam. Menenggelamkan semua rasa dan asa serta beban perasaan di
hati yang mulai luntur tersapu badai. Ingin ia menghempaskan tubuhnya seringan
burung yang tertiup sepoi,berayun-ayun menuju sebuah tempat terjauh yang tidak
lagi mungkin ditemukan orang. Menggali semua sisa nafasnya yang mulai semu dan
tak lagi terpacu. Gairah hidupnya hanya tinggal separuh sesaat setelah seakan menerima guncangan gempa bumi
berkekuatan 8,9 skala richter.
“ Maafkan ayah nak,sekali lagi
maafkan ayah. Ayah tidak ingin menjadi orang egois yang harus selalu memaksakan
kehendak kepada putri ayah satu-satunya. Ayah ingin mendengar pendapat Alexa
tentang hal ini,dan ayah tidak akan pernah memaksa Alexa harus mau menerima
perjodohan tersebut. Ayah hanya ingin Alexa mengerti dan menyerahkan semua
keputusan kepada nak Alexa. Hanya ayah mengingatkan satu hal yaitu tentang
pentingnya menjaga amanah dari orang tua,menghormati dan melaksanakan semua
janji yang pernah kita ucapkan”.
“ Apa ayah sudah melihat cucu dari
orang tersebut? Bagaimana perangainya,bagaimana agamanya kehidupannya dan lain
sebagainya? Atau ayah ingin aku terjerumus pada lembah dosa yang dibawa oleh
orang misterius yang dijodohkan dengan aku ayah?”
“ Bukan maksud ayah menjerumuskan
kamu nak,bukan maksud ayah merusak kehidupanmu,tapi ayah juga tidak mungkin mengingkari
janji ayah sendiri. Ingat nak,kita tidak lagi memiliki kerabat lagi,semua
keluarga ayah sudah tiada begitupun dengan keluarga ibu kamu nak. Hanya kamu
yang ayah miliki,kerabat kita hanya nak Bayu,budhe Surtina dan tetangga kita di
kampung kecil ini. Ayah memang belum pernah bertemu dengan pemuda itu nak.
Waktu ayah melihatnya,pemuda itu baru berumur kira-kira dua tahun sebelum kamu
dilahirkan. Kalau dilihat usianya saat ini mengkin sepantaran dengan nak Bayu.
Usianya sama persis dengan usia nak Bayu sekarang”.
“ Bagaimana ayah sangat yakin bahwa
laki-laki itu akan mau menikahiku ayah? Sedang dia sendiri tidak pernah melihat
diriku,tidak pernah mengenal sifat-sifat ku. Bagaimana dia yakin dengan orang
yang belum dikenalnya sama sekali? Bagaimana ayah sangat yakin bahwa orang
tersebut belum menikah atau belum pernah menikah sama sekali?”
“ Ayah sangat yakin nak,kakek itu
tentu saja bukan orang yang ingin mengingkari janjinya seperti juga ayah.
Beliau adalah seorang guru mengaji yang sangat disegani di kampung halamannya.
Jadi,ayah sangat yakin sekali dengan yang di katakan beliau”.
“ Baiklah ayah,saya akan menuruti
semua kehendak ayah. Namun ada satu permintaan Alexa,sebelum Alexa dijodohkan
ijinkanlah Alexa mengetahui cerita awal mula perjodohan ini. Juga biarkan Alexa mengutarakan semua rasa cinta
Alexa kepada mas Bayu,dan begitu beratnya Alexa harus kehilangan dia. Bagaimana
Yah?”
Ada
nada kepasrahan dalam setiap ucapan Alexa. Airmatanya tidak lagi sederas
tadi,begitupun hujan di luar yang mulai berhenti. Kabut yang menyisir
perbukitan mulai menghilang,menyisakan samar dan embun pada ranting pepohonan
dan pucuk dedaunan. Sebuah langkah kaki memasuki halaman,gemericik air dari
pancuran di teras rumah membasuh kaki yang berselimut jejak lumpur tersebut.
Bayu
sangat terkejut melihat suasana kaku di ruang tamu. Sangat sulit membayangkan
apa yang telah terjadi sehingga ada bekas sembab di mata Alexa. Ada sedikit
rasa penasaran pada dada pemuda itu. Namun ia terus berlalu keruang tengah,menutup
rapat rasa heran dalam dadanya.
Badannya
yang basah kuyup tersiram air hujan segera diguyur dengan air dingin. Ternyata
apa yang dibayangkan sebelumnya tidak sesuai dengan kenyaataan yang ada.
Bocornya genting peternakan yang dapat dilihat dua hari yang lalu tidak
seringan dugaannya. Sebuah lubang besar menganga di tengah-tengah atap,membuat
air hujan seperti tertumpah dari langit. Becek dan banjir terjadi
dimana-mana,itulah yang membuat pekerjaan Bayu sore itu lama selesai. Ada
sedikit rasa bersalah karena lalai dalam menjaga peternakan menjadi tempat yang
nyaman untuk seluruh hewan ternak yang ada. Kebetulan semua keperluan perawatan
dan perbaikan kandang adalah tanggung jawab dari Bayu.
Pekerja
lain yang jumlahnya sekitar sepuluh orang hanya bertugas untuk mencari
rumput,menjaga ketersedian pangan untuk lima puluh ekor sapi,seratus ekor
kambing dan seratus ekor kelinci. Itu masih ditambah dengan sepuluh sapi perah
yang diurusi oleh mang Diman dan Dirjo. Kandang sapi perah tersebut terpisah
dari kandang yang lain yang terletak pada satu blok yang sama. Kandang sapi
perah terpisah sekitar satu kilometer pada ujung barat desa,berbatasan dengan
hutan pinus dan perkebunan mangga yang juga merupakan milik haji Tanjono. Kedua
orang bapak dan anak itu tinggal juga di dekat kandang,sebuah rumah yang
terbuat dari gedeg beratap ijuk
menjadi tempat bernaung mereka.
Rumah
itu sengaja di bangun oleh haji Tanjono untuk rumah tinggal mereka setelah
rumah yang ditinggali mengalami kebakaran dahsyat dua tahun yang lalu.
Kebakaran itu tidak saja merenggut harta benda mereka,tapi juga sang isteri
tercinta Mang Diman yang merupakan ibu kandung dari Dirjo. Juga Suci, anak
kedua mang Diman yang merupakan adik kandung Dirjo. Alhasil,di tengah kekalutan
tersebut mang Diman dan Dirjo hanya bisa pasrah menerima bantuan dari haji
Tanjono. Apalagi tanah yang mereka tempati sebagai rumah mereka bukan lagi hak
milik sendiri. Tanah itu telah disita oleh Bank karena mang Diman gagal
membayar hutang.
Setiap
hari Dirjo harus bangun sebelum subuh berkumandang. Ia mendapatkan tugas untuk
membersihkan kandang sehingga tampak selalu bersih. Kotoran sapi perah itu
dikumpulkan menjadi satu agar dapt dimanfaatkan sebagai pupuk kandang untuk
tanaman mangga. Mang Diman bertugas memerah susu sapi setelahnya,menyetorkan
hasilnya kepada pengepul yang datang ke desa Sumber Kajar ini setiap pagi.
Sebagian susu yang biasanya terdiri dari satu tempayan penuh akan diantarkan
kerumah haji Tanjono untuk dimasak budhe Surtini. Setelah itu,susu yang sudah
masak akan didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi para pekerja
yang jumlahnya mencapai sekitar lima puluh orang tersebut.
Di
kandang yang lain,kesibukan juga selalu
terjadi sebelum subuh mulai berkumandang. Setelah membersihkan kandang biasanya
para pekerja akan membersihkan diri sendiri dengan mandi di pancuran yang
terletak di belakang kandang. Berangkat bersama-sama menunaikan shalat subuh
secara berjamaah. Memang haji Tanjono sangat memperhatikan ibadah seluruh
pekerja yang telah di anggap sebagai keluarganya sendiri. Tidak jarang pekerja
yang tidak shalat akan mendapat omelan dari sang majikan.
Kandang
yang terletak di kompleks peternakan itu selalu di jaga oleh tiga orang yang
selalu tidur di sebuah gubug yang terletak di depan kandang. Berbeda dengan
kandang sapi perah yang terdapat rumah tinggal,gubug di peternakan terbuat dari
papan yang beratap jerami kering. Cukup hangat untuk sekedar melapas penat.
Penjaga kandang setiap hari harus bergantian secara merata dari seluruh pekerja
yang ada. Hanya sesekali Bayu memeriksa keadaan kandang,memperbaiki bila ada
sedikit kerusakan dan memerlukan perawatan. Sore tadi ia di temani oleh Suliono
dan Muntari. Kebetulan dua orang tersebut sedang piket menjga kandang,sedang
seorang lagi pak Darsono masih belum bisa datang karena kabarnya anaknya sedang
sakit. Jadi orang yang sudah berumur sekitar empat puluh tahun tersebut harus
menunggui anaknya.
Sebenarnya,setiap
manusia pasti memiliki sebuah masa lalu. Masa lalu itulah yang menentukan
setiap langkah kita dalam menatap masa depan. Tergantung bagaimana kita bisa
belajar dari masa lalu tersebut,atau kita terlena dan jatuh terperosok ke dalam
lembah karena masa lalu yang melenakan.
Tanjono
muda adalah seorang kontraktor yang cukup sukses,beberapa usaha properti yang
dijalankan berjalan sesuai dengan yang di harapkan. Tak ayal,keuntungan yang
besar membuatnya selalu merasa haus akan sebuah proyek besar. Beberapa proyek
besar sedang dalam proses tender saat itu. Sejak proses tender dimulai, Tanjono
sudah sangat pesimistis akan mendapatkan sebuah proyek pembangunan jalan layang
yang menghubungkan antara kawasan hutan yang di dalamnya terdapat pertambangan
minyak dengan pelabuhan yang berada di kawasan timur indonesia. Dari sejak awal
aroma ketidak beresan sudah tercium,beberapa perusahaan yang mengikuti tender
saling menyodorkan uang dalam jumlah cukup besar untuk menyuap panitia lelang
proyek.
Perusahaan - perusahaan besar saling berebut
untuk mendapatkan proyek bernilai puluhan milyar rupiah tersebut. Mereka
berusaha saling sikut,saling tendang dan menelikung dari belakang. Tidak perduli lagi dengan cara – cara yang
digunakan,baik yang menggunakan cara –cara lurus yang baik atau dengan cara
menggunakan bantuan para normal. Bahkan tidak jarang menggunakan jasa preman
untuk menakut-nakuti rekan bisnis atau rival mereka.
Pada
pengumuman lelang itulah,perusahaan Tanjono muda diputuskan sebagai pemenang
tender. Padahal perusahaan tersebut sama sekali tidak melepaskan uang untuk
menyuap panitia lelang proyek. Perusahaan tersebut berusaha bermain jujur dan
sesuai dengan alur yang diperlukan untuk
proses pembangunan jalan layag tersebut. Akibatnya sangat fatal bagi
perusahaan Tanjono. Perusahaan –perusahaan besar yang kalah tender tidak terima
dan mulai mengamuk. Menuduh yang tidak-tidak pada perusahaan Tanjono.Tidak
jarang bermacam teror selalu di alamatkan kepada perusahaan tersebut.
“
Maaf pak, pengiriman logistik kita untuk proyek jalan layang di Nusa Tenggara
gagal. Kabarnya bahan-bahan yang baru saja dikirim kemarin mengalami
perampokan. Sopir kita hilang entah dimana,sedangkan dua kontainer bahan menghilang.
Dua kontainer lagi ditemukan tidak utuh dan acak- acakan”. Laporan dari sang
sekertaris.
“
Astagfirulloh hal adzim...trus bagaimana perkembangan proyek kita disana?”
“
Sulit diketahui perkembangannya pak,pelaksana proyek kita ditemukan meninggal
mendadak di sekitar area proyek,para
pekerja tidak berani melanjutkan proyek tersebut karena takut menjadi korban.
Bahkan beberapa orang preman sempat menyatroni kantor pusat kita ini pak. Tadi
pagi pak satpam juga melaporkan ada yang mengirim paket ayam mati yang
diletakkan di pintu gerbang kantor”.
“
Innalilahi wa inna ilaihi roji’un...Ya Allah ya Rabb,adakah salah hamba
sehingga hamba mendapat cobaan yang seperti ini?”
“
Maaf pak,tadi juga ada sepucuk surat buat bapak dari orang yang tidak dikenal.
Tidak ada nama pengirim dalam surat tersebut...”
“
Mana suratnya...?” sang sekretaris
segera memberikan surat kepada sang bos.
Mulut
Tanjono tercekat,matanya membelalak. Tiba- tiba matanya terasa perih dan
memerah. Tangannya mengepal penuh amarah. Sulit sekali mendinginkan kepala disaat
seperti ini. Dadanya tersentak seakan di hantamkan ke tembok oleh pesawat jet
dengan kecepatan tinggi. Remuk redam dan pecah berkeping-keping.
“
Segera batalkan semua meeting untuk hari ini. Suruh semua karyawan untuk segera
pulang,sedapat mungkin usahakan agar mereka tidak keluar rumah dalam minggu
ini. Biarkan kantor kosong,liburkan semua karyawan. Jaga keselamatan diri
masing-masing”.
“
Sebenarnya ada apa pak? kenapa bapak begitu panik setelah membaca surat itu?
Apa ada yang salah pak?”
“
Lebih baik turuti semua perintahku tadi. Itu adalah surat ancaman yang
ditujukan buat aku,keluargaku dan semua karyawan perusahaan kita “.
“
Masya Allah...” sekertaris muda itu hanya dapat mulutnya dengan tangan.
“
Aku pergi dulu,aku harus menyelamatkan nyawa kedua orang tuaku sekarang juga.
Usahakan secepat mungkin kamu segera pulang”.
“
Ba...ba...baik pak...” Ucap sekretaris dengan terbata-bata.
Tanjono
muda segera melarikan mobilnya. Memacunya dengan kecepatan tinggi,satu yang ada
dalam pikirannya adalah secepat mungkin sampai dirumah. Perasaannya cemas dan
gelisah memikirkan keadaan kedua orang tuanya dirumah. Ancaman orang tidak
dikenal itu telah membuat pikirannya campur aduk tidak karuan. Ingin sekali
diledakkan dunia yang kejam ini,meninggalkannya dalam keadaan terlunta dan
tanpa daya. Sangat sulit menemukan keadilan bagi orang-orang di sekitarnya.
Sebuah kenyataan yang harus di hadapi sendirian,sebuah pertaruhan dari
pergulatan jiwa yang panjang. Haruskah ia mundur teratur dan memulai kehidupan
yang lebih damai atau tetap bertahan dengan segala resiko kerja yang harus di
hadapi ? Tidak ada yang tahu kemana hari esok akan berlabuh,akankah ia
hitam,putih atau bahkan kelabu. Hanya seberkas sinar sempat menelusup jauh
kedalam relung hatinya terdalam,ketentraman yang tiba-tiba terasa
menenangkan,damai...
Ciii.....iiitttt...Mobil
berderit dengan keras,untung saja reflek mengemudinya masih sangat baik pada
saat seperti ini. Rupanya ada seorang pengendara sepeda yang dengan tiba-tiba
memotong jalur mobilnya. Beruntung,sang pengendara tidak tertabrak mobil itu.
Tanjono segera tersadar dari lamunan yang melenakannya. Matanya tiba-tiba
terasa pedih,kepalanya terasa berputar seratus delapan puluh derajat.
Mobil
Tanjono telah memasuki halaman rumahnya ketika sebuah mobil lain beranjak
meninggalkan rumah mewah tersebut. Pemuda itu langsung meloncat dari
mobil,berlari dengan cepat menuju pintu rumah,segera dipanggil nama kedua orang
tua dan adik laki-laki satu-satunya. Ada mendung hitam yang menggantung di
langit,gelap berjalan cepat menutup seluruh angkasa,disusul suara petir yang
menggelegar,hujan turun dengan derasnya disertai dengan angin kencang yang
menerbangkan semua yang ada disekitarnya. Pepohonan dihalaman meliuk-liuk
menahan terpaan angin. Beberapa ranting patah bercampur dengan dedaunan yang
luruh membaur dengan air hujan. Listrik padam,hingga meskipun hari masih siang
gelap mencengkeram seluruh isi kota. Tak terkecuali rumah Tanjono,panggilannya
tidak mendapat sahutan.
Tanjono
berteriak-teriak seperti kesetanan,tetap tidak ada jawaban. Suarnya seakan
larut dan tenggelam dalam derasnya hujan dan gelegar petir yang terus menerus
menyambar. Usai membuka pintu rumah yang gulita tersebut,tanjono segera berlari
ke kamar kedua orang tuanya. Kamar itu tampak acak-acakan,ranjang yang terbuat
dari kayu terlihat patah pada keempat sisi kaki-kakinya. Lemari pakaian tidak
jauh berbeda,isinya telah terburai di lantai. Harta benda orang tuanya yang
berupa emas,permata dan jam tangan mahal dan bermerk telah ludes di bawa oleh
orang tidak di kenal tersebut. Tanjono tidak memperdulikan hal tersebut,ia
hanya ingin melihat kedua orang tua dan adik semata wayangnya.
Begitu
tidak mendapati mereka,Tanjono segera memeriksa ruangan lain yang keadaannya
tidak jauh berbeda,hampir semua ruangan terlihat seperti kapal pecah. Barang-barang
berserakan dimana-mana,saling tumpang tindih dan tidak teratur lagi. Dalam
keremangan Tanjono terus meraba-raba,mencari jalan dan berpindah dari satu
ruang ke ruang yang lain. Belum puas mencari,ia dikejutkan oleh raungan orang
yang sedang menahan kesakitan dengan
amat. Miris hati dan ciut nyali,ia mulai menduga-duga apa yang telah terjadi.
Segera ia berlari ke arah sumber suara yang berasal dari kamar mandi keluarga
yang berada di pojokan rumah.
Ketika
pintu kamar mandi dibuka,samar terlihat tiga sosok manusia terikat menjadi
satu,dua orang yang lebih tua terlihat diam,tubuhnya kaku dengan darah yang
mulai membeku. Seorang lagi terlihat sangat lemah,ia yang sejak tadi mearung
menahan sakit. Dari kepalanya mengalir darah segar sampai membasahi seluruh
muka,merembes diantara leher hingga ke baju putih yang dikenakan.
“
Bang...,aku takut bang...aku takut...” Lelaki itu,Prasojo hanya merintih
menahan perih,adik kandung Tanjono itu sudah tidak bisa lagi merasakan ikatan
yang membelit tubuhnya,bahkan setelah sang kakak membuka ikatannya pun,ia hanya
diam. Tubuhnya sudah sangat sulit untuk di gerakkan, luka yang menganga
ditambah darah yang mengucur habis telah menggerogoti suplai oksigen dalam
raganya. Tidak jarang nafasnya tersengal-sengal karena menahan batuk dari
tenggorokannya yang tercekik.
“
Siapa yang melakukan semua ini, Dik ? siapa?”
“
Bang aku takut bang...,Abang harus lari,selamatkan diri abang. Jangan lagi
mengejar dunia bang,mulailah hidup tenang bang. Abang harus berjanji tidak akan
menuntut balas kepada siapapun,abang harus berjanji untuk lebih berhati-hati
lagi dalam mencari nafkah,abang harus berjanji...”
“
Iya Dik,abang berjanji. Tapi Adik harus sembuh,adik harus sehat kembali,temani
abang”.
“
Maafkan adik Bang,adik tidak bisa menemani abang,adik harus pergi
bang...ma...ma...maafkan adik Bang,Bang adik takut bang...”
Genggaman
Prasojo mulai melemah,tangannya mendadak dingin dan kehilangan tenaga,tidak ada
lagi nafas yang menghembus,degup jantung yang menjadi tanda kehidupan telah
berhenti untuk berdetak. Prasojo telah pergi menyusul kedua orang tuanya yang
juga bapak dan ibu kandung dari Tanjono ke alam lain.
“
Innalilahi wa inna ilaihi roji’un...” Tanjono muda berusaha tegar,airmatanya
mulai berlinang. Dipeluk erat tiga nyawa yang merupakan keluarganya tersebut.
Kini dia hanya seorng sebatang kara. Tanpa kerabat yang selalu ada di
sampingnya.
Tidak
ada hal yang paling menyedihkan di dunia ini selain melihat gundukan tanah
merah yang masih basah,beratap kamboja dan bermandikan bunga-bunga. Apalagi
bila di dalamnya adalah anggota keluarga kita,bukan hanya satu tapi tiga orang
sekaligus. Yang membuat kita semakin lelap dalam kesendirian adalah jika dengan
peristiwa tersebut membuat diri kita menjadi seorang sebatang kara yang tidak
memiliki anggota keluarga lagi.
Kira-kira
rasa itulah yang sedang dirasakan Tanjono.Tubuhnya lunglai menyaksikan kedua
orangtua beserta adik kandungnya dimakamkan. Tak terbayang betapa sakitnya hati
jika harus mengingat orang-orang yang sedang tertawa di atas penderitaannya.
Ingin rasanya ia membalas dendam,menghabisi semua orang yang telah tega merusak
pekerjaannya,membunuh orang-orang yang tidak bersalah. Tapi,entah kepada siapa
ia harus membalas semuanya? Sedang saat inipun dirinya belum terbebas dari
ancaman orang-orang yang ingin menghabisi nyawanya. Yang dia ingat,orang yang
paling menginginkan proyek tersebut adalah pak Probo.
Gunawan
Probo Asmoro,nama orang tersebut sangat terkenal sebagai seorang makelar proyek
yang handal. Memiliki lobi yang kuat terhadap para pejabat pemerintahan di
negeri ini,juga tidak segan mengeluarkan jasa preman untuk melakukan pembunuhan
jika keinginannya tidak terpenuhi. Beberapa kali ia pernah di penjara,tapi
tidak sekalipun dihukum lama,karena meski melalukan kejahatan berat,namun ia
selalu berhasil untuk melakukan lobby ataupun memberikan suap kepada para
penegak hukum. Setiap orang yang berhadapan dengannya harus berpikir dua kali
untuk melawan. Lebih baik mereka pasrah dan menerima atau mengalah saja dengan
apapun yang akan dilakukannya.
Belum
sekalipun Tanjono bertemu orang yang bengis tersebut. Cerita itu telah tersebar
luas di belantara ibukota. Hampir semua teman bisnisnya telah mengingatkan
Tanjono akan kebringasan orang tersebut.Bahkan sebelum proyek itu berjalan.
Tanjono
bergegas kembali kerumah yang berada di Kebayoran setelah pemakaman orang
tuanya. Mengemasi semua barang yang tersisa sebagai bekal dalam menempuh
perjalanan jauh. Untuk menghindari tempat umum,Tanjono lebih memilih
menggunakan mobil pribadi menuju Surabaya. Di kota itu nantinya ia akan tinggal
di tempat salah seorang pegawainya yang telah di rumahkan,paling tidak untuk
sementara waktu guna menyelamatkan diri.
Setelah
berjalan sekitar tiga puluh menit,Tanjono merasa telah diikuti sebuah mobil
lain. Mobil itu berjenis Panther yang selama ini belum pernah di kenali. Ia
berusaha memacu mobilnya lebih cepat,melakukan beberapa manuver zig-zig demi
memperlancar pelarian dari kejaran para preman tersebut.
“
Ayo cepat kejar,jangan sampai lolos itu orang yang telah membuat bos Probo rugi
besar. Kita harus menghabisi anak bau kencur yang sudah sok kaya itu”
“
Siap pak Bos...!” Suasana di mobil panther tidak kalah gaduh,empat orang
berbadan tegap itu terlihat panik,mereka sangat takut kehilangan buruannya kali
ini. Perintah pak Probo sangat jelas. Tanjono harus tertangkap baik hidup
ataupun mati. Meninggalkan jejak sedikit saja akan membuat polisi dengan mudah
untuk meringkus mereka. Berbeda dengan sang bos Probo,mereka tidak punya kuasa
apapun terhadap kekebalan hukum. Sekali tertangkap bisa di jatuhi hukuman
pancung.
Tanjono,melarikan
mobilnya keluar dari jalan tol. Menempuh jalan kampung yang sempit dan banyak
cabangnya. Harapannya sang pengejar akan kehilangan jejak. Sampai di Stasiun
Manggarai ia menghentikan mobilnya. Berlari masuk ke arah stasiun yang secara
kebetulan ada kereta api yang akan segera berangkat menuju ke Surabaya. Dengan
tanpa berpikir panjang Tanjono segera naik ke dalam kereta yang sedang berhenti
tersebut. Ia masuk ke gerbong pertama terus berlari menuju gerbong kedua.
Keempat
orang pengejarnya terlihat kebingungan. Dengan sigap mereka ikut naik kedalam
kereta api. Mengikuti jejak Tanjono di gerbong yang pertama. Seorang yang
bernama Kohar rupanya paham apabila Tanjono tidak berada di gerbong yang
pertama. Ia segera membali tugas kepada setiap anak buahnya.
“
Min,kami pergi ke gerbong kedua,Yudi ke gerbong ketiga,Sarju ke gerbong empat.
Ingat temukan anak ingusan itu hidup atau mati. Jangan berhenti sampai ia dapat
ditemukan,kalian mengerti ?”
“
Siap Bos !!!“
Mereka
segera menyebar. Tanjono tetap bertahan di gerbong kedua. Bersembunyi di antara
para penumpang yang memenuhi peron. Ketika si Parmin melintas,ia sengaja
menutupi wajah dengan menggunakan koran bekas pakai. Dari sudut matanya ia
melihat si Parmin sedang di keroyok penumpang lain karena mengira ia adalah
seorang copet. Tanjono hanya bisa tertawa sendiri melihat tingkah pola si
Parmin. Petugas penjaga kereta Api yang datang segera menggelandang pemuda yang
hampir babak belur dihajar masa tersebut.
Peluit
dari masinis melengking,diikuti dentang bel dari kereta uap tersebut.
Kereta segera berangkat,Tanjono segera
melompat turun dari kereta,berjalan dengan santai setelah berhasil mengelabuhi
para pengejarnya.Ia sengaja berpura-pura naik kereta api,meskipun sejak tadi
tidak pernah membeli tiket kereta api.
Terlambat
bagi Kohar dan kawan- kawan. Mereka telat untuk turun dari kereta yang telah
melaju dengan kencang. Dengan penuh kekecewaan mereka hanya bisa memandang
Tanjono yang berjalan pelan keluar dari Stasiun Kereta Api.
Matahari
terus menyengat,deras keringat bercucuran di dahi dan seluruh tubuh
Tanjono,badannya mulai lengket karena seaja pagi belum mandi. Wajah kuyunya
terlihat sangat lelah dan tak bertenaga. Ini adalah hari kedua pelariannya dari
para bandit suruhan Probo. Perjalanan telah memasuki wilayah Kabupaen
Madiun,tepatnya mendekati hutan Caruban. Setelah berhasil mengecoh empat orang
preman suruhan Probo di kereta api,tanjono memang melanjutkan perjalanan
menggunakan mobil kembali. Kali ini kantuknya mulai tak tertahankan lagi,telah
hampir sehari semalam ia tidak tidur sama sekali. Rupanya perutnya yang belum
terisi sejak kemarin malam mulai terasa sakit. Penyakit maag yang sudah lama
tidak lagi akrab dengannya tiba-tiba saja muncul kembali.
Mendekati
sebuah tanjakan menuju kota Madiun,ia menepikan mobilnya di tepi hutan. Beberapa
mobil yang berlawanan arah sesekali melintas,terkadang juga berasal dari arah
sebaliknya. Tanjono berusaha memejamkan sekejap matanya setelah menyantap
sepotong roti dan biskuit yang kebetulan turut ia bawa dalam mobilnya. Matanya
terasa sangat berat,seperti ada ribuan ton beban yang hinggap dan mencoba
menarik matanya tetap terletap.
Dua
buah kupu-kupu saling berkejaran,menari-nari di atas deretan ilalang
gersang,sepoi terkadang turut menerbangkan debu yang bercampur dengan hawa
panas yang terus menyengat. Dua kupu-kupu itu terus saling berkejaran,warnanya
indah seperti pelangi yang beraneka warna,semakin jauh mereka terbang semakin
indah jejak yang ditinggalkan. Seekor kupu-kupu lagi tampak malu-malu di atas
bebatuan,diam memperhatikan dua kupu-kupu yang tetap saling mengejar dan
menari. Tiba- tiba sebuah cahaya menelan kedua kupu-kupu tersebut,terang,sangat
terang,redup lalu mati. Tak tersisa lagi jejak dua makhluk yang indah
tersebut,hanya seekor kupu-kupu hitam yang mulai membentangkan sayap,semakin
lama semakin lebar,lebar dan terus melebar menutup cahaya matahari.
Kupu-kupu
itu mulai terbang tinggi,semakin tinggi. Kepakan sayapnya terlalu jauh,ia
hilang keseimbangan,menukik cepat dan berdebum pada bumi yang gersang. Hancur
berkeping-keping dan tidak terselamatkan. Ada bekas memerah di tanah yang
kerontang itu,bau anyir tiba-tiba menyergap berdetak lalu hilang tertelan awan
hitam yang turun sebagai gerimis,semakin deras dan hujan pun turun tidak
tertahankan lagi....
Tanjono
segera terbangun dari mimpi ketika sebuah ketukan pada pintu sebelah kanan mobilnya,tempat ia
mengemudi. Ada dua orang berdiri di samping kanan mobilnya. Dua lagi berjaga di
depan sebuah jeep yang parkir tepat di depan mobilnya. Entah sejak kapan empat
orang tersebut berada di sana,membiarkannya terlelap dan mulai lengah.
“
Cepat turun...!” seorang yang berperawakan paling tinggi mengacungkan sebuah
pistol kepadanya. Ia mengenali suara itu,benar suara itu adalah orang-orang
yang men gejarnya selama berada di Jakarta. Sejak kapan mereka menemukan
kembali buruannya yang kabur,bukankah mereka telah naik kereta api jurusan
Surabaya. Mana mungkin secepat itu mereka dapat menemukan Tanjono ?.
“
Ayo cepat turun...Kamu heran dengan kedatangan kami hah? Dasar kelinci
licik,sudah sangat berani kamu menipu kami,sudah terlalu hebatkah engkau hingga
kamu bisa lari dari kami? Kali ini kamu pasti mampusss...”. Teriak Kohar di
telinganya.tangannya masih saja memegang gagang pistol tersebut. Tidak ada
waktu lagi bagi Tanjono untuk berpikir,bergerak sedikit saja pelatuk itu akan
menyalak,meledakkan kepala dan mengirimnya menemui kedua orang tua serta adik
kandungnya. Tanjono hanya bisa diam tanpa kata,keringat dingin mengucur dari
dahinya.
“
Kita habisi saja sekarang orang ini bos ? biar tidak ada lagi orang yang
menjadi saksi pembunuhan kita atas keluarganya”.
“
Diam kamu,aku ingin sekali meledakkan kepala orang ini sekarang,tapi kita akan
bermain-main sedikit. Kita akan berpesta dan bersenang-senang sekarang. Yudi
ambil tali,ikat kedua tangan dan kaki orang ini. Seret ia ke tengah
hutan,menembaknya disini akan meninggalkan jejak saja. Sarju dan kamu
Parmin,dorong mobil ini kejurang,bakar tangki bahan bakarnya agar tidak lagi
bisa di temukan orang lagi”.
“
Baik bos...”
“
Siap Bos...!”
Yudi
segera mengambil seutas tali,menyeret Tanjono ke tengah hutan di bawah todongan
senjata api dari Kohar. Dua orang yang lain segera mendorong mobil Tanjono ke
tepi jurang,membakar tangki bahan bakarnya hingga suara ledakannya membahana
memenuhi seisi jurang. Senja telah mulai merayap pelan menjemput sebagaian isi
malam. Temaram mulai merayap menapak sebagian sisi perbukitan,turun pada
cabang-cabang pepohonan hingga daun-daun jati yang lebar mulai terlihat samar.
Tanjono
mulai menggigil,bukan karena dingin yang mulai menusuk. Ingin rasanya ia
berontak,melawan keempat penjahat yang menahannya. Apa daya,tenaga apalagi yang
bisa digunakan,semua stamina telah terkuras habis oleh perjalanan yang jauh dan
melelahkan. Tanjono hanya bisa berserah diri dan pasrah pada nasib yang akan
menimpanya. Keempat orang itu terus menggiringnya semakin ke tengah
hutan,senyap melingkupi seisi hutan. Ketakutan mulai merajam bintang- bintang
dan rembulan hingga enggan untuk bersinar. Hanya awan pekat mulai mencengkeram
atap langit,menghiasinya dengan cahaya petir yang mulai menyambar-nyambar
dengan angkuh,suaranya menggelegar tajam seperti cemeti yang di ledakkan saat
pertunjukan kuda lumping.
Setetes
demi setetes bulir hujan mulai membasahi malam,seisi hutan tetap diam.
Memenjarakan gelisah pada kepercayaan hati akan adanya pemilik seluruh alam
yang tidak pernah tidur,tidak makan dan minum,juga tidak pernah lupa. Hanya
tanda- tanda kebesaran terkadang pada saat- saat yang tanpa terduga.
Kohar
segera menodongkan senjatanya pada ujung pelipis Tanjono,dingin dan tanpa
ekspresi.Yudi,Parmin dan Sarju terbahak-bahak melihat bos mereka mempermainkan
calon korban mereka. Tanjono terdiam seribu bahasa,matanya gelap karena telah
terpejam sejak ditutup dengan kain hitam tadi. Pelatuk di tarik,bersamaan dengan
senyap napas Tanjono,tubuhnya terasa lunglai,mulutnya komat-kamit melantunkan
doa. Tidak terjadi apa-apa,pistol tidak meledak,hanya tawa yang semakin
membahana di antara keempat orang tersebut.
“
Ha...ha...ha...lihat bos,cecunguk ini sudah gemetaran tidak karuan,ketakutan
barangkali,ha...ha...ha...”. Salah satu diantara mereka nyeletuk. Tubuh Tanjono
semakin dingin,gigil semakin kuat menembus belulangnya yang mulai rapuh tanpa
daya. Sampai hitungan ketiga,isi istol masih tetap berada di tempatnya. Tidak
meledak memecahkan kepala,sampai saat itupun mereka terus
terbahak-bahak,mempermainkan ajal orang lain serupa malaikat yang telah di beri
kuasa oleh Tuhan untuk mencabut nyawa umat manusia.
Tarikan
keempat pelatuk siap di lakukan,mereka mulai menhitung mundur.
“
Satu...,dua...,ti.....,Aaack...” Sebuah tendangan tepat mengenai wajah Kohar.
Lelaki itu tersungkur,pistol yang berada di tangannya terlepas,meluncur deras
jatuh ke dalam jurang setinggi lima meter.
“
Kurang ajar,siapa kamu? Berani-beraninya mencampuri urusan kami ?”
“
Kamu tidak perlu tahu siapa kami,lebih baik sekarang kalian pergi dari sini”.
Orang yang lebih tua membalas ucapan Kohar,jenggotnya telah memutih. Sebuah
serban hijau menggantung pada kedua bahunya yang lapang. Secara usia bisa disebut
bahwa lelaki tersebut tidak lagi muda. Sorot matanya tajam penuh kewibawaan.
Gerakannya tangkas menandakan pengalaman yang tinggi merengkuh kehidupan. Satu
orang lagi lebih muda usianya,kira-kira sebaya dengan Tanjono. Wajahnya
terlihat tampan,gerakannya tegas dan lugas dalam memasang kuda-kuda.
Yudi
beserta Sarju segera mengeluarkan belati dari balik baju mereka,menyerang
lelaki tua tersebut. Dengan sigap sang kakek menghindar,dua pisau hanya menusuk
angin. Kohar dan Parmin tidak mau kalah,mereka secara bersama menyerang sang
pemuda. Pemuda itu mencoba menghindar,gerakannya kurang cepat,sebuah pukulan
menghantam rahang kirinya. Pemuda itu terhuyung ke belakang,bergegas bangkit
dan memperbaiki kuda-kudanya.
“ Ayo Yud,Min dan kamu Sarju,kita
habisi sekalian dua orang ini,siapa suruh mereka ikut mencari gara-gara”.
“ Oke boss...sudah lama juga saya
tidak membunuh orang baik seperti mereka,orang-orang sok pahlawan yang siap
untuk mati konyol karena kecerobohannya mencampuri urusan orang lain”
“ Bener itu bos,kita cincang saja
daging mereka biar dimakan anjing hutan...”
“ Atau kita bakar saja tubuh mereka
bertiga sebagai tumbal hutan ini”.
Hujan semakin deras menghujam
bumi,meluruhkan segala ego langit yang luntur bersama hijaunya dedaunan. Akar –
akar terdiam dalam becek lumpur dan humus yang menjadi satu.
“ Ciiiiaaaaaaaaat...” Kali ini
sebuah serangan dari Kohar,tendangannya cukup keras menghantam lambung kiri
sang pemuda yang sudah sangat siap dengan kuda-kudanya yang mantap. Pemuda itu
menangkap kaki Kohar. Sebuah tendangan keras meluncur menuju kepala Kohar yang
tidak sempat menghindar. Praaak ...Kohar terhuyung,tiba-tiba matanya gelap
sesaat. Tubuhnya yang jangkung terjengkang dan masuk kedalam lubang yang
sengaja dibuat penduduk sekitar hutan untuk menampung humus yang terbawa hujan.
Wajah itu belepotan lumpur.
Sarju mengalami nabsib serupa,sebuah
tendangan menyusur lambung kanannya.membuat pemuda itu mengadu dan memegangi
lambungnya yang sakit.Yudi dan Parmin mengalami hal lebih parah,senjata mereka
berbalik dan melukai tangan,perut Yudi mengalami robek dan berdarah,juga
Parmin. Senjata mereka memakan korban tuannya. Ketika sang kakek berdiri
ditengah-tengah,Yudi dan Parmin menyerang membabi buta dengan pisau mereka yang
tidak bermata. Sang kakek berhasil menghindar,naas bagi kedua penjahat kambuhan
tersebut. Mereka tidak sempat menyelamatkan diri,pisau Parmin menusuk perut
Yudi,pisau Yudi pun demikian merobek perut Parmin. Mereka berdua terkapar
bersimbah darah. Melihat kedua temannya tak berdaya,Kohar dan Sarju mengambil
jurus langkah kaki seribu,terbirit-birit mereka berlari menjauh.
Pada pondok itulah ingatan Tanjono
bermuara,sebuah rumah kayu di pinggir hutan Caruban. Rumah Kakek Husni,orang
yang pernah menolong menyelamatkan nyawanya. Kakek itu hanya memiliki seorang
anak perempuan yang sudah menikah. Tinggal berjauhan dengan sang kakek beserta
keluarganya. Perempuan itu tinggal bersama sang suami di Banyuwangi,hanya
sesekali saja keluarga tersebut berkunjung ke Caruban.
Di pondok,sang kakek tinggal dengan
nenek Ningsih yang merupakan istrinya. Usianya sekitar delapan tahun lebih muda
dari kakek Husni. Pasangan itu di temani seorang pemuda gagah yang merupakan
seorang murid sekaligus anak angkat dari kakek Husni. Usianya sebaya dengan Tanjono,memiliki
karakter kuat dalam dirinya,berbadan tegap serta memiliki ilmu silat yang cukup
mumpuni. Memang setelah kepergian Siti Julaikah,anak semata wayang yang ikut
tinggal dirumah sang suami,kakek Husni maupun nenek Ningsih merasa sangat
kesepian. Jadilah mereka mengangkat Abdul Mukid yang merupakan anak salah satu
kerabat mereka yang telah meninggal itu untuk tinggal dan menetap menjadi anak
angkat mereka.
Selama sepuluh hari lebih Tanjono
tinggal dirumah tersebut. Perlakuan keluarga itu sangat ramah,bahkan terasa
seperti tinggal dirumah sendiri,sebuah kenyamanan dan kedamaian yang baru
kembali direngkuh setelah merasakan gelisah dan gulana yang mencengkeram jiwa.
Pada saat-saat itulah timbul keinginan Tanjono untuk menjodohkan anaknya kelak
dengan cucu dari kakek Husni,seorang laki-laki berumur sekitar dua bulan yang
baru dilahirkan. Bak gayung bersambut,kakek Husni ternyata sangat setuju dengan
perjodohan tersebut sehingga mereka mengikrarkan janji tersebut dalam sebuah
acara selamatan sederhana. Tentu saja perjanjian tersebut berlaku apabila anak
Tanjono adalah seorang perempuan.
Begitulah kisah hidup itu
mengalir,mengukir sebuah memori terindah dalam setiap jiwa manusia yang
menjalani. Memberikan sekelumit nafas kedamaian bila dilakukan dengan ikhlas
tanpa paksaan,menjadi sebuah beban berat yang harus di tanggung bila harus
dilakukan dengan keterpaksaan dari semua pelaku kejadian. Antara satu hal dengan hal yang lain akan
selalu memiliki keterkaitan dan keterikatan. Begitulah hubungan sebab akibat
dijalankan.
Sebuah peristiwa pasti ada asal
muasalnya. Beberapa orang akan mengukirnya
dalam prasasti perjuangan yang disebut dengan sejarah. Seluruh umat
manusia di dunia ini pasti memiliki sejarah,sebuah catatan memori yang diciptakan
Tuhan sebagai bahan belajar,dimulai saat kita dilahirkan hingga nanti diliang
lahat. Torehan prasasti sejarah setiap orang akan berbeda-beda,ada yang berupa
jalan lurus dan terang benderang bahkan ada juga yang hitam kelam juga
berkubang dalam lubang jurang yang dalam.
TIGA
Jangan mencoba bernyanyi, setidaknya
ketika purnamamu telah terenggut oleh sepi. Cahayanya yang tidak akan lagi
indah pasti mengurungmu dalam pengapnya hari-hari yang sunyi. Sulit untuk bisa
keluar menghirup udara malam jika hanya untuk melihat gulita,atau hanya ingin
menikmati embun yang sudah pasti dingin,sedingin hati yang membeku dan luruh
bersama tetesan hujan airmata. Mata yang sembab semalaman mungkin bisa
melepaskan beban,tapi juga tidak akan mudah merangkai kembali sebuah kerinduan
yang sudah kita temukan lalu lepas terhempas badai.
Membuang kesempatan untuk bahagia
bersama seorang kekasih yang kita idamkan adalah sebuah kebodohan. Sebuah
kesalahan yang tidak menjadikan indah dalam memulai hari- hari. Memilih berlari
dan pergi menjauh juga bukan merupakan sebuah keputusan yang benar,karena semua
masalah untuk di selesaikan,bukan untuk di hindari.
Malam ini seperti purnama yang
terenggut oleh sebuah mimpi buruk bagi Alexa. Hari kedua dan belum ada
keputusan apapun yang di buat oleh gadis itu. Telah dua malam semenjak
mendengarkan kisah tentang perjodohannya tersebut Alexa lebih banyak mengurung
diri di kamarnya. Gulana jiwa menawan dan merenggut keceriaan yang baru saja
tumbuh ketika bertemu sang pujaan hati. Sulit memikirkan bagaimana hidup yang
harus di jalani dengan orang asing yang benar-benar tidak dikenalnya,seperti
berjalan jauh menapak setapak berbatu yang kita sendiri belum memiliki panduan.
Apa jalan itu akan bercabang,lurus dan jauh tanpa harapan atau malah terjatuh
dalam sebuah lubang yang dalam hingga sulit untuk berdiri dan memulai hidup
kembali.
Entah kepada siapa waktu akan
membagi kisah,bila lembutnya nafas hari-hari hanya menjadi penghibur dikala
senggang,airmatalah teman sejati yang bisa memberi penawar pada luka terindah.
Kepingan –kepingan lajur jalan yang mulai gelap menghadang di depan sana.
Menciptakan bayangan tersendiri yang selalu ingin di telusuri. Bukan kepada
siapa kita harus menyerahkan hidup dan cinta kasih sayang kita,bukan kepada
siapa kita harus bergandengan tangan selalu tersenyum atau membawa diri kita
dalam waktu yang berbeda-beda. Namun,pada siapa kita akan menyerahkan
pengabdian kita,secara tulus ikhlas dan rela hati melayani dengan sepenuh hati.
Bukan dengan tanda tanya besar,cintakah engkau dengan aku? Baikkah perlakuannmu
padaku setelah kita menikah? Atau seberapa besarkah pengertianmu padaku disaat
kita tidak pernah mengenal satu sama lain sebelum kita menuju pelaminan yang
suci dan agung itu.
Kelopak mata Alexa yang terpejam
mulai tumbuh kembali. Sebuah kertas dan alat tulis di rangkai menjadi sebuah
coretan sajak. Hanya isi hati yang bisa menggambarkan perasaan pada jiwanya
yang mulai tenang. Dengan raut datar ia mulai bersyair,menumpahkan segala
jiwanya yang mulai terombang-ambing bimbang;
Bulan
di Tepi Sungai
Mata
memandang kilau melepas sembab sakit semalam
Pada
sepoi berbisik rindu jiwa cemburu datang terancam
Tanpa
bunyi kilau yang tenang,
riak
gelombang serasa bimbang,
Gisik
daun tumbuh terkekang ,jatuh terserak tanpa lebam
Pada
sang bulan titipkan salam
Bila
mengalir, sungai di tepi malam
Jernih
dan terus berkilauan,
Menjemput
rindumu di sepanjang jalan
Mengapa
harus memilih duri ?
Bila
purnama tegar menanti
Membuka
kilau di sepanjang sepi
Berteman
sepoi menyimpan hati
Setiap bias kata yang tumbuh akan
terus melahirkan ribuan pilihan. Setiap perbedaan dari cara pandang orang tua
kita pasti akan lebih mudah diselesaikan. Bergantung bagaimana kita bisa
menerjemahkan setiap permintaan mereka.
Alexa semakin dalam jatuh pada
pikirannya yang mulai bercabang,cintanya pada Bayu yang begitu besar akan
sangat sulit sekali untuk dikuburkan. Di seberang sana,kepatuhan pada orangtua
satu-satunya dan keinginan untuk membahagiakannya terus membekas,mengancam
tubuhnya yang mulai limbung oleh puing-puing janji. Keingnan menjadikan Bayu
sebagai seorang Imam sekaligus seorang yang menjadi pemimpin maupun nakhoda
untuk mengarungi masa depan yang lebih panjang.
“ Mas Bayu....Kenapa harus begini?
Kenapa sulit sekali kita untuk bersatu,Mas tidak bisakah engkau berbuat
sesuatu? “ Lirih Alexa bergumam sendiri. Dalam keputusasaan itu,kembali
meluncur sebuah sajak dari Alexa.
Engkau
mengabarkan setiap kepak sayapmu
Pada
tingginya langit bisu
Awan
yang berserak di antara kepingan senja
Pada
gelap tubuhmu terdiam
Menekur
lelap di antara ringkih malam
Janjiku,
pada setiap musim kembali
Sebanyak
ranting yang terpijak
Tumbuh
harum melati yang engkau tanam
Benih
yang tersemai di antara cadas dan ilalang
Ingatkan
aku untuk memungutnya
Karena
setiap ikrar yang berbeda akan menghasilkan kekecewaan
Apalagi
bila alpa membuncah di sebagian pagi
Lalu
embun hanya berharap pada pelangi,
bukan
pada mentari yang memberinya kilau...
Seberapa
jauhpun aku akan melangkah pergi
Pada
setiap ucap yang telah teringkari
Tidak
akan mampu menggantikan ikrar yang akan
membuatku kembali
Disini,dan
menunggu seribu tahun lagi.....
Ada yang percaya bahwa sebuah
rahasia akan menjadi sebuah beban seumur hidup kita. Bila saat-saat terakhirpun
kita memilih tidak untuk mengatakan atau menceritakan sebuah kisah yang telah
sangat lama kita pendam dalam lubuk jiwa yang paling dalam. Tentu lebih
menyakitkan lagi bila orang yang kita cintai tidak pernah tahu yang kita
rasakan,lalu pergi begitu saja meninggalkan kita yang sedang termangu
menantinya pada ujung sebuah jalanan.
Memang
adakalanya kita menyimpan rahasia, tapi bukan untuk sebuah cinta. Banyak kasus
terjadi yang mana beberapa orang di antara kita harus kehilangan cinta karena
tidak sempat mengucapkan perasaannya. Bagaimana orang tersebut di hantui sebuah
rasa penyesalan selama seumur hidup karena gagal merebut maupun mempertahankan
cintanya tersebut. Bukan tidak mungkin,ketika cinta itu tanggal kita akan
mengalami rasa sakit yang sungguh amat pedih,tidak jarang sebagaian di
antaranya memilih mengakhiri kehidupan,banyak juga yang menjadi linglung atau
kehilangan kesadaran dan menjadi gila karena kehilangan cinta.
Pagi,mungkin bukanlah saat yang
tepat untuk membicarakan isi hati. Pada saat kebanyakan orang sedang mencari
sesuap nasi,menafkahi keluarga yang menjadi tanggung jawab masing- masing
keluarga. Sangat banyak kesibukan dimulai saat pagi hari. Sebagian besar
anak-anak pergi kesekolah pada pagi hari,para pegawai dan karyawan pergi ke
kantor pada pagi hari,ibu rumah tangga mulai menyiapkan sarapan pada pagi
hari,para pedagang mulai perniagaan di pagi hari,para buruh juga pergi kesawah
pada pagi hari.
Banyak sekali hal-hal yang sangat penting
terjadi dikala mentari itu mulai tumbuh,terangnya hari merupakan sebuah alarm
alam yang di ciptakan tuhan untuk memulai segala hal dalam dunia ini. Seperti
halnya gelap yang menjadi penanda bahwa makhluk bumi harus mengakhiri hari dan
beristirahat untuk memulihkan tenaga dan pikirannya.
Alexa
menatap lekat wajah Bayu yang berdiri tegap disampingnya,pemuda itu terlihat
sibuk menata rumput untuk pakan ternak pagi ini,sebagian besar pekerjaan itu
telah selesai,sebagian lagi masih menunggu untuk mendapatkan jatah makan yang
sama. Beberapa pegawai juga tampak sibuk mengatur dan menempatkan rumput yang
baru saja selesai di sabit. Yang lain duduk tepat dibawah perut sapi,mengurut
putingnya yang besar berisi susu segar,memasukkannya dalam sebuah tempayan
khusus menyimpan susu sapi. Tidak hanya sapi yang di peras susunya di
peternakan ini. Sekumpulan kambing Etawa juga tampak sedang di peras susunya.
Kandang yang bersih menjadikan seluruh hewan ternak merasa nyaman dan
menghasilkan banyak sekali susu berkualitas tinggi.
Hanya
sedikit saja terlihat sapi atau kambing
jantan dalam kandang,itupun hanya yang masih terlihat kecil-kecil atau masih
menyusu pada induknya. Ketika cukup umur,kambing maupun sapi jantan itu lebih
banyak akan disembelih untuk hari raya Idul Qurban. Hampir setiap tahun, tidak
kurang dari empat ekor sapi dan sepuluh ekor kamping selalu di sembelih dan di
bagikan kepada seluruh warga desa. Beberapa di antaranya juga disembelih untuk
kegiatan hajatan yang dilakukan oleh pegawai peternakan. Memang,Haji Tanjono
selalu menghargai seluruh pegawai yang ada dengan cara mencukupi kebutuhan
mereka,termasuk membantu melaksanakan hajatan jika ada anak mereka yang
dikhitan ataupun mengadakan pesta pernikahan. Haji Tanjono sangat percaya bahwa
dengan banyak melakukan shodaqoh maka akan lebih banyak rejeki yang dilimpahkan
Allah swt kepada umatnya. Karena disadari atau tidak bahwa dalam setiap harta
benda orang-orang muslim pasti terdapat hak-hak sesama mereka yang kekurangan.
“
Mas Bayu,bisakah kita bicara sebentar ?” Pemuda itu menoleh kepada Alexa.
“
Ada apa Dik? Bicara saja,jangan sungkan seperti itu. Mas Bayu selalu bersedia
untuk berbicara dengan adik,bukankah selama ini adik tidak pernah secanggung
ini. Adakah hal yang mengganggu pikaran Adik saat ini?”
“
Ada sesuatu yang perlu kita bicarakan Mas,sekarang dan tidak di tempat ini. Adakah
waktu dari mas Bayu untuk mendengarkan tutur adik?”
Bayu
merasa heran,kenapa tiba-tiba saja sikap Alexa menjadi kaku seperti ini,seperti
bersikap pada orang yang baru saja di kenalnya. Sikap itu sangat berbeda
seratus delapan puluh derajat dari Alexa yang sebelumnya. Apakah sikap ini ada
hubungannya dengan peristiwa yang terjadi dua hari yang lalu,dimana waktu itu
Alexa meneteskan airmata,disusul dengan peristiwa dua hari berturut-turut yang
mana Alexa tida bersedia keluar kamar,tidak mau menemui siapapun,bahkan makan
pun harus dikirimkan ke dalam kamarnya.
Bayu
mulai menduga-duga apa yang terjadi dengan gadis itu. Segera ia merapikan semua
pekerjaan memberi pakan ternak,menyelesaikannya dengan lebih cepat. Bayu tidak
ingin Alexa menunggu terlalu lama. Gadis itu segera melangkah pergi saat
melihat Bayu menyelesaikan pekerjaannya. Dengan tergesa pula Bayu mengikuti
gadis itu. Beberapa pekerja terlihat keheranan melihat dua orang perjaka dan
perawan tersebut.
“
Kira – kira ada apa ya Mun,mengapa mereka terlihat buru- buru sekali ?” Tutur
Suliono kepada Muntari.
“
Kamu ini pengin tahu saja urusan orang Sul. Biarkanlah dua anak muda itu
menyelesaikan urusan mereka. Kamu ini seperti tidak pernah muda saja.”
“
Bukannya begitu Mun,sebagai manusia wajarkan kalau memiliki rasa penasaran?”
“
Lho kamu manusia juga toh,tak kira...”
“
Husss....memang kamu kira aku ini apa? Jangan kurang ajar kamu sama orang yang
lebih tua,nanti bisa kualat tahu rasa kamu.”
“
Iya maaf mbah,...tapi ngomong-ngomong mas Bayu dan mbak Alexa kelihatan cocok
juga yah? Tampak serasi seperti Rama dengan Sinta.”
“
Ah... kamu ini terlalu banyak melihat pertunjukan wayang kulit Mun,yang modern
sedikit dong kayak aku ini,biarpun sudah tua tapi masih selera
muda,sekali-sekali lihat bioskop dong. Jangan melihat wayang kulit terus.”
“
Loch... kan lebih baik melihat wayang kulit dong kang Suliono yang ganteng,bisa
ikut melestarikan budaya leluhur kita. Sekaligus bisa belajar bagaimana
pegangan hidup,bukan begitu...?”
“
Ehm...ada benarnya juga perkataan kamu tadi Mun,mereka memang sangat
serasi,sangat cocok kalau menjadi sepasang suami isteri,apalagi mereka
sebenarnya bukan kakak dan adik kandung,jadi sangat pas sekali kalau mereka
dinikahkan. Kira- kira pak haji setuju apa tidak ya Mun dengan pendapat kita?”
“
Husss...jangan ngaco dong kang,mana mungkin kita mengatur majikan kita,mendikte
juragan yang memberi kita makan setiap hari. Sudah-sudah,biarkan semua mengalir
apa adanya,lebih baik kita kembali meneruskan pekerjaan kita,jangan menggunjing
terus,nanti malah bisa menjadi ghibah.”
“
Tumben otak kamu rada lempeng Mun. Biasanya bengkok dan berbelok kemana-mana.”
***
“
Mas Bayu tahu kenapa saya mengajak mas Bayu kemari,kenapa kita harus berdiri
disini? Kenapa kita harus berbicara di tepi sungai ini mas?”
“
Maaf Dik,mas tidak tahu. Mas masih belum mengerti kenapa dua hari ini sikap
adik tiba-tiba berubah,kenapa secara mengejutkan adik tidak ceria lagi seperti
saat pertama kali datang tempo hari. Adakah sesuatu yang menggangu pukiran
Adik,lalu adakah hubungannya dengan peristiwa dua hari yang lalu? Maaf bila mas
Bayu lancang,mas secara tidak sengaja melihat adik menangis dua hari yang lalu.
Bisakah adik terbuka kepada mas Bayu,karena beban yang di tanggung sendiri
pasti lebih berat daripada kita bagi dengan orang lain.”
“
Itulah Mas,karena masalah itulah adik ingin berbicara dengan mas pagi
ini...adik ingin menumpahkan segala beban pikiran adik selama ini.” Alexa
menghela nafas.
“
Adik tidak mau menahan semua sendiri,menyimpan sebuah rahasia yang lebih baik
seharusnya dapat adik utarakan.”
“
Sebenarnya ada masalah apa dengan adik?”
“
Pertama, kenapa adik membawa mas ke tepi sungai ini,tidak lain dan tidak bukan
adalah untuk menunjukkan kepada mas bahwa hidup itu harus terus mengalir
seperti alur air ini,benar begitu kan Mas?”
“
Benar sekali perkataan Dik Alexa,hidup itu mengalir seperti alir sungai ini.
Kadang ia jernih kadang juga mengalir dengan keruh,kadang mengalir dengan deras
kadang kecil,kadang dengan lancar meluncur dari hulu menuju hilir,adakalanya
juga ada yang menghambat dan membendungnya sehingga tidak mampu lagi
melanjutkan perjalannannya. Kadang mengalir dengan lurus,kadang berkelok karena
ada batuan yang menghadang.”
“
Benar sekali perkataan mas Bayu. Jadi apapun yang terjadi nanti pasti akan
terjadi,karena setiap dilahirkan kedalam dunia ini,bahkan selama masih berada
di rahim sang ibupun telah ditentukan takdir yang harus kita jalani. Di atas
sana takdir kita di tulis dalam Qada dan Qodar,telah tertulis dan terukir
dengan jelas dimana kita akan dilahirkan,kapan kita akan dilahirkan,dengan
siapa kita dipertemukan dengan pendamping hidup kita dan kapan serta dimana
kita harus meninggalkan dunia ini. Semua sudah ditetapkan dan siap ataupun
tidak siap,suka atau tidak kita tetap harus melaksanakannya. Benar begitu mas
Bayu?’’
“
Benar sekali Dik,mas Bayu sangat setuju dengan pendapat dik Alexa. Jadi
sebenarnya apa yang menggangu pikiran adik?”
“
Coba mas Bayu lihat gunung Penanggungan di atas sana. Sangat indah kan Mas?
Gunung itu sangat kokoh tegar berdiri,selalu kuat menghadapi segala jenis
perubahan cuaca. Mulai panas yang mengering hingga menimbulkan kerontang dan
kebakaran,derasnya hujan yang membuat sebagian punggungnya melongsor dan
menimbulkan korban. Embun yang menyelimutinya dengan dingin yang merajam,angin
yang setiap waktu menghempasnya dengan keras dari sisi kanan dan kiri,dari
timur,barat,utara dan selatan. Ia tidak pernah mengeluh Mas,tidak pernah
sekalipun lelah untuk memberikan hidup dan penghidupan kepada tetumbuhan. Tidak
pernah letih menjaga tubuhnya yang kokoh tetap berdiri,menjaga ilalang selalu
tumbuh pada setiap punggung dan puncaknya,tidak pernah menolak tumbuhnya
belukar dan berbagai kerikil yang terhempas oleh hujan.”
“
Aku ingin sekali seperti gunung itu Mas,aku sangat ingin memiliki jiwa yang
kokoh seperti gunung Penanggungan. Tegar menghadapi seluruh cobaan yang
datang,tangguh dalam menerima segala tekanan. Aku juga ingin menjadi alir
sungai yang jernih Mas,ingin menjalani hidup ini apa adanya. Mengikuti setiap
arus hingga dapat sampai ke ujung dari penghidupan ini dengan selamat. Sangat
sulit Mas,sangat sulit sekali menerima sebuah kenyataan hidup yang fana ini.
Sangat sulit sekali mas.”
“
Setiap hidup itu pilihan Dik,kita bisa memilih mana yang terbaik buat kita,mana
yang tidak baik. Mana yang bisa membuat kita bahagia,mana yang akan membuat
kita sengsara. Jadi kita harus lebih jeli dalam memilih hidup yang terbaik buat
kita.”
“
Bagaimana apabila kita harus memilih antara orangtua kita atau mempertahankan
cinta kita Mas? Itu sama saja dengan memakan buah simalakama,bila memilih
orangtua maka kita akan kehilangan cinta kita,jika kita memilih cinta maka kita
harus menghancurkan impian orang tua kita. Jadi bagaimana menurut Mas Bayu?”
“
Sebuah pilihan yang sulit Dik. Di satu sisi kita harus bersikap patuh dan taat
kepada orangtua yang telah dengan ikhlas dan kerelaannya memberikan cinta kasih
juga rasa sayangnya kepada kita. Menumpahkan segala tenaga dan pikiran untuk
mencari nafkah dan penghidupan bagi kita. Sedangkan cinta juga harus di
perjuangkan,tanpa cinta hidup kita tidak akan bahagia,tanpa cinta tidak akan
tumbuh sikap pengorbanan atas sebuah pengabdian yang tulus dan ikhlas.”
“
Lalu bagaimana bila cinta kita tidak pernah mendapatkan balasan dari orang yang
kita cintai? Bagaimana jika cinta kita hanya dianggap sebagai sebuah kasih
sayang antara seorang teman atau seorang saudara,pantaskah kita terus menunggu
Mas?”
“
Menunggu,...adalah sesuatu yang sulit. Kita seperti menanti sebuah keajaiban
yang entah kapan keajaiban tersebut akan datang menjemput kita,bisakah kita
terus menunggu jika hanya malam gelap dan sepi menemani kita dalam ketidak
pastian,untuk saat ini atau seribu tahun lagi. “
“
Menurut mas,apa yang akan mas Bayu lakukan apabila ada seseorang yang akan
mengucapkan cintanya kepada mas Bayu,padahal gadis itu akan pergi,pergi
ketempat yang sangat jauh,bahkan mungkin tidak akan bertemu lagi. Mungkin juga
gadis itu akan tetap sangat dekat dengan mas,tapi terasa sangat jauh seperti
ada sebuah tembok tebal yang menghalangi pertemuan itu? Bagaimana menurut mas
Bayu,apakah mas Bayu akan tetap melihatnya sebagai sebuah cinta yang tulus?”
“
Dik,yang perlu dilihat dari ketulusan seseorang adalah bagaimana dia memberikan
pengabdian,jadi menurut mas,sebuah cinta itu harus di ungkapkan karena setiap
manusia berhak menerima cinta,berhak memberi cinta walaupun pada akhirnya akan
terpisah oleh jarak,waktu dan kesempatan.”
“
Mas Bayu...aku tahu ini mungkin tidak pantas untuk diucapkan seorang adik
kepada kakaknya...”
Mendung
menggelayut pada sudut mata Alexa,sebutur kristal bening tiba-tiba luruh dari
sudut matanya yang indah. Wajahnya semakin layu oleh awan kelam yang siap
menumpahkan segala beban rasa yang telah tumbuh dan terus membebani.
Butiran-butiran embun lembut semakin banyak yang luruh,membentuk kanal
airmata,suara Alexa semakin berat,pandangannya tidak lagi tampak
berbinar,sesekali diusap matanya yang sembab.
“
Mas Bayu... tidak tahukah mas bahwa ketika memandangmu,telah aku temukan
keteduhan disana,ada kedamaian pada setiap tutur dan kata. Ada perasaan
nyaman,tenang dan menyenangkan setiap kali Alexa dekat dengan mas Bayu.
Mas,tidak sadarkah mas Bayu bahwa ketika berada di Australia Alexa merasa
sangat tersiksa mas,Alexa merasa sangat rindu kepada mas Bayu. Rindu pada
setiap tutur dan kata mas Bayu,rindu pada perhatian dan kasih sayang mas Bayu.
Mas...maafkan Alexa bila aku lancang mengucapkan ini.”
“
Bukan salah Adik bila punya rasa seperti itu,bukan salah adik jika memiliki
rasa rindu,bukan salah adik bila memiliki rasa sayang kepada mas Bayu. Perasaan
itu tumbuh karena kita telah tumbuh bersama,kita makan di meja yang sama,kita
bermain pada halaman yang sama,kita berteduh dalam rumah yang sama. Jadi sangat
wajar apabila telah tumbuh kasih sayang antara kita,cinta kasih itu tumbuh
bukan lain karena kita adalah sepasang saudara. Sangat wajar jika adik
menyayangi sang kakak dan kakak menyayangi sang adik.”
“ Tapi perasaan ini berbeda Mas,ini bukan
perasaan antara seorang adik kepada kakaknya,bukan perasaan antar saudara,bukan
perasaan kepada teman atau sahabat. Ini adalah perasaan cinta,seperti cinta
kupu-kupu kepada mawar yang membuat dunia menjadi indah,seperti cinta antara
mentari dan pagi,seperti cinta malam dengan bulan dan bintang,juga cinta awan
terhadap hujan. Ini benar-benar cinta yang memberi debar dalam dada,ini cinta
yang sama seperti cinta Layla dan Majnun,seperti cinta antara Rama dan Sinta.”
“
Bagaimana mungkin mas Bayu akan menerima cinta dik Alexa,mas hanya seorang anak
pungut,mas Bayu hanya seorang pekerja yang membantu pekerjaan majikannya,kita
tidak sebanding,kita sangat berbeda selayak kerikil dengan kokohnya
penanggungan,seperti sepoi dengan ilalang yang membuat mereka tidak pernah bisa
menyatu. Apa yang akan dikatakan orang apabila mas Bayu lancang untuk mencinta
dik Alexa,mas Bayu akan dicap sebagai orang yang tidak tahu terima kasih.”
“
Lebih baik kita lupakan saja perbincangan kita ini Dik,lebih baik adik
menyimpan rasa cinta tersebut bagi oarng lain. Menyimpan kasih sayang dan
pengabdian tersebut kepada orang yang tepat untuk menjadi pendamping dik
Alexa.”
Matahari
seakan runtuh bagi Alexa ketika mendengar perkataan Bayu,gelap menyergap terik
siang yang berjalan pelan,bejana yang di ulurkan itu telah tumpah pada ujung
jalanan. Laksana kemarau yang membakar rerumputan dan ilalang pada punggung
penanggungan. Hanya diam dalam ribuan bahasa bisu bagi Alexa. Airmatanya
semakin deras mengalir.
“
Apapun yang terjadi,Alexa akan tetap mencintai mas Bayu. Alexa akan tetap
menyerahkan cinta ini hanya untuk mas Bayu,sampai kapanpun. Asal mas Bayu
tahu,Alexa akan menerima perjodohan yang dilakukan oleh ayah. Namun tidak
dengan sepenuh hati,Alexa akan tetap menjalani perjodohan tersebut hanya untuk
menyenangkan hati mas Bayu yang sudah sangat tega kepada Alexa.”
Dan ketika lembayung kelam mulai menapak di
antara gerimis tangis,gadis itu melangkah pergi,meninggalkan Bayu yang masih
diliputi rasa bersalah. Rasa bersalah itu tiba-tiba saja tumbuh dalam
jiwa,bergerak dari batang-batang tubuh yang membalur bisu,bersemi dan mekar
selayaknya bunga di musim kemarau. Lalu layu bersama kering yang mencekat di
tenggorokan,ludah mulai mengering karena tidak lagi mampu membawa alir oksigen
ke dalam hati. Hati itu serasa pengap menjemput alinea kata kelu yang tidak
mungkin lagi untuk diselamatkan.
Sungguh
sebuah keegoisan apabila membiarkan sebuah cinta yang tumbuh dan mekar itu
harus tersiram raksa yang memaksanya untuk runtuh dan luruh bersama embun pagi.
Bukan suatu alasan yang benar yang bisa membiaskan dan mematahkan ranting
perasaan sendiri,apalagi dengan menciptakan kebohongan-kebohongan yang yang
menutup rasa yang sama yang pernah dirasakan.
Sebenarnyalah,Bayu
merasakan perasaan yang sama dengan Alexa. Telah tumbuh juga benih-benih cinta
yang terkadang menyiksa malam dalam benaman tidurnya. Mimpinya selalu melayang
menuju langit yang sama dengan yang di
huni mimpi Alexa. Sepoi terkadang juga turut menerbangkan asa,mencuri nektar
dari lebah hingga memberi manis seperti gulali,terkadang pekat juga turut hadir,memberikan
sesak dalam dada karena rasa cemburu yang menyiksa. Benarkah Bayu benar-benar
mencintai Alexa? Selalu saja timbul perasaan itu tatkala dalam kesendirian
lamunannya yang panjang dalam sebuah bilik pada masa rehatnya.
Bayu
hanya bisa berharap apa yang telah dikatakan tidak pernah menyakiti gadis
itu,atau paling tidak tetap membuat hubungan mereka tampak biasa saja seperti
sebelumnya. Akan sangat sulit melihat sebuah kenyataan dimana orang yang paling
dekat dengan kita tiba-tiba menjauh,bagaimana kita akan bisa merasakan
keindahan alam jika celoteh burung yang kita harapkan hanya membisu. Bagaimana
akan menatap sunrise bila mendung
terus menutup pergerakan matahari,menciptakan warna kelam yang secara terus
menerus membayangi waktu,dalam tidur kita,makan atau dalam mengerjakan suatu
pekerjaan. Bukan sebuah keputusan yang bijak untuk mencari mawar pengganti yang
lebih indah,atau mengganti salah satu warna pelangi karena keindahannya akan
luntur dan luruh dalam jejak langkah yang memisahkan antara kebaikan dan
keburukan. Kejujuran dan kebohongan.
Dalam
dunia ini,sesuatu yang kita tanam akan menghasilkan hasil yang sesuai dengan
yang kita harapkan. Bergantung bagaimana
kita merawat dan membesarkan apa yang telah kita tanam tersebut. Bila kita
menanam padi misalnya,kita juga harus merawatnya dengan sepenuh hati,memberikan
pupuk yang sesuai,menyiangi rumput yang mulai tumbuh tinggi bahkan memberikan
penyemprotan menggunakan pestisida agar hama penggangu tanaman hilang sirna
binasa. Dengan perawatan yang penuh kasih sayang itulah,hasilnya tentu menghasilkan
panen yang sesuai dengan pengharapan. Jumlah yang banyak,bulir yang padat
berisi juga warnanya yang menarik hati.
Berbeda
lagi jika kita menanam padi,membiarkannya tumbuh tanpa memberinya pupuk yang
tepat,pengairan yang asal-asalan,pembiaran pada hama dan gulma maka hasilnya
akan lain. Tentu saja mungkin padi itu akan mati,berganti tumbuh ilalang rumput
bahkan gulma yang akan kita panen. Begitupun dengan cinta,cinta yang tidak
dialiri dengan kasih sayang akan segera layu,mengering dan mulai mati. Bahkan
lama-kelamaan akan menghilang dari diri orang yang kita cintai. Bukan tidak
mungkin orang lain akan menggantikan cinta tersebut dengan cintanya. Merebut
dengan paksa lalu menimbulkan luka yang merah yang menganga dan sulit untuk
kita sembuhkan.
EMPAT
Saat udara membagi nafasnya
padamu,hiruplah sebanyak mungkin oksigen untuk membantumu dalam melepaskan
semua beban dalam tubuhmu. Biarkan sesak yang menghimpit akan kembali
memberikan kelegaan. Hanya dengan menarik nafas panjanglah semua beban yang ada
dalam tubuh kita mungkin akan luruh bersama peredaran darah. Melewati pori-pori
dan keluar bersama keringat yang terus tumbuh diantara kulit kita.
Mencoba berpikir positif mungkin
akan membantu untuk melepaskan beban masalah yang sedang menghimpit. Menjadikan
kita dapat menerima segala hal buruk yang sedang dan akan menghampiri
kita,menjauhkan diri dari sikap egois dan takabur,serta prasangka buruk
terhadap orang lain. Mencoba menikmati keikhlasan dan kerelaan hati bisa
menjadi solusi yang menyejukkan,menjadikan hati kita terasa teduh,dingin dan
nyaman seperti berlindung di bawah pohon trembesi saat matahari benar-benar
menyengat. Jika beruntung kita akan mendapatkan kesejukan dari sepoi yang
selalu berhembus menggoyangkan ilalang. Memainkan senandung dari kidung alam
pada puncak bukit,lembah dan pegunungan.
Hanya itu yang bisa dilakukan Alexa
untuk saat ini,mencoba menerima sebuah kenyataan walaupun seberapa perih
kerikil akan menggores kakinya dalam menempuh setapak jejak terjauh. Hidup yang
penuh ketidakpastian bisa menjadi pengukir langkah baru yang menunggu untuk di
taklukkan. Dalam waktu yang lama itulah akan ditentukan,kita akan menang atau
akan menjadi seorang pecundang yang menyerah dalam menghadapi kenyataan.
“ Non Alexa jadi berangkat besok ?”
Tanya budhe Surtini sembari merapikan perbekalan yang berupa baju dan celana
serta keperluan pribadi Alexa kedalam tas ransel hitam. Cukup aneh melihat
budhe Surtini saat ini,tidak henti-hentinya airmatanya meleleh pad kedua
pipinya yang mulai keriput. Ia bagai akan melepas anak kandungnya pergi jauh
dan tidak akan kembali dalam waktu yang amat lama. Bayangan kerinduan ketika
ditinggalkan Alexa selama lima tahun terakhir masih membekas dalam sanubarinya.
“ Iya Budhe,do’akan saja Alexa
mendapat lindungan dari Allah swt. Diberi kemudahan dan kelancaran sehingga
dapat segera berkumpul kembali bersama keluarga ya budhe.”
“ Iya Non...budhe akan selalu
berdo’a untuk non Alexa. Tapi,kenapa harus secepat ini non Alexa pergi lagi?
Baru juga belum genap satu minggu non Alexa pulang,eh sekarang malah sudah
harus pergi lagi. Belum puas atuh non melepas rindu.”
“ Budhe,...setiap pertemuan itu
pasti ada perpisahan,bagaimana kita hidup itu selalu bertemu dengan orang lain,berkenalan
lalu adakalanya perpisahanlah yang harus dilakukan. Ada garis nasib yang harus
kita jalani dari masing-masing individu,ada takdir yang mengatur jalan
kehidupan kita yang telah digariskan oleh Allah swt. Jadi kita harus selalu
ikhlas,selalu ridho apabila kapanpun kita dipisahkan dengan orang-orang
terdekat kita,baik itu untuk sementara maupun selamanya karena kita harus
menghadap Sang Khalik. Budhe tidak boleh sedih lagi ya,insyaallah kalau ada
umur panjang kita pasti dipertemukan kembali.”
“ Tapi Non,...”
“ Sudahlah Budhe,do’akan saja Alexa
selamat sampai tujuan dan semua keinginan dapat tercapai dengan baik.” Potong
Alexa cepat,meskipun dalam hatinya yang terdalam sangat sulit untuk melakukan
perjalanan ini. Alexa juga sangat tidak yakin akan mendapatkan hasil
pencariannya kali ini. Bayangan Bayu
kemabali melintas dalam angan gadis itu,bagai potongan puzzle yang terus
berkelebat cepat ingin dirangkai kembali.
“ Baik Non, do’a budhe dan seluruh keluarga akan
selalu mendampingi langkah non Alexa kemanapun non Alexa melangkahkan kaki.
Kalau begitu non Alexa harus segera istirahat,supaya besok tidak terlalu
capek.”
“ Iya budhe,lebih baik budhe
istirahat lebih dulu,Alexa belum mengantuk.”
“ Satu lagi budhe,budhe jangan sedih
lagi ya...hapus airmatanya gi,biar kelihatan semakin cantik. Dan maaf
Budhe,tolong pintu kamar ditutup ya.”
Benarkah aku
telah berjanji,meninggalkan kata yang bersilat pada pengharapan yang akan
selalu menjadi alpa,haruskah engkau akan terus menungguku,bila sajak-sajak dan
senandung yang aku nyanyikan kerap menyapa langit tidurmu. Bukankah engkau
tahu,setiap malam telah aku titipkan sekantung rindu dibawah jendela
kamarmu,agar ruangmu selalu mewangi,seperti harumnya mawar yang pernah engkau
tanam untukku.
Bilakah ada setitik waktu yang akan disisakan kepada kita,agar
aku bisa melangkah pergi bersama wajahmu,pada malam ini ijinkan aku menjemput
mimpimu,membawanya pergi menuju padang terindah yang hanya tercipta untuk kita
berdua. Disanalah akan kutanam bunga-bunga yang tiada layu,istana yang terbuat
dari safir dan permata. Pakaian terindah yang disulam hanya dengan benang yang
berasal dari rajutan pelangi. Bertatahkan emas bersulam sutera terhalus dari
penghujung langit.
Ruang itu masih kosong. Hanya
kata-kata yang sebentar melintas,lalu terselip pada hembus sepoi yang mencari
lajur pada setiap lubang jendela. Mata Alexa semakin berat dan berakhir dengan
lelap dalam ranjang tanpa debu tersebut.
Sewaktu
pagi masih menyisakan pekat,subuh baru saja berakhir untuk memulai hari-hari.
Jalanan tampak sunyi dan gelap samar,pada lelap sebagian penduduk bumi itulah
Alexa melangkahkan kaki. Berjalan menyusuri jalanan kampung yang sama selama
seumur hidupnya yang cukup panjang. Mencari kembali sebuah awal dari masa
depannya yang terhidang di depan sana. Sengaja ia tidak membangunkan Bayu
ataupun sang ayah tercinta,tidak ingin menyisakan kesedihan atas kepergiannya.
Hanya budhe Surtini yang menemani dan membantunya menyiapkan bekal selama di
jalan sejak pukul tiga pagi tadi.
Jalanan
yang masih lengang akan menghindarkannya dari tanya para tetangga tentang
tujuan kepergiannya kali ini. Sebuah alamat telah didapat dari tangan haji
Tanjono,ayahnya sejak kemarin sore. Acara pamitan dan sungkem juga telah
dilakukan,jadi tidak ada lagi sebab yang dapat menunda kepergian ini. Sampai di
ujung desa,Alexa menoleh sekali lagi pada ujung jalanan yang telah dilalui.
Pada gunung penanggungan itu akan di titipkan salam rindu yang dalam kepada
pujaan hatinya.
“
Mau kemana Non...?” Seorang tukang ojek menawari Alexa dengan ramah.
Membuyarkan lamunan sepanjang perjalanan dengan berjalan kaki. Di ujung desa
itulah,para tukang ojek selalu siap mengantar kemanapun para penduduk desa akan
pergi. Banyak yang memanfaatkan jasa mereka untuk pergi ke pasar,kerumah
sakit,ke kantor,ke sekolah bahkan terkadang juga untuk menemani menemui sang
kekasih. Ini terutama banyak dilakukan oleh sepasang muda-mudi yang sedang di
mabuk cinta. Perawan dan perjaka yang kebanyakan dari mereka belum memiliki
sepeda motor sendiri seperti yang ada di kota-kota.
“
Minta tolong di antar ke Mojosari ya pak...” Sambut Alexa tidak kalah ramah.
Kota kecil itu berjarak kurang lebih sekitar sembilan kilometer dari desa
Sumberkajar ini. Bagi orang lain mungkin tarifnya akan sangat mahal jika harus
naik ojek. Akan lebih murah jika mau naik colt diesel yang akan melintas
sekitar satu atau dua jam lagi. Jumlahnya yang hanya tersisa tiga unit tentu
saja hanya menyesuaikan keberangkatannya dengan jam orang yang pergi ke
pasar,anak- anak yang pergi kesekolah atau para buruh yang menuju ke pabrik.
Begitupun saat pulang nanti,hanya jam-jam tertentu saja colt diesel itu akan
melintas untuk mengantar penumpang dari kota Mojosari menuju kota kecamatan
Trawas yang terletak di pegunungan.
Bagi
Alexa dan keluarga tentu tidak mahal untuk naik ojek. Mereka bukan dari
golongan orang yang kekurangan. Tidak jarang tukang ojek yang mangkal di
pangkalan ojek tersebut dengan suka hati mengantar kemanapun mereka pergi,
tanpa sepeserpun di pungut biaya alias gratis. Kebanyakan para tukang ojek
tersebut sangat mengenal keluarga haji Tanjono. Beberapa di antara mereka
bahkan mendapatkan pekerjaan sebagai tukang ojek karena di bantu oleh haji
Tanjono yang membelikan mereka motor.
Motor
tersebut di berikan secara cuma-cuma dan tanpa ada embel-embel harus menyetor
uang dari hasil menjadi tukang ojek. Syarat untuk memperoleh pekerjaan itupun
cukup mudah,mereka hanya harus meninggalkan acara mabuk-mabukan yang sering
dilakukan para pemuda,tidak lagi berjudi agar lebih bertanggung jawab kepada
keluarga,serta yang paling penting adalah taat beribadah sesuai dengan
kepercayaan dan agama yang dianutnya. Haji Tanjono juga tidak pernah memaksakan
suatu agama yang diyakini kepada orang lain,tidak juga membeda-bedakan agama
orang yang akan di bantu.
Hal yang tentu saja membuat para
penduduk desa sangat segan dan hormat kepada keluarga tersebut. Apapun
kerepotan yang di alami keluarga haji Tanjono,maka dengan sukarela masyarakat
dengan sigap membantu mereka.
Sepeda motor itu melaju perlahan
menuruni bukit,meliuk liuk pada jalanan yang menurun tajam. Pengemudi motor
mencoba mengemudikan motor dengan
senyaman mungkin,memberikan ruang kepada Alexa untuk menikmati segarnya
pemandangan alam di kanan dan kiri jalan raya. Terkadang pada jurang yang
menganga,mengalir di bawahnya sebuah sungai kecil yang jernih. Disanalah waktu
kecil Alexa pernah menyusuri sungai-sungai tersebut untuk sekedar memancing
ikan. Dulu sekali,aliran sungai itu agak lebih deras dari sekarang,banyak
sekali ikan yang bersarang dibawah bebatuan. Suka sekali Alexa di ajak Bayu
untuk mencari ikan. Tidak jarang sepuluh atau dua puluh ikan gabus dan lele
berhasil didapatkan dalam satu kali pergi memancing.
Memang tidak setiap kali pergi kesungai
Alexa,Bayu dan beberapa teman itu memancing. Terkadang mereka hanya sekedar
berjalan-jalan atau mencari pakis hutan untuk dimasak,biasanya di sisi kanan
dan kiri tanggul sungai yang hanya selebar dua meter tersebut tumbuh subur
tanaman pakis. Tak jarang tanaman kangkung air yang tumbuh disawah-sawah yang
juga terletak di tepi sungai ikut dibawah pulang kerumah. Biasanya budhe
Surtini akan mengomel tidak karuan apabila kedua anak tersebut bermain-main di
tepi hutan,beribu nasehat akan segera meluncur deras dari bibir wanita itu,dari
mulai ketakutan kena ilmu santet jika mereka masuk kesawah atau ladang yang
salah, juga cerita-cerita tentang anak yang disembunyikan jin hutan atau
bertemu hantu pada siang bolong.
Cerita-cerita
itu hanya di tanggapi mereka berdua dengan tertawa-tawa saja. Lalu besoknya
mereka akan kembali lagi kesana,mencari selada air yang juga banyak di tanam
para penduduk desa Sumberkajar. Tidak jarang anak-anak itu akan di kejar-kejar
pemilik sawah karena ketahuan mencuri selada. Namun,begitu mengetahui bahwa
anak-anak tersebut adalah keluarga haji Tanjono,mereka tidak lagi
mempermasalahkan. Bahkan secara sukarela dua ikat selada bisa di bawah pulang.
Pada
hari yang lain Alexa dan Bayu sangat suka untuk mencari buah juwet. Buah ini bentuknya sedikit
menyerupai buah anggur. Bahkan penduduk desa sering menjulukinya dengan buah
anggur jawa. Bentuknya ada yang lonjong dan bulat sempurna,buah yang masih
mentah berwarna hijau muda,lalu berwarna merah ketika sudah mulai hampir
masak,rasanya agak masam dan sepat jika belum matang benar. Buah yang matang
berwarna hitam agak kemerahan,daging buahnya mulai berair rasanya manis jika
buah tersebut sudah benar-benar telah matang.
Bijinya
besar-besar, sebesar jari kelingking untuk buah juwet yang sebesar jempol tangan. Setiap buah memiliki satu biji,
biji tersebut dapat di pecah menjadi dua karena merupakan jenis tumbuhan
dikotil. Ada sebuah mitos yang meneebutkan bahwa setiap anak yang jatuh dari
pohon juwet setinggi apapun akan
mengalami patah tulang. Mitos ini berkembang karena melihat biji dari buah juwet yang bisa dipatahkan menjadi dua
bagian.
Belum
ada bukti ilmiah yang kuat untuk membuktikan mitos tersebut,meskipun teman
Alexa yang bernama Danang pernah mengalami patah tulang tangan karena jatuh
dari pohon juwet,tapi itu tidak bisa
membuktikan sesuatu karena Danang jatuh dari ketinggian delapan meter dengan
pososo tangan menyentuh tanah terlebih dulu,jadilah terjadi pergeseran tulang
pada bahu anak tersebut.
Pada
musim buah juwet,anak-anak akan
merasa sangat senang untuk pergi ke ladang atau tepi hutan. Banyaknya pohon
dari tanaman ini seakan menjadi surga bagi anak-anak. Mereka berlomba
mendapatkan buah terbanyak dan termanis yang bisa di dapat. Saling menunjukkan
warna memerah atau mengitam dilidah karena banyaknya memakan buah juwet. Tidak jarang perut mereka sakit
karena terlalu banyak memakan buah tersebut,sedangkan mereka sendiri belum
sarapan pagi. Baju kotor, memerah dan mengitam serasa sudah sangat biasa
apabila musim juwet telah tiba,omelan dari orang tua hanya serupa angin lalu
saja,masuk telinga kanan keluar melalui telinga sebelah kiri.
***
Bayu
sudah berada di peternakan ketika Alexa pergi tadi pagi. Dugaan Alexa bahwa
Bayu dan haji Tanjono belum bangun ternyata salah. Kedua laki-laki tersebut
semenjak belum subuh selalu berada di peternakan,memeriksa keadaan setiap
kambing,sapi maupun hewan ternak yang lain. Mereka berdua tentu tidak menyangka
bahwa Alexa akan berangkat sepagi itu,Bayu sangat terkejut ketika pulang
kerumah dan mendapati berita bahwa Alexa telah berangkat pagi tadi tanpa
memberitahu dan berpamitan kepadanya.
Tidak
berguna mencoba mengejar Alexa,gadis itu sudah pergi terlalu jauh untuk di kejar. Seperti mengejar
sepoi yang menghempas ilalang,sekuat apapun kita berlari tidak akan mampu untuk
meraihnya. Lebih baik membiarkan awan hitam kelam akan kembali menyambangi
sudut mata ini,menumpahkan segala lirih kesedihan yang bisa membuat beban hidup
semakin berat.
Tidak
seharusnya kita menanam mawar dalam hati kita,durinya yang tajam bisa membuat
hati kita terluka,robek dan berdarah. Setidaknya itulah perasaan yang akan kita
terima saat di rajam rindu. Bintang-bintang hanya akan menjadi kunang-kunang
dikala hujan deras mengguyur,sinarnya redup dan semakin lama akan semakin
pudar. Kupu-kupu yang hinggap pada bunga-bunga terasa seperti ngengat atau
kecoa yang menjijikkan mata yang memandang. Senja yang kata sebagaian orang
indah,hanya akan menjadi kabut kelam yang merontokkan airmata untuk
mengenangnya.
Orang
yang merasa rindu tidak akan bersahabat lagi dengan malam,karena gelapnya akan
memberikan siksaan pada batin dan jiwa. Seperti lesatan anak panah yang
menghujam langsung dalam belahan jiwa. Memadamkan nyala api yang pernah
membara,bagai tersiram salju yang dingin membekukan. Kilau embun menjadi rupa
airmata karena pelangi tidak lagi mampu mengukir namanya diantara pagi.
Pandangan
mata Bayu menatap kosong,berjejak keramat pada dawai senandung dalam hati yang
mulai terkikis syair sembilu. Lamat-lamat mulutnya terbuka mengucapkan sajak
pelipur hati yang gulana.
Pagi
ini,
Entah
pada siapa aku berkabar
sedang
jemari enggan mengkir nama,
atau
hati yang segan menuliskan cerita,
Pada
kekosongan jiwalah aku ingin berdendang,
Jauh
dan semakin dalam ke palung rindu
Lalu pada secarik kertas kutumpahkan waktu
Hingga
berpuluh coretan mewarnai harimu
Tetaplah
disana dan terus menunggu,
Akan
kukirimkan sejengkal khayal mimpiku
Dan
kita akan berlari menuju peraduan
Meninggalkan
sejauh mungkin penatnya dunia
Pagi
ini,
Entah
pada siapa kutitipkan rinduku
Hingga
madu akan tumbuh disebagian hati,
Manisnya
semakin berwarna dan mewarnai dunia
Tak
akan lekang terhempas badai
Hanya
bila benih yang engkau tanam
Berbuah
manis tanpa hinaan......
LIMA
Pada
setiap perjalanan,akan begitu banyak cerita yang harus dikisahkan.
Berlembar-lembar daun lontar hanya akan menghabiskan tinta dari kejamnya isi
dunia. Ikan –ikan yang berenang ketepian pasti membawa senandung,senandung para
penghuni lembah lautan yang kisahnya selalu menyentuh sepanjang waktu.
Begitulah dermaga akan selalu menyambut mereka untuk berlabuh,singgah sementara
waktu sebagai pengusir penat,atau memang merupakan sebuah ujung dari perjalanan
yang panjang.
Muara
yang sempurna merupakan kanvas keindahan yang telah berlukis
pelangi,keindahannya membuat senja semakin iri pada matahari yang bertatahkan
gerimis,seiring gemericik lembut nadanya membaur dalam derap cerita yang
dikisahkan oleh hujan.
Hujan bukanlah suatu keniscayaan bahwa alam sedang
bersedih. Terlebih hujan dikala puncak musim kemarau seperti saat ini. Mendung
yang tiba-tiba menyergap panas matahari,menawannya dengan gelap awan yang pekat
menggulita. Rinai air hujan seperti kabut di kejauhan. Menutup sebagian
pandangan para merpati yang belum pulang ke sarangnya. Pohon-pohon hanya samar
menghiasi alam. Hutan yang pekat semakin gelap di kejauhan. Tidak ada tempat
berlindung yang sempurna dari hujan sederas ini,gubug-gubug pedagang musiman di
tepi hutan tidak cukup menampung derasnya air hujan.
Beruntung
sebagian gubug itu tidak lagi berpenghuni,para pemiliknya akan datang apabila
musim barang dagangan telah tiba. Bila musim duren mereka akan berjualan
duren,bila musim rambutan berderet-deretlah gubug-gubug itu dengan buah
rambutan. Beberapa pengendara sepeda motor tampak berhenti dan memarkir
motornya di depan gubug,mencari tempat berteduh paling nyaman yang bisa
ditemukan. Mereka membaur satu sama lain,saling bercerita meskipun tidak saling
mengenal. Membagi banyak kisah yang perlu dibagi untuk mengusir bosan sebelum
hujan mereda.
Hujan
masih terlalu deras ketika Alexa turun dari bus antar provinsi yang membawanya
dari terminal Kertajaya di Mojokerto. Segera ia berlari menuju salah satu gubug
yang berada di pinggir jalan. Kebetulan di gubug itu hanya terdapat seorang
perempuan paruh baya yang sedang sendirian. Dari pakaiannya terlihat bahwa
perempuan itu adalah penduduk setempat. Bajunya hanya sebuah kaos lengan
panjang lusuh yang telah dihiasi banyak noda disana-sini,serupa dengan rok
panjang yang juga tampak lusuh. Sebuah caping sengaja tidak dikenakan,hanya
dipegang sebagai penutup dadanya yang basah oleh air hujan. Melihat perempuan
itu seperti melihat petani yang biasa berada di kampung halamannya. Seperti
kebanyakan pegawai yang dimiliki oleh ayahnya.
Hujan
semakin deras saja tertumpah dari langit,membuat gubug itu semakin sulit dalam
mengantisipasi kebocoran. Beberapa tetesan air sempat menembus atap yang
terbuat dari ilalang. Begitupun dengan angin yang membawa hujan menerobos di
cela-cela jendela di samping kanan dan kiri,juga dari depan tang tanpa
penghalang. Gubug itu memang dibuat bukan menyerupai sebuah rumah,hanya bagian
belakang yang tertutup rapat. Pada samping kiri dan kanan tidak terdapat
penutup pada jendelanya,gedeg hanya
setinggi satu meter menutup dibawah jendela,selebihnya bagian atas sampai
dengan atap hanya ditopang empat buah bambu yang berfungsi sebagai pilar.
Bagian depan lebih terbuka lagi,dua bambu menjadi penyangga atap dan yang lain
hanya dibiarkan terbuka begitu saja.
“
Mohon maaf bu,bisakah saya menumpang berteduh di tempat ini?” sapa Alexa
ramah,wanita itu tersenyum sembari menganggukkan kepala.
“
Silahkan neng saya juga lagi berteduh saja di tempat
ini,gubug ini sendiri bukan punya saya,kebetulan tadi habis pulang bekerja
hujan turun dengan deras,jadilah ibu berteduh disini. Eneng asalnya darimana? Kok tadi saya lihat neng turun dari bus,dan tujuan neng
mau kemana kok turunnya ditengah hutan begini apa tidak takut?”
“
Oh...maaf bu,saya belum memperkenalkan diri, panggil saja nama saya Alexa...”
Alexa mengulurkan tangan,disambut dengan uluran tangan serupa dari sang ibu.
“
Parni,panggil saja nama ibu,bu Parni.”
“
Terus tujuan neng Alexa mau kemana?
Kok turun dari bus disini? Inikan hutan neng?”
“
Alexa mau mencari rumah seseorang buk,rumahnya disekitar hutan Caruban ini,kata
ayah saya kalau tidak salah di desa Ngadirejo.”
“
Oh... kalau desa itu ibuk tahu neng,ibu
juga berasal dari desa yang sama dengan desa yang eneng cari. Memang neng Alexa kesana mau mencari siapa? Mungkin ibu
bisa membantu?”
“
Kebetulan sekali apabila bu Parni mau membantu,Alexa ingin mencari orang yang
bernama kakek Husni,apa benar bu kakek Husni tinggal di desa Ngadirejo?”
“
Ehm... mau kerumah kakek Husni rupanya. Siapa sih neng yang tidak kenal dengan
kakek Husni,semua orang di daerah ini
sangat mengenal kakek Husni. Orangnya baik hati,ramah kepada semua orang
dan yang paling penting adalah senang membantu orang lain. Selain itu kakek
Husni merupakan seorang kyai kampung yang sangat terkenal neng,banyak orang yang sering meminta petuah beliau sebelum
melakukan seseuatu. Memang ada perlu apa neng Alexa mau bertemu dengan kakek Husni?”
“
Maaf bu, ada sebuah amanah yang perlu disampaikan kepada beliau dari ayah
saya.”
“
tapi sayang neng,kakek Husni sudah meninggal sekitar lima bulan yang lalu.”
“
Innalillahi wa inna ilaihi roji’un...”
“
Mungkin neng bisa bertemu dengan
isteri beliau saja,namanya nenek Aminah,mungkin nanti bisa saya antar setelah
hujan mereda neng. Kebetulan rumah
ibu dekat dengan rumah mereka,hanya berjarak kurang lebih sekitar lima rumah
saja. Atau mungkin neng Alexa bisa juga tinggal dirumah ibuk terlebih
dahulu,kata orang nenek Aminah sudah tidak waras lagi setelah meninggalnya
kakek Husni. Ia banyak mencerecau kata-kata yang yang sebagaian besar tidak
dimengerti penduduk kampung. Anak angkat mereka sendiri datang hanya sekitar
seminggu sekali.”
“
Memang siapa yang merawat nenek Aminah bu? Apakah anak angkat mereka tidak mau
untuk merawatnya?”
“
Bukannya tidak mau untuk merawat neng,kebetulan
anak angkat beliau tinggal di desa lain,ia menjadi seorang kepala desa sehingga
jarang bisa menengok nenek Aminah. Nenek Aminah sendiri tidak mau jika diajak
tinggal dirumah anak angkatnya,kabarnya ada seseorang yang sedang di tunggu
nenek tua itu.”
“
Angkatnya bukan tidak berusaha,ia bahkan pernah memaksa nenek Aminah untuk
tinggal dirumahnya yang mewah,namun berurangkali juga nenek Aminah selalu
kembali lagi kedesa ini. Sekarang anak angkatnya sudah lelah untuk meminta
ibunya pindah sehingga menyewa orang agar merawat nenek Aminah dirumahnya
sendiri. Tapi kasihan sekali orang tua itu. Sang perawat ternyata tidak pernah
mau mengurusnya,makan pun hanya berasal dari belas kasihan para tetangga
termasuk saya yang hampir setiap hari harus rela mengirimkan makanan secara
bergantian. Perawat itu hanya datang seminggu sekali ketika anak angkatnya
datang,mungkin juga karena takut dimarahi barangkali neng.”
“
Kasihan sekali ya buk keadaan nenek Ningsih dimasa tuanya,padahal keluarga
mereka selalu baik terhadap orang lain,kenapa masih juga ada orang yang tega
untuk menyakitinya. Terima kasih atas tawarannya bu,mungkin lebih baik saya
tinggal dirumah nenek Aminah saja,biar dapat merawat beliau.”
“
Satu hal lagi neng yang membuat kami
tetangganya sangat miris,bahwa nenek Ningsih selalu mengatakan; cucuku akan
datang,cucuku akan datang. Kata –kata itu selalu di ucapkan setiap hari selama
bertemu dengan orang lain. Padahal kami sudah mendapat kabar bahwa rumah sang
menantu di Banyuwangi telah terbakar sekitar dua puluh delapan tahun yang
lalu,kabar tersebut kami peroleh dari penelusuran Abdul Mukhid,anak angkat
mereka yang mencari kabar kakak angkatnya Siti Julaikah sampai Banyuwangi sana.
Entah Siti Julaikah saat ini masih hidup ataukah sudah meninggal juga,karena
dari cerita tetangganya,hanya suaminya yang dapat diketemukan jasadnya,sedangkan
Siti Julaikah yang saat itu bersama anaknya yang berumur sekitar dua tahun
tidak diketahui lagi rimbanya.”
“
Semoga saja ibu dan anak itu selamat dari peristiwa kebakaran sehingga bisa
menjadi pelipur dari kesedihan nenek Ningsih”
“
Dari kabar yang ibu terima apakah anak dari wanita tersebut adalah seorang
laki-laki? Siapakah nama laki-laki tersebut bu?”
“
Saya sendiri kurang jelas dengan nama anak lelaki tersebut,mungkin saja jika eneng bertanya kepada anak dari nenek
Ningsih akan mendapatkan jawaban dari rasa penasaran neng Alexa tersebut.Maaf
neng hanya itu yang bisa ibu ceritakan
kepada neng,selebihnya mungkin ibu
perlu tahu ada kepentingan apa sehingga ingin sekali mengetahui keberadaan dari
anak lelaki tersebut?”
“
Maaf bu,saya terlalu terbawa suasana. Sebetulnya ayah saya telah menemukan
seorang perempuan di sekitar hutan Baluran di Banyuwangi,namanya persis dengan
nama yang ibu sebutkan. Ia juga membawa seorang anak laki-laki yang berumur
sekitar empat tahun waktu itu. Mereka sedang meminta-minta disekitar area hutan
yang menjadi tempat wisata tersebut. Nama anak tersebut adalah Bayu. Saat ini
ia tinggal bersama keluarga saya yang berdomisili di sekitar kaki gunung
Penanggungan. Tepatnya berada di desa Sumberkajar Kecamatan Trawas Kabupaten
Mojokerto.”
“
Dan tujuan saya kemari adalah untuk menanyakan sesuatu kepada keluarga kakek
Husni,terutama tentang perjodohan saya dengan anak dari ibu Siti Julaikah
tersebut.”
Lebih
baik neng Alexa bertanya secara langsung saja mengenai hal itu kepada Pak Lurah
Abdul Mukhid. Beliaulah yang selama ini lebih banyak tahu tentang kabar dari
kakak angkatnya tersebut.”
“
Mari neng kita harus segera berjalan
menuju desa Ngadirejo,mumpung hujan sudah mulai mereda dan sekiranya kita tidak
mengalami kemalaman di tengah hutan.”
“
Iya,mari buk...”
Hujan
telah benar-benar mereda ketika mereka meninggalkan gubug ditepi jalan raya
tersebut. Langit senja masih terlihat kuyup oleh awan yang menggantung. Jalanan
becek dan berlumpur,masuk lebih dalam ke hutan Caruban. Hanya jalan setapak
selebar mobil pick up saja untuk menuju desa Ngadirejo. Bukan jalanan yang
beraspal mulus seperti jalan antar provinsi di depan sana. Genangan air
bercampur lumpur menghiasi jalanan yang telah diguyur hujan selama kurang lebih
sekitar dua jam.
Semakin
masuk kedalam hutan,semakin gelap saja pemandangan. Hanya pohon-pohon jati
berdiameter besar yang berdiri kokoh disepanjang jalan,berderet-deret seperti
barisan serdadu yang menyambut kedatangan para tamu. Sebenarnya ada jalan
beraspal untuk menuju desa Ngadirejo,letaknya sekitar satu kilometer lebih ke
barat dari jalan yang saat ini dilalui Alexa. Butuh waktu lebih lama
sekitar empat puluh lima menit dengan
berjalan kaki jika harus melewati jalan tersebut. Memutari punggung bukit dan
menuruni lembah curam lalu memutar melewati satu desa yang lain baru menuju
desa Ngadirejo.
Tentu
bukan jarak yang ideal untuk menuju suatu desa dikala langit sudah mulai gelap.
Tidak ada angkutan yang lalu lalang menuju kawasan tersebut. Beberapa pejalan
kaki lain juga tampak berjalan dengan berlawanan arah. Memunggungi desa
Ngadirejo yang mereka tinggalkan entah untuk tujuan apa.
Alexa
harus setengah berlari untuk mengejar langkah panjang dari bu Parni. Wanita
desa tersebut sudah sangat terbiasa berjalan cepat khas para pekerja yang tidak
mau waktunya terbuang sia-sia. Tidak banyak percakapan selama berada di tengah
hutan itu. Hanya kecipak langkah yang beradu dengan genangan lumpur saja yang
terkadang menimbulkan suara. Bunyi tenggeret berderik-derik memainkan senandung
malam,rupanya mereka telah tertipu keadaan awan gelap yang menutupi sebagian
langit. Masih sekitar dua puluh lima menit lagi seharusnya waktu yang
dibutuhkan oleh matahari untuk tenggelam. Bersembunyi dalam peraduan maha
sempurna yang telah diciptakan oleh tuhan kepadanya.
Alam
selalu memiliki cara tersendiri untuk menceritakan kisahnya,begitu juga dengan
malam ini yang datang lebih cepat dari
yang seharusnya. Ketika memasuki desa Ngadirejo malam telah benar-benar
sempurna menutup bumi. Adzan magrib telah berlalu sekitar sepuluh menit yang
lalu. Keadaan ini tentu memaksa Alexa harus menerima tawaran dari bu Parni
untuk menginap dirumahnya. Tidak mungkin ia tiba-tiba saja datng kerumah nenek
Ningsih dan tinggal dirumah orang tua tersebut. Bisa-bisa ia akan dituduh
seorang pencuri ataupun mata-mata perampok yang berujung pengusiran dirinya
dari desa Ngadirejo, tanpa mendapat informasi yang diinginkan.
Rumah
bu Parni yang juga serupa dengan rumah-rumah disampingnya adalah sebuah rumah
yang terbuat dari papan. Papan- papan tersebut disusun berjajar semakin lama
semakin ke atas hingga mencapai ketinggian yang di harapkan. Pilar rumah adalah
sebuah kayu jati berbentuk balok dengan ukuran dua belas sentimeter pada
panjang dan lebar serta tinggi kurang lebih tiga meter menyentuh langit-langit
rumah yang terbuat dari genting. Hanya ada dua kamar tidur,satu ruang tamu dan
sebuah mushola kecil berukuran dua kali dua meter didalam rumah. Dapur yang
terletak di belakang rumah tidak menyatu dengan rumah utama. Bentuknya lebih
menyerupai sebuah gubug yang lebih rapat tertutup.
Dirumah
ini bu Parni tinggal seorang diri. Anak tunggalnya lebih memilih tinggal
bersama sang bapak ketika bu Parni dan suaminya bercerai. Sebenarnya wanita
paruh baya tersebut ingin mempertahankan rumah tangganya,akan tetapi sang suami
lebih memilih untuk menikahi gadis yang lebih muda dan lebih cantik. Bu Parni
juga sudah sangat gerah dengan perangai mantan suaminya yang suka berjudi dan
mabuk-mabukan. Tidak jarang perhiasan bu Parni dicuri oleh mantan suaminya saat
hutangnya telah mulai menumpuk. Akhirnya dengan sangat terpaksa bu Parni
mengjukan gugatan cerai yang diputuskan pengadilan agama dua tahun lalu.
“
Neng Alexa mandi saja dulu,biar
badannya segar dan tidak masuk angin karena telah diguyur oleh hujan sejak sore
tadi. Setelah itu neng istirahat
dikamar depan yang agak bersih,biar ibu tidur dikamar belakang saja. Ibu akan
menyiapkan makan malam dulu.”
“
Makasih atas bantuan ibu,entah dengan apa Alexa akan membalas semua kebaikan
ibu.”
“
Ah... tidak usah sungkan begitu neng,sesama makhluk tuhan sudah seharusnya kita
saling tolong menolong. Oh ya,setelah makan malam nanti sebaiknya kita segera
bertemu dengan ketua RT dan kepala dusun ya neng,takutnya nanti mereka mengira neng bukan orang baik-baik kalau kita
tidak ijin bertamu di desa ini.”
“
Iya buk,Alexa menurut bagaimana baiknya saja.”
Hampir
semalaman Alexa tidak dapat memejamkan mata,pikirannya melayang tidak tentu
arah. Sebentar-sebentar ia terbangun dan melihat jam yang melingkar di
tangannya. Memikirkan apa yang terjadi esok pagi ternyata lebih menyita
perhatiannya. Dentang – dentang berbunyi nyaring dari setiap sisi
hatinya,berdebar bagai menanti pesta ulang tahun pertama saat kita telah
berusia tujuh belas tahun.
L I M A
Jangan pernah menilai seseorang
hanya dari rupanya saja,adalah sebuah nasehat yang selalu diberikan yang
berasal dari peribahasa ; jangan melihat
sebuah buku hanya dari sampulnya. Kita akan tertipu dengan perangai
seseorang apabila kita tidak mampu membaca dan melihat perangai seseorang dari
wajahnya. Rupa tidak pernah membawa budi,dalamnya hati orang siapa yang tahu.
Sulit mengetahui kedalaman sebuah samudra jika kita tidak pernah menyelaminya.
Sulit mengetahui lebatnya hutan hanya dengan menghitung jumlah pepohonan di
pinggir jalan,sulit membayangkan ketinggian gunung hanya dengan melihatnya dari
kejauhan.
Jadi sebuah prinsip untuk tidak
terlalu percaya kepada orang yang baru kita kenal harus kita pegang teguh.
Jangan menggantungkan nasib kita kepada orang yang belum jelas asal usulnya.
Tapi,menurut ajaran agama yang harus kita pegang teguh adalah bahwa kita
diajarkan untuk selalu Khuznudon atau
selalu berbaik sangka kepada orang lain. Anggap saja semua orang di dunia ini
adalah orang yang baik. Orang yang selalu ingin berbuat untuk menolong orang
yang mengalami kesulitan dan kesusahan. Toh pada awalnya manusia itu memang
diciptakan dari orang yang baik.
Seorang pencuri sekalipun awalnya
adalah orang yang baik,mereka menjadi tersesat mungkin karena ada sebab dan
musababnya. Bisa saja seorang maling itu mencuri karena keadaan yang
memaksa,kekurangan dan kelaparan akan membuat seseorang nekat untuk melakukan
kejahatan. Kita seharusnya mengasihani pencuri dari jenis ini,mengkin dengan
memberinya pekerjaan yang layak akan membuatnya tersadar dan kembali kejalan
yang benar.
Tipe
pencuri yang kedua adalah mereka mencuri karena hanya ingin dianggap memiliki
keberanian,dan hasilnya tentu saja akan digunakan untuk hal-hal yang kurang
baik juga,mabuk-mabukan,berjudi,main di pelacuran dan lain sebagainya. Untuk
pencuri jenis kedua ini seharusnya kita juga merasa kasihan,mereka bisa saja
adalah korban dari rumah tangga yang berantakan,salah pergaulan sampai dengan
kurang mendapat perhatian dari lingkungan.
Tapi,setidaknya
pandangan Alexa terhadap orang ini mungkin adalah sebuah pendapat paling
benar jika dilihat dari bagaimana ia
menilai orang hanya dengan melihat wajahnya saja. Tentu saja sebuah pertaruhan
besar bagaimana bila kita salah menentukan perangai seseorang,bisa saja kita
akan mendapatkan musibah atau bahaya karenanya. Orang tersebut adalah salah
satu ketua RT yang ada di desa Ngadirejo,badannya kecil yang hanya memiliki
tinggi kurang lebih seratus lima puluh lima sentimeter,cukup mungil untuk ukuran
seorang laki-laki. Wajahnya teduh dan sangat humoris. Perkataannya yang ramah
selalu membuat orang yang berbicara dengannya merasa betah untuk sekedar
ngobrol berlama-lama.
Hampir
semua orang yang berada di dusun Ngadirejo,Desa Ngadirejo ini menghormati dan
sangat segan kepada beliau,bukan karena jabatannya sebagai ketua RT,juga bukan
karena takut terhadap ilmu kanuragan atau kekuatan lain yang dimiliki. Mereka
semua segan karena kebijaksanaan beliau dalam menyelesaikan segala permasalahan
yang terjadi dalam kehidupan bertetangga.
Hari
ini, sesuai dengan janji yang diucapkan kemarin malam ketika Alexa diantar bu
Parni untuk ijin bertempat tinggal di rumah nenek Ningsih,maka pagi
ini,pagi-pagi sekali pak Kunto nama kepala RT tersebut sudah hadir di depan
rumah bu Parni. Pak Kunto akan secara langsung mengantar Alexa untuk bertemu
dengan nenek Ningsih dirumahnya. Ini adalah salah satu bentuk pelayanan terbaik
seorang pejabat kepada siapa saja yang membutuhkan bantuan pertolongan.
Sebuah
wejangan dan ucapan terima kasih karena Alexa dengan sukarela mau merawat nenek
Ningsih tidak putus-putusnya mengalir deras dari mulut pak Kunto kemarin
malam,ia beserta sang isteri sangat bersyukur karena ada orang yang mau secara
rela dan tulus hati untuk merawat nenek renta yang umurnya diperkirakan sudah
tidak lama lagi oleh para tetua desa. Memang di saat usianya yang sudah lebih
dari seratus tahun,nenek Ningsih sudah mengalami begitu banyak perubahan yang
signifikan. Termasuk penyakit orang tua yang sering lupa dan masalah
pendengaran yang tidak lagi tajam. Ditambah lagi dengan akhir-akhir ini beliau
jarang menyantap makanan,terutama jika pengasuh yang menelantarkan itu datang.
Seperti
sudah tahu apa yang akan dilakukan sang perawat, maka nenek Ningsih tidak akan
mau memakan atau menyantap masakan dari perawat yang datang seminggu sekali
tersebut. Gaji yang besar tidak membuat sang perawat menyediakan makanan
bergizi untuk nenek Ningsih. Ia hanya akan menyediakan makanan berupa nasi
putih dengan lauk tempe dan ikan asin. Sebetulnya bukan itu yang membuat nenek
Ningsih tidak mau menyantap makanan tersebut,melainkan karena makanan tersebut
belum sepenuhnya matang dan tidak di bumbui sama sekali,terutama pada
sayur-sayuran yang dikirim hanya hampar tanpa ada rasa sedikitpun.
Nenek
Ningsih baru mau makan bila para tetangga yang kasihan dengan keadaannya
mengirimkan makanan. Itupun jika perawat tersebut sudah pulang sehari kemudian.
Selama ini belum ada bukti yang kuat atas perbuatan sang perawat,para tetangga
hanya bisa mengelus dada dan menggunjingkan masalah tersebut. Untuk
melaporkannya kepada anak angkat beliau yaitu bapak Abdul Mukid terasa sangat
kurang bukti,karena selama ini masakan yang ditunjukkan selalu makanan layak
konsumsi dan layak gizi,tetapi bila bapak Abdul Mukid pulang makanan tersebut
juga akan secara langsung dibawa pulang oleh sang perawat.
Rumah nenek Ningsih tidak berbeda jauh dengan
rumah-rumah yang ada disekitarnya,semua bagian rumah terbuat dari kayu jati
kecuali pada bagian atap yang terbuat dari genting. Rumah tersebut terletak di
ujung desa,memisahkan antara perkampungan dan tepi hutan. Di belakang rumah
terletak sebuah bilik yang berjarak sekitar lima meter dari rumah
utama,sementara dapur munjadi satu dengan emperan yang terletak disamping kanan
rumah. Sebuah pohon durian setinggi kurang lebih limabelas meter berdiri di
halaman,memisahkan antara sebuah pendopo yang mulai rapuh dimakan usia dengan
bangunan utama.
Dulu,selama
mendiang kakek Husni masih hidup,tempat tersebut sering dipakai untuk belajar mengaji. Pada pilar-pilar pendopo
dipasang obor sebagai cahaya penerang. Setelah mengaji,anak-anak sangat senang
bermain-main di bawah guyuran cahaya rembulan. Ada –ada saja bermacam permainan
yang mereka mainkan,kadang-kadang bermain gobak sodor,petak umpet ,congklak dan
lain sebagainya. Pada malam-malam tertentu sering diadakan latihan pencak silat
yang dilatih secara langsung oleh kakek Husni atau anak angkatnya yaitu Abdul
Mukid.
Sisa-sisa
dari keramaian itu sekarang sudah tidak tampak lagi. Pendopo sudah mulai rapuh
dan tidak terawat lagi,halamannya tampak lusuh dengan sampah dedaunan yang
berasal dari luruhan pohon durian. Satu dari empat pilar yang ada telah patah
dan harus disanggah dengan menggunakan bambu. Atap yang terbuat dari genting
banyak yang pecah tertimpa ranting pohon,menimbulkan bocor dikala musim
penghujan. Kayu yang menjadi alas tempat duduk banyak yang mengelupas dimakan
rayap. Empat buah tempat meletakkan obor sudah tidak tersedia.
Alexa
sampai dirumah tersebut ketika hari masih sangat pagi. Sebungkus nasi untuk
makan nenek Ningsih yang berasal dari bu Parni tergenggam erat di tangan kanan.
Pak Kusno mengantar Alexa sampai di depan pintu rumah,terus mendampingi dan
memberi dorongan semangat kepada gadis tersebut agar tidak berbalik arah dan
mengurungkan niatnya. Hari itu tepat pada hari kamis,dua hari lagi sang perawat
akan datang untuk berkunjung kerumah tersebut.
“
Assalamu’alaikum,.....”,Alexa mengetuk pintu rumah yang terbuat dari kayu
tersebut,tidak ada sahutan dari dalam rumah. Hanya bisu yang menyapa alam,ada
desir aneh dalam dada Alexa,sebuah perasaan nyaman tiba-tiba saja menelusup
dalam relung hatinya yang paling dalam. Di rumah ini ia merasa pulang
kembali,ia berusaha mengumpulkan segenap kenangan yang pernah terpatri,namun
tidak satupun petunjuk yang menyebutkan bahwa ia pernah pergi ke tempat
ini,bahkan dalam mimpi sekalipun.
Entah
mengapa ada perasaan bahagia yang tumbuh begitu saja,seperti melihat ribuan
kupu-kupu yang terbang di antara bebungaan,ilalang yang berkanvas pada sebagian
padang embun yang sepoi menyejukkan. Ada senandung berdawai yang memainkan lagu
layu dalam lirik sahdu sendu,hamparan permadani serasa telah dihampar siap
menyambut kedatangannya.
Keadaan
yang sebenarnya tentu saja sangat berkebalikan,tidak ada kupu-kupu,hanya nyamuk
yang liar mencari korban. Tidak ada permadani,hanya tumpukan sampah yang tidak
pernah disapu selama berminggu-minggu,menimbulkan bau busuk yang menyengat
hidung. Bukan ilalang yang memainkan dawai,hanya desiran sayap lalat saja
berdengung di telinga,beradu dengan dengung nyamuk dan lebah hutan.
Sangat
sulit menggmbarkan keadaan di dalam rumah,dari mengintip dicelah lubang kunci
terlihat sangat kumuh dan kurang terawat. Entah kemana nenek Ningsih pergi,atau
sesiang ini sang nenek belum bangun dari tidurnya? Pak Kunto mencoba menelisik
ke belakang,pintu masih tertutup rapat,menandakan sang penghuni belum bangun.
“
Lebih baik kita menunggu sebentar saja pak,tidak enak membangunkan orang yang
sedang tidur,apalagi menggangu istirahat orang yang sudah tua dan butuh lebih
banyak istirahat.”
“
Tapi Nak,bapak takut terjadi apa-apa dengan nenek Ningsih. Apa tidak lebih baik
kita buka paksa saja pintu rumahnya?”
“
Jangan pak,tidak baik memaksa masuk kerumah orang lain tanpa permisi. Apalagi
menggangu orang yang sedang istirahat. Lebih baik kita tunggu saja diluar.”
“
Baiklah kalau begitu,bagaimana baiknya menurut nak Alexa saja. Apalagi nak
Alexa yang punya kepentingan dengan tuan rumah.”
“
Assalamu’alaikum,ada orang di dalam? Nek,nenek Ningsih ?” Ada gerakan
tergesa-gesa dari dalam rumah,sebuah gerak tertatih terlihat dari suara
langkahnya yang berat dan tidak bertenaga,beberapa kali suara di dalam sana
terdengar terbatuk-batuk. Pintu rumah dibuka,seorang nenek tua dengan rambut
memutih yang terlihat sangat lusuh. Tubuh nenek tersebut terlihat sangat renta
di usianya yang mencapai seratus lima tahun,badanya kurus hanya tlang berbalut
kulit tipis,ada sedikit senyum dalam sudut bibirnya yang mulai merekah. Bibir
itu terlihat memerah bukan karena ginju,bibir itu memerah karena nenek Ningsih
sedang menginang yaitu mengunyah sirih bersama dengan tambahan rempah-rempah
lain termasuk menggunakan tembakau.
Kinang,merupakan
kegemaran orang jaman dahulu. Dengan memakan rempah-rempah tersebut akan
menghindarkan mulut dari gangguan penyakit,bahkan hasil riset para dokter akhir
– akhir ini menunjukkan bahwa gigi orang yang menginang lebih kuat daripada
gigi orang yang tidak mengunyah kinang. Warna merah yang bercampur dengan lidah
mungkin sedikit menjijikkan,tapi bila melihat manfaat yang dihasilkan,maka
patut untuk dicoba.
“
Cucuku sudah datang...!!!” nenek Ningsih berteriak kegirangan,melompat dengan
gembira seperti seorang bocah yang mendapat mainan baru dari sang ayah,menabrak
dan memeluk erat Alexa yang hanya diam mematung. Hampir saja dia ikut terjatuh
kalau saja tidak ditopang dari belakang oleh pak Kunto. Ketika pak Kunto ingin
membantu melepaskan pelukan nenek Ningsih,gadis itu melarang.
Alexa
ingin merasakan pelukan seorang nenek yang tidak pernah didapatnya. Ingin
rasanya menumpahkan kerinduan yang sangat mendalam yang ada pada diri seorang
nenek. Sedikit pelukan mungkin juga dapat meredakan kerinduannya kepada
Bayu,orang yang sangat dihormati,disayangi dan dicintainya. Tidak henti – henti
nenek Ningsih mengatakan; cucuku sudah
datang,cucuku sudah datang. Kata itu diucapkan berulang-ulang seperti
seorang anak kecil yang mendapatkan hafalan baru dari sang guru.
Entah
siapa yang memberitahu kedatangan Alexa,juga tidak ada seorang pun yang
mengatakan Alexa adalah cucunya. Tapi,dari luapan kegembiraan yang
dilakukannya,orang tua itu sangat paham dan mengerti akan kedatangan
Alexa,bahkan sebelum Alexa menginjakkan kaki di desa ini,atau mungkin malah
lebih jauh hari sebelum Alexa pulang dari Australia.
“
Kamu lihat kan Kunto ? ini adalah cucu saya,dia adalah orang yang akan menikah
dengan cucu saya,dia yang akan meneruskan garis keturunan keluarga saya.
Mungkin banyak orang yang menganggap saya telah gila,saya sudah tidak waras
lagi. Inilah rahasia tuhan Kunto, Gusti Allah tidak pernah tidur dan tidak akan
lelah.”
Binar
dari sorot mata nenek itu terlihat sangat tajam,ada semangat optimisme yang
meancar disana. Berbeda dengan hari-hari biasanya,hari ini nenek Ningsih
terlihat sangat sehat. Suaranya terdengar lantang,gaya bicaranya lugas dan
tegas. Ia tidak lagi lupa kepada pak Kunto,sang ketua. Lelaki itu sangat heran
melihat perubahan besar yang terjadi pada diri nenek Ningsih. Matanya sampai
terbelalak seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Mulutnya menganga
lebar keheranan,Alexa hanya bisa tersipu malu.
“
Tidak usah heran kamu Kunto,aku sudah mendapat berita ini dari Kang Husni
sekitar lima bulan yang lalu. Waktu itu kang Husni datang melalui mimpi saya,ia
menceritakan semua yang telah terjadi dan akan terjadi,aku memang pernah sakit
Kunto,sakit menahan rindu pada cucuku dan cucu menantuku. Sayang aku tidak bisa
melihat cucuku sebelum aku menghembuskan nafasku yang terakhir kali.”
“
Dan kamu cucuku,benarkah kamu adalah anak dari Tanjono? Kamu dikirim kemari
untuk mengambil kembali hak mu bukan? Hak untuk melaksanakan ikatan perjodohan
dengan cucuku?”
Ganti
Alexa yang keheranan,rasa penasaran membuncah dalam dadanya. Baru kali ini ada
orang yang tahu maksud dan tujuannya sebelum orang tersebut mengutarakan apa
yang diinginkan. Terlebih orang tua tersebut tahu nama orang tuanya.
“
Benarkan Cu,kamu adalah anak dari Tanjono? Nama kamu siapa Cu?”
“
Nama saya Alexa nek,benar sekali apa yang dikatakan nenek, saya adalah anak
dari Tanjono,orang yang ditolong oleh kakek Husni. Darimana nenek tahu asal
usul saya?”
Alexa
memberanikan diri bertanya. Pak Kunto hanya bisa manggut-manggut dan
menggeleng-gelengkan kepala melihat kehebatan nenek Ningsih. Sulit di
percaya,ada orang yang bisa mengetahui nama orang tua dari seseorang tanpa
bertanya terlebih dahulu pada orang yang bersangkutan.
“
He...he...he...,Cucuku,kamu tidak perlu tahu bagaimana saya bisa mengenali
orang tuamu dan bagaimana saya tahu maksud dan tujuanmu. Hanya dari bau yang
disebarkan oleh malamlah bau itu dikirimkan kemari. Hanya dari bisikan
sepoi,kata-kata itu menelusup pada malam-malam yang gelap untuk sampai kemari.
Dan dari getar dalam dada inilah saya mengetahui ada ikatan yang sangat kuat
antara kita.”
“
Lalu,dimanakah saya akan menemukan cucu nenek yang telah djodohkan dengan saya
nek?”
“
Sabar cucuku,sabar... kamu tidak usah mencarinya kemanapun. Dia akan datang
sendiri kepadamu. Saat itu akan tiba sebentar lagi,akan ada halangan yang bisa
menghambat kalian bersatu kembali. Kalian harus tegar,kalian harus bisa menjaga
satu sama lain. Percaya sama Gusti Allah,semua cobaan hanya untuk menguji
orang-orang yang beriman dan bertawakal kepadanya. Akan ada fitnah yang besar
dan menimpamu cucuku. Bersabarlah,karena hanya dengan kesabaran itu pertolongan
akan datang. Dan untuk kamu Kunto,usiaku tidak akan panjang lagi. Saat hari itu
tiba hanya kamu yang bisa menyelamatkan cucuku ini,hanya kamu yang bisa
menolongnya. Jadi bila waktu itu tiba,aku minta kepadamu jagalah gadis ini
seperti menjaga anak gadismu sendiri. Sanggupka kamu mlakukannya Kunto?”
“
Insyaallah nek,saya akan berusaha sekuat tenaga untuk menjaga amanah nenek.”
“
baiklah kalau begitu,saya sangat berterima kasih sebelumnya padamu.
Cucuku,istirahatlah dulu di dalam. Bukankah banyak pekerjaan yang nanti ingin
kamu kerjakan?”
“
Baik nek,Alexa permisi kedalam dulu. Terima kasih banyak pak Kunto telah
bersedia mengantar Alexa sampai disini,salam buat ibu dirumah ya pak.”
“
Ah ... sama-sama nak,bapak sangat senang bisa membantu,tidak usah sungkan. Jika
butuh bantuan silahkan datang saja kerumah,dengan senang hati bapak akan
membantu.”
“
Oh iya,kalau begitu saya permisi dulu nek,nak Alexa mari,bapak pulang dulu.”
“
Iya pak,sekali lagi terima kasih.”
“
Sama-sama,Assalamu’alaikum...”
“
Walaikumsalam warahmatullohi wabarakatuh...”
Begitu
memasuki ruang tamu,perasaan dalam dada Alexa kembali membuncah. Wajah Bayu
seakan menempel pada setiap relief dan ukiran yang ada disetiap sudut ruang.
Wajah itu tersenyum,senyum yang semanis-manisnya dan hanya untuk Alexa seorang.
Tidak ada orang lain yang boleh memiiki senyum itu. Entah mengapa Alexa merasa
sangat yakin bahwa lelaki yang akan dijodhkan dengannya adalah Bayu. Seorang
lelaki yang selama ini telah mengisi hari-harinya yang panjang dan melelahkan.
Mungkinkah
itu hanya mimpi Alexa seorang? Bukankah nenek Ningsih belum sekalipun menyebut
nama,belum memberikan ciri-ciri orang yang akan menjadi pendamping hidupnya.
Apa mungkin perasaan yang begitu dalam ada dalam rongga hatinya telah
mempengaruhi logika,sehingga peristiwa apapun yang dijalani akan selalu
dihubung-hubungkan dengan keberadaan Bayu?
Sementara
itu di desa Sumberkajar, Bayu merasa tidak enak badan. Suhu tubuhnya sangat
panas. Semalaman penuh dia terus mengigau,budhe Surtini sangat khawatir
terhadap keadaan Bayu,ia terus menemani pemuda itu. Memberikan kompres pada
kepala dan tubuh agar panas tubuhnya segera turun. Haji Tanjono tidak kalah
panik,belum pernah Bayu menderita sakit separah ini.
Panas
yang sangat tinggi disertai demam dan mengigau menjadi bukti yang sempurna akan
seberapa buruk kondisi dari anak lelaki tersebut. Beberapa kali haji Tanjono
terlihat mondar-mandir di depan kamar Bayu,ia ingin memastikan agar laki-laki
tersebut segera sembuh dari penyakitnya.
Seorang
dokter keluarga telah dihubungi melalui seorang kurir tadi siang,kabarnya baru
sore ini sang dokter bisa datang karena banyak pasien yang menunggu di Rumah
Sakit Umum Dr. Soekandar tempatnya bertugas. Hampir habis kesabaran haji
Tanjono menunggu kehadiran dr. Yudi. Sesekali ia menengok ke halaman untuk
memastikan ada mobil dari dokter muda tersebut,berulangkali juga beliau harus
memanggil Suliono agar memastikan dokter Yudi tidak sedang tersesat.
Sungguh
besar perhatian haji Tanjono terhadap Bayu. Tiada pernah haji Tanjono merasa
sepanik ini. Beliau tidak ingin
kehilangan Bayu seperti saat-saat kehilangan sang isteri tercinta. Bagaimanapun
Bayu telah dianggap sebagai anak sendiri,kenangan-kenangan akan pentingnya
kehadiran Bayu terkadang melintas,membuat sudut matanya memerah dan mulai
berair. Jarang sekali haji Tanjono menitikkan airmata kecuali saat-saat melepas
kepergian sang isteri tercinta,orang tua dan adik kandungnya.
Akhirnya
sang dokter muda datng juga. Sebuah Toyota Avanza silver berhenti tepat di
halaman rumah,tergesa-gesa seorang pemuda seusia Bayu turun,pakainnya yang
serba putih melambai tertiup sepoi. Dokter Yudi segera menuju tempat Bayu
dirawat,diiringi langkah cepat haji Tanjono. Beberapa teman Bayu berada
diluar,merekalah yang menemukan Bayu pingsan tadi pagi di peternakan.
Dokter
Yudi segera memeriksa keadaan Bayu,mengarahkan Stetoskop ke dada pemuda
itu,memeriksa lambung,mata dan tenggorokannya. Semua kondisi Bayu di cek dengan
seksama dan seteliti mungkin. Dokter Yudi hanya tersenyum kepada haji Tanjono
yang mendampingi Bayu saat di periksa,budhe Surtini tampak harap-harap cemas
menanti hasil tes kesehatan tersebut dari luar.
“
Bagaimana kondisi Bayu sebenarnya
dok,apa dia baik-baik saja?”
Haji
Tanjono bertanya kepada dokter Yudi setelah keluar dari ruang pemeriksaan. Raut
kecemasan yang sejak siang tadi terlukis jelas diwajahnya mulai tampak
memudar,tersisa sedikit kesedihan yang masih tampak dari ucapannya.
“
Mohon maaf pak haji,sebelumnya bolehkah saya bertanya kepada bapak tentang
sesuatu?”
Ada
nada serius dalam ucapan dokter Yudi,meskipun kata itu diucapkan dengan nada
yang sesantai mungkin. Sudah kebiasaan dan kewajiban seorang dokter
menyampaikan sebuah kabar kepada keluarga korban dengan kata-kata yang
teduh,sehingga apapun hasil pemeriksaan akan membuat keluarga tetap tenang dan
tidak panik. Perlu penekanan untuk menjaga psikologi keluarga pasien agar siap
menerima segala keputusan terburuk sekalipun. Tidak jarang cara ini gagal
total,bukan hanya tidak berhasil meyakinkan keluarga pasien,bahkan beberapa
diantaranya tetap saja terjadi kepanikan luar biasa,ini biasa terjadi pada
pasien-pasien dengan penyakit berat.
Bagaimanapun,mendengar
keluarga kita di vonis sebuah penyakit berat tentu saja memukul perasaan. Bagai
sebuah petir yang menyambar pada siang yang terik dan tidak sedikitpun ada
angin,mendung atau hujan. Seperti tertusuk tajamnya pedang saat kita
berjalan-jalan di gurun pasir yang tandus dan gersang seorang diri. Betapa
pelanpun ucapan itu dilontarkan apabila berita yang dibawa sangat menyedihkan
akan tetap menggores hati kita. Bagaimana kita akan menerima bila keluarga kita
atau kita sendiri divonis menderita sebuah penyakit stadium akhir dan
diprediksi tidak akan hidup lebih lama lagi. Tentunya akan seperti didorong dan
dihempaskan dari ketinggian seratus meter atau lebih,perasaan kita akan
melayang-layang tanpa kesadaran,seakan ada yang dengan sengaja dan tiba-tiba
menarik mimpi indah dari tidur kita yang nyaman dan menyenangkan.
Beruntung,bukan
hal tersebut yang akan disampaikan dokter Yudi kepada haji Tanjono. Meskipun
demikian tetap saja perasaan tenang sejenak tadi bagai direnggut dengan paksa.
Menyiksakan secawan getir dalam sudut hati terdalam.
“
Silahkan Dok,dengan senang hati saya akan menjawab pertanyaan dari dokter.
Sebaiknya pertanyaan tersebut tidak terlalu membuat adanya prasangka buruk atas
kondisi nak Bayu.”
“
Oh mohon maaf sebelumnya pak,jika saya
sudah membuat bapak khawatir. Sebenarnya kondisi mas Bayu tidak terlalu parah,penyakitnya
tidak terlalu kronis,tapi bila di biarkan penyakit tersebut akan semakin
parah,jadi perlu kesadaran bagi pasien untuk menjaga dirinya. Yang ingin saya
tanyakan,apakah ada yang aneh dengan mas Bayu selama kurang lebih dua hari
ini?”
“
Saya kurang paham dengan maksud dokter,bisa dijelaskan dengan lebih terang
Dok?”
“
Begini pak,kondisi mas Bayu saat ini lebih disebabkan ada sebuah beban
psikologis yang sedang mengganggu pikirannya. Hal ini membuat produksi asam
dalam lambungnya meningkat. Di tambah lagi
yang bersangkutan tidak makan dengan teratur dan sulit untuk tidur.
Dalam kondisi seperti ini bisa mengakibatkan kondisi tubuh menurun,setiap
memasukkan makanan kedalam lambung akan ditolak sehingga terjadi muntah-muntah.
Panas tubuh menjadi sangat tinggi namun yang dirasakan adalah gemetar dan
demam. Bila sudah parah akan terjadi peningkatan asam lambung yang dapat
berakibat terjadinya infeksi. Jika dibiarkan bisa menjadi sebuah penyakit
kronis dalam lambung si pasien.”
“
Lalu bagaimana cara penanganan dan pencegahannya dok?”
“
Pasien harus menjaga pola makannya sehingga lebih teratur lagi,selain itu
mengurangi beban pikirannya,selalu tidur tepat waktu serta menjaga pola
pikirnya hanya pada hal-hal positif saja. Yang juga tidak kalah penting
sebaiknya jangan bekerja terlalu berat dulu,beratnya pekerjaan bisa membuat
pikiran sebagian orang menjadi stres sehingga akan mengakibatkan sulit
beristirahat dengan tenang. Jadi benarkah apa yang saya katakan tadi Pak?”
“
Benar sekali dokter,sudah dua hari ini nak Bayu jarang sekali makan. Peristiwa
ini terjadi semenjak Alexa pergi dua hari lalu. Mungkin ada beban yang sedang
dipikirkannya. Dia hanya bekerja dengan lebih berat dari biasanya,nafsu
makannya berkurang drastis,dari yang biasanya tiga kali sehari sekarang hanya
segelas air putih di pagi hari atau dengan sepotong roti. Selain itu,hampir
tiap malam dia terlihat hanya memandang kosong,seperti ada hal yang sedang
dipikirkannya.”
“
Jadi benar demikian kejadiannya,mungkin benar ada hal yang sedang dipikirkan,jadi
sebaiknya lebih diperhatikan lagi pola makannya. Ini ada obat yang harus
diminumkan kepada mas Bayu semoga lekas sembuh dan bisa beraktivitas lagi
seperti biasa.”
“
Terima kasih dokter,semua saran dari dokter akan saya lakukan dengan baik demi
kesembuhan nak Bayu.”
“
Baiklah pak kalau begitu,saya pamit dulu. Bapak tidak usah terlalu khawatir
dengan kondisi mas Bayu,mungkin dia hanya kecapekan saja.”
“
Silahkan Dok,terima kasih sekali lagi atas bantuannya.”
“
Sama-sama Pak.”
“
Bagaimana menurut kamu dengan kondisi Bayu? Apakah ada sesuatu yang salah dari
dalam diri saya sehingga mengakibatkan terjadi peristiwa ini?”
Haji
Tanjono meminta pendapat budhe Surtini setelah doter Yudi pergi.
“
Saya rasa bapak tidak salah,bapak hanya melaksanakan janji bapak saat masih
muda,jadi bukan itu yang membuat peristiwa ini terjadi. Mungkin mas Bayu belum
siap saja untuk berpisah dengan non Alexa sehingga tiba-tiba menjadi beban
pikiran. Saya pikir wajar pak,seorang pemuda yang sedang dimabuk asmara.”
“
Jadi,saat ini akan menjadi beban yang sulit bagi kita untuk menemukan jalan
bagi mereka berdua? Di satu sisi,saya sebenarnya juga tidak tega memisahkan
Bayu dari Alexa,disisih yang lain juga harus melaksanakan janji yang telah saya
buat. Sungguh sebuah keputusan yang sulit,bagai memakan buah simalakama. Semoga
saja mereka dapat menerima keputusan ini dengan hati yang ikhlas dan lapang
dada. Walaupun bagi saya sendiri,jika mengalaminya mungkin juga tidak akan
mampu menerimanya.”
“
Benar sekali Pak, lebih baik kita menyerahkan semua kepada yang diatas,yang
maha adil dan maha bijaksana dalam menentukan sesuatu. Biarlah Allah swt akan
memberikan jalan terbaik bagi mereka,memberi ketenangan jiwa,kerelaan hati dan
juga keikhlasan. Lambat laun mungkin perasaan itu juga akan mampu mereka redam
sehingga tidak menjadi duri dalam daging.”
Peristiwa
ini tentu saja sangat cepat sekali menyebar,menjadi bahan gunjing dari sesama
pegawai yang bekerja di peternakan. Banyak yang menyayangkan terjadinya kejadian
ini,tidak jarang pula yang membela keputusan dari haji Tanjono. Semua orang
tentu saja berhak menyampaikan pendapat masing-masing. Berhak mengekspresikan
pendapat tersebut di muka umum,baik yang pro maupun yang kontra,yang mendukung
ataupun tidak.
Semua
harus berjalan selaras,serasi dan seimbang. Tidak saling menyerang atau saling
menjatuhkan,apalagi bila sampai timbul pertengkaran dan menghasilkan adanya
korban. Semua harus menyadari adanya hak dan tanggung jawab mereka
masing-masing. Mereka adalah para pekerja yang menerima hak berupa gaji serta
harus melaksanakan tanggung jawab terhadap pekerjaan dengan semangat dan
loyalitas yang tinggi.
Apapun
yang terjadi diluar sana,suasana dalam peternakan harus dibangun dengan
semangat kerjasama dan kekeluargaan yang sangat tinggi. Kekecewaan yang terjadi
tidak boleh menjadi beban dalam berkreasi,harus menjadi penyambung semangat
silaturahmi sehingga tidak mudah terpecah belah dan diadu domba. Sebuah
kerugian besar jika hanya karena masalah sepele kita harus memendam dendam
kepada seseorang. Bukan sikap ksatria jika tidak mampu untuk berpikir bijak
dalam menyelesaikan sebuah persoalan. Apapun bara yang mulai tersulut itu harus
segera dipadamkan,sebelum menjadi besar dan membakar semuanya.
Mengetahui
ada gelagat perselisihan diantara para pegawai karena masalah ini,haji Tanjono
segera mengumpulkan mereka. Memberi penjelasan tentang segala hal yang terjadi
serta meminta maaf juga memohon agar mereka berpikir dengan kepala jernih,tidak
terpengaruh dengan keadaan yang sedang terjadi. Biarlah dua orang muda mudi
yang akan menyelesaikan masalah percintaan mereka dengan baik.
Para
orang tua,sejawat dan kerabat diharapkan menjadi penonton yang baik. Menjadi
penengah bila ada pertimbangan yang perlu diluruskan. Bagaimanapun keputusan
telah diambil dan dilaksanakan. Perkara apa yang terjadi nanti,apakah Alexa
menemukan lelaki yang telah di jodohkan dengannya atau pulang dengan tangan
hampa dan kembali merajut kisah dengan Bayu hanya Allah swt yang tahu.
Dengan
penjelasan tersebut setidaknya menjadikan hati mereka menjadi tenang,harapan
melihat Bayu dan Alexa bersanding mereka pendam dalam-dalam. Sekarang yang
perlu dilakukan hanya kembali bekerja dan bekerja. Merajut asa untuk nafkah
anak dan isteri tercinta,bagi yang masih bujang setidaknya mampu mengumpulkan
bekal untuk masa depan mereka.
E N A M
Ada
sebuah pepatah mengatakan “ tak kenal
maka tak sayang “. Begitulah pepatah akan menjadi suatu hal yang sangat
penting dalam mengarungi kehidupan. Bagaimana kita memaknai sebuah pertemuan
akan menjadikan diri kita merasa lebih bermakna. Terkadang kita tidak bisa
mengetahui pribadi seseorang karena kita tidak mengenalnya.
Begitupun
juga dengan orang yang akan menempati sebuah rumah baru,tahap pertama adalah
bagaimana kita mengenal seluruh isi ruangan,tanpa mengetahui isi ruangan
bagaimana kita akan merasa kerasan untuk tinggal didalamnya? Tahap kedua adalah
bagaimana kita mengenal lingkungan tempat tinggal kita,jalan-jalan yang menuju
kerumah kita,pepohonan dan tetumbuhan serta binatang yang ada disekitar
rumah,para tetangga kanan,kiri,depan dan belakang rumah kita. Kita tidak akan
merasa nyaman tenggal di sebuah perkampungan jika banyak orang yang tidak ramah
dengan kita. Bagaimana sebuah keramahan,kesantunan dan kesopanan akan tumbuh
bila kita tidak mau terbuka dengan orang lain,tidak mau mengenal dan bersahabat
dengan orang lain tersebut.
Hari
ini pertama tinggal dirumah ini adalah hari yang paling melelahkan bagi Alexa
selama seumur hidupnya. Belum pernah ia merasa sesibuk ini,banyak sekali
pekerjaan yang ingin di kerjakan dengan segera. Pekerjaan pertama yang
dilakukan adalah membawa nenek Ningsih ke kamar mandi yang ada dibelakang
rumah. Setelah menimba dan mengisi penuh sebuah gentong penampung air serta dua
bak mandi berukuran kecil,Alexa meraih gayung air.
Dengan
hati-hati sekali ia mulai menyiram nenek Ningsih,wanita itu terkekeh menikmati
perlakuan calon cucunya tersebut. Dengan senang hati dimandikan seperti
seorang bayi yang belum bisa mandi
sendiri. Entah sudah berapa minggu sang nenek tidak mandi,bau tubuh yang tajam
menyengat itu segera berganti dengan bau sabun yang mewangi. Alexa terlihat
puas dengan pekerjaan barunya,sebuah senyum simpul menghiasi sudut bibirnya.
Jilbab cokelatnya telah sedikit basah tersiram air dari gayung yang di bawanya.
Setelah
mandi,nenek Ningsih segera didandani. Wanita tua itu hanya menurut pada
perlakuan Alexa. Alexa menaburkan bedak kesekujur tubuh nenek Ningsih,mengelap
setiap jengkal kulitnya yang telah keriput,memberi warna dengan sedikit polesan
di wajah. Menata rambut dengan sedemikian rupa hingga terlihat lebih segar dan
lebih ceria di usia senja. Tidak ada lagi nenek Ningsih yang kusut,pucat dan
ringkih.
Setelah
merawat nenek Ningsih,memberikannya pakaian terbaik yang masih dimiliki wanita
tersebut,Alexa segera menyuapi sang nenek yang dengan lahap menerima makan
siangnya. Tidak ada kecanggungan di antara mereka berdua,seakan sudah saling
mengerti apa yang diinginkan oleh masing-masing orang. Seberapa dalam lautan
akan menenggelamkan mereka,seberapa kuat badai akan menghempas atau seberapa
liar gempa yang akan mengguncang bumi hari ini tidak akan pernah menggoyahkan
niat tulus Alexa untuk merawat nenek Ningsih. Bahkan kedatangan Bayu sekalipun
tidak akan mampu menggoyahkan niat itu. Ada kesenangan tersendiri untuk
menyerahkan segala jiwa dan raga kepada pengabdian yang suci.
Setiap
orang berhak memilih jalan hidupnya masing-masing karena itulah yang akan
menentukan orang itu akan bahagia atau masuk dalam lingkaran dusta. Dan hari
ini Alexa telah menemukan kebahagiaannya yang tidak mungkin ditukar dengan
seribu bunga-bunga,dengan perhiasan dan juga permata. Bukan dengan emas ataupun
sebuah istana megah. Semangat berbakti itu tiba-tiba tumbuh seperti jamur
dimusim penghujan. Jamur yang dinantikan semua orang yang tinggal dalam
hutan,dimana itu adalah satu-satunya makanan yang ditemukan.
Alexa
sangat puas dengan hasil pekerjaannya. Pekerjaan berat yang selanjutnya adalah
membersihkan seisi rumah. Dimulai dengan mengumpulkan semua pakaian kotor milik
nenek Ningsih. Pakaian –pakaian itu tersebar tidak hanya didalam kamar. Bukan
perkara muda mengumpulkan barang dari
orang tua yang sudah renta dan mulai pikun. Tentu saja pakaian itu tersebar
karena nenek Ningsih berganti pakaian di sembarang tempat. Mengandalkan orang
serenta itu untuk mencuci sendiri pakaiannya adalah seperti menyuruh cacing
memanjat pohon mangga,atau menyuruh ikan untuk terbang setinggi langit,juga
menyuruh burung berenang di kedalaman samudra.
Menyalahkan
orang lain atas kesalahan yang dilakukan adalah sebuah perkara mudah,yang sulit
adalah memaafkan orang yang melakukan sebuah kesalahan dengan cara tidak
mengungkit-ungkit kesalahan yang dilakukan. Ituah yang coba dilakukan Alexa. Ia
tidak ingin menyalahkan perawat yang bekerja dan mendapatkan gaji untuk merawat
nenek Ningsih. Tidak juga berniat mengungkit-ungkit besar anggaran yang harus
dikeluarkan oleh bapak Abdul Mukid untuk memenuhi semua kebutuhan nenek
Ningsih,yang hingga saat ini terbukti tidak pernah sampai kepada pemiliknya. Anggaran
itu menguap begitu saja seperti anggaran-anggaran proyek yang tidak jelas
jluntrungannya.
Matahari
telah begitu tinggi sinarnya ketika Alexa menyelesaikan pekerjaan mencuci
pakaian. Hampir saja ia tertidur karena kelelahan,bila tidak ada sebuah ketukan
di pintu rumah. Alexa segera membukakan pintu sesaat setelah menjawab salam
dari orang yang berada diluar rumah. Sang nenek terlihat tertidur dengan damai
di ruang tengah,sebuah dipan yang diletakkan disana rupanya cukup nyaman.
Apalagi dengan tubuh yang begitu bersih setelah habis mandi. Kantuk akan segera
menyerang dikala perut kita terasa kenyang.
“
Bagaimana neng sambutan dari nenek
Ningsih? Apa neng Alexa tidak
apa-apa?”
Bu
Parni yang khawatir terhadap diri Alexa mengunjunginya. Wanita itu rupanya
hanya bekerja setengah hari. Mandor yang biasa memberi pekerjaan hari ini
sedang ada urusan ke Surabaya sehingga semua karyawan dipulangkan lebih awal.
“
Alhamdulillah bu,saya mendapat sambutan hangat dari nenek Ningsih. Pak Kusno
sendiri juga sangat baik,mau mengantar saya kesini. Saya juga sangat berterima kasih
karena berkat bantuan ibu saya tidak mendapat kesulitan disini.”
“
Ah...neng Alexa bisa saja,ibu jadi malu ini. Baiklah neng kalau begitu ibu
permisi dulu, ibu sekedar mampir karena khawatir terjadi sesuatu dengan neng
Alexa. Syukurlah kalau neng Alexa tidak apa-apa. Kalau ada yang perlu
dibantu,neng tidak usah sungkan,langsung saja kerumah ibu.”
“
Iya bu,terima kasih banyak.”
Alexa
benar-benar tidak dapat lagi menahan kantuknya. Setelah kepergian bu
Parni,segera ia merebahkan diri disebelah nenek Ningsih. Terbersit sebuah
perasaan tenang dan damai bila berada di samping nenek tua itu. Wajah Bayu
sedikit terlintas ketika Alexa memandang wajah sang nenek. Sangat mirip
sekali,yang membedakan hanya kulit yang keriput serta tidak mudah lagi. Jika
dilihat sepintas,dari bentuk mata dan tulang dagu mereka bagai pinang dibelah dua,goresan
bibir dan hidung agak berbeda tetapi masih sangat identik antara keduanya.
Jadi, benarkah Bayu memang cucu dari nenek Ningsih? Ataukah perasaannya saja
yang berusaha mencari-cari kemiripan di antara mereka?
Sebelum
menemukan jawaban,mata Alexa sudah terlebih dahulu terpejam. Gurat kelelahan
tampak sangat jelas diwajah gadis itu. Bagaimanapun,pekerjaan ini belum pernah
dilakukan Alexa seorang diri dirumah. Selalu ada budhe Surtini yang mengerjakan
semua urusan rumah tangga,sedang Alexa hanya membantu sekedarnya saja.
Hari
telah sore ketika gadis itu terbangun. Alexa mencoba meraba nenek Ningsih yang
tidur disampingnya,ternyata wanita itu tidak lagi berada disampingnya. Alexa
segera bangkit berdiri,mencari sang nenek kesetiap sudut rumah,memeriksa setiap
kamar hingga kekamar mandi. Alexa mulai panik ketika tidak menemukan sang
nenek,ia segera memperluas daerah pencarian. Samping kanan dan kiri rumah
segera disisir.
Alexa
menemukan nenek Ningsih sedang berjongkok dibawah pohon durian. Ternyata
penyakit lupa orang tua itu kambuh lagi. Beliau telah melakukan buang air besar
dibawah pohon durian. Alexa segera menuntun neneknya menuju kamar
mandi,membersihkan dan membasuh bekas buang air besar sekaligus memandikannya.
Dengan
cekatan Alexa mengumpulkan kotoran dari nenek Ningsih yang berada di bawah
pohon durian,membuangnya di toilet kamar. Ternyata banyak sekali tersebar
kotoran dari nenek tersebut disekitar pohon durian. Beberapa di antaranya sudah
mulai mengering. Alexa berusaha membersihkan semuanya. Sekaligus membersihkan
sisa-sisa sampah dan dedaunan yang berserak disepanjang halaman. Asal disertai
dengan niat yang tulus dan ikhlas,semua pekerjaan akan cepat untuk
diselesaikan.
Berbeda
sekali wajah halaman dari pertama kali ia datang. Halaman yang kumuh dan tidak
terawat itu terlihat bersih dan lebih indah. Tumpukan sampah yang menggunung
dibakar habis.beserta rumput yang mulai meninggi. Tidak akan cukup satu hari
untuk membereskan begitu banyak pekerjaan yang menumpuk tersebut. Ternyata
merawat sesuatu lebih sulit daripada saat kita membuat atau membangunnya.
Hari
kedua tetap menjadi hari yang sibuk bagi Alexa. Bangun pagi,Alexa segera menuju
dapur yang sudah sangat lama tidak digunakan tersebut,beruntung alat-alat masak
yang ada masih bisa digunakan dengan baik. Tidak ketinggalan Alexa harus
berbelanja kepada penjual ikan dan sayuran yang ada di ujung desa. Disana ia
banyak bertemu orang untuk lebih bersosialisasi sebagai tetangga baru.
Bermacam-macam perangai tetangga baru tersebut,ada yang sangat pendiam dan
hanya menjawab seperlunya bila ditanya sesuatu,ada yang cerewet setengah mati
hingga teman-temannya tidak mampu mengimbangi perkataannya,tak jarang pila yang
senang memamerkan perhiasannya yang bergemerincing seperti seorang artis dari
india.
Alexa
hanya bisa tersenyum ramah melihat dan mendengar celoteh para tetangga
barunya,Alexa merasa bahwa mereka semua adalah orang baik yang sangat ramah dan
santun kepada siapapun,termasuk kepada orang asing seperti dirinya. Alexa
berharap bisa mengenal mereka lebih dekat sehingga tidak canggung bila
memerlukan bantuan. Beruntung Alexa membawa bekal uang yang sangat cukup untuk
makan berdua bersama nenek Ningsih selama kurang lebih dua bulan yang akan
datang. Usai berbelanja ikan,lauk-pauk dan sayuran,Alexa mampir kesebuah toko
kelontong yang menjual semabako. Dia membeli beberapa kilogram beras untuk
segera dimasak agar dapat mengisi perutnya dan nenek Ningsih.
Bukan
perkara mudah memasak menggunakan tungku tradisional,Alexa harus menyiapkan
kayu bakar yang cukup sebelum menyalakan tungku. Tidak ada kompor minyak yang
tersedia dirumah itu,apalagi kompor gas seperti yang digunakan dirumah Alexa.
Pada saat- saat seperti inilah jiwa Alexa merasa tertantang untuk membuktikan
semua kemampuannya dalam memasak. Keterbatasan alat bukan halangan yang besar
untuk berkreasi.
Beruntung
sekali Alexa pernah mengikuti kegiatan pramuka yang mengajarkan kita hidup
mandiri,sampai saat ini pun ia masih sangat hafal dengan Tri Satya dan Dasa
Dharma Pramuka yang menjadi kode moral dan kode kehormatan gerakan kepanduan di
Indonesia tersebut. Lewat gerakan kepanduan itulah Alexa belajar memasak dengan
memanfaatkan barang dan bahan yang ada disekitar,dalam beberapa kali perkemahan
regunya selalu mendapatkan juara satu aat lomba memasak ataupun menghidangkan
makanan.
Inilah saat yang apling tepat untuk menerapkan
segala ilmu kepramukaan yang pernah diperoleh. Meskipun mata perih karena usaha
untuk menyalakan tungku dengan menggunakan kertas,peniup dan kayu bakar, Alexa
sangat puas dengan hasil pekerjaannya. Semua pekerjaan itu dapat
diselesaikannya sebelum fajar menampakkan cahayanya yang keperak-perakkan,
sebelum nenek Ningsih terbangun dari mimpinya yang panjang dan melelahkan.
Ketika matahari mulai tumbuh di ufuk timur, Alexa segera membangunkan nenek
Ningsih.
Waktu
yang tepat untuk mandi di pagi hari,Alexa telah memasak air untuk mandi nenek
Ningsih. Segera setelah semuanya siap,Alexa memandikan nenek Ningsih.
Membersihkan badan sang nenek seperti kemarin,menyuapinya dengan sangat telaten
sehingga nenek Ningsih merasa sangat senang dan menghabiskan makanannya. Alexa
sangat bahagia ketika nenek itu memuji masakannya,gadis itu terlonjak senang
seperti seorang anak yang mendapat nilai seratus di hari pertamanya sekolah.
Setelah
sarapan,sebuah pekerjaan besar sudah menanti Alexa. Kemarin gadis itu melihat
beberapa genting telah pecah dan bocor ketika hujan mengguyur. Dengan cekatan
gadis itu mengambil sebuah tangga,naik melalui anak tangga untuk mencapai
ketinggian yang diinginkan. Bukan hal yang mudah untuk membetulkan genting yang
bocor,terlebih seorang anak gadis seperti dirinya. Hanya dengan sebuah tekad
yang kuatlah semua bisa dijalani dengan baik.
Selesai
membetulkan genting yang bocor,Alexa mencabuti rumput yang tumbuh dan berserak
dihalaman,mengumpulkannya jadi satu seperti kemarin lalu membakarnya. Ia juga
sempat menata kembali letak obor yang telah rusak,membersihkan sisa-sisa sampah
pada lantai pendopo,mengambili semua kayu lantai yang telah rusak dimakan
rayap,membawanya kebelakang rumah sebagai bahan kayu bakar.
Semua
pekerjaan akan cepat selesai bila kita kerjakan dengan hati riang,semangat yang
tulus dn hati yang ikhlas tnpa mengharap imbalan dari pekerjaan tersebut.
Dengan segenap kekuatan yang dimiliki,Alexa berusaha memberikan pengabdian
terbaik selayak kesetiaan Maha Patih Gajah Mada kepada kerajaan Majapahit. Ia
ingin sekali meniru sang pahlawan yang terkenal dengan sumpah Amukti Palapanya
tersebut.
Apapun
beban yang kita pikul akan terasa ringan jika kita kerjakan dengan rasa cinta
dan kasih sayang yang dalam. Orang akan melakukan apapun demi meraih cinta yang
sangat didambakan. Tidak sedikit demi kata cinta orang akan mengorbankan harta
benda bahkan nyawanya. Mereka tentu saja tidak akan memperhitungkan lagi untung
dan rugi,hanya cinta kasih terhadap pasanganlah yang paling penting dari
segalanya.
Apa
yang akan terpikirkan oleh kita disaat melihat gelapnya awan hitam segera
berganti warna menjadi terang dan bercahaya?
Itulah sebuah semangat baru yang membuncah dalam dada Alexa saat
ini,bukan sebuah penantian kepada cinta seorang kekasih,sebuah pijar baru telah
bersemi dalam setiap tarikan dan desahan nafas,surga. Benarkah surga itu
benar-benar ada? Itukah pembalasan bagi orang-orang yang selalu berbuat baik
kepada orang lain?
Tidak
!!! ada ataupun tidak ada surga,semangat pengabdian ini tidak akan
padam,bagaimana orang akan mengaitkan suatu kebaikan itu dengan surga,padahal
yang sedang ingin kita perbuat adalah demi kemanusiaan,demi kelangsungan hidup
sesama yang juga membutuhkan kehangatan,perhatian dan kasih sayang,membutuhkan
tempat yang layak untuk rehat sejenak,membutuhkan makan dan minum yang memenuhi
kriteria kesehatan,juga tempat berteduh yang nyaman dari hujan dan ganasnya
kemarau panjang.
Hari-hari
akan berganti dengan begitu cepat tatkala kita memiliki sebuah
kesibukan,pekerjaan seakan menuntut kita untuk mengejar lokomotif waktu yang
tidak pernah mau menunggu,merelakan sejumput rasa kepasrahan dimana dalam
pandangan kita yang mulai layu itu tumbuh banga-bunga baru. Kita akan merasakan
sesuatu yang indah bila dimulai dengan kerja keras. Bagaimana seekor kupu-kupu
akan lebih indah jika telah bermetamorfosa dari seekor ulat yang
menjijikkan,berubah menjadi kepompong yang lebih banyak diam,menjadi kupu-kupu
cantik yang dikagumi banyak orang.
Alexa baru saja menyelesaikan mencuci semua
peralatan masak yang telah digunakan. Hari ini adalah hari ketiga Alexa tinggal
dirumah nenek Ningsih. Gadis itu melihat sebuah bayangan seorang perempuan
melintas diruang tengah rumah. Semula dia mengira itu adalah bu Parni atau bu
Kusno,isteri dari ketua RT. Melihat penampilannya dari kejauhan tampak sekali
bukan mereka yang telah keibuan. Wanita itu terlihat lebih muda,dari belakang
tubuhnya masih sangat belia kira-kira seumuran dengannya. Wanita itu mengecek
semua perlengkapan dan peralatan yang ada di kamar tengah,kamar tamu dan juga
ruang utama. Mungkin saja dia terhern-heran atas apa yang telah terjadi.
“
Assalamu’alaikum...” Alexa memberanikan diri menyapa. Wanita itu menoleh kaget.
Wajahnya tampak sangat jelas menunujkkan rasa heran dan penasaran. Bagai seekor
harimau lapar yang menemukan seekor kijang tersesat ditengah hutan. Berondongan
pertanyaan segera meluncur deras bak hujan yang tercurah dari penjuru langit.
“
Siapa kamu? Berani-beraninya masuk kerumah ini tanpa ijin?,merubah tatanan
barang-barang yang ada diseluruh ruangan. Kamu maling ya? Atau kamu seorang
mata-mata perampok yang sedang menggambar suasana desa ini? Jangan-jangan kamu
mata-mata teroris?”
Alexa
tersenyum ramah, mencoba mengulurkan tangannya yang lembut kepada gadis
itu,gadis itu diam penuh dengan selidik. Sorot matanya tajam memandang mata
Alexa,ada sedikit pandangan tidak senang dari isyarat mata itu. Mata yang
seakan ingin menerkam mangsa pada malam gelap tanpa cahaya. Mata yang bersinar
penuh bagai sorot lampu senter yang menembus gulita.
“
Maaf mbak, nama saya Alexa. Saya adalah cucu dari nenek Ningsih,saya sudah ijin
kepada bapak RT dan kepala desa untuk tinggal dirumah ini,jadi mungkin tidak
perlu dipermasalahkan lagi bahwa saya akan merawat dan menjaga nenek Ningsih.”
“
Ha...ha...ha... apa kamu bilang? Cucu ? setahu saya wanita reyot itu tidak
punya cucu perempuan. Jangan mimpi kamu untuk tinggal di tempat ini,apa kamu
ingin merebut mata pencaharianku hah? Jangan pikir kamu bisa mengusirku dari
sini hanya dengan mengaku-ngaku sebagai cucu nenek renta itu.”
Nada
suara wanita itu meninggi,membuat deretan kata yang menusuk bagai pedang,perih
seperti goresan ilalang,juga sakit seperti terhantam batuan. Telunjuknya
menunjuk-nunjuk pada nenek Ningsih yang masih terlelap. Nenek tua itu tiba-tiba
bergerak dan terbangun karena suara lantang sang perempuan.
“
Bukan begitu maksud dan tujuan saya kemari mbak,bukan maksud saya merebut
penghasilan mbak sebagai perawat nenek Ningsih. Saya memang bukan cucu kandung
dari nenek,saya hanya orang yang kebetulan diberi amanah untuk menjadi keluarga
dari nenek karena saya telah dijodohkan dengan salah satu cucunya.”
Nada
suara Alexa tetap tenang,mencoba menanggapi wanita itu dengan kepala
dingin,tutur katanya tetap lembut selembut salju,niatnya tetap tulus sebening
embun pagi. Tidak mudah untuk membuat percaya wanita yang memang hatinya telah
tertutup untuk kehadiran orang lain tersebut.
“
Apa kamu bilang? Kamu pikir aku akan percaya dengan yang kamu katakan tadi?
Dasar pembual. Lebih baik segera kemasi barang-barang kamu dan segera pergi
dari sini. Saya tidak sudi melihat muka kamu disini.”
“
Maaf mbak,itulah kenyataan yang harus saya jalani untuk saat ini,saya tidak
mungkin meninggalkan rumah ini sebelum menemukan dan membawa pulang calon suami
saya,atau paling tidak saya harus mengetahui siapa nama dan dimana calon suami
saya tersebut tinggal.”
“
Terlalu banyak bicara kamu,saya tidak akan pernah membiarkan kamu untuk tinggal
disini,disini bukan tempat yang cocok untuk kamu,dasar wanita murahan.”
“
Sekali lagi saya minta maaf mbak,bukan maksud saya menggangu pekerjaan mbak
disini,saya bersedia membayar mbak,dengan syarat mbak harus mengijinkan saya
untuk tinggal disini. Saya rasa orangtua saya tidak akan keberatan,karena
beliaulah yang meminta saya untuk datang kesini.”
“
Ha...ha...ha... jadi kamu mau sok kaya di depanku gadis kecil,gadis bau kencur
seperti kamu mau menipuku? Mau mengakali aku hah? Dasar gadis kecil tidak punya
malu. Lebih baik kamu ngaca sana,lihat penampilanmu yang seperti babu ini mau
membayar aku,berapa banyak uang yang kamu punya?”
“
Saya mungkin memang bukan orang yang kaya raya mbak,bukan orang yang suka
memamerkan harta dan penampilan,tapi setidaknya saya orang sederhana yang punya
pengabdian,orang rela melakukan sesuatu hanya demi menolong orang,bukan karena
pamrih gaji yang tinggi dan mengharap
imbalan.”
“
Sudah pandai menggurui rupanya anak
kecil ini? Tahu apa kamu dengan pengabdian,kamu hanya anak kemarin sore yang
belum pantas untuk mendpatkan tempat dirumah ini,lebih baik kamu segera pergi
dari sini atau kamu mau saya tuduh sebagai seorang pencuri dan saya laporkan
kepada polisi?”
“
Maaf mbak,bukankah sudah saya tegaskan dari awal bahwa saya sudah mendapat ijin
dari bapak ketua RT dan Kepala dusun untuk tinggal disini? Saya kira mbak salah
paham dengan semua yang terjadi saat ini.”
“
Dasar wanita keras kepala kamu!!! Terima ini...!!!”
Plak...!!!
sebuah pukulan keras mendarat di pipi Alexa,wanita itu meringis menahan sakit
pada pipinya. Sudut bibirnya terasa perih karena robek dan mengeluarkan darah.
Pipinya yang ditampar wanita itu memerah seperti kepiting rebus,hampir saja
jilbab yang dipakai terlepas karena ditarik paksa. Beruntung gadis itu bisa
menghindar dengan sigap.
Kalau
saja tidak mampu meredam amarah,mungkin Alexa akan menjatuhkan wanita itu dalam
satu kali pukulan. Latihan Taekwondo dan karate yang pernah dijalani waktu
menempuh pendidikan di SMA dan bangku kuliah akan sangat berguna untuk
saat-saat seperti ini. Sangat mudah menjungkalkan wanita itu,semudah
menerbangkan kapas saat sepoi berhembus lembut. Tapi Alexa lebih memilih untuk
mengalah saja,tidak ada guna lagi berdebat dan saling menunjukkan tenaga. Semua
akan merugikan semua orang yang terlibat dalam sebuah pertengkaran tersebut.
Alexa
segera mengemasi barang- barang pribadinya yang tak seberapa,detik ini juga ia
akan pergi untuk sementara waktu,tekadnya yang kuat untuk merawat dan menemani
sang nenek begitu kuat. Alexa pergi bukan karena kalah,ia hanya mengalah untuk
sementara waktu. Tujuannya hanya satu
yaitu menuju rumah bu Parni,ibu yang baik hati itu akan selalu siap
menerima keadaan Alexa apapun yang terjadi,membantunya untuk menyelesaikan
semua masalah yang akan di hadapi.
Nenek
Ningsih terlihat sangat terpukul dan bersedih ketika melihat Alexa melangkahkan
kaki. Ingin rasanya ia turut serta mengikuti kemanapun Alexa pergi,tapi
pertengkaran dua wanita muda itu telah membuat tubuhnya gemetar dan sulit untuk
berjalan. Tiba-tiba saja suaranya hanya tercekat di tenggorokan ketika berniat
memanggil Alexa. Nenek Ningsih hanya
bisa pasrah kehilangan seorang cucu mantu yang telah mewarnai hari-harinya
selama tiga hari terakhir.
Harapan
yang tersisa hanya sebuah pertolongan yang diharapkan datang dari orang
lain,terutama anak angkatnya agar segera tersadar dan mengusir wanita perawat
itu dari hari-harinya yang kelam dan membosankan. Wanita itu bukanlah seorang
tukang masak yang baik, bukan seorang perawat yang mampu memuliakan seorang
pasien. Pekerjaan yang dijalani hanya menggerutu dan mengomel tidak jelas
hingga membuat nenek Ningsih sangat muak terhadapnya. Bukan hanya melihat
wajahnya,mendengar suaranya sekalipun nenek Ningsih serasa merasakan alergi
yang sulit disembuhkan dokter manapun di dunia ini.
Alexa
terus melangkahkan kaki,cairan bening tiba-tiba mewarnai sudut matanya yang
mulai sembab. Bukan sakit dipipi dan rasa perih pada sudut bibirnya yang
membuat menangis,Alexa hanya memikirkan bagaimana nasib nenek Ningsih sepeninggal
dirinya. Baru dua hari ini si nenek bisa tersenyum dan merasakan
kebahagiaan,tapi kebahagiaan itu akan segera terenggut kembali,menyisakan
hari-hari kosong sepanjang sisa hidupnya.
Baru
lima langkah Alexa meninggalkan pintu rumah,sebuah bayangan membuatnya harus
membuatnya menengadah melihat wajah bayangan itu.
“
Lho,kenapa nak Alexa menangis? Siapa yang mengganggu nak Alexa? Lah ini kok
barang-barangnya dibawah pergi lagi? Ada masalah apa nak ? cerita sama
bapak,biar bapak carikan jalan keluar. Nak Alexa tidak betah dirumah ini?”
Berondongan
kata dari pak Kusno seperti menyergap Alexa. Gadis itu terdiam seperti seorang
serdadu yang kalah perang dan ditawan. Wajahnya yang layu nampak mulai sedikit
lebih cerah,inilah saat yang terbaik untuk kembali ke medan laga. Bantuan telah
datang siap untuk ikut berperang. Pak Kusno tidak sendiri,seorang lelaki lain
berdiri disampingnya,lelaki itu lebih tinggi dan berbadan lebih tegap. Mungkin
inilah pak Abdul Mukid,anak angkat dari kakek Husni maupun nenek Ningsih,Alexa
menduga-duga keadaan. Gadis itu merasa telah menemukan sebuah kunci dari
rahasia hidupnya.
Kunci
itu sedang dipegang oleh pak Abdul Mukid,kunci yang dapat membuat pintu dari
tabir kehidupannya terbuka. Semua jalan seakan lebih terang benerang sekarang.
Seperti sebuah sunrise pertama yang
tumbuh dikala awal musim semi,tumbuh-tumbuhan dan bebungaan sedang
mekar-mekarnya dalam jiwa Alexa.
Senyum gadis itu tiba- tiba
mengembang. Manis,semanis madu pertama yang baru saja dipetik dari sarang lebah
hutan. Madu yang masih sangat asli tanpa campuran nektar palsu yang dibuat di
pabrik-pabrik sintetik.
“ Maaf pak,tidak ada apa-apa...”
Sedikit kata yang keluar dari bibir
Alexa,lalu terdiam dan kembali menunduk,seakan memberikan sebuah isyarat telah
terjadi sesuatu. Pak Abdul Mukid melangkah tergesa kedalam rumah. Yakin sekali
lelaki itu bahwa sumber dari semua ini pasti ada di dalam rumah. Pak Kusno
mengiring dari belakang,menggandeng tangan Alexa agar mengikutinya.
“ Nak Alexa tunggu disini. Biarkan
masalah ini saya dan pak Lurah yang menyelesaikan”
Kata pak Kusno lagi ketika mereka
telah berada didalam ruang tamu. Alexa hanya mengangguk. Telah cukup banyak
terasa budi yang diberikan oleh lelaki itu untuk menolongnya,membuat Alexa
merasa sungkan untuk menerimanya.
“ Jadi ini yang kamu perbuat kepada
ibu saya selama ini?, dasar wanita tidak tahu di untung kamu,bukannya merawat
ibu saya dengan baik malah menjadikannya tersiksa karena ulah kamu.”
Suara itu seperti suara geledek yang
menyambar dari belakang rumah,tepatnya dari kamar mandi yang terletak di ujung.
Pada hari inilah perbuatan sang perawat terbongkar. Sebuah periuk penuh dengan
nasi hasil masakan Alexa telah ditumpah bersama lauk dan sayurannya kedalam
sebuah kantong plastik yang dibawa. Sebuah piring yang disiapkan hanya berisi
sepotong tempe dan nasi putih,makanan itulah yang sedianya akan di suapkan
kepada nenek Ningsih,wanita itu telah berontak karena tadi pagi telah disuapi
oleh Alexa.
Sang perawat terus memaksa sehingga
terlihat sekali ada upaya penyiksaan olehnya kepada nenek Ningsih. Ada pepatah
mengatakan “ sepandai-pandai tupai
melompat pasti akan terjatuh juga,sepandai-pandai menyembunyikan bangkai akan
tercium juga.” Itulah mungkin yang dapat mewakili dan menggambarkan keadaan
yang terjadi saat ini. Bagaimana sebuah perlakuan yang tidak baik itu akhirnya
harus bertemu dengan penawarnya. Dan penawar itu bukan saja akan memaksa sang
pelaku jera,tapi juga harus kehilangan
pekerjaannya.
Sang perawat tampak terkejut melihat
kedatangan pak Kusno dan pak Abdul Mukid,ada rona kebencian dalam wajahnya yang
ketus. Wanita itu hanya terdiam,terpaku pada semua pekerjaan yang telah
dilakukan. Nenek Ningsih mencoba meronta untuk melepaskan diri dari dekapan
wanita itu.
“ Lepaskan ibu saya sekarang...!!!”
Pak Abdul Mukid memegang tangan sang
wanita yang masih terdiam,menyeretnya keruang tamu yang disana sedang duduk
menunggu Alexa. Sementara itu pak Kusno menuntun nenek Ningsih dan mengikuti
dari belakang.
“ Bisa kamu jelaskan kejadian yang
baru saja kamu lakukan itu? Kenapa kamu begitu tega menyiksa ibu saya,padahal
saya telah memberikan gaji yang cukup besar untuk pekerjaan itu,bukan hanya
memberikan pelayanan yang terbaik,kamu juga telah menggelapkan uang makan ibu
saya rupanya. Belum pernah saya menemui orang sekejam kamu.”
“ Sekarang apa pembelaan kamu atas
peristiwa ini?”
“ Maafkan saya pak,saya hanya
mencoba memberikan pelayanan terbaik seperti perintah bapak,saya mencoba untuk
memberikan ganti makanan bergizi,takut ada racun yang telah dimasak wanita tak
dikenal ini dalam makanannya. Dengan demikian setidaknya saya telah
menyelamatkan nyawa dari ibu tuan.”
“ Diam kamu,sudah tahu bersalah malah menimpakan kesalahan kepada orang lain.
Bukannya mengakui kesalahan malah memfitnah orang yang telah berbuat baik. Apa
kamu tidak malu dengan semua yang telah kamu lakukan? Satu hal lagi,gadis ini adalah nak Alexa,dia
adalah orang yang akan di jodohkan
dengan keponakanku. Dia bukan orang asing seperti katamu. Pak Kusno telah
menceritakan semua kepadaku,tentang semua perbuatanmu,tentang kedatanganmu yang
hanya satu minggu sekali bersamaan dengan waktu kunjunganku kepada ibu,juga
perilakumu yang kurang terpuji dan telah menelantarkan hidup ibuku.”
“ Berdosa sekali aku telah
mempercayakan perawatan ibu kepadamu,kamu serasa menggoreskan sebuah belati
yang sangat tajam pada hatiku,mengiris-irisnya dengan perbuatanmu yang membuat
aku merasa durhaka kepada ibuku sendiri. Sebuah pilihan yang sangat buruk untuk
mempekerjakanmu,seperti memilih berlayar ketika badai sedang membayangi
langit,sama saja aku akan membahayakan kehidupan orang lain di tanganmu”
“ Maafkan saya pak,saya merasa
sangat bersalah karena kejadian ini. Setidaknya berikan saya satu kesempatan
lagi untuk berubah,saya akan berbuat lebih baik untuk menebus semua kesalahan
saya. Maukah bapak memaafkan semua kesalahan saya?”
Mengharapkan seseorang tetap
memberikan pekerjaan kepada kita setelah kita mengkhianati kepercayaannya
adalah bagai seorang pencuri yang tertangkap
berharap untuk menjadi polisi,atau seorang koruptor yang di pidana ingin
menjadi pejabat negara.
Perawat
itu mencoba mengeluarkan semua jurus rayuan,merajuk dan berharap ada belas
kasihan yang akan membuatnya terbebas dari pemecatan. Sungguh suatu harapan
yang sia-sia belaka. Seperti mengharapkan bulan purnama akan muncul ketika umur
penanggalan baru satu hari,atau berharap pelangi tumbuh dimalam hari yang gelap
gulita.
“
Sudahlah,saya akan memaafkan kamu. Tapi,saya tidak akan mempekerjakan kamu lagi
ditempat ini. Lagipula sudah ada nak Alexa yang akan menemani ibu dalam
menjalani sisa hidupnya. Saya rasa,ibu akan lebih bahagia jika dirawat oleh
cucunya. Ini pesangon kamu dan jangan kembali lagi kerumah ini.”
Pak
Abdul Mukid mengangsurkan sebuah amplop coklat berisi uang,wanita itu hanya
melirik sebentar lalu berlutut dikaki pak Abdul Mukid.
“
Tolong pak,ini adalah pekerjaan saya satu-satunya,jangan pecat saya. Saya
bersedia melakukan apapun selama saya tidak diberhentikan dari pekerjaan ini.
Saya akan menebus semua dosa yang pernah saya lakukan.”
“
Sudahlah,sudah saatnya kamu pergi dari rumah ini. Saya tidak membutuhkan lagi
orang yang telah melanggar janji. Bagaimana kontrak kerja yang telah kamu tanda
tangani telah kamu langgar sendiri,sekarang biarlah kamu merasakan bagaimana
sakitnya orang yang telah tersakiti. Semoga masa depanmu akan lebih baik diluar
sana,dan semoga kamu mendapat pekerjaan yang sesuai dengan bidang dan keinginan
kamu.”
“
Sekarang lebih baik kamu segera mengemasi barang-barang kamu,mulai hari ini dan
seterusnya janganlah kamu datang lagi kerumah ini,apalagi hanya untuk mencoba
menyakiti salah satu dari kami.”
“
Baiklah kalau begitu pak,saya kan segera pergi dari sini. Yang perlu anda semua
ingat,saya tidak terima diperlakukan seperti ini,terutama kamu,saya akan
membuat hidup kamu lebih menderita karena telah membuat saya kehilangan
pekerjaan saya.”
Wanita
itu menunjuk wajah Alexa dengan pandangan yang tidak senang. Ada getar dendam
yang bergulung-gulung di hatinya. Gemuruh yang membuat darahnya mendidih dan
siap meledak kapanpun.
Langkah
menunduk telah mengakhiri petualangan sang wanita dirumah itu. Bagai seorang
pejuang yang telah lama dipuja-puja lalu dilipakan begitu saja karena telah
melakukan perbuatan hina karena menjadi seorang mata-mata. Sebagian orang
merasa kekalahan ini lebih menyakitkan dari pada mati di medan laga atau pulang
dengan tubuh yang terluka.
Ketika
melakukan sesuatu kadang orang tidak berpikir panjang tentang apa yang akan
terjadi kemudian,dimana sebuah awal yang indah tidak akan selalu manis untuk
dikecap. Sebuah perbuatan baik akan melahirkan balasan terbaik dan madu
termanis yang bisa kita nikmati,sedang sebuah perbuatan buruk akan melahirkan
petaka dan karma yang harus kita jalani,terserah mana yang akan kita jalani
sebagai jejak langkah dari kehidupan kita.
TUJUH
Banyak bersabar dan bersyukur
merupakan obat yang paling mujarab untuk menyembuhkan sebuah luka,apalagi luka
yang diakibatkan oleh perasaan cinta. Menyerahkan segalanya kepada takdir Tuhan
dan lebih tenang dalam menjalani hari-hari tentu lebih bermakna daripada terus
meratapi nasib atau mengutuk keadaan dalam jiwa ini.
Bila gejolak hati yang akan terus
tumbuh itu tidak kita redam sendiri,maka akan membuat kita terkungkung dan
terpenjara dalam sebuah perasaan cinta tak berujung yang membuat diri kita
terasing dari dunia. Seperti katak dalam tempurung yang hanya merasa bahwa
dunia itu seperti selembar daun kelor. Banyak rahasia dari sebuah rahasia
penciptaan manusia dimuka bumi ini,banyak sekali hal-hal yang tidak kita
ketahui dan tidak kita ingini yang tiba-tiba terjadi. Sebuah keajaiban akan
muncul tanpa kita sadari,jadi berharap terlalu berlebih pada sesuatu itu hanya
membuang-buang waktu yang tidak perlu.
Detik berlalu,menit berganti hingga
hari-hari telah berjalan jauh meninggalkan waktu yang masih tetap setia
menunggu fajar tumbuh di ufuk timur. Menyapa seluruh penjuru bumi dengan
kehangatan sinarnya. Begitupun hari yang harus dilalui Bayu,lelaki itu telah
sembuh dari penyakit lambung yang diderita. Begitu besar akibat dari kepergian
Alexa,membuatnya ambruk dan jatuh sakit. Hatinya bagai dirajam sembilu ketika
gadis itu mengucapkan rasa cintanya yang tidak biasa,rasa cinta bukan kepada
seorang saudara,bukan seorang kakak dan adik,bukan kepada sahabat atau teman
sepermainan. Namun,cinta itu adalah cinta antara seorang gadis kepada seorang
pemuda,cinta kasih antara sesama kekasih.
Gejolak jiwa yang selama ini coba
selalu ditahan itu terlepas juga pada akhirnya,meskipun ia mencoba berbohong
kepada gadis itu tentang perasaan yang sebenarnya,hanya dilidah dan suara
kata-kata itu dapat berbohong. Hatinya memberontak ingin mengucapkan rasa yang
sebenarnya,sebuah rasa cinta yag juga telah dipendam sekian tahun. Dimana jantungnya selalu dipompa sedemikian keras ketika dekat
dengan gadis itu,berdebar dengan sangat kencang seperti mau terlepas dari
dadanya,jantung itu serasa dipompa ribuan kali lebih cepat bak seorang pelari
maraton yang telah menempuh jarak puluhan ribu meter.
Hari ini telah lebih dari dua minggu
sejak kepergian Alexa dua pekan yang lalu. Hari- hari yang kembali terasa
normal bagi para pekerja di peternakan. Mereka semua hampir telah bisa
melupakan dan menerima semua alasan yang telah diutarakan semua pihak. Hanya
sesekali sebuah celetukan kadang melintas ketika Bayu berada di dekat mereka.
Namun lelaki itu hanya bisa tersenyum,senyum yang terlalu dipaksakan untuk
menyembunyikan hatinya yang terlalu terluka.
Tidak mudah mengubur sebuah
peristiwa yang sudah membuat sebagian orang kecewa,terlebih peristiwa itu telah
menyeret teman kita untuk larut dan tenggelam dalam arus derasnya. Sebagai
seorang teman kita hanya bisa membantu dengan sebuah tutur dan kata,sebuah
kalimat yang mungkin bisa menenangkan. Membantu menyejukkan jiwa yang lara dan
putus asa,atau sekedar membuatnya kembali tersnyum dalam menikmati indahnya
hari-hari yang bahagia.
“ Bagaimana mas Bayu,sudah enakan ?”
Kata Suliono pagi itu,ketika Bayu
pertama kali ke peternakan setelah merasa sembuh dari sakitnya. Bayu langsung
tersenyum melihat Suliono yang sedang menata rumput untuk sapi-sapi tersebut.
“
Alhamdulillah kang,sudah agak mendingan,kabar dipeternakan bagaimana kang?”
“
Baik-baik saja mas Bayu,kami semua sampai khawatir sekali loh mas,apalagi dua
minggu lalu Mas Bayu tiba-tiba pingsan dipeternakan,kami sampai panik. Takut
terjadi sesuatu sama mas Bayu. Selama ini kan mas Bayu tidak pernah sekalipun
pingsan,lah kemarin itu peristiwa pertama mas Bayu pingsan.”
“
Iya kang,maaf ya sudah merepotkan teman-teman dipeternakan. Bukan maksud Bayu
membuat semua orang khawatir,keadaanlah yang membuat Bayu seperti itu,mungkin
rasa capek yang sudah tidak tertahankan lagi membuat tubuh Bayu jadi tidak
bertenaga lagi. Dan Alhamdilillah sekarang Bayu sudah mampu berdiri dan bisa
bekerja kembali seperti semula.”
“
Benar sekali mas,sekali-sekali manusia itu juga perlu istirahat,perlu menjaga
tubuhnya agar tetap sehat dan bugar. Jangan bekerja saja terus menerus tanpa
memikirkan keperluan nutrisi dalam tubuh,bisa-bisa sakitnya semakin parah.
Apalagi bila sakitnya ditambah dengan sakit hati,wah bisa berabe itu mas.”
“
Ah... kang Suliono ini bisa saja,tapi memang benar juga istirahat sangat
diperlukan bagi tubuh setiap manusia...”
“
Jangan lupa,menjaga pikiran tetap sehat juga sangat penting loh Mas. Jangan
suka melamun sendiri bisa berbahaya.” Potong Suliono cepat.
“
Ha...ha...ha... kang Suliono ini ada-ada saja.”
“
Lha mas Bayu ini bagaimana toh,orang
seumuran mas Bayu ini kan lagi banter-banternya jatuh cinta,kalau dikata
seperti kumbang,orang seumuran mas Bayu ini ibarat seekor kumbang yang sedang
semangat mencari madu,hinggap dibunga yang sini,kurang mekar,hinggap di bunga
sana yang cukup mekar,juga memcari bunga-bunga lain yang indah-indah. Toh
laki-laki kan sangat pantas sebagai seorang pemilih mas,bukan seorang penunggu
cinta. Saya saja waktu seumuran mas Bayu sudah punya dua,tiga atau empat orang
pacar. Mas Bayu sudah punya pacar belum?”
“
Belum kang,memang kenapa kang?”
“
Wah rugi sekali itu mas,seharusnya mas Bayu tidak usah menunggu satu cinta
saja,kalau lepas seperti ini bagaimana kan repot jadinya? Bisa membuat kita
merasa sakit dan sulit untuk bangkit. Coba kalau mas Bayu punya banyak
pacar,satu hilang akan banyak pengganti lain lagi yang sepadan. Jadi tidak
pernah nganggur seperti ini.”
Ada
benarnya mungkin perkataan Suliono,banyak lelaki yang tidak cukup hanya dengan
satu cinta. Mereka sering berganti-ganti pasangan,hinggap di satu bunga ke
bunga yang lain,menipu kanan dan kiri demi memperoleh kepuasan batin. Tidak ada
luka yang bisa ditimbulkan wanita kepada lelaki seperti ini,bila satu wanita
lepas maka akan segera mendapatkan pengganti yang lain lagi.
Tidak
bagi Bayu,baginya cinta hanyalah cukup pada satu orang. Tidak boleh membagi
cinta kepada lain hati. Satu orang cukup untuk mendapatkan dirinya yaitu Alexa.
Bukan yang lain.
Pikiran
Bayu menerawang jauh,akankah Alexa juga sama dengan pikirannya. Apakah wanita
itu benar-benar mencintainya? Benarkah wanita itu sungguh-sungguh saat
mengatakan cinta? Atau hanya sebuah sandiwara yang sedang dimainkan,terbukti
saat ini gadis itu telah pergi,jauh. Menjemput seorang lelaki yang telah
dijodohkan dengannya. Menjemput seorang lelaki yang memiliki status yang jelas
dalam keluarga,bukan seorang yang dipungut dari jalanan seperti dirinya. Bukan
seorang yang tidak lagi mempunyai orang tua apalagi silsilah keluarga.
Bahkan
Bayu tidak ingat lagi masa kecilnya yang kelam dan melelahkan. Satu hal yang
paling diingat dari masa lalunya adalah sebuah pertengkaran ayahnya dengan
salah satu tetangganya,sang tetangga mengancam akan membunuh mereka sekeluarga
karena tidak mampu membayar hutang dan sewa rumah. Lalu,malam itu sebuah
peristiwa terjadi. Bayu dan ibunya
diusir dari rumah,baru berjalan sekitar satu kilometer,terlihat asap membumbung
dari arah rumahnya di sebuah desa di Banyuwangi.
Setelah
itu Bayu tidak ingat apa-apa lagi,tiba-tiba saja dia sudah berada di hutan
Baluran dan memjadi peminta-minta di tempat itu,bersama dengan puluhan orang
lain mengemis dijalanan. Sebuah keluarga baik hati memungut mereka dari jalanan
dan membawanya ke tempat ini hingga sekarang. Keluarga itu adalah keluarga haji
Tanjono yang hingga kini merawat dan membesarkannya,memberi cukup tempat
tinggal makanan dan pendidikan. Sanggupkah bila dia harus menyakiti mereka dan
mengkhianati semua kebaikan itu dengan mencintai anak mereka.
“
Loh, ini mas Bayu kok malah melamun?”
“
Eh... maaf kang,saya terbawa suasana.”
“
Terbawa suasana atau kangen sama non Alexa? Hayoo ngaku saja biar tidak di
penjara.”
“
Ini apa-apaan toh,orang baru sembuh malah di ganggu? Nanti kalau sakit lagi
bagaimana?”
Muntari
yang baru datang serasa menjadi seorang penyelamat bagi Bayu,beruntung sekali
lelaki itu datang. Kalau tidak,bisa saja Bayu kelepasan omong yang bisa membuat
situasi tambah runyam. Bukan perkara mudah menyimpan sebuah rahasia,salah
sedikit kata akan membuat kita semakin kehilangan muka. Lebih baik
menghindarkan dari dari masalah yang telah berlarut-larut. Menceritakan masalah
kita kepada orang yang bukan ahlinya bukanlah suatu pilihan yang bijak.
“
Sudah,bubar-bubar jangan diteruskan lagi obrolannya. Itu mas Bayu di penggil
sama juragan haji. Beliau ingin ngomong sesuatu sama mas Bayu.”
“
Iya, baik kang. Terima kasih atas pemeritahuannya.”
***
“
Bayu,apa benar kamu mencintai Alexa? “
Bayu
hanya bisa menunduk lemah tanpa daya dan tenaga,kata-kata orangtua itu sangat
tenang,tapi juga sangat menusuk dalam relung jiwanya. Bila boleh memilih,Bayu
ingin saja berlari bersama angin,menghindari setiap pertanyaan yang lambat laun
pasti akan terlontar juga.
“
Maafkan saya Pak,bukannya saya mencoba untuk mengelak. Dik Alexa sudah saya anggap sebagai adik saya
sendiri,jadi saya kira sangat wajar jika saya mencintainya sebagai seorang
saudara. Bukankah hal itu yang selalu bapak tanamkan kepada kami semenjak kami
masih kecil dan belum mengerti apa-apa. Kami diajarkan untuk saling menyayangi
dan mencintai walaupun kami bukanlah seorang saudara kandung,bukan seorang
saudara tiri. Saya hanyalah seorang anak yang dipungut dari jalanan dan
dijadikan sebagai anak angkat oleh bapak,jadi sudah sewajarnya saya menyayangi
semua anggota keluarga ini seperti mencintai keluarga sendiri,bukan begitu
Pak?”
Bayu
mencoba menyembunyikan perasaan yang sebenarnya,haji Tanjono terlihat
menggeleng lemah. Seakan tidak mempercayai kata yang keluar dari pemuda itu.
Dia tidak menyangka,anak yang telah dibesarkan dengan kejujuran itu lebih
memilih berbohong untuk yang kedua kali dihadapannya,kebohongan yang pertama
tentu saja terhadap Alexa. Rapi sekali
pemuda itu membungkus rasa cintanya yang dalam dan tidak menunjukkannya sama
sekali kepada haji Tanjono. Hanya agar lelaki tua itu merasa senang dan tenang
karena dengan demikian tidak akan terjadi apa-apa lagi dikeluarga ini. Dengan
mengubur rasa cintanya rapat-rapat mungkin saja Bayu akan selamat dari label
seorang anak yang tidak tahu terima kasih,bahkan sebagai anak durhaka yang
melawan kehendak orang tua yang telah merawat dan membesarkannya.
Salah
besar jika Bayu berpikiran seperti
itu,haji Tanjono telah lama mengetahui ada perasaan yang tidak biasa antara dua
insan muda-mudi tersebut. Dari pengamatan itulah,haji Tanjono juga tidak
melarang mereka untuk saling mencintai satu sama lain,tidak akan menghalangi
rasa cinta mereka asalkan dilakukan dengan cara-cara yang benar dan tidak
melanggar aturan yang telah di syariatkan oleh agama Islam. Dan memang selama
ini mereka berdua tidak pernah melanggar batasan tersebut,mereka selalu patuh
pada norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Hal ini tentu saja menjadikan haji
Tanjono tampak tenang dan senang serta semakin menyayangi mereka berdua.
Kalau
saja tidak ada ikatan perjodohan yang telah dilakukan dimasa lampau,mungkin
Bayu dan Alexa sudah ia nikahkan setelah Alexa lulus dari perguruan tinggi di
Australia. Bayu adalah anak yang baik dan seorang penurut,taat kepada agama
serta pekerja keras. Orang tua itu telah menaruh harapan yang sangat besar
kepada Bayu dimasa tuanya,dengan atau tanpa Alexa menjadi pendamping hidupnya.
Bila Alexa mendapat orang lain yang dapat dipercaya,Bayu mungkin lebih mudah
bersama mengelola semua usaha mereka. Namun,bila Alexa tidak mendapat orang
yang dapat dipercaya untuk menjadi pendamping hidupnya, haji Tanjono sudah
sangat siap melepas separuh usahanya agar dikelola Bayu dengan baik,sebagai
harapan pemuda itu semakin berkembang sebagai harapan masa tuanya.
“
Bukan itu yang saya maksudkan,saya benar-benar ingin mengetahui jawaban yang
sangat jujur dari lubuk hati kamu yang paling dalam nak. Saya tahu,ini akan
membuat luka dihati kamu semakin menganga,setidaknya cobalah mengatakan hal
yang sebenarnya agar saya bisa mengambil keputusan yang terbaik bagi kita
semua.”
Haji
Tanjono berhenti sejenak dan mengatur posisi duduknya senyaman mungkin.
“
Belum terlambat untuk membatalkan semua
perjodohan itu. Tidak baik memaksakan cinta kepada seseorang yang belum kita
kenal,akan membuat hidup tidak tenang dan dihantui rasa bersalah selama seumur
hidup kita,bayangan masa lalu akan selalu menjadi momok yang terus menerus
menumbuhkan gelisah diantara mimpi,kenyataan dan khayalan. Berdiri sejajar
dengan malam-malam pekat penuh gelegar dan badai yang tidak membuat bathin kita
merasa was-was dan terjajah. Ada baiknya katakan dengan sejujurnya apa yang
kamu rasakan? Dengan demikian saya bisa mengambil sebuah keputusan terbaik dan
yang paling benar. Bukan keputusan berdasarkan ego dan anggapan paling benar
sendiri.”
“
Berdasarkan pengamatan saya selama ini,dan saya sangat yakin sekali ini tidak
salah,seorang yang sudah seumuran saya ini sudah terlalu banyak makan asam
garam kehidupan nak,banyak sekali melalui jalan-jalan yang berliku,jalan yang
lurus,jalan setapak hingga jalan buntu yang membutuhkan tenaga dan pikiran
untuk mencari jalan keluarnya. Dari situlah saya simpulkan ada cinta yang tidak
biasa antara kalian berdua,cinta yang hanya di mengerti oarng-orang yang sedang
mengalaminya. Bukan karena nafsu dan sekedar melampiaskan emosi kepada
sesama,cinta yang sangat tulus seperti sebuah kanvas putih bersih yang siap
diisi berlembar-lembar coretan tinta kehidupan. Cinta yang sangat besar hingga
mampu menyeberang samudra seperti yang pernah dilakukan Rama kepada Sinta.
Cinta yang bisa membuat gila dan menjemput ajal seperti cinta Layla dan Majnun.
Jadi,benarkah ada cinta yang sekuat itu didada anak-anak saya? Cinta yang mampu
membuat rembulan bersinar lebih terang dari pada sebelumnya?”
“
Maafkan saya Pak, sekiranya saya tidak mampu untuk menjaga hati ini sehingga
telah dengan lancang melepaskan panah asmara yang seharusnya tidak pernah
terjadi. Tidak seharusnya saya mengepakkan sayap sebagaimana seekor merak yang
berusaha menarik pasangannya. Tidak seharusnya saya menjadi seekor lebah yang
dengan sangat mudah tertarik benang sari dan putik penghasil nektar madu. Bukan
maksud saya tidak tahu terima kasih karena telah merenggut bunga yang baru
tumbuh dari sebuah taman yang dibangun dengan kerja keras. “
“
Saya sudah sangat siap menerima semua keputusan yang akan bapak ambil untuk
saat ini. Saya siap jika harus dicap sebagai anak durhaka yang tidak tahu
terima kasih. Saya sudah sangat siap jika dengan mengutarakan kejujuran
ini,saya akan kehilangan tempat tinggal dan tempat bernaung yang selama ini
bapak sediakan. Benar sekali pak, saya sangat mencintai Dik Alexa. Bukan cinta
antara seorang kakak dengan adik,bukan cinta antara seorang teman atau
sahabat,bukan cinta biasa yang antara sesama anggota keluarga.
Cinta ini adalah cinta yang tulus dan
ikhlas,cinta yang sangat murni dan bersih seperti air yang mengalir di pagi
hari. Cinta yang selalu menyegarkan setiap insan yang kehausan. Cinta yang bisa
membuat Pandawa dan Kurawa bertempur untuk memperebutkannya. Inilah cinta yang
mampu menghangatkan tubuh dari dinginya salju,cinta yang bisa membuat ilalang
bersenandung bersama sepoi. Cinta yang bisa menyalakan obor disaat hujan deras
dan malam gelap gulita. Cinta yang bisa membakar dunia yang congkak dan mulai
menua.
Cinta yang bisa membuat tubuh menggigil jika
dilanda rindu yang menyiksa. Cinta yang membuat hati seperti dirajam belati
ketika merasakan cemburu dalam jiwa ini. Cinta yang akan membuat sakit luar
biasa karena kehilangan orang yang paling dicintainya. Maafkan saya pak,yang
tidak mampu membendung dan menghapus rasa cinta dan kasih sayang ini.”
“
Tidak ada sesuatupun yang harus kamu sesali nak. Cinta kalian adalah cinta
tulus dan murni,cinta yang tumbuh bersama waktu,cinta yang seperti pohon
pisang,sekali berbuah lalu mati. Saya pun tidak akan berusaha untuk mematikan
cinta itu. Biarlah cinta itu tetap tumbuh dan bersemi dalam setiap sanubari.”
“
Saya memang akan menyuruhmu pergi dari rumah ini,saya harus berbuat demikian
dan terpaksa melakukan semua ini. Saya harus memintamu pergi,bukan untuk
selamanya,tapi untuk menjemput kembali anakku Alexa,membawanya kembali pulang
kerumah ini,baik dengan calon suami atau tidak. Saya sangat berharap agar
siapapun calon suami Alexa tidak akan membuat dirimu merasa cemburu nak,tidak
membuat putus jalinan silaturahmi antara kalian,tidak menjadikan benci yang
bersemayam. Sudah lebih dari dua minggu Alexa pergi tanpa satupun kabar dan
berita.
Jemputlah
dia anakku,ajak dia kembali pulang kerumah ini. Bila ia telah bertemu calon
suaminya,maka dia bukanlah hakmu lagi. Sebaliknya jika dia tidak bertemu calon
suaminya maka dia mungkin adalah jodoh yang dipilihkan Allah swt kepadamu.
Serahkanlah semua kepada yang di atas, kepada Tuhan yang yang menentukan segala
sesuatu,baik dan buruk,hitam dan putih. Hanya Dialah yang maha mengetahui apa
yang sedang dan akan terjadi.”
“
Terima kasih atas semua kebaikan bapak selama ini,saya akan melaksanakan semua
amanah yang telah bapak amanahkan kepada saya. Doakan saya berhasil menjaga dan
malaksanakan amanah itu pak. Doakan saya berhasil menemukan dan membawa kembali
dik Alexa kerumah ini,dengan ataupun tanpa calon suaminya.”
“
Doaku selalu menyertaimu nak,saya sangat menyesal karena tidak memintamu untuk
mendampingi Alexa mencari alamat orang yang akan menjadi jodohnya. Sekarang
sangat khawatir pada kesehatan dan keselamatannya. Saya juga sangat bersyukur
bahwa kamu dengan legawa mau menerima segala keputusan ini. Saya berharap
ketulusan dan semua keikhlasan dalam hatimu akan mendapatkan balasan yang
sesuai dari Allah swt.”
***
Ini adalah kedatangan kedua bapak
Abdul Mukid selama Alexa tinggal dirumah
nenek Ningsih. Pada kedatangan kali ini,lelaki itu berjanji akan membawakan
foto-foto dan album kenangan yang akan menjadi bukti keberadaan pemuda yang
dijodohkan dengan Alexa. Alexa sangat berharap bahwa bukti-bukti itu akan mampu
membuka tabir rahasia yang selama ini menyelimuti masa depan Alexa. Tentu
saja,gadis itu sangat berharap bahwa Bayu yang dimaksud bapak Abdul Mukid
adalah Bayu yang sama dengan yang tinggal dirumahnya hingga saat ini. Bayu yang
membuat hatinya selalu berdebar-debar jika dekat dengan pemuda itu.
Sejak pagi hari,perasaan Alexa tidak
karuan. Semalaman tidurnya kurang nyenyak karena merasa gelisah menunggu
datangnya pagi hari. Harapan-harapan yang menggunung terus membuncah menjadi
magma yang mencair dalam setiap renda bejana. Siap tertumpah dalam tangis
bahagia jika benar-benar terjadi harapan yang selama ini diidamkan.
Alexa juga telah berusaha menyiapkan
rencana terburuk jika ternyata lelaki itu bukanlah Bayu yang selama ini dia
kenal. Apapun keputusan pagi ini akan menjadi sebuah peristiwa besar yang akan
menentukan langkah selanjutnya dari masa depan yang dihadapi. Sebuah tonggak
baru akan menjadi pilar penopang yang mampu memberikan keutuhan dan kekuatan
menjemput fajar mentari yang bersinar di kemudian hari.
Persiapan
terbaik telah dilakukan Alexa. Semua pekerjaan rumah telah diselesaikan dengan
baik,nenek Ningsih ia dandani dengan secantik mungkin untuk menyambut sang
putra tercinta,sementara ia sendiri telah lebih baik daripada dua minggu yang
lalu. Menikmati masa-masa adaptasi ditempat baru merupakan suatu pengalaman
yang tidak mudah terlupakan. Bahkan sekarang lebih banyak orang yang terbuka
menerima ia dan nenek Ningsih.
Sesekali
para tetangga datang berkunjung,hanya sekedar bertanya kabar atau berbincang
tentang asal usul dan tujuan datang Alexa kerumah itu. Tidak jarang pula mereka
membantu membersihkan halaman dan pendopo yang mulai kembali ramai dikunjungi
anak –anak untuk sekedar bermain.
Kondisi nenek Ningsih yang semakin membaik setelah dirawatnya membuat
banyak orang merasa lebih simpatik lagi. Tak jarang para tetangga meminta maaf
karena kekhilafannya yang telah menyebut nenek Ningsih telah gila dan
kehilangan kewarasan akibat ditinggalkan sang suami.
Nenek
Ningsih seperti mendapat nyawa kedua dengan kedatangan Alexa,beban psikologis
yang selama ini begitu berat menghimpit semakin mencair. Beberapa kali wanita
tua itu sudah mulai nyambung ketika diajak berkomunikasi oleh para tetangga.
Wajah yang dulu tampak lusuh dan layu sekarang lebih segar dan kelihatan
sumringah. Alexa sangat puas dengan hasil pekerjaannya yang tidak sia-sia. Ia
merasa benar-benar sudah menjadi seorang ibu rumah tangga walaupun belum
bersuami. Tanggung jawab mengurus rumah telah berhasil dijalani dengan baik
tanpa meninggalkan satu cacatpun.
Ada
banyak orang mengatakan bahwa merawat orang tua sama dengan merawat seorang
bayi,terkadang tingkah pola mereka memang mirip sekali,Alexa juga merasakan hal
itu. Bahkan tidak jarang dibuat terpingkal-pingkal oleh tingkah laku nenek
Ningsih yang betul-betul manja seperti seorang bayi yang lucu dan menggemaskan.
Di
suatu waktu terkadang nenek itu tiba-tiba mengompol saat tidur siang,minta
dibuatkan susu dalam sebuah dot besar,juga beberapa kali Alexa terpaksa harus
mendongeng atau bernyanyi agar beliau cepat tidur. Sehari-hari harus memandikan
dan menyuapi dengan penuh perasaan lemah lembut dan bujuk rayu. Jika tidak
demikian biasanya sang nenek akan merajuk,lalu ngambek dan tidak mau makan
lagi.
Pak
Abdul Mukid datang ketika Alexa baru saja selesai menidurkan nenek Ningsih.
Siang itu matahari bersinar cukup teduh,awan beriring silih berganti menutupi
sorotnya yang tajam,membuatnya tidak segarang pada musim kemarau. Sepoi juga
bertiup semilir lebih anggun dengan kelembutannya dalam membelai dedaunan.
Membawa aroma harum bunga-bunga yang sedang mekar. Beberapa daunan yang luruh
menjadi pelipur bagi sekumpulan semut yang sedang berebut manisnya kulit buah
mangga yang dibuang secara serampangan oleh orang yang lewat ditepi jalan.
Pak
Abdul Mukid tidak datang sendiri kali ini,ada serombongan orang yang diajak
turut serta mengiringi langkahnya. Ada pak Kusno beserta ibu dan anak mereka
yang masih balita,ada isteri pak Mukid dan seorang laki-laki yang kira- kira
berusia sekitar lima belas tahun. Mungkin anak itu adalah hasil pernikahan pak
Abdul Mukid dengan isterinya. Merekalah saksi hidup yang akan menjadi pengiring
kisah dari sebuah prasasti perjanjian yang pernah diikrarkan.
“
Bagaimana kabar nak Alexa saat ini? Sudah siapkah nak Alexa melihat dengan
jelas calon pendamping nak Alexa hingga sekarang kami sendiri tidak pernah tahu
keberadaannya. Begitupun keputusan pada siang hari ini adalah,kami pihak
keluarga berharap bahwa keputusan apapun yang akan nak Alexa ambil agar tidak
mengurangi ataupun memtutus tali silaturahmi antara kami dan keluarga nak
Alexa. Kamipun sebenarnya merasa sangat malu karena tidak mampu menjaga amanah
dari bapak Husni,ayah saya dengan mas Tanjono ayah dari nak Alexa.
Kami
memang tidak tinggal diam saja dirumah. Sebelum kematian bapak,saya sudah
berusaha untuk mencari keberadaan anak dari kakak saya tersebut. Namun takdir
berkata lain,kami belum dipertemukan lagi dengan mereka. Mereka seakan raib
ditelan bumi,tidak satupun jejak langkah yang bisa memberi petunjuk tempat
tinggal mereka. Para tetangga yang saya tanya hanya menggelengkan kepala dan
menjawab tidak tahu. Secara teori,menurut mereka seharusnya Bayu dan ibunya
turut menjadi korban dalam peristiwa kebakaran rumah mereka di Banyuwangi. Akan
tetapi,pada kenyataannya hanya satu saja korban yang ditemukan dalam peristiwa
tersebut yaitu sang suami yang tewas terbakar.”
“
Mencari jejak mereka melalui bantuan polisipun sudah pernah kami
lakukan,hasilnya sampai sekarang juga belum jelas. Hanya sebelum bapak
meninggal,beliau cuma berpesan agar tidak lagi mencari Bayu. Dia akan datang
sendiri ketempat ini ketika waktunya tepat. Saya sangat percaya dengan kata
–kata itu,buktinya sekarang tuhan mengirimkan nak Alexa untuk merawat ibu saya
yang sekaligus nenek Bayu. Mungkin disinilah awal takdir pertemuan kalian.
Itupun jika nak Alexa sabar untuk menunggu kehadiran Bayu disini. Kalau tidak
pun,kami juga tidak keberatan jika nak Alexa mencari pendamping lain selain
Bayu.”
“ Mohon maaf sebelumnya pak,saya datang
kemari bertujuan untuk menepati janji dari ayah saya bersama Almarhum kakek
Husni. Jadi apabila memang pemuda yang dijodohkan dengan saya itu tidak jelas
keberadaannya,maka sulit sekali bagi saya untuk tetap menunggu karena ada Bayu
lain yang sedang bersemayam dalam hati ini. Berhubung dengan hal tersebut,saya
akan menunggu laki-laki itu yang kebetulan sama-sama bernama Bayu sampai dengan
tugas saya selesai dalam merawat nenek Ningsih.
Memang
tujuan pertama kali saya datang ketempat ini untuk menemukan jodoh saya.
Pikiran saya mulai berubah ketika pertama kali saya melihat dan merasakan ada
getar lain yang mendorong saya untuk mengabdikan sebagian hidup saya disini.
Kalau diijinkan,saya ingin merawat nenek Ningsih hingga akhir hidup beliau
pak,saya ingin sekali menemaninya hingga saat-saat terakhirnya.
Setelah
itu, apabila memang tuhan tidak mempertemukan saya dengan orang yang dijodohkan
dengan saya,maka berarti takdir langit telah berkehendak lain. Saya harus pergi
saat itu,mungkin hanya dengan membawa tali silaturahmi kita sebagai
saudara,kerabat dan sahabat. Bagaimana menurut bapak?”
“
Baiklah kalau begitu nak,saya sebagai penyambung lidah dari orang tua sangat
setuju dengan pandangan nak Alexa. Dengan demikian,perjanjian itu dapat batal
dengan sendirinya karena memang kami belum mampu menemukan pendamping yang telah
dijodohkan dengan nak Alexa hingga saat ini. Dan untuk ijin dari nak Alexa
untuk tinggal dan merawat ibu saya,saya sangat tidak keberatan,merasa
tersanjung dan berterima kasih sekali karena nak Alexa dengan sukarela dan
tulus ikhlas mau menemani hari-hari tua ibu saya.
Baiklah
nak,sebelumnya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya karena hanya sebuah foto usang
inilah yang bisa kami berikan sebagai bukti bahwa memang benar ada seorang
laki-laki yang pernah dijodohkan dengan nak Alexa. Mungkin dengan adanya foto
ini,akan memiliki guna dan manfaat sebagai pelipur rasa penasaran nak Alexa.
Dan ini adalah sebuah potongan kalung yang terbuat dari kayu cendana,satu
potongan lagi berada di tangan Bayu. Kalung ini sebenarnya berbentuk seekor
kupu-kupu apabila digabungkan antara milik dari Bayu dengan potongan kalung
yang satu ini.
Kalung
ini hanya sebagai pengingat bahwa sang pemilik berasal dari tempat ini yang
dulunya dihuni banyak sekali kupu-kupu hutan. Dari sebuah falsafah dan harapan
bahwa seekor kupu-kupu akan kembali pulang ketempatnya ketika akan
bertelur,kami selalu berharap pemilik potongan kalung ini yaitu Bayu segera
pulang dan kembali ke kampung ini. Selain itu,sebuah harapan bahwa orang akan
mengerti arti kehidupan jika mampu mengikuti pola hidup kupu-kupu. Dari seekor
lalat yang menjijikkan dan rakus,menjadi sebuah kepompong yang banyak diam dan
bertirakat lalu lebih berwarna dan indah dan cantik setelah menjadi seekor
kupu-kupu.”
Alexa
hanya terdiam mendengar cerita pak Abdul Mukhid. Ia bagai tenggelam dalam masa
kanak-kanaknya bersama Bayu. Waktu itulah Bayu pernah menceritakan falsafah
hidup kupu-kupu sambil memberikan potongan kalung berbentuk kupu-kupu yang
hanya separuh. Alexa memasukkan tangan kanan kedalam saku bajunya. Sebuah
kalung kupu-kupu yang sama persis dengan kalung yang berada di meja seakan
menjelaskan sesuatu. Kalung itu selalu dipakainya setelah diberikan oleh ibu
Bayu saat mereka berdua masih sangat kecil.
Tangan
Alexa gemetar seperti halnya hatinya yang berdebar begitu kencang. Tidak mudah
menguasai keadaan dalam situasi seperti ini. Dibutuhkan hati yang sangat tegar
menerima sebuah kabar baik yang bisa saja merenggut nyawa dari orang yang
memiliki penyakit jantung. Emosi Alexa hampir saja meledak jika saja dia tidak
mampu menahan keharuan yang menyergap relung jiwanya.
Sebutir
airmata jatuh tak tertahankan lagi,seperti butir bening embun dipagi hari.
Berkilauan memberikan warna pelangi pada bias mentari pagi. Disusul secara
berganti-gantian bagai sumber mata air yang terus mengalir pada akar matanya
yang mulai sembab.
“
Apa ada yang salah nak? Kenapa nak Alexa menangis ? Adakah hal yang membuat nak
Alexa merasa bersedih hati?”
“
Maafkan saya pak, saya hanya tidak mampu menahan keharuan ini. Saya terlalu
bahagia menerima kabar baik ini.”
Alexa mengangsurkan separuh kalung kupu-kupu
yang sejak tadi dielusnya. Foto didepan sana memang benar-benar Bayu,Bayu yang
sama yang selalu menyertai hari-harinya sejak masa kecil mereka. Bayu yang
menimbulkan rasa cinta yang menggebu dalam hatinya.
“
Mungkin ini yang bapak maksudkan dengan potongan kalung kupu-kupu yang sebagian
lagi. Inilah kalung yang sama yang diberikan ibu Julaikah kepada saya saat
mendiang masih hidup dua puluh lima tahun yang lalu.
Kalung
ini yang menemani hari-hari saya tumbuh besar bersama mas Bayu. Kalung ini yang
membuat kami berani berjalan dikegelapan malam hingga mendaki jalan terjal.
Kalung ini menemani kami bersenandung bersama sepoi,bermain hujan hingga
mengejar pelangi. Benar sekali pak,kalung inilah yang selalu menemani hari-hari
kami baik merengkuh suka ataupun mengalami duka. Kalung inilah yang bisa
menerbangkan mimpi saya dari Australia,melintasi samudra hingga sampai ke
indonesia hanya untuk memendam rasa rindu kepada pemiliknya. Di kalung inilah
telah saya simpan perasaan saya hingga tidak mampu lagi berkata ketika mendapat
kabar,bahwa saya akan dijodohkan.”
Pak
Mukid ganti yang terperanjat mendengar penjelasan Alexa, matanya membelalak
menunjukkan rasa penasaran yang mendalam.
Bagaimanapun
kabar ini serupa hujan ditengah kemarau panjang. Memberi kesejukan dan
menghapus dahaga yang selama ini belum terpuaskan. Kabar itu bagai oase di
padang tandus yang dapat menghapus lelah dari sebuah perjalanan panjang,dari
sebuah penantian tanpa ujung.
“
Benarkah ini nak? Betulkah apa yang telah kamu katakan? Sadarkah bahwa apa yang
telah nak Alexa katakan telah membangkitkan kembali semangat kami untuk
menemukan saudara dan keponakan kami. Coba ceritakan nak,ceritakan bagaimana
pertemuan kalian,bagaimana kabar dari kakak saya nak?”
“
Maafkan ayah saya pak, selama ini kami tidak mengetahui sama sekali bahwa yang
tinggal dirumah kami adalah orang yang telah dijodohkan dengan saya. Kami sama
sekali tidak menduga bahwa pertemuan ini akan membuka tabir yang sekian lama
tersembunyi.”
Alexa
berhenti sejenak,mencoba menata hatinya yang masih diliputi rasa bahagia yang
membuncah.
“
Teruskan nak,teruskanlah ceritamu.”
“
Pada waktu itu,kami sedang mengadakan rekreasi di pantai yang berada tidak jauh
dari hutan Baluran di Banyuwangi pak. setelah hari menjelang gelap kamipun
beranjak pulang. Di tengah perjalanan,tepatnya ditengah hutan Baluran kami
terpaksa berhenti. Kami terpaksa berhenti tatkala melihat seorang ibu dan
anaknya yang masih sangat kecil sedang meminta-minta di tepi jalan raya. Karena
kasihan,ayah saya menghentikan mobilnya. Memberi tumpangan kepada mereka yang
sekaligus mengajak pulang kerumah kami.
Sesampainya
dirumah,kami menawari mereka tinggal dirumah kami karena ternyata mereka memang
tidak memiliki tempat bernaung lagi kecuali sebuah gubuk kecil ditepi hutan
Baluran.
Sekitar
dua minggu setelah itu,ibu Siti Julaikah yang merupakan ibu dari mas Bayu
meninggal dunia. Kami sangat sekeluarga merasa sangat terpukul dan sangat menyesal karena tidak mampu
menyelamatkan nyawanya,walaupun telah memberikan rumah sakit kelas satu untuk
merawat ibu Siti Julaikah. Itulah takdir yang harus dijalani. Serangan kanker
ganas stadium empat telah merenggut nyawa beliau. Jadilah mas Bayu yang kami
anggap seorang anak sebatang kara menjadi anak angkat dari keluarga kami.
Hingga sekarang mas Bayu masih tinggal dan membantu kami dalam merawat peternakan
dirumah kami disebuah desa di kecamatan Trawas kabupaten Mojokerto. Hanya itu yang bisa saya ceritakan kepada
bapak,sekaligus menyampaikan permohonan maaf kami karena tidak mampu
menyelamatkan nyawa dari kakak bapak.”
“
Innalilahi wa inna ilaihi roji’un... jadi ternyata kakak Siti Julaikah sudah
menyusul suaminya yang terlebih dulu menghadap kehadiratnya?”
“
Benar sekali pak,sekali lagi kami menyampaikan permohonan maaf yang tulus dan
ikhlas dari hati yang terdalam. Kami hanya bisa mengucapkan turut
berbelasungkawa atas meninggalnya beliau.”
“
Tidak nak, seharusnya kami yang berterima kasih kepada keluarga nak Alexa
karena dengan keikhlasan dan kerelaan telah menerima kakak dan keponakan saya
tinggal dirumah kalian. Kami juga sangat berterima kasih karena dengan segala
daya dan upaya ayah nak Alexa mencoba memberikan perawatan terbaik sebelum
kakak saya menghembuskan nafasnya yang terakhir kali. Siapa yang bisa menolak
adanya takdir? Tidak ada nak,setiap makhluk yang bernyawa maupun tidak bernyawa
pasti tunduk dan patuh kepada ketetapanNya.”
Kemuning
senja sore itu telah menjadi lagu terindah yang mewarnai dan menghiasi hati
Alexa. Janji pak Abdul Mukit yang akan membawa keluarganya untuk menemui
keluarga Alexa dua minggu lagi,setelah semua urusan mereka selesai di jakarta,
menjadi pelipur tersendiri pada diri wanita itu. Ada dorongan semangat untuk
lebih berbakti kepada nenek Ningsih,terlebih nenek itu kelak akan menjadi
neneknya sendiri. Ketika bapak Abdul Mukid beserta rombongan memohon
pamit,sejak itu Alexa terus bersenandung hingga malam dan lelap benar-benar
tidak mampu lagi membuatnya mampu berkata-kata.
DELAPAN
Maafkanlah malam,jika malam tidak selalu menghadirkan
mimpi terindah dalam hidup kita. Seringkali gulita menyergap dalam kesendirian
yang panjang dan melelahkan. Terkadang malam alpa dalam menyalakan purnama yang
seharusnya menghiasi atap langit dengan pesona cahayanya yang teduh
menentramkan. Di lain waktu malam sering lupa memberi sinar pada ribuan
bintang,hingga rasi-rasi yang dibutuhkan oleh para nelayan untuk berlayar
menjadi kabur tak tentu arah.
Hanya
satu yang tidak pernah dilupakan oleh malam,ia terus menghadirkan gulita yang
dimulai dengan senja yang memerah di ufuk barat. Menyiraminya dengan kidung
kesunyian yang membuat batin merasa kesepian. Lalu bergantung pada siapa yang
akan memaknai setiap bait sajak yang pernah tercipta dan lagu-lagu yang
dinyanyikan untuk mengusir gelisah kesendirian.
Bisa
saja terlukis ribuan kisah yang terjadi di antara yang memerah hingga malam
gelap yang menggulita,menghadirkan batas antara nyata maupun maya. Yang
terlihat,terlintas maupun fatamorgana. Yang hanya berupa khayal dalam imajinasi
mimpi maupun kenyataan yang telah terjadi. Semua cerita itu tersimpan dengan
rapi,menjadi berlembar-lembar kanvas kehidupan. Ada yang begitu indah dan ceria
dengan berita-berita kegembiraan. Ada yang mengiris sembilu hingga membuat
airmata menetes dalam ringkihnya kisah yang memilukan.
Bila
kita tidak bisa menemukan kisah kita disebuah malam yang begitu dingin dan
datar,ada hal yang mungkin bisa menghibur diri kita sendiri. Mengingat kembali
masa-masa indah adalah salah satu cara mengusir kebosanan yang tiba-tiba datang
menyergap itu. Mengisi berlembar-lembar coretan yang pernah kita torehkan
terkadang membuat kita tersenyum sendiri. Lalu tanpa sadar kita akan
bersenandung dengan lagu-lagu kenangan itu,tanpa ragu dan tanpa ada rasa malu.
Betapa
bahagia Bayu malam ini,senyum selalu menghiasi sudut bibirnya yang terus
bersenandung dengan lagu-lagu tentang cinta. Separuh malam telah direngkuh
dengan binar bahagia yang tidak terkira. Esok hari adalah sebuah pertemuan
pertama sejak hampir tiga minggu perpisahannya dengan Alexa. Bayu telah
mendapatkan sebuah ijin dan restu agar segera menjemput kembali Alexa dari desa
Ngadirejo. Melewati hutan Caruban yang belum pernah sekalipun ia datang.
Tempat
yang masih asing itu terasa sangat dekat dalam hatinya. Ada sebuah ikatan kuat
yang membuat pilihan langkahnya ingin segera berlabuh disana. Sekoci dalam jiwa
Bayu selalu saja berteriak-teriak memanggil angin agar segera menerbangkan
langkah kakinya untuk segera mengunjungi dermaga hati pujaan hatinya. Sebuah
harapan telah disematkan pada dinginnya malam,Bayu ingin kesumat hatinya segera
terlampiaskan saat menjemput kembali Alexa kembali kerumah. Tentu dengan
disertai sebuah impian bahwa Alexa tidak bertemu dengan pasangan yang
dijodohkan disana.
Sangat
ingin rasanya,Bayu membawa kembali dengan utuh raga dan jiwa sekaligus cinta
Alexa. Tanpa satupun kekurangan karena hati yang telah terbagi maupun raga yang
terluka. Keindahan pertemuan itu akan diabadikan menjadi sebuah prasasti yang
tumbuh dan terpatri dalam relung jiwa yang dahaga. Dalam situasi seperti itulah
mengalir sebuah sajak harapan yang terlukis dalam coretan tangan Bayu.
Bila
malam ini adalah malammu
Akan
kulepaskan saja lajang jiwa ini untuk menyuntingmu disini
Menghadirkan
kembali satya yang telah lama sulit terpenuhi
Hingga
kabar sepoi hanya serupa dentang mimpi
Hadir
sesaat dan terhapus pagi...
Jauhmu adalah jarak yang menyekap
jiwa
Mengurungnya dalam pujaan rindu
Tak berkabar,tanpa layang yang
tersebar
Sudahkah engkau temu dermaga baru?
Bila aku harus menantimu karena
rindu
Setapak
demi setapak kulukis di atap batuan
Dengan
tinta bening dari mata air kehidupan
Akar
cinta telah menegakkan tunas yang terus tumbuh
Berbuah
kasih sayang yang bila terus menantimu
Oh... Alexa,biarkan pagi menjemput
jejakku
Agar setiap langkah datang memujamu
Harapan-harapan selalu tumbuh,
Tidak ada hati lain yang terajut
dalam jiwamu
Bukan
surga yang aku harapkan
Bila
kesejukan ada dalam pandangan
Satu
rupa menjaga damai hati
Jiwa
tenteram hadirmu ternanti
Alexa pergi akan kembali
Berjajar resah jiwa yang patah
Bila awan yang engkau cari
Cucuran hujan akan kembali
Menanti hadirmu disini dalam kesendirian
yang alpa...
Bayu mulai menatap renda-renda kisah
yang mulai terajut dalam renjana. Pengharapannya jauh melayang menjemput raga
Alexa disana. Bisa gila ia memikirkan bagaimana sulitnya hidup tanpa kehadiran
gadis pujaan hatinya. Meski bibir bisa berkata bohong,hati tidak mudah untuk
tidak selalu mengatakan yang sejujurnya. Tidurnya yang gelisah malam ini
menjadi sebuah bukti ikatan batin yang terjadi.
Keringat dingin membanjir disekujur
tubuh Bayu. Dadanya terasa panas seperti terbakar dalam tidurnya yang gelisah.
Raganya gemetar hebat tersaput gelombang cemburu yang seperti getar elektrik
sangat kuat mengguncang jiwanya. Malam yang dingin hanya memberikan gerah dalam
gulana jiwa. Bayangan yang tidak-tidak terus mengaduk-aduk pikirannya.
Terkadang sebuah kebahagiaan melintas begitu saja,membuat hati dan jiwanya
penuh dengan bunga-bunga dan kata-kata indah. Beberapa saat hati itu serupa
mendung kelam yang siap menumpahkan hujan.
Hujan kesedihan yang akan membuat
orang yang menerimanya meratap,mengiba dan memohon belas kasihan agar selalu
terhindar darinya. Hujan yang membuat jiwanya melolong menyebut-nyebut nama
kekasih yang jauh pergi meninggalkan pujaan hati. Cemburu benar-benar menjadi
penyakit yang sangat menyiksa orang yang sedang jatuh cinta. Virusnya mudah
sekali menyebar dalam aliran darah,berbaur dengan oksigen dan membuat seluruh
tubuh seperti merasakan tusukan durinya yang perih.
Membayangkan betapa sakitnya melihat
orang yang kita kasihi bersama orang lain serupa berjalan ditengah bara yang
membara. Tubuh panas seperti terbakar,jiwa melayang menjemput hitam yang pekat
dalam pandangan. Tidak jarang pula kita harus merasakan sentuhan-sentuhan giris
yang mengiris-iris hati ini. Jantung yang berdetak tanpa aturan bersanding
dengan amarah yang membuncah ingin terluapkan.
Bayangan yang tumbuh itu coba
ditepis oleh Bayu, begitu pikiran itu tumbuh segera saja ia coba
menetralisirnya dengan pikiran positif sehingga dapat mengganti hayalan dengan
roman-roman kisah indah. Jalinan hati yang berupa benang merah itu coba
disambung kembali. Menata sebagian niat untuk membulatkan tekad pertemuan
dengan sang pujaan yang jauh terpisah jarak dan ruang. Lorong-lorong gelisah
yang sebentar-sebentar muncul harus ditekan kuat-kuat agar tidak terus tumbuh.
Tunasnya akan merusak cerita bahagia dalam sebuah pertemuan yang direncanakan.
Malam semakin larut ketika berhasil
membenamkan Bayu dalam alam bawah sadarnya. Setelah belingsatan cukup lama di
atas ranjang,akhirnya pemuda itu terlelap menjemput mimpi yang telah
menunggunya di atap mega.
***
Menjelang dinihari ketika Alexa
terbangun dari tidurnya. Sebuah ketukan di pintu rumah membuatnya terjaga.
Berbagai pikiran dan tanya mulai menyembul satu persatu dalam benaknya. Siapa
gerangan yang bertamu selarut ini? Bukankah bisa besok pagi saja datang
kembali. Walaupun semua keanehan itu terus mengganggu,Alexa beranjak juga dari
tempat tidurnya. Dengan langkah yang masih gontai karena menahan kantuk,Alexa
mendekati daun pintu. Suaranya serak bertanya kepada orang yang berada diluar
sana.
“ Siapa diluar...? hari masih
malam,sebaiknya kalau bertamu besok pagi saja.”
“ Maaf non,ini pak RT. Segera buka
pintunya. Ada seorang tamu yang ingin bertemu denganmu. Tolong cepat bukakan
pintunya.”
Alexa merasa sangat heran dengan
suara diluar. Walaupun berusaha dibuat seramah mungkin,suara itu tetap saja
terdengar kasar dan sangat berbeda dengan suara pak Kusno,ketua RT yang sudah
sangat dikenalnya. Suara itu lebih berat dan menunjukkan watak kasar yang
dimiliki sang pemilik suara. Berbeda dengan pak Kusno yang memang lembut,ramah
dan santun. Alexa mencoba berpikir dengan keras siapa sebenarnya orang
tersebut. Ada banyak suara tapak kaki yang terdengar diluar sana,kurang lebih
sekitar empat atau lima orang. Mungkin salah satunya adalah Bayu seperti yang
dikatakan orang tersebut,atau bisa saja orang lain yang mencoba berbuat jahat
kepada dirinya.
Di tengah keraguan itu,Alexa
mengundurkan langkah satu hingga dua langkah. Menyeret kakinya untuk menjauh
dari pintu. Pikirannya terus diliputi berbagai macam dugaan. Dugaan-dugaan itu
menggumpal menjadi keraguan yang semakin dalam mengubur dirinya dalam dua
pilihan. Membiarkan saja orang –orang itu diluar sana hingga pagi menjelang dan
hari beranjak terang atau membukakan pintu dan bersiap menerima segala resiko
yang bisa saja terjadi kepada dirinya.
Tanpa disertai dengan kesadaran
sepenuhnya pada bahaya yang datang mengintai, tangan Alexa memegang gagang
pintu,memutarnya hingga membuat pintu terbuka. Tak dinyana,sebuah sapu tangan
membekap mulutnya begitu pintu terbuka. Alexa berusaha meronta dengan mencoba
menendang orang yang memegangnya,usaha yang sia-sia,kesadarannya semakin
terkikis oleh bius yang terhirup bersama udara yang dihirupnya.
Mata yang pada awalnya terang itu
semakin redup,warna terang dari obor yang menyala di pendopo semakin terlihat
samar,berganti gelap yang menutup seluruh penglihatannya. Hanya lamat-lamat
terdengar suara tawa seorang perempuan yang sangat dikenalnya. Suara itu
menunjukkan sebuah kepuasan karena berhasil memperdayainya. Ingin rasanya Alexa
berontak saat kesadarannya belum hilang sama sekali. Dada gadis berjilbab itu
turun naik ketika mendengar nama nenek Ningsih yang masih tertidur pulas
disebut-sebut. Lafadz dzikir terus terlantun dalam hati Alexa,memohon agar sang
nenek di beri keselamatan dan kemurahan hati. Tubuh Alexa semakin lemah hingga
kehilangan kesadaran sama sekali.
“ Lebih baik kita habisi saja nenek
keparat ini,sudah terlalu banyak kesusahan yang ditimbulkan selama ini. Kalau
aku tidak bisa mendapat harta lebih besar darinya,gadis ini mungkin akan lebih
berguna. Rupanya dia anak orang kaya yang bisa dengan mudah kita manfaatkan
untuk mengeruk harta orang tuanya. Bagaimana menurut kalian?”
Wanita itu berkata ketus,seperti
seorang malaikat yang akan menilai dan menentukan nasib seseorang. Menimbang
orang itu masuk surga atau neraka? Memilih mematikannya sekarang atau
besok,lusa.
“ Kami menurut apa yang bos
perintahkan saja.”
Orang
yang lebih jangkung menjawab pertanyaan sang bos perempuan. Ternyata keempat
lelaki itu juga memiliki dendam kepada keluarga kakek Husni. Mereka adalah
penjahat yang mengejar-ngejar Tanjono dari Jakarta dulu. Mereka sengaja tidak
kembali ke jakarta karena di jadikan buron oleh polisi atas kasus pembunuhan
keluarga Tanjono. Sengaja mereka menunggu waktu yang tepat untuk melampiaskan
dendam kepada keluarga almarhum kakek Husni yang telah mengalahkannya.
Setelah
hampir dua puluh lima tahun mencari dan menunggu kesempatan,kali ini mereka
baru berani beraksi. Sebuah rencana matang pernah mereka susun untuk membuat
nenek Ningsih lebih menderita dengan cara menyusupkan sang bos perempuan,yang
ternyata merupakan anak dari pak Probo,lawan bisnis Tanjono. Rencana itu gagal
total sejak kedatangan Alexa yang menjadi penyelamat wanita tua itu. Dan hari ini Winarni,nama wanita itu ingin
menuntut balas kepada Alexa sekaligus menuntaskan dendamnya kepada nenek
Ningsih.
“ Baiklah kalau begitu,habisi nenek
itu. Buat seolah-olah gadis ini telah membunuhnya,buang semua barang-barang
gadis ini agar tidak menimbulkan jejak. Orang akan mengira gadis ini melarikan
diri setelah membunuh sang nenek. Sarju,Parmin segera habisi nenek itu.
Yudi,kamu bertugas membuang semua perlengkapan dan pakaian gadis ini. Setelah
itu kalian susul kami segera kepersembunyian kita.”
“ Baik Bos...!” suara mereka bertiga
serentak.
Nenek Ningsih tidak bergerak sama
sekali. Ketika Sarju mencoba meminumkan racun serangga kemulut wanita tua
itu,wajahnya telah sangat dingin. Semua persendian tubuhnya telah kaku dan
terasa beku. Hanya tangan Sarju saja yang tidak merasakan denyut nadi nenek
Ningsih yang telah tidak ada lagi. Nenek Ningsih bahkan telah meninggal dunia
jauh sebelum Alexa terbangun karena kedatangan mereka.
Meski demikian Sarju dengan dibantu
Parmin tetap meminumkan racun serangga tersebut. Dengan tertawa-tawa penuh
kemenangan,mereka seakan merayakan nikmatnya telah membalas dendam. Beberapa
kali terlihat Sarju mengusap pipinya yang memiliki sebuah bekas luka tersayat
tersebut. Ada kepuasan terpancar dari raut mukanya yang hitam dan sangar.
Yudi membuang pakaian Alexa di
belakang rumah,disemak-semak yang terdapat disekitar kamar mandi. Sebuah
kesalahan yang akan mereka sesali beberapa saat kemudian. Kohar menyeret Alexa
melintasi jalan setapak menembus gelapnya hutan jati. Jalan tanah yang becek
itu sedikit menyulitkan langkah mereka. Minarni berada didepan dengan sebuah
senter kecil di tangan,menjadi penunjuk jalan dari kegelapan dinihari. Ayam
dari sekitar perkampungan telah berkokok ketika Sarju,Parmin dan Yudi bergabung
kembali dengan rombongan itu.
Mereka terus berjalan menembus samar
hutan yang mulai berwarna,telah sangat jauh jarak mereka dari desa Ngadirejo
ketika hari benar-benar telah terang. Embun disepanjang jalan terlihat
berkilauan diterpa sinar matahari. Jalan setapak itu semakin mengecil dan
berkelok-kelok menembus semakin jauh kedalam hutan. Hutan yang lebih lebat
terlihat di depan sana,bukan lagi di dominasi pohon jati seperti sepanjang
jalan sebelumnya. Aneka pepohonan besar dan kecil saling tumpang tindih
berdiri,membentuk pagar betis pada langkah-langkah yang ingin memjamahnya.
Tanaman perdu setinggi pinggang
manusia terkadang juga menjadi sebuah penghalang bagi jalan setapak. Beberapa
kali mereka hanya berputar-putar mencari jalan keluar dari kepungan semak
belukar. Jika bukan orang yang sering pergi ketempat ini atau bukan orang yang
mengenal tempat ini pasti akan tersesat dan sulit keluar lagi. Banyak sekali
cabang dari jalan setapak ketika mereka hampir sampai ketempat tujuannya.
Di depan sana terlihat sebuah rumah
kayu setinggi sekitar dua meter. Bentuknya memanjang dengan panjang kira –kira
sembilan meter dan lebar sekitar dua meter saja. Satu meter dikanan,kiri dan
belakang rumah terdapat kolam selebar kurang lebih lima meter,kolam itu saling
terhubung satu sama lain,memiliki kedalaman sekitar empat meter atau lebih,air
menggenang dan mengisi seperempat dari kedalaman kolam. Jika hujan deras
mengguyur kolam itu akan penuh hingga ketepi rumah,menyisakan jalan setapak
yang hanya berada di depan rumah.
Alexa baru saja siuman dari
pingsannya ketika sampai dirumah itu. Selama perjalanan praktis hanya diseret
dan sesekali dibopong untuk menembus hutan. Tidak ada satupun petunjuk yang
bisa membuatnya mengenali lingkungan baru ini. Mencoba mengidentifikasi setiap
benda dan jejak darimana ia datang mungkin saja dapat membantu untuk rencana
pelariannya nanti,menunggu kelengahan dari lima orang penjahat yang telah
membawanya. Kohar mendorong tubuh Alexa dalam satu ruangan yang terletak di
bagian paling belakang rumah. Ruangan itu kosong tanpa satu parabot pin
terdapat di dalamnya. Beruntung lantai kayunya cukup bersih untuk sekedar
duduk. Ada sebuah jendela kecil yang menghadap kekolam di belakang.
Alexa mengamati jendela itu,dan akan
sangat sia-sia jika mencoba kabur melewati jendela. Lubangnya terlalu kecil
untuk menampung tubuhnya,lubang itu hanya cukup untuk seekor kucing atau anak
anjing serta kelinci. Belum lagi ketika dapat lolos dari jendela,tentu saja dia
akan dihadapkan kepada kolam sedalam dua meter jika musim kemarau,bila musim
hujan seperti ini,kolam bisa terisi hingga empat meter dalamnya. Tentunya
sangat sulit berenang tanpa menimbulkan kecipak suara air.
Matahari telah hampir
meninggi,sinarnya terlihat menerobos sela-sala daun jendela,membagi kehangatan
pada tubuh Alexa yang sejak pagi menggigil. Tangannya telah bebas
sekarang,setelah semenjak diperjalanan terikat dengan sangat kencang. Ada bekas
memar pada pergelangan tangan yang masih terasa perih itu. Memar juga dirasakan
pada jari-jari kakinya yang telanjang,celana yang dikenakan terlihat lusuh dan
kumal karena tanah yang menempel. Ada bekas luka yang masih memerah di telapak
kakinya akibat diseret melintasi batuan. Mungkin kaki itu terantuk batu atau
terkena batang perdu juga duri-duri sepanjang perjalanan.
Diruang lain,Kohar dan Minarni
tampak bercakap-cakap. Kedua orang kepala gerombolan itu tampak serius
mempersiapkan masa depan untuk Alexa. Rencana permintaan tebusan atas nyawa
gadis itu terus dimatangkan,rupanya uang telah menutup pintu taubat bagi
mereka.
“ Bagaimana menurutmu Kohar,apa bisa
kita meminta tebusan sekitar seratus juta rupiah. Pantaskah nyawa gadis ini
ditukar dengan uang sebanyak itu? Setidaknya dengan uang itu bisa kita
pergunakan untuk biaya hidup sementara,lalu kita bisa berpikir untuk mencari
mangsa yang berikutnya. Bagaimana menurutmu Kohar?”
“ Saya pikir,terlalu murah untuk
nyawa seorang gadis secantik dia. Setidaknya dengan menjualnya keluar negeri
kita bisa mendapatkan hasil yang lebih besar dari ini. Apakah bos tidak ingin
mengulang kejayaan ayah bos sebagai pemasok wanita keluar negeri sekaligus
kontraktor yang handal itu? “
“ Kamu ini bagaimana,ayah masuk
penjara dan berakhir dengan hukuman mati karena menjadi pemasok wanita muda
keluar negeri,tuduhan pembunuhan lawan-lawan bisnisnya dan juga bisnis narkoba
yang terlalu lama digeluti. Semua itu menjadikan kita semua bangkrut dan
sekarang harus dikejar-kejar polisi karena bisnis kotor itu. Lihat,bagaimana
kita sekarang seperti peminta-minta. Menjadi penjahat kelas teri yang tidak
lagi disegani. Bahkan para preman yang dulu selalu ketakutan ketika kita
datang,sekarang malah lebih berani terhadap kita.
Lebih baik kita memilih yang
aman-aman saja. Orang tua gadis ini tentu lebih memilih menebus anaknya dengan
uang segitu daripada memilih untuk melapor kepada polisi. Jika kita menaikkan
penawaran mungkin mereka tidak lagi segan untuk melaporkan kita kepada polisi.
Dan pada akhirnya kita sendiri yang akan merugi karena kembali kepenjara.”
“ Sejak kapan nyali bosku yang
cantik ini semakin ciut sama polisi? Bukankah dulu bos paling berani untuk
menanggung segala resiko apapun yang akan terjadi? Kemana wajah garang yang
dulu sangat disegani itu. Ingat bos,kita dulu adalah kawanan penjahat rakus
yang tidak pernah memiliki rasa takut. Sekarang coba lihat,kita seperti
sekawanan tikus yang bersembunyi ketika melihat tikus. Kita hanya berani
mencuri jika tidak ada lagi penghuni disetiap rumah yang kita satroni. Kita
hanya seperti sekumpulan banci yang menipu para wanita di pojok terminal.
Ayolah bos,tunjukkan sedikit rasa percaya diri!”
“ Baiklah kalau begitu,kita akan
menaikkan tawaran menjadi dua ratus lima puluh juta rupiah,bagaimana menurut
kamu?”
“ Satu milyar rupiah saja lah
bos,mana cukup uang segitu untuk biaya hidup kita selama setahun?”
“ Dasar mata duitan,baik kita
naikkan menjadi lima ratus juta rupiah. Ini yang terakhir dan tertinggi. Tidak
ada lagi tawar menawar oke?”
“ Kamu siapkan saja
semuanya,interogasi dia agar memberikan gambaran yang jelas tentang orang tua
dan anggota keluarganya. Kalau tidak mau mengaku,paksa saja baik dengan cara
yang sopan maupun dengan kekerasan.”
“ Bos ini bagaimana? Kita ini kan
penjahat bos,mana ada penjahat menggunakan cara-cara yang sopan? Kalau mau
sopan lebih baik kita pergi saja kekelompok ibu-ibu pengajian.”
“
Ya sudah,atur sajalah. Saya mau istirahat dulu. Satu hal lagi,jangan mengganggu
saya atau kalian akan mendapat akibatnya.”
Bayu berangkat pagi-pagi sekali
menuju desa Ngadirejo. Pemuda itu tidak berangkat sendirian,haji Tanjono
memutuskan ikut serta dalam rombongan sekaligus ingin bersilaturahmi dengan
keluarga kakek Husni. Budhe Surtini juga memutuskan untuk ikut serta menemani
mereka. Pagi-pagi sekali,sebelum matahari menjerang atap gunung
Penanggungan,mereka bertiga berangkat dengan menggunakan sebuah mobil pribadi.
Bayu yang berada dibalik kemudi terlihat tegang sepanjang perjalanan. Ada gurat
khawatir yang secara tiba-tiba melintas dan membut perasaannya campur aduk
tidak menentu.
Haji Tanjono beberapa kali juga
tampak gelisah,tidak seperti biasanya lelaki yang akan bertemu anaknya itu
tidak merasakan sedikitpun kebahagiaan. Ada sesuatu yang menahan hatinya untuk
meluapkan perasaan tenang dan tentramnya. Kecemasan terlalu kuat menutup rasa
yang lain yang juga bersemayam dalam hatinya. Mendung dikalbunya terlalu kelam
dan dikhawatirkan akan menimbulkan hujan. Hujan yang bisa membuat akibat yang
terlalu besar untuk ditanggung keluarga mereka.
Senada dengan Bayu,lelaki itu
merasakan beban yang sangat kuat sedang mencengkeram jiwanya. Sorot kehilangan
sangat tajam menguasai setiap relung dan rongga jiwa serta aliran darah. Entah
apa yang dirasakan ini hanya gelisah semu yang akan segera menghilang atau
memang benar-benar terjadi peristiwa kehilangan dalam hidupnya. Bayu mencoba
lebih bersikap tenang,memasrahkan semua yang terjadi kepada Yang Maha Kuasa,
karena Dialah Zat yang menentukan segala-galanya.
Sebuah kepanikan luar biasa terjadi
di desa Ngadirejo pagi itu. Berita kematian nenek Ningsih dan kepergian Alexa
seperti pusaran angin puting beliung yang memporak-porandakan sebagian besar
isi kampung. Setiap orang bergunjing dengan pendapat mereka masing-masing.
Kematian nenek Ningsih yang terjadi
secara tiba-tiba dan ditambah botol obat serangga didekat sang nenek menjadikan
banyak spekulasi yang berkembang. Mulai dari nenek Ningsih yang bunuh diri
karena frustasi ditinggal Alexa pergi, Alexa yang dituduh meracun nenek Ningsih
karena tidak tahan lagi merawatnya,hingga terjadinya penculikan oleh orang yang
tidak dikenal.
Semua
berita itu terus berkembang menjadi sebuah isu hangat yang terus
diperbincangkan oleh semua penduduk desa. Tidak jarang,berita yang belum jelas
kebenarannya itu menjadi sebuah fitnah yang sengaja dihembuskan orang-orang
yang tidak bertanggung jawab. Dari semua alasan yang
diperbincangkan,kemungkinan Alexa meracun dan membunuh nenek Ningsih paling
kuat dan paling banyak menjadi sumber berita. Meskipun berkali-kali pak Kusno
dan pak Abdul Mukid menyangkal kabar itu,spekulasi yang berkembang sudah sangat
sulit untuk di kendalikan lagi.
Beramai-ramai penduduk desa meminta
agar dilakukan pencarian kepada Alexa,gadis itu harus segera ditangkap dan
diadili karena telah membunuh orang. Fitnah itu terus berkembang hingga membuat
pak Kusno dan perangkat desa yang lain merasa kewalahan untuk meredamnya. Untuk
menenangkan warga,diambil sebuah keputusan penting yaitu pemakaman nenek
Ningsih akan ditunda,agar segera dapat dilakukan proses otopsi. Untuk selanjutnya proses penanganan kasus
tersebut segera dilimpahkan kepada aparat kepolosian daerah.
Empat orang tim Identifikasi segera
merapat kerumah tersebut,memberikan sebuah garis polisi melingkar agar warga
tidak mendekat ke tempat kejadian perkara. Sekitar lima orang anggota polisi
juga terlibat untuk mengamankan masa selama proses penyelidikan dilakukan. Pak
Kusno,pak Abdul Mukid beserta keluarga dan sebagian tetangga yang paling dekat
dengan tempat kejadian perkara masih belum percaya dengan keterlibatan Alexa.
Mereka masih menganggap bahwa wanita itu telah melakukan perbuatan baik dan
pekerjaan yang benar.
Untuk kepergian Alexa yang dilakukan
secara tiba-tibalah yang menjadi sebuah pertanyaan besar untuk segera dicari
jawaban dan jalan keluarnya.
Hari telah beranjak sore ketika
sebuah pertemuan antara pak Kusno,pak Abdul Mukid beserta keluarga,perangkat
desa dan anggota kepolisian sektor Caruban digelar. Pertemuan itu sengaja
dilakukan secara tertutup dirumah pak Kusno sambil menunggu kedatangan jenazah
yang sedang di otopsi dirumah sakit.
“ Bagaimana menurut pendapat
bapak,adakah hal yang mencurigakan dengan peristiwa ini?”
Seorang
wakil dari kepolisian bertanya kepada pak Kusno maupun pak Abdul Mukid.
“
Maksud kami,adakah keanehan yang terjadi sebelum meninggalnya nenek
Ningsih,termasuk sikap yang ditunjukkan oleh gadis itu,maaf siapa namanya?
“
Alexa pak...”
“
Iya,termasuk adakah keanehan yang ditunjukkan oleh Alexa? Ataukan anda
mencurigai sesuatu?”
Bapak
Abdul Mukid diam sejenak,menghirup nafas dalam-dalam sambil menata setiap
kalimat yang akan diucapkannya.
“
Setahu saya tidak ada yang aneh dengan perilaku nak Alexa pak,saya melihat
gadis itu adalah gadis yang baik. Ia merawat ibu saya dengan tulus dan ikhlas.
Ibu saya sangat senang mendapat perawatan darinya. Bahkan selama beberapa hari
ini kesehatannya mulai pulih kembali sejak dirawat nak Alexa.”
“
Jadi bagaimana menurut pandangan pak Kusno sebagai perangkat desa yang paling
dekat rumahnya dengan tempat kejadian perkara? Termasuk siapa sebetulnya gadis
itu? Mengapa tiba-tiba saja dia muncul di desa ini?”
“
Pada intinya jawaban saya sama dengan pak Abdul Mukid pak. Saya sendiri sampai
detik ini belum percaya bahwa nak Alexa membunuh nenek Ningsih. Dia adalah anak
yang sangat baik,sopan dan ramah kepada setiap orang. Tetangga disini sangat
senang bergaul dan bercengkrama dengan dia. Saya kira tidak ada sebuah motif
pun yang akan mendasari gadis itu untuk membunuh nenek Ningsih. Untuk bagaimana
asal usul gadis itu biar lebih diperjelas oleh bapak Abdul Mukid pak.”
“
Baiklah kalau begitu,bisa dijelaskan lebih mendetail pak?”
Perwakilan
dari pihak kepolisian itu terus mendesak untuk mendapatkan keterangan
sebanyak-banyaknya. Sesekali tangannya terlihat mencatat pada kertas kecil yang
ada di tangannya.
“
Jadi ceritanya sangat panjang sekali pak. Saya akan meringkas cerita tersebut
sehingga bisa lebih muda dan jelas bagi bapak. Jadi begini ceritanya,sekitar
dua puluh lima tahun yang lalu bapak saya yaitu
Almarhum kakek Husni yang tidak lain adalah suami mendiang nenek
Ningsih,menolong orang yang bernama Tanjono dari kejaran penjahat. Usai
ditolong itulah terjadi kesepakatan antara mereka untuk menjodohkan anak dari
Tanjono dengan cucu dari bapak saya yang
berasal dari anak pertama yang
merupakan kakak angkat saya. Ternyata anak dari Tanjono
itu adalah seorang perempuan yaitu Alexa,sedang cucu dari kakek Husni adalah
laki-laki yaitu Bayu yang hingga sekarang belum diketahui keberadaannya. Namun
menurut kabar dari nak Alexa,Bayu ini sedang tinggal dirumahnya di kawasan
Trawas kabupaten Mojokerto. Jadi kami masih menduga bahwa nak Alexa pulang
tidak pamit untuk menjemput Bayu.”
“
Jadi demikian ceritanya? Tapi kami masih akan melanjutkan penyelidikan ini
untuk menemukan bukti-bukti terbaru keterlibatan dari Alexa. Semoga berita yang
bapak bawa bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.”
Bayu
dan haji Tanjono sangat terkejut melihat rumah kakek Husni yang telah dipasang
garis polisi,mereka seakan tidak percaya terhadap apa yang dilihatnya. Berbagai
prasangka bertebaran dalam pikiran mereka. Kejahatan apa yang sedang terjadi
dan menimpa Alexa? Apakah gadis itu baik-baik saja? Pertanyaan-pertanyaan itu
timbul tenggelam menyerupai jamur di musim hujan.
Waktu
hendak turun dari kendaraannya,seorang pemuda mengarahkan mereka agar kerumah
pak Kusno saja. Disanalah pak Abdul Mukid berserta keluarga berada.
Rapat
dirumah itu hampir berakhir ketika haji Tanjono beserta Bayu dan budhe Surtini
tiba. Mereka sama sekali tidak menduga akan disambut dengan sambutan semacam
ini. Sebuah peristiwa besar baru saja terjadi rupanya,haji Tanjono mengamati
sekeliling,memeriksa satu persatu orang diruangan itu,hatinya semakin gelisah
ketika tidak menemukan orang yang dicarinya. Alexa tidak berada diantara orang
–orang tersebut,apa sebenarnya yang terjadi dengan Alexa?
Kepala
haji Tanjono tiba-tiba terasa pusing,perutnya semakin mual karena pikirannya
melayang pada keselamatan anak semata wayangnya. Bila diibaratkan malam
terlihat sangat gelap walaupun pendar bintang terus memayunginya. Ditengah
keramaian itu haji Tanjono merasa terasing sendiri. Tidak ada kata yang bisa
diucapkan dalam kebisuan itu. Ia baru tersadar ketika pak Abdul Mukid
menghampiri dan memeluknya. Dua lelaki itu saling bertangisan,menumpahkan rasa
rindu setelah perpisahan selama dua puluh lima tahun tersebuat.
Bayu
hanya dapat memandang bingung kepada orang-orang disekeliling yang memandangnya
dengan heran. Pak Kusno terlihat berbisik-bisik dengan isterinya,juga dengan
isteri dan anak pak Abdul Mukid. Semakin lama semakin sulit saja mencerna
masalah apa yang sebenarnya terjadi. Kejadian itu secara runtut datang
bertubi-tubi,membuat sebagian orang ternganga melihat keajaiban yang ada.
Misteri
hilangnya Alexa dan kematian nenek Ningsih yang belum terpecahkan menjadi
semakin kabur tatkala tiba-tiba saja muncul orang lain yang sangat mitip dengan
kakek Husni,wajahnya yang kalem tapi tegas,pembawaannya yang ramah juga paras
yang mirip sekali dengan sang kakek. Mungkin orang dengan mudah melupakan Siti
Julaikah,anak kandung dari kakek Husni dengan nenek Ningsih. Namun,wajah itu
kembali membuka lembaran baru memori mereka terhadap wanita yang pernah tinggal
dan besar ditempat itu.
“
Ada apa sebenarnya kanda Mukid? Kenapa rumah itu dipasangi garis polisi,adakah
peristiwa yang telah terjadi,dimanakah anakku Alexa? Apakah dia telah sampai
ketempat ini,atau ia nyasar ketempat lain?”
Pertanyaan
itu secara bertubi-tubi keluar dari mulut haji Tanjono. Seperti derasnya hujan
yang mencurah dari ujung langit,suaranya tampak menunjukkan ketegangan yang
sangat serius,ada sebuah kekhawatiran dalam nada suara itu. Kanda adalah
panggilan haji Tanjono kepada pak Abdul Mukid ketika mereka bertemu
dulu,keakraban itu masih terjalin hingga sekarang,meskipun waktu dan jarak
pernah memisahkan mereka selama kurang lebih dua puluh lima tahun itu.
“
Sabar dik Tanjono,sabar... semua bisa dijelaskan nanti. Saya berharap dik
Tanjono lebih tawakkal terhadap apa yang sebenarnya terjadi,sehingga tidak mudah
terpengaruk keadaan yang akan membuat kita makin merasa kesulitan.”
“
Ceritakanlah kanda,aku siap menerima segala kisah yang sedang terjadi.”
“
Sebelum saya bercerita,sudahkah nak Alexa sampai dirumah dik Tanjono?”
Tanjono
mengerutkan dahi atas pertanyaan dari pak Abdul Mukid. Rasa herannya semakin
menjadi-jadi karena pertanyaan itu sama saja dengan melemparnya kedalam sebuah
jurang,walaupun itu hanya terjadi dalam mimpi. Terasa sekali seperti kita
sedang kencang-kencangnya berlari,tiba-tiba ada orang yang menarik tubuh kita.
Angan yang sudah melambung itu serasa ditarik kembali pada titik nol,titik
hitam pekat yang tidak lagi berwarna.
“
Maksud kanda? Justru kehadiran saya kesini untuk menjemput anak saya Alexa yang
pergi ketempat ini dua minggu yang lalu,sekaligus menanyakan kabar tentang
perjodohan dari mereka berdua yang telah satukan oleh dua keluarga kita,apa
yang sebenarnya sedang terjadi?”
“
Dik Tanjono,benar sekali bahwa anak kandungmu telah sampai ditempat ini. Saya
melihat sendiri bagaimana rajinnya dia merawat neneknya yaitu nenek Ningsih
yang juga merupakan ibuku sendiri. Bagaimana segala kebaikannya kepada para
tetangga yang mengubah pemikiran mereka menjadi lebih terbuka dan dapat
menerima kehadirannya. Dik Tanjono,kemarin baru saja kami membicarakan tentang
perjodohan mereka,tentang keponakanku Bayu yang belum dapat aku temukan hingga
sekarang. Namun tanpa diduga sebelumnya,tiba-tiba Alexa menunjukkan sebuah
bukti potongan kalung yang sama dengan potongan kalung di keluarga kami.
Ia sangat-sangat bahagia saat itu karena Bayu
keponakan kami adalah Bayu yang sama dengan yang dicintainya selama ini. Bayu
itu adalah Bayu yang tinggal dan hidup bersama keluarga kalian selama ini.
Jadi, ketika pagi ini Alexa tiba-tiba menghilang secara misterius,kami mengira
bahwa dia sedang pulang untuk memberitahukan kabar berita bahagia itu. Kami
mencoba berpikiran positif atas apa yang terjadi pada nenek Ningsih yang
meninggal secara tidak wajar yang juga terjadi pada pagi hari tadi. Hari ini
jenazah beliau masih di otopsi untuk mencari penyebab kematiannya.”
“
Maksud bapak,Bayu itu adalah saya? Jadi
sayalah keluarga yang bapak cari selama ini? Sayalah yang dijodohkan dengan dik
Alexa padahal saya sendiri belum mengetahuinya? Benar demikian pak?”
Bayu
tidak lagi dapat mengendalikan diri lagi ketika namanya mulaidisebut-sebut
dalam percakapan ini.darah mudanya serasa mendidih dan siap meledak,apalagi
melihat tatapan mata dari orang-orang sekelilingnya. Harapan yang selama ini
terus menghantui pikirannya hari ini akan menemukan sebuah kepastian jawaban.
Alexa,gadis yang selalu diidamkan itu ternyata adalah wanita yang dijodohkan
dengannya.
“
Sabar nak Bayu,sabar...dengarkan dulu cerita dari kanda Abdul Mukid.”
Haji
Tanjono mencoba menenangkan Bayu. Menahan magma yang siap tertumpah dalam jiwa
pemuda itu. Benar sekali ada raut bahagia dalam wajah lelaki itu,tetapi tetap
saja darah mudanya akan sangat sulit menerima keluarga yang belum pernah
merawatnya tiba-tiba saja mengaku bahwa ia merupakan anggota keluarganya. Tentu
saja,amarah karena merasa disia-siakan akan terus muncul dan tumbuh semakin
besar dan berkembang jauh melewati rasa bahagianya.
“
Jadi,benar sekali bahwa kami merasa kehilangan sekali dengan keluarga kami.
Kakakku yang juga merupakan ibumu Siti Julaikah. Kami berusaha mencari dengan
sekuat tenaga dimanapun kalian berada. Kabar terjadinya kebakaran hebat dirumah
kalian telah membuat kami semua merasa terpukul,terutama kakekmu. Kakek Husni.
Siang dan malam dengan segala bantuan kami mencari,menunggu dan terus menanti
kehadiranmu.
Hingga
saat inipun kami belum berhenti mencari. Baru setelah ada kabar yang dibawah
nak Alexa kami bisa merasakan tenang. Merasakan bahwa keponakan saya berada
ditangan yang tepat. Namun,kesedihan tetap tidak bisa lepas dari keluarga ini
ketika mendengar kabar kematian ibumu. Kami sangat terpukul. Serasa hidup yang
kami jalani menjadi sia-sia dan tanpa harapan. Ditambah lagi kematian secara
misterius dari nenekmu,nenek Ningsih menjadikan kami merasa sebagai makhluk
yang paling sial dalam dua hari ini.
Seperti
sebuah pepatah yang pernah mengatakan sudah jatuh tertimpa tangga pula. Tapi
bagi kami pepatah itu bukanlah pepatah yang tepat karena ada hal yang lebih
buruk terjadi,kami mengibaratkan dengan sudah tenggelam kapal,terhempas badai
dan tsunami juga.
Kami
hanya berharap bahwa fitnah yang menyebar dan menimpa kepergian Alexa tidak
terus berkembang sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman diantara keluarga
kita dan keluarga dik Tanjono.”
“
Jadi,jika benar aku adalah anak yang dicari itu,maka sekarang juga aku akan
menyerahkan jiwa dan raga ini kepada keluarga. Siap menjalani hidup baru demi
masa depan yang lebih baik di depan sana. Sebagai seorang anak sudah
sepantasnyalah saya harus lebih memiliki pekerti kepada orang tua.
Paman,maafkan segala kesalahan saya tadi yang terlalu mengedepankan amarah dan
emosi.”
Pak
Abdul Mukid segera memeluk pemuda itu,sebuah keharuan muncul sebagai penanda
pertemuan keluarga yang sekian lama dipisahkan oleh jarak dan waktu. Kesan yang
tumbuh adalah bahwa sejauh apapun kura-kura berenang ketengah samudra,jika
sudah waktunya bertelur akan kembali juga kepantai yang sama.
Malam
mulai mencengkeram seluruh isi bumi. Menebarkan gelap pada setiap makhluk yang
hidup maupun tak hidup. Dingin menghembuskan aroma yang kuat dalam setiap
sumsum dan tulang. Membagi embun pada pucuk-pucuk ilalang,perdu dan dedaunan.
Menunggu,hanya sebuah pekerjaan tanpa kepastian yang membosankan.
Sebuah
liang sejak sore tadi telah selesai digali di lahan pemakaman. Siap ditempati
sebagai peristirahatan terakhir dari nenek Ningsih. Beberapa pemuda dan orang
tua terlihat mondar-mandir dalam keremangan lampu petromax,sebagian lagi duduk
santai sambil menghisap batang rokok ditangan. Dua atau tiga kunang-kunang
turut menerangi daun kamboja sebelum sepoi meluruhkannya ke tanah. Bunga-bunga
putih itu mulai mekar dimalam hari,menebarkan harum aroma kematian yang begitu
menyentuh kalbu setiap manusia yang menghirupnya.
Dalam
renungan hati masing-masing,kabar dari kubur itulah yang terus
bersemayam,mengingatkan kita akan ajal yang setiap saat siap untuk datang
menjemput. Dimanapun kita sedang berada dan kapanpun telah tiba waktunya. Bukan
hanya orang-orang tua yang harus lebih dulu pulang kerumah tanpa nama itu,kaum
mudapun telah banyak yang mendahului orang yang lebih tua darinya.
Nguiing...nguiiing...nguiing...
suara sirine ambulan meraung-raung mendekati pintu makam. Tepat pukul sembilan
malam otopsi jasad nenek Ningsih selesai. Segera jenazah itu dimandikan dan
dikafani layaknya mayat pada umumnya. Setelah itu,jenazah disholatkan secara
berjamaah dimushola kampung. Pihak keluarga,terutama Bayu diberi kesempatan
untuk melihat almarhumah sebagai perpisahan yang terakhir kali. Pemuda itu
meraung-raung dan menangis sedih,kedua tangan yang dipegangi anggota keluarga
yang lain tidak kuasa untuk meronta-ronta. Dengan segenap kesedihan yang
tersisa Bayu mencoba memeluk neneknya untuk terakhir kali.
Usaha
itu gagal karena Bayu terburu pingsan karena beban kesedihan yang
ditanggungnya. Beberapa orang membawa pemuda itu kembali kerumah,sebagian yang
lain melanjutkan prosesi pemakaman. Hingga tengah malam prosesi pemakaman baru
selesai. Ditandai dengan tertancapnya batu nisan yang akan menjadi penanda dan
prasasti akhir kehidupan umat manusia.
Dirumah,keadaan
Bayu paling terpukul daripada anggota keluarga yang lain. Ia terlihat hanya
membisu,tidak membaur bersama dengan keluarga dan tetangga yang berada diruang
tamu depan. Mereka tampak mengobrol usai melakukan kegiatan tahlilan.
Bayu
hanya berdiam diri dikamarnya,hatinya bagai disayat-sayat oleh rajaman pisau
belati. Sudah beku gumpalan kesedihan dalam jiwanya,sangat sulit untuk mencairkannya
kembali. Bagaimana mungkin orang dapat menerima keadaan bila ketika bertemu
pertama kali dengan anggota keluarga yang terpisah jauh oleh jarak dan
waktu,ternyata keluarga itu telah terbujur kaku tanpa nyawa. Tidak bisa melepas
kerinduan dengan canda maupun tawa lagi.
Bayu
sangat menyesal kenapa ia harus menuruti egonya dengan tidak mau jujur terhadap
Alexa. Gadis itu adalah gadis yang baik. Sangat baik malah. Mungkin jika mau
menanggalkan egonya,Bayu masih bisa mengikuti kepergian Alexa sejak hari
pertama. Dengan demikian ia dapat menemani neneknya dalam menjalani hari-hari
terakhirnya. Juga dapat menjaga Alexa agar tidak terjadi sesuatu pada dirinya
seperti saat ini. Wanita itu telah hilang entah kemana,bumi seakan menelannya
dalam-dalam tanpa kabar berita.
Bayu
hanya bisa meratapi senyap yang mengurung jiwanya. Tanpa terasa airmata lelaki
itu meleleh perlahan. Bukannya cengeng,tapi setiap manusia berhak melepaskan
beban hatinya dengan cara menangis dan mengeluarkan airmata. Mungkin dengan
begitu,beban yang mengimpit segera sirna. Dadanya turun naik dan merasakan
sesak yang menhimpit.
Lorong-lorong
yang gelap seakan menelan hidup-hidup kebahagiaan yang pernah dirasakan Bayu.
Pemuda itu belum pernah merasakan kesedihan yang separah ini. Waktu ibunya
meninggal,Bayu masih sangat kecil untuk merasakan kesedihan. Memang dia juga
menangis waktu itu. Namun,tangisan itu segera berakhir ketika Alexa mengajaknya
bermain. Saat ini,hanya kesendirian yang menemani rongga jiwanya. Sepi itu
tumbuh dan terus-menerus menyerang batin
Bayu yang mulai rapuh tergerus pilu.
Bila
saja tidak berpikir masa depan yang segera harus dihadapi,mungkin Bayu akan
turut terjun kedalam liang lahat neneknya. Turut terkubur dan menemani jasad
itu menemui kegelapan abadi. Ingin rasanya ditumpahkan saja segala kegalauan
hatinya,hanya tangis dan tangis saja yang bisa meredakan semuanya. Apa yang
ingin diucapkan terukir dalam sebuah sajak yang diucapkan lirih,lirih sekali
dan nyaris tida terdengar lagi.
Bila
waktu bisa semakin panjang untuk kita
Tidak
ada lorong kegelapan yang datang menjemput
Tangis-tangis
yang berderai itu tidak akan pernah ada
Pada
jiwa-jiwa yang melayang dijemput langit
Tubuh-tubuh
yang bisu membeku
Kepada
mereka aku ingin bercerita
Tentang
kisahku hari ini yang tersaput sembilu
Ia
berkabar pada jiwa tanpa legenda
Sudah
tajamkah pandanganku
Tak
melihat ruh itu melaju menuju mega
Tak
ada bisik yang membebani
Karena
jiwa-jiwa mereka benar-benar mati
Hanya
tetes airmata pengiring langkah
Pada
kamboja yang menemani di ujung pusara
Kugantung
rembulan pelukmu untuk cahaya
Penerang
langkah dalam lorong-lorong yang renta gulita
Bisakah
aku mencegahmu pergi?
Bila
malam hanya mengupas sesat
Menggantinya
dengan alpaku
Alpa
menari di ujung sunyi
Kidung
apa harus kudendang
Jika
lirih suara hanya bertemu bisu...
Betapapun
sulitnya kehidupan Bayu saat ini,ia bertekad tidak pernah menyerah. Menyusur
langkah yang serupa padang gersang,hanya ilalang kering mudah terbakar oleh
sepi,sunyi yang menjadi teman dalam khayal dan mimpi. Menghapus wajah Alexa
sudah tidak mungkin lagi,jiwanya benar-benar telah dipenuhi oase rindu yang
tajam menghentak. Sama dengan kerinduannya kepada sang nenek yang selama dua
puluh lima tahun tidak pernah bertemu sekarang telah terbujur kaku.
Sebuah
ketakutan tiba-tiba menyerang jiwa Bayu. Semakin dalam membawanya dalam
kegelapan,menyeret jiwa yang lebam penuh luka itu tersesat semakin jauh kealam
bawa sadar. Terlihat disana tubuh Alexa yang tirus dan layu kuyu,matanya
cekung,kulit tangannya penuh luka yang masih memerah. Darah menetes
dimana-mana,bukan dari luka-luka yang diderita Alexa,luka itu sangat baru.
Berwarna-warni seperti pelangi,kadang memerah,tiba-tiba memutih,berganti
kelabu,kuning dan seterusnya. Hanya senja saja yang menahannya untuk tidak terseret
terlalu jauh,daun-daun yang melambai didekat perapian yang terbakar,semakin
dekat,dekat dan bertambah dekat ketika langkah kakinya coba diseret menjauh.
Mata
Bayu terlihat berputar-putar letih. Tubuh itu terasa menyusut kemudian
membesar,menyusut dan membesar lagi. Airmatanya semakin deras membasahi
pipinya. Kerongkongannya terasa kering tanpa oase,kehausan dalam dahaga yang
amat sangat. Dadanya yang terus turun naik terasa panas,mendidih dan siap untuk
meledak.
Seorang
gadis kecil terlihat dikejauhan,semakin mendekat wajah gadis itu semakin
menyerupai seorang gadis muda,semakin dekat semakin tua saja,semakin
renta,ringkih dan tidak bertenaga. Wanita itu secara mendadak menjadi kaku
tidak bisa bergerak. Mulutnya bisu dan terasa dingin,dingin serupa malam yang
dicengkeram hujan. Nafasnya telah berhenti semenjak dia datang. Diam,dengan
ekspresi datar,tidak ada senyum pada sudut bibir itu.
Bayu
semakin terlonjak ketika wanita tua itu bangun secara tiba-tiba. Berjalan
semakin mendekat dan berusaha untuk menyentuhnya,wajah yang kembali
berubah-ubah,dari wanita renta tanpa daya menjadi wanita setengah baya yang
perkasa,lalu serupa gadis belasan tahun yang penuh gairah,menjadi kembali
kecil,terus mengecil dan menjadi seorang bayi. Bayi itu menangis,tangisannya
sangat keras menyentak dan seakan memanggil namanya,Bayu mencoba mendekat. Bayi
itu berubah menjadi Alexa,sejenak kemudian wajah ibunya yang muncul lalu
kembali tenggelam,kembali lagi muncul sebuah wajah yang tidak
dikenalnya,melambai dan terus melambaikan tangan kepadanya. Lalu tiba-tiba
wajah itu menjadi nenek Ningsih,neneknya. Bayu menggelengkan kepala,pikirannya
benar-benar telah dipenuhi wajah-wajah,semua memanggil,melambaikan tangan
mereka.
“
Tidaaaaaaak...!!! “ Bayu berteriak sekencang mungkin dan terbangun dari
tidurnya malam itu. Mimpi buruk itu benar-benar telah membuat tubuhnya basah
kuyup oleh keringat.
“
Ada apa nak Bayu ? kenapa nak Bayu berteriak-teriak malam-malam begini?
Sudahlah nak,ikhlaskan semua yang terjadi. Nak Bayu harus lebih bersabar dan
tawakal kepada Allah swt,serahkan semua kepadaNya. Ingat nak Bayu,kita lahir
kedunia karena kehendakNya,dan kepadaNyalah kita akan kembali.”
Haji
Tanjono yang sampai terlebih dulu dikamar Bayu mencoba menenangkan lelaki itu.
Rupanya teriakan Bayu mengejutkan semua orang yang sedang berbincang-bincang
diruang depan. Bapak Abdul Mukid segera mengambil sebutir bawang merah dan
sepotong kunyit serta sejumput beras. Meremas –remasnya menjadi satu ditangan
lalu mengusapkannya ke dahi Bayu.
“
Mungkin nak Bayu sawanen,karena tadi tidak sempat mencuci muka dan membasuh
telapak tangan serta kaki setelah memegang jenazah. Saya juga sangat setuju
dengan dik Tanjono,lebih baik nak Bayu ikhlaskan saja kepergian nenek Ningsih.
Untuk nak Alexa,kamu sudah sepakat bahwa besok pagi-pagi sekali kita akan
melakukan pencarian. “
Bayu
hanya bisa patuh dan menunduk malu atas perbuatan yang telah dilakukan.
Meskipun itu semua terjadi diluar batas kesadaran,tetap saja yang sudah
dilakukan dianggap sangat tidak pantas. Beberapa orang yang hadir hanya bisa
mengangguk-anggukkan kepala tanda menyetujui semua pernyataan dan perkataan pak
Abdul Mukid.
“
Sudah,lebih baik nak Bayu melanjutkan tidurnya. Kasihan sudah terlalu capek
karena seharian tadi mengemudi mobil.”
“
Terima kasih,paman.”
Bayu
melanjutkan tidurnya yang telah terganggu mimpi buruk tersebut. Kali ini dia
tidak tidur sendiri,haji Tanjono turut merebahkan diri disampingnya untuk
memberi rasa nyaman dan menjaganya dari kedatangan sebuah mimpi buruk. Beberapa
orang berpamitan karena hari telah benar-benar larut malam. Hanya beberapa
pemuda yang besok menganggur saja yang tetap ditempat, melanjutkan begadang
sekaligus menemani dua orang anggota polisi yang berjaga-jaga di halaman rumah.
Malam
ini Alexa merasa perutnya seperti terbakar,teduhnya malam tidak sedikitpun
meredakan perih dalam lambungnya. Dingin yang menusuk sumsum dan tulangnya
terasa begitu kuat menyergap. Bibirnya telah mengering sejak tadi
siang,beberapa sudut tampak pecah –pecah seperti tanah dimusim kemarau,kering
dan kekurangan air. Akar lidahnya sejak tadi hanya bisa menangkap sedikit embun
yang terperangkap oleh sekantung plastik yang ditadahkan saat gerimis mengisi
malam.
Sedikit
sekali oase mengisi dahaganya,diluar sana
air memang sangat melimpah mengisi kolam. Sangat tidak mungkin mencapai
air itu dengan keadaannya yang serba terbatas. Sebuah dinding yang terbuat dari
kayu memisahkan dirinya dengan kolam yang ada dihalaman belakang. Bunyi katak
yang bernyanyi seakan mengejeknya yang kelaparan.
Tiada
belas kasihan yang ditunjukkan sang penculik itu,mereka terus tertawa dihadapan
Alexa dengan menarikan makanan serta minuman. Ingin sekali Alexa merebut dan
mengambil makanan itu,tapi tenaganya sangat terbatas. Sulit sekali bergerak
dengan keadaan perut yang kosong. Jangankan bergerak,menjaga diri dari
kehilangan kesadaran pun semakin sulit untuk dilakukan.
Dengan
menahan rasa perih yang terus menghujam seperti ratusan anak panah yang
menusuk-nusuk dalam perutnya yang lapar,Alexa mencoba memejamkan mata. Ada
bunyi-bunyi aneh setiap Alexa bergerak kekiri atau kekanan. Perut itu terus
bersuara untuk segera mendapatkan isi yang bisa menutup suaranya yang sebagaian
besar telah terisi dengan angin.
Dalam
tidurnya yang lapar,Alexa mengigau.
Wanita itu terus menyebut air,air dan Bayu. Dalam tidur itulah seakan Bayu
datang,mengobati dahaganya dengan segelas air putih yang menyegarkan. Wanita
itu terus mencoba memejamkan mata,tidur dalam duduknya yang tidak nyaman. Rasa
perih ditangan akibat luka ikatan masih belum benar-benar kering,ditambah lagi
kondisinya yang tidak bisa seratus persen pulih karena kurang istirahat dan
kurang makan.
Para
penjahat itu sengaja membuat Alexa menderita,benar-benar menderita hingga yang
tersisa hanya bayang hitam dari kehidupan. Menyiksa adalah salah satu cara
membalas dendam yang ingin dilakukan. Setidaknya dengan melakukan itu bisa
membuat batin senang karena penderitaan orang yang dibenci bisa dikatakan
sebagai obat paling mujarab untuk menyembuhkan rasa sakit hati.
Belum
cukup merasakan sakit perut yang luar biasa itu,secara mendadak sebuah tangan
menjambak rambut Alexa,membangunkannya dari tidur yang tidak nyaman dan penuh
dengan gelisah. Tubuh Alexa diseret melintasi ruangan demi ruangan di pondok
itu,rambutnya terasa sangat sakit merasakan karena ditarik-tarik dengan keras.
Keempat laki-laki yang menjadi penculiknya terlihat tertawa-tawa melihat
pertunjukan itu. Mereka seakan sangat menikmati tontonan gratis itu selayak
melihat pertunjukan topeng monyet dipagi hari. Setiap kali Alexa
mengerang,semakin riuh saja tawa mereka membahana.
Minarni
terus saja menarik rambut Alexa,menyeretnya hingga kesamping rumah yang berada
di tepi kolam. Sebuah pertunjukan besar telah disiapkan wanita itu. Cahaya
remang-remang dari sinar bulan,jalanan yang becek penuh lumpur,serta air kolam
yang penuh akibat hujan sore tadi menjadi rencana yang paling sempurna.
“
Ha...ha...ha... sekarang coba kamu rasakan wanita sok kaya,sok baik dan sok
berbakti kepada orang yang lebih tua. Bagaimana semua kebaikanmu itu bisa
menolongmu sekarang. Bagaimana jiwa sok pahlawanmu akan menyelamatkanmu dari
malam ini. Aku sangat berharap kamu tidak mati malam ini. Bertahanlah
sayang,bertahanlah...!”
“
Dengan bisa bertahan melewati malam ini,mungkin aku akan mempertimbangkan untuk
melakukannya lagi esok hari. Aku sangat berharap ayahmu yang katamu kaya itu
akan merelakan uangnya untuk menebus nyawamu. Bertahanlah sayang.”
Dengan
sekuat tenaga Minarni menarik tubuh Alexa mendekati tepi kolam. Dia bahkan
tidak mau memperdulikan keempat anak buahnya yang mencoba membantu. Rupanya
dendam wanita itu telah sedemikian besar sehingga tidak ada lagi belas kasihan
dalam hatinya. Alexa hanya bisa mengerang kecil. Tenaganya telah benar-benar
tidak mampu lagi digerakkan. Penyakit lambung yang selama ini bersemayang telah
kambuh sejak sore tadi.
Minarni
mendorong tubuh Alexa kedalam air. Alexa tersentak,sulit menggerakkan tangan
ataupun kaki dalam kondisi yang teramat lapar. Belum lagi dinginnya air yang
begitu menusuk tubuh. Panas kulit tidak mampu lagi untuk menahan sergapan
gigil. Sebentar saja tubuh Alexa sudah gemetar sedemikian hebat. Alexa yang
biasa berenang selama di Australia sekalipun sangat sulit menggerakkan tubuh.
Kakinya telah mengalami kram karena kondisi air yang terlalu dingin.
Tak
urung kondisi tubuh yang kurang stabil membuat tubuh itu dengan cepat
tenggelam. Entah berapa banyak air yang terminum oleh Alexa saat mulutnya
terbuka karena panik. Alexa sudah tidak mampu lagi mrnguasai keadaan,tubuh yang
coba ditahannya perlahan mulai tenggelam,membuat suplai oksigen dalam darahnya
kian menipis. Wajah yang terlalu lemah membuat Alexa kehilangan kesadaran diri.
Ia pingsan tepat disaat kakinya menyentuh permukaan tahan berlumpur di dasar
kolam.
Tujuan
Minarni untuk menyiksa Alexa telah tercapai. Setidaknya hingga saat ini
kepuasan terpancar dalam wajahnya. Mulutnya terus-menerus mengembang senyum
kepuasan.
“
Yudi,Sarju... segera angkat tubuh gadis itu. Masih banyak rencana yang akan
kita lakukan untuknya. Dia harus tetap hidup sebelum kita mendapatkan uangnya.”
“
Baik bos.”
“
Siap nona besar.”
Dua
orang yang diperintah segera masuk kedalam air. Tidak sulit mencari tubuh Alexa
yang tenggelam di dasar kolam,sebelum tubuh itu dimasukkan kedalam air,sebuah
tali telah diikatkan pada pergelangan tangan. Tubuh itu segera diseret
kedaratan,mengembalikannya kedalam ruangan sempit yang berada di bagian
belakang rumah. Sebuah unggun kecil dinyalakan untuk memberi kehangatan setelah
gadis itu siuman. Sebungkus roti diletakkan di dekat gadis itu,juga segelas teh
hangat dan sebotol air mineral.
Alexa
memakan dengan rakus roti yang diberikan mereka. Tampak sekali binar matanya
berubah setelah sedikit nutrisi masuk kedalam tubuhnya. Segelas teh telah mampu
membuat tubuh gadis itu terasa sedikit lebih hangat,meskipun kulit tubuhnya
masih terasa sangat dingin karena pakaiannya telah basah kuyup. Dengan sedikit
waktu yang tersisa, Alexa mencoba memejamkan mata. Merapatkan tubuh pada unggun
kecil untuk lebih menghangatkan tubuhnya. Bagaimanapun,istirahat adalah cara
terbaik untuk memulihkan energi dari tubuh,mengembalikan kembali kejernihan
pikiran dari beratnya beban yang kita tanggung.
“ Jadi bagaimana rencana kita selanjutnya bos?
Apa lebih baik kita habisi saja wanita ini,pergi meninggalkan mayatnya disini dan lari
sejauh-jauhnya dari kejaran polisi. Sangat sulit mencari alamat bapak dari anak
itu,dia selalu diam ketika ditanya tentang alamat dan keberadaannya.”
“
Kamu ini bagaimana,kita sudah susah-susah membawanya kemari malah ingin kamu
habisi begitu saja. Bukankah kamu sendiri yang mengusulkan untuk meminta
tebusan yang sangat besar kepada orang tuanya,sekarang kenapa kamu malah
kehilangan nyali?”
Minarni
dan Kohar terus berdiskusi untuk menentukan nasib terbaik bagi Alexa. Sementara
malam telah mendekati dinihari. Tiga anak buah yang lain berjaga diruang
depan,tertidur dikursi kayu yang saling berhadaan. Keadaan yang serba sempit
membuat tubuh dan kaki mereka saling berhimpit. Terkadang terjadi keributan
kecil karena memperebutkan posisi paling nyaman yang ingin didapatkan.
“
Bukan begitu maksud saya bos,semakin lama kita mendapatkan informasi dari gadis
ini,semakin banyak pula kita mengeluarkan biaya dan tenaga di tempat ini. Tanpa
uang yang semakin menipis,mana mungkin kita bisa menjalankan semua rencana yang
kita susun?”
“
Benar juga pendapatmu,tumben pikiranmu sedikit waras dari pada sebelumnya.
Baiklah kalau begitu,kita akan menunggu selama dua atau tiga hari lagi. Kalau
masih saja gadis ini bungkam,kita habisi dia. Sementara itu,besok perintahkan
Yudi dan Sarju untuk turun dan mencari sasaran. Hasilnya dapat kita pakai untuk
melakukan operasi ini. Sementara itu,saya akan turun untuk mencari informasi
didesa Ngadirejo. Mereka tidak akan curiga dengan kehadiran saya. Saya sudah
sangat dikenal didesa itu. Saya ingin memastikan apakah semua rencana kita
telah berhasil atau gagal total.”
“
Baik sekali rencana bos putri kali ini. Saya juga berharap ada informasi yang
dapat diperoleh dari desa tentang keberadaan keluarga gadis ini. Bukankah bos
pernah mengatakan bahwa gadis ini telah dijodohkan dengan cucu dari nenek yang
kita bunuh kemarin? Mungkin saja keluarganya telah menyusul dan datang kedesa
itu. Dengan demikian kita telah melakukan satu pekerjaan dengan dua hasil
sekaligus. Bagai peribahasa sekali mendayung,dua tiga pulau terlampaui.
Benarkan pendapat saya bos?”
“
Bagus,tidak percuma ayah saya memberikan orang kepercayaan seperti kamu.
Rupanya kamu masih bisa juga untuk diandalkan, hari sudah sangat larut
malam,sebaiknya kamu segera istirahat.”
Malam
selalu punya cara tersendiri untuk menyembunyikan sebuah misteri. Banyak sekali
sebuah peristiwa yang terjdi justru pada malam hari. Hanya sekumpulan perdu
yang tahu kemana arah sepoi akan mengantarkan tidur mereka,juga bagaimana
binatang malam memaknai senyum sang rembulan. Hati manusia seperti dalamnya
lautan yang sekalipun kita mencoba mengukurnya tidak akan menghasilkan apa-apa
sebelum mencoba berenang dikedalamannya.
Dalam
kegelapanlah biasanya hati manusia itu terbentuk,terbangun dari sisa-sisa mimpi
yang selalu dihadirkan oleh keheningan malam. Karakter itu akan begitu kuat
berdiri hingga menuju kepuncak yang lebih tinggi,sangat tinggi dan hanya
orang-orang tertentu yang bisa merasakan kehadirannya disetiap waktu.
Membandingkan pertumbuhan fisik dan jiwa kita saat tidur adalah seperti
mengukur kecepatan angin dengan tangan kosong. Seberapa jauh pun ia pergi tidak
akan tampak dalam pandangan.
Biarlah,dengan
belajar lebih bersabar dan ikhlas menerima segala perlakuan buruk akan membuat
tubuh dan jiwa kita menjadi lebih kuat dan tangguh dalam menerima segala cobaan
yang terjadi.
Alexa
kembali mengerang ketika dingin semakin menusuk tulangnya. Unggun kecil itu
telah padam sepenuhnya,menyisahkan gulita yang terlalu dingin dan sunyi. Malam
telah benar-benar membisu ketika nyanyian dari katak dan jangkrik serta
tenggeret berhenti. Suasana benar-benar mencekam. Purnama yang tadi sempat
berpendar kembali bersembunyi dibalik awan,sebentar kemudian seisi langit telah
menjadi gelap seutuhnya.
Setetes
demi setetes air tercurah dari langit,semakin menderas dan membasahi daun-daun
yang beralaskan embun.akar membuka lebar-lebar jangkauan langkahnya yang
serakah,siap mengambil semua jatah air yang telah tertumpah. Humus hutan yang
berwarna legam diatas tanah itu kembali basah sebelum sempat mengering karena
hujan kemarin sore. Seharusnya subuh telah berkumandang sejak tadi,tapi siapa
yang akan mengumandangkan suara Adzan ditengah hutan seperti ini?
SEMBILAN
Alexa
telah benar-benar terjaga ketika hujan turun dengan derasnya. Meringkuk karena
menahan dingin yang terus menyelimuti tubuhnya. Tertatih ia mencoba
bergerak,lantai kamar itu berderit karena seretan kakinya. Dengan segenap kekuatan yang hanya sedikit tersisa
dicobanya menadahkan tangan melalui jendela,mencoba meraih air hujan yang
memukul-mukul dinding rumah.
Pertama
yang dilakukan adalah membasuh mukanya agar terjaga dari rasa kantuk. Membagi
kesegaran dalam dingin yang selalu menyentuh,membangkitkan jiwa yang tenggelam
dalam mimpi semalam. Ketika mengambil air yang kedua,ia sengaja mengumpulkan
lebih banyak lagi air. Gelas kosong bekas teh semalam ditadahkan dibawah hujan.
Gelas itu telah penuh ketika Alexa menyeretnya melalui jendela,meneguknya dalam
satu kali tegukan untuk membasahi kerongkongan yang dahaga.
Gadis
itu kembali mengambil segelas lagi air,memasukkan sedikit demi sedikit kedalam
gelas air mineral sisa kemarin malam. Setelah botol penuh,segera disembunyikan
botol itu dibalik tumpukan kayu lantai yang telah lapuk. Kayunya yang rapuh
dimakan rayap ternyata sangat mudah untuk dicabut. Dalam potongan kayu itulah
air hujan itu disembunyikan,lalu kayu dikembalikan semula seperti asalnya.
Alexa
sangat ingin berlama-lama dengan hujan pagi ini,kembali diulurkan tangannya
melalui jendela. Ia kembali membasuh muka,tangan hingga menyentuh siku,rambut
kepala yang berada diubun-ubun dan melanjutkan sapuan tangannya pada kedua daun
telinga,terakhir kali Alexa membasuh kakinya. Ritual wudhu itu telah dengan
sempurna dapat dijalankan dengan air seadanya. Rupanya Tuhan masih berbaik hati
memberikan kemudahan baginya untuk menjalankan ibadah.
Khusyuk
sekali Alexa berdoa,menumpahkan segala unek-unek yang menjalari batinnya. Ada
sebuah ketenangan dalam jiwa yang membuat setiap doa yang dipanjatkan serupa
kata-kata yang dengan mudah dimengerti artinya. Tuhan tidak akan pernah tidur
semalampun,ia tidak akan pernah berpaling pada umatnya yang sedang mengalami
kesusahan dan kesulitan.
Kepercayaan
Alexa tumbuh serupa jamur dimusim penghujan,menyebar dalam setiap relung dan
memancarkan cahaya dalam binar aneh yang sulit diterjemahkan dengan kata-kata.
Hanya kebisuan yang bisa memberikan beberapa arti untuk diterjemahkan hati.
Mengeja segala rahmat yang dilimpahkan oleh Tuhan sebagaimana dalam setiap
langkah kehidupan. Hidup Alexa telah benar-benar menjadi langkah-langkah berat
dalam meniti jejak kehidupan.
Bayu
terbangun dalam keadaan sakit yang merajam jiwanya. Hatinya serasa luruh
bersama hujan yang menetes diluar rumah. Ingin rasanya ia berlari,menjemput
kepergian angannya yang melayang menuju awang-awang. Hanya kumandang adzan
subuh yang menyadarkan dirinya dari lamunan. Lelaki itu berusaha menyembunyikan
seluruh getar yang tersimpan.
Bayu
merasa sangat kecil dihadapanNya. Dengan merendahkan ego serendah mungkin Bayu
khusyuk berdoa. Berbagai harapan dilontarkan agar segera dikabulkan. Bayu terus
mengadu tentang hidupnya yang dengan tiba-tiba terjatuh dalam kesedihan,memohon
agar Allah swt membukakan pintu rahmad dan hidayahNya sehingga memberi jalan
yang terang untuk pemuda itu. Dalam kekhusyukan sholat subuh itulah Bayu
mencoba menegakkan kesabaran dalam jiwanya,setidaknya dengan mengingat
keberadaanNya akan membuat hati lebih tenang dan tenteram dalam menjalani kehidupan.
Ikhlas dan selalu rela menjalani setiap garis kehidupan yang telah ditetapkan.
Selesai
bermunajat Bayu menuju kehalaman belakang rumah. Matanya liar menyapu segala
sudut halaman. Pepohonan,perdu dan rerumputan tidak pernah lepas dari
pandangannya yang tajam. Ingin rasanya ia memungut setiap bukti tentang
keberadaan Alexa. Gadis itu telah serupa cahaya yang terus menjadi penerang
dalam meniti langkah hidupnya. Hanya dengan satu senyum dari gadis
itu,berhari-hari jiwa Bayu akan berbunga-bunga,indah dan harum dalam mekar yang
sempurna. Bila gadis itu tidak ada seperti saat ini,pagi serasa seperti malam
yang semakin gelap,hanya hitam yang terlukis dalam netranya. Tidak ada senyum
yang terpancar dari sudut bibirnya.
Kematian
nenek Ningsih mengkin telah memberikan efek kesedihan yang teramat dalam,namun
itu hanya terjadi sebentar dan sementara. Hari ini Bayu sudah mulai menerima
kepergian sang nenek,meskipun semalam tubuhnya terasa begitu rapuh untuk dapat
berdiri,hari ini hanya Alexa yang ada
dalam pikirannya.
Bayu
hanya mendapati hujan yang terus menjamah dan meluluri tanah,tidak ditemukan
satupun petunjuk yang mampu mengarahkannya kepada kehadiran Alexa. Rinai hujan
sedikit demi sedikit telah mulai berkurang disaat pagi benar-benar menemukan
cahayanya. Samar yang semenjak subuh membayangi mulai berganti warna-warni.
“
Bagaimana keadaan nak Bayu hari ini? Sudah mulai enakan?”
Pak
abdul Mukit tiba-tiba saja sudah berada dibelakang Bayu,lelaki itu sempat
terkejut,lalu segera dapat menguasai keadaan. Sejurus kemudian wajah Bayu
berpaling kepada orang yang memanggilnya.
“
Alhamdulillah paman, Bayu sudah bisa menerima kepergian nenek. Mungkin masih
sangat sulit untuk melupakan kesedihan,tapi kita harus menatap kedepan. Lebih
banyak bersabar dan berusaha menggapai yang ada didepan kita.”
“
Benar sekali anakku,itulah yang paman harap dari kamu. Kamu adalah harapan
satu-satunya dikeluarga ini untuk melanjutkan segala hal yang belum selesai.
Jangan hanya larut dalam kesedihan,itu tidak akan membuat yang hilang kembali
lagi. Sedangkan yang jauh lebih pasti tidak akan tergapai. Masih ada satu
pekerjaan yang harus kita jalani,menemukan kembali Alexa yang telah hilang dari
rumah ini. Saya juga merasa sangat bersalah dan bertanggung jawab atas
hilangnya Alexa. Seharusnya saya menjaganya disini dan tidak meninggalkannya
sendiri.”
“
Maafkan saya juga paman,kami telah melepas Alexa seorang diri kemari. Sekarang
yang harus kita pikirkan adalah bagaimana kita bisa mencari dan menemukannya
kembali kerumah ini. Oh ya paman, bagaimana hasil otopsi dari nenek? Apakah
hasilnya sudah dapat diketahui?”
“
Kemarin malam,dalam perbincangan dengan salah seorang anggota kepolisian telah
disebutkan bahwa hasil otopsi nenek kamu membuktikan bahwa dalam lambungnya
tidak terdapat satupun zat racun,begitu juga pada hati dan usus halus. Dapat
disimpulkan bahwa nenek meninggal bukan karena racun serangga yang ada
dimulutnya. Racun itu dimasukkan kedalam mulut ketika keadaan nenek sudah
meninggal. Juga tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan dalam tubuh korban.
Jadi,orang tersebut berusaha memasukkan racun serangga agar kita dan semua
penduduk terkecoh sehingga dengan mudah akan menuduh nak Alexa membunuh nenek
Ningsih,padahal kenyataannya kita seharusnya tidak menuduh tanpa bukti yang
nyata.”
“
Jadi maksud paman Alexa bisa bebas dari tuduhan ini?”
“
Saya kira polisi tidak akan dengan mudah menetapkan seseorang untuk menjadi
tersangka tanpa ada bukti-bukti yang kuat. Termasuk menetapkan Alexa menjadi
tersangka,bagaimana mereka menetapkannya sebagai tersangka sedangkan dia
sendiri sampai sekarang belum di ketahui keberadaannya. Saya sangat berharap
bahwa nak Alexa baik-baik saja.”
“
Saya juga berharap demikian paman. Lagipula tidak ada satupun motif yang
melandasi pembunuhan terhadap nenek,jika itu dilakukan oleh dik Alexa. Bukankah
selama ini dia telah menyatu dengan nenek. Tidak mungkin dik Alexa tega
membunuh orang yang sudah dianggap neneknya sendiri. Betul begitu paman?”
“
Benar sekali anakku. Dengan kejadian ini mata saya semakin terbuka,bahwa secara
tidak sadar kita bisa saja menykiti perasaan orang lain sehingga ada dendam
yang tumbuh dalam hati orang itu. Terus terang saya sangat curiga dengan
Minarni.”
“
Siapa itu Minarni paman? Dan ada hubungan apa dengan kasus yang sedang terjadi?
Bukankah tidak baik berburuk sangka terhadap orang lain.”
“
Berburuk sangka terhadap orang lain memang dilarang oleh agama,akan tetapi ada
motif tersembunyi yang bisa dijadikan dasar oleh wanita itu. Wanita itu telah
paman pecat dari pekerjaannya merawat nenek sejak kedatangan Alexa. Rupanya
selama ini dia tidak merawat nenek dengan semestinya. Semua kejahatan yang
dilakukan itu telah terbongkar oleh paman dengan cara memergokinya menyiksa
nenek secara langsung. Dengan kedua mata ini,paman melihat bahwa wanita itu tega
menyuapi nenek dengan nasi basi yang sengaja dibawah dari rumah.”
“
Jahat sekali orang itu paman. Sungguh sangat tidak berperi kemanusiaan.
Seharusnya wanita seperti itu sangat perlu dikasihani karena tidak mendapatkan
pedidikan akhlak dengan benar.”
“
Pada saat itulah dia mengancam akan membuat hidup Alexa menderita. Paman hanya
merasa khawatir Alexa sekarang dalam genggamannya.”
“
Paman tahu keberadaan wanita itu?”
“
Sayang sekali nak,paman tidak pernah mengetahui tempat tinggalnya. Dia telah
datang kesini menawarkan diri untuk bekerja. Saya mengira dia telah bekerja
dengan baik. Tidak tahunya semua hanya kamuflase belaka. Semua pekerjaan itu
menjadi kedok untuk melakukan penipuan terhadap saya dan keluarga.”
“
Jadi paman telah mempekerjakan orang yang tidak diketahui asal usulnya?”
“
Benar sekali anakku,paman telah melakukan kekhilafan yang sangat besar sekali.”
“
Sudahlah paman,kita tidak boleh terlalu menyesali apa yang sudah terjadi. Lebih
baik sekarang kita menatap ke depan dan segera menemukan kembali dik Alexa.
Saya sudah merasa sangat khawatir dengan keselamatannya,apalagi setelah paman
mengatakan hal itu tadi.”
Matahari
mulai bersinar terang,menyaput sisa hujan dipagi hari. Kehangatannya memberikan
kesempatan kepada penduduk bumi untuk dapat lebih menikmati hari-hari. Setelah
menyelesaikan sarapan,Bayu kembali menuju kebelakang rumah. Ada getar aneh yang
menuntunnya untuk memeriksa setiap jengkal sudut halaman di belakang. Sumur
adalah tempat pertama yang diperiksa,dengan seksama lelaki itu mengamati semua
tanda. Jejak langkah kaki manusia tidak mungkin lagi dapat diamati dengan baik.
Hujan telah mengaburkannya dengan luruh bersama tanah dan genangan air.
Satu-satunya
petunjuk yang dapat dicari hanyalah benda-benda mencurigakan yang mungkin saja
terjatuh dengan tanpa disadari pemiliknya. Sidik jari lebih sulit lagi,karena
polisi yang memiliki alat lengkap hanya dapat menemukan sidik jari Alexa dan
nenek Ningsih saja. Sidik jari itu menempel pada dinding dan tembok rumah.
Serta meja kursi dan juga bangku serta parabot rumah makan.
Tiada
satupun bukti di kepolisian yang mengarah pada kehadiran orang lain saat
peristiwa itu terjadi. Semua semakin gelap dengan tanpa ada seorang saksipun
yang melihat terjadinya peristiwa. Semua tetangga dikanan dan kiri rumah tidak
melihat gerak-gerik mencurigakan dari orang lain yang masuk keperkampungan saat
kejadian terjadi. Begitupun dengan petugas jaga yang pada saat kejadian juga
tidan mendapati kehadiran orang lain masuk kedalam perkampungan.
Mereka
juga dengan kompak menjawab bahwa tida melihat Alexa keluar dari desa
Ngadirejo. Raibnya barang bawaan dan Alexa sendiri telah menjadi sebuah misteri
yang sangat sulit untuk dipecahkan. Menduga bahwa ada kehadiran makhluk gaib
didesa ini menjadi desas desus baru yang berhembus kencang setelah fitnah
terhadap Alexa terbantahkan. Banyak yang percaya gadis itu diculik oleh makhluk
gaib penunggu hutan.
Bayu
terus menyusuri langkah kakinya hingga jauh kebelakang. Pemuda itu terus
mencari dibelakang sumur,barangkali ada benda yang tertinggal dan bisa
dijadikan barang bukti. Parang ditangan kanannya menyabet tak beraturan pada
segerombolan semak dan perdu yang menghalangi jalannya. Dengan sekuat
tenaga,beberapa batuan berhasil disisihkan.
Bayu
segera berlari ketika melihat sebuah kain di kejauhan. Kain itu semakin dekat
semakin terlihat seperti pakaian. Begitu dekat,Bayu memungut pakaian itu. Benar
sekali bahwa pakaian itu adalah pakaian milik Alexa,gadis tersebut sering
mengenakannya ketika berada dirumah. Bayu menciumi pakaian itu,menumpahkan
kerinduannya kepada sang pemilik pakaian.
Dengan
sukacita dan semangat yang membuncah lelaki itu segera mencari bukti baru yang
lebih meyakinkan. Matanya tertuju kepada sebuah tas hitam yang teronggok
diantara rerimbunan semak belukar,resletingnya terlihat terbuka seperti
dilemparkan begitu saja dengan terburu-buru. Bayu sangat yakin tas hiatm itu
adalah milik Alexa,tas itulah yang dipakai untuk menyimpan barang-barang ketika
akan bepergian kemanapun. Semakin berbinar mata elang Bayu,dipungutnya tas itu
bagai seorang anak kecil yang mendapatkan mainan baru.
Bayu
berlari secepat kilat kearah rumah,seluruh isi rumah dibuat bingung dengan
tingkah lakunya yang kekanak-kanakan. Haji Tanjono yang baru saja selesai
berganti pakaian segera menghampirinya,begitupun dengan pak Abdul Mukid dan
beberapa wanita yang kebetulan membantu dirumah itu. Masih dengan terengah-engah
Bayu menunjukkan tas hitam yang ditemukan,lengkap dengan semua isi dan barang
bawaan yang sempat terserak disepanjang rerumputan.
“
Ada apa ini nak Bayu? Apa ini semua?” tanya haji Tanjono. Dengan masih mengatur
nafasnya yang naik turun Bayu segera menjelaskan barang temuannya tersebut.
Mereka hanya bisa menggeleng-geleng dan takjub atas kecerdasan dan semangat
tanpa putus asa pemuda itu. Ditengah perasaan berduka,ternyata naluri Bayu
lebih peka terhadap sekelilingnya.
“
Ini pak,apakah bapak masih ingat dengan tas hitam ini? Bapak pasti belum lupa
jugakan dengan tas ini? Ini milik dik Alexa pak. Semua barang inilah yang
dibawa dan dipakai sejak pergi meninggalkan rumah.”
Haji
Tanjono tampak mengamati semua barang-barang yang baru saja ditemukan oleh Bayu.
Perasaannya berdesir begitu hebat melihat semua barang-barang milik putri
tercintanya itu. Perasaan khawatir dan senang bercampur aduk seperti sebuah jus
berbagai macam buah-buahan yang dipadukan menjadi satu. Senang karena ada
sebuah petunjuk dan bukti baru yang
mungkin saja dapat menuntunnya kembali kepada putrinya yang menghilang secara
misterius. Khawatir karena takut terjadi sesuatu dengan putri semata wayangnya
itu.
Dengan
diketemukannya barang-barang Alexa,secara otomatis dugaan pertama bahwa Alexa
meninggalkan tempat ini karena pulang untuk menjemput Bayu terpatahkan. Opsi
kedua bahwa Alexa diculik semakin menguat dibenak masing-masing kepala yang
hadir disana. Bayupun tidak mampu untuk menerjemahkan isi hatinya,apakah dia
benar-benar merasa bahagia atau merasakan sedih dan khawatir terhadap
keselamatan gadis itu.
“
Benar sekali nak Bayu,ini adalah barang-barang Alexa,dimana nak Bayu menemukan
ini? Kita harus secepatnya melaporkan hal ini kepada polisi,saya sangat
khawatir dengan keselamatannya.”
“
Saya menemukan semua barang itu teronggok disemak-semak yang ada dikebun di
belakang sana pak,sebagian isi dari tas ini tadinya terbuarai dan harus saya
pungut satu persatu. Saya harap ada sebuah petunjuk yang bisa membawa kita
menemukan dik Alexa pak.”
“
Saya sangat setuju dengan apa yang dikatakan dik Tanjono, nak Bayu. Lebih baik
kita segera melapor kepada pihak kepolisian. Dengan melaporkan kejadian
ini,kita berharap ada sebuah bukti yang bisa menjadi petunjuk keberadaan nak
Alexa. Baiklah kalau begitu,saya akan pergi bersama pak Kusno untuk melaporkan
temuan kita ini,agar semakin terang dan jelas jalan yang dapat membawa kita
menemukan nak Alexa.”
“
Baiklah kalau begitu kanda Mukid,kami akan menunggu kabar baik dari kanda
ditempat ini. Dan kamu nak Bayu,lebih baik juga sabar menunggu disini. jangan
kemana-mana sampai polisi datang. Mereka akan memerlukan semua keterangan dari
nak Bayu.”
“
Baiklah kalau begitu,saya berangkat dulu. Assalamu’alaikum...”
“
Walaikum salam warahmatullahi wabarrakatuh...”
Setelah
kepergian pak Abdul Mukid dan pak Kusno, Bayu hanya berjalan-jalan disekitar
rumah. Kakinya sudah sangat gatal untuk melangkah mencari Alexa. Namun pesan
dari haji Tanjono selalu terngiang dalam telinganya. Kepatuhan kepada orang
yang telah merawatnya adalah sebuah bentuk pengabdian terbaik. Usaha untuk
membalas semua hutang budi kepada orang tua itu. Dimanapun,Bayu selalu berusaha
membuat haji Tanjono dan Alexa bahagia,bagaimanapun keadaan yang harus
menimpanya,pengorbanan apapun yang harus dilakukan,asalkan untuk mereka akan
dikerjakan dengan senang hati serta keikhlasan dan kerelaaan.
Bahkan jika harus mengorbankan nyawa
sekalipun,Bayu akan dengan senang hati merelakan nyawanya untuk ditukar dengan
nyawa mereka berdua. Bagi Bayu,bisa hidup sampai sejauh ini adalah sebuah
anugrah yang diberikan oleh yang maha kuasa. Melalui perantaraan haji
Tanjonolah,tangan-tangan malaikat secara bahu membahu mengatur
hidupnya,mengentaskan raganya dari jalanan dan kemiskinan,memberikan tempat
tinggal dan pakaian yang layak,serta makanan yang memenuhi syarat kesehatan.
Tanpa ada pertolongan dari keluarga itu,Bayu tidak akan ada apa-apanya. Mungkin
saja dia akan menjadi preman dan penjahat jalanan,atau bahkan mati karena
kelaparan.
Menunggu,adalah sebuah pekerjaan
yang paling membosankan. Begitulah pepatah pernah mengatakan,dan hari ini Bayu
benar-benar merasakan kebosanan itu. Dia hanya bisa mondar-mandir tidak jelas
disekitar rumah. Terkadang duduk berselempang dengan kaki yang
dilempar-lemparkan kedepan,meremas-remas tangannya yang tidak gatal karena
merasakan gemas sekaligus cemas. Bayu benar-benar telah merasakan lamanya waktu
yang berputar. Ingin rasanya berlari menembus gelapnya hutan dan mencari Alexa
seorang diri.
Menjelang tengah hari dua orang
anggota polisi datang bersama pak Abdul Mukid dan pak Kusno. Dengan berbagai
alat identifikasi mereka langsung bekerja dan memeriksa tas yang ditemukan oleh
Bayu. Beberapa pertanyaan tentang tempat ditemukannya tas,bagaimana posisinya
dan ada barang apa saja ditanyakan penyidik. Mereka berusaha mengumpulkan
bukti-bukti yang mengarah pada seseorang. Kepala mereka hanya mengangguk-angguk
ketika mendengar penjelasan,tiap kata dan kalimat itu dicatat dalam buku saku
kecil yang juga berfungsi sebagai alat perekam data yang berupa tulisan.
Tuduhan itu kini sangat kentara mengarah kepada Minarni,wanita itu telah
dilaporkan pak Abdul Mukid karena memiliki motif dendam tersendiri kepada Alexa
dan dirinya.
Menurut
catatan yang ada dikepolisian,memang ada gerombolan penjahat yang sering
beroperasi disekitar hutan Caruban. Para penjahat tersebut dipimpin oleh
seorang wanita yang dikenal dengan nama kupu-kupu hutan. Pernah sekali
gerombolan tersebut tertangkap,akan tetapi sayang sekali karena mereka berhasil
lolos dengan cara menjebol atap Mapolsek dan berhasil mencuri dua pucuk pistol
Barreta beserta dua belas amunisinya.
***
Malam kedua tetap menjadi malam yang mencekam
bagi Alexa. Sebuah ritual rutin harus dijalaninya kembali malam ini. Tubuhnya
kembali diseret oleh Minarni mendekati tepian kolam,wanita itu memandangnya
dengan angkuh sebelum kembali menyiksa Alexa. Rencana mereka tadi siang telah
benar-benar gagal total. Sarju dan Yudi hampir saja dihakimi massa kalau saja
mereka tertangkap ketika menjambret seorang perempuan tua yang dibonceng
seorang tukang ojek. Aksi yang dilakukan ditengah pasar itu kepergok penjaga
pasar yang langsung berteriak jambreet dan mengejar mereka.
Puluhan
orang yang mengejar itu terus membuntuti mereka hingga ke ujung hutan,membawa
senjata apapun yang bisa dibawa. Kayu dan bambu sebesar lengan orang dewasa
mereka acung-acungkan siap menghakimi Sarju dan Yudi. Dengan nafas ngos-ngosan
dan berlari berpencar untuk memecah massa,mereka akhirnya bisa lolos juga. Kalau
bisa tertangkap,mungkin saja mereka akan menjadi manusia bakar. Sudah banyak
pencuru yang dibakar hidup-hidup oleh massa. Membayangkannya saja Sarju dan
Yudi bergidik karena ngeri.
Minarni
setali tiga uang dengan mereka,hampir saja dia tertangkap ketika masuk kampung
disore hari tadi. Bayu yang melihatnya berada disekitar sumur dibelakang rumah
segera mengejarnya. Langkah kaki Bayu yang cepat hampir saja dapat
menangkapnya. Sebuah tembakan pistol berhasil menghentikan langkah pemuda
itu,ganti ia yang berbalik arah dan kembali ke perkampungan.
Namun
demikian, setidaknya ada sebuah informasi penting yang didapat. Wanita itu
telah benar-benar tahu keberadaan orang tua dari Alexa. Ternyata mereka
menginap dan sedang berada dirumah tersebut.
Dengan
dua kegagalan itu,Minarni telah dibutakan oleh naluri untuk membalas dendam.
Dengan kejam ditendangnya tubuh Alexa. Sayang,Alexa telah lebih kuat malam ini.
Perutnya yang tidak lagi lapar karena mendapat sepotong roti disiang hari serta
dahaganya yang telah terpuaskan oleh air hujan membuat tenaganya hampir pulih.
Tendangan Minarni dengan sukses ditangkap oleh tangan Alexa. Sebuah sentakan
membuat tubuh Minarni hilang keseimbangan,kakinya yang mencoba memijak ujung
kolam terjerembab dalam dan tercebur kedalam kolam.
Byuuur...suara
tubuh Minarni yang masuk kedalam kolam mendapat sambutan tawa yang meriah dari
dalam rumah. Rupanya keempat orang anak buah Minarni yang berada didalam rumah
tidak mengetahui bahwa sang bos kecebur kedalam kolam. Mereka mengira bahwa
Alexa yang tercebur seperti kemarin. Tinggal menunggu perintah sang bos untuk
mengangkat gadis itu jika telah pingsan.
Alexa
memanfaatkan kesempatan yang ada. Dalam remang cahaya bulan ia segera berlari
menuju kedalam hutan. Jalan setapak yang gelap dan berbahaya tidak lagi menjadi
halangan. Alexa ingin berlari dan berlari sejauh mungkin,meninggalkan semua
beban yang telah dua hari ini menyiksanya. Rasa perih akibat luka yang diderita
tidak lagi dirasa. Tujuan yang paling utama hanyalah menjauh sejauh-jauhnya
dari pondok laknat yang telah membelenggu kebebasannya.
Barisan
perdu yang tingginya hampir setinggi leher Alexa berusaha menghalangi gadis
itu. Seperti barisan kawat berduri yang membatasi mahasiswa dalam melakukan
demo. Rembulan yang mengintip di ujung malam menjadi penerang langkah,samar
cahayanya terus menemani bayangnya yang ketakutan. Hutan telah benar-benar
menjadi teman dalam membagi duka bagi Alexa. Ketika dikira langkah yang
dijalani telah cukup jauh,Alexa berhenti. Dadanya terlihat turun naik menahan
napasnya yang tersengal-sengal. Dicobanya mengatur pernapasan seteratur
mungkin,mengistirahatkan kakinya yang mulai pegal-pegal karena terlalu jauh
berlari. Belum pernah sekalipun gadis itu berlari secepat ini.
Alexa
menyandarkan tubuhnya pada sebuah pohon jati. Mata gadis itu jauh meneropong
angkasa,memandang samar rembulan yang tidak pernah lelah membagi cahayanya.
Dibiarkan saja tubuh itu merosot hingga terduduk pada pokok pohon jati. Alexa
mulai menangis,airmata itu tertumpah begitu deras seperti derasnya gerimis tadi
pagi. Bukan peristiwa penculikan ini yang membuatnya bersedih. Bukan ketakutan
karena berada dalam hutan sendirian pada tengah malam yang membuatnya
takut,bukan binatang buas yang membuatnya begitu cemas menatap kehidupan. Malam
ini benar-benar hatinya telah terbakar rindu,rindu itu terus mengakar yang
menimbulkan tunas baru. Tunas-tunas yang tidak mudah untuk dipangkas oleh
kemarau. Tunas yang sulit mati meskipun telah dibakar dengan api yang menyala
ribuan kali.
Semakin
coba dipadamkan,rindu itu akan semakin menggelegak,menujukkan kuasanya pada
hati Alexa yang terus ditawannya. Setiap jengkal hatinya telah benar-benar
dipenuhi oleh rindu,rindu itu begitu kuat menyerang hingga pertahanan terakhir
raganya,membuat hidupnya seperti padi yang tidak tersiram air jika rindu itu
tidak bertemu dengan orang yang dirindukan. Rindu yang berpangkal pada sebuah
cinta yang telah mengakar erat dalam dadanya.
Minarni
benar-benar merasakan tubuhnya mati rasa,dengan sekuat tenaga diayunkan tangan
menuju ketepian. Suaranya sampai serak berteriak-teriak meminta tolong,keempat
anak buahnya masih saja tertawa-tawa didalam rumah. Mereka belum tahu jika
tawanannya telah kabur sejak tadi,dipikir suara Minarni yang sedang meminta
tolong adalah suara Alexa yang sedang menikmati siksaannya.
“
Si bos ternyata sadis juga ya,dari tadi menyiksa wanita itu hingga sudah lebih
dari empat puluh lima menit belum kelar juga.” Celetuk Kohar sambil berkacak
pinggang setelah derai tawa mereka berhenti.
“
Benar juga,apa tidak mati nanti gadis itu?”
“
Sudah tenang saja,selama masih bisa berteriak berarti gadis itu tidak
pingsan,apalagi mati.”
“
Apa susahnya juga kalau gadis itu mati,tinggal kubur habis sudah perkara.”
Yudi,Sarju
dan Parmin menimpali secara bergantian. Sangat mudah untuk mengomentari sebuah
pernyataan. Kenyataan yang terjadilah yang perlu diwaspadai. Bisa saja apa yang
terlanjur kita bicarakan ternyata akibatnya telah lebih buruka dari itu.
Minarni
berhasil menggapai tepian kolam,tangannya mencoba menggapai apapun yang bisa
dijadikan pegangan. Mencoba mengangkat badannya yang masih berada didalam
kolam. Beberapa kali Minarni mencoba melemparkan tubuhnya ketepian,beberapa
kali pula wanita itu gagal mengangkat tubuhnya. Umpatan –umpatan kasar terus
terlonatar dari mulutnya,mengutuk keberanian Alexa yang telah menjatuhkannya ke
kolam,juga mengutuk anak buahnya yang tidak segera datang untuk menolong dan
meyelamatkannya dari dingin yang merajam.
“
Kohar,Sarju...cepat kemari,tolong aku...”
Teriakan
Minarni hanya serupa rintihan,suara itu begitu serak hingga dengan mudah
terhapus angin malam. Bibir wanita itu telah membiru,wajahnya pucat dan
gemetaran menahan dinginnya air kolam. Kedua tangannya mulai memucat dan mati
rasa,bercampur gelisah menunggu bantuan yang tidak segera datang.
Kohar
segera tersadar ketika sudah tidak ada lagi teriakan. Lelaki itu merasa
penyiksaan telah selesai karena tidak ada suara lagi. Suasana kolam benar-benar
terasa sangat sepi,kecipak air sebagai tanda orang yang berenang tidak ada
lagi. Juga suara erangan yang semenjak tadi terdengar telah hilang seperti
ditelan bumi. Dengan langkah secepat mungkin Kohar berusaha melihat sekeliling
kolam.
Kolam
terlihat sangat tenang,Kohar mengedarkan pandangannya pada apapun yang berdiri
pada tepian kolam. Tidak ditemukan sang bos berdiri ditepi kolam. Juga dalam
kolam tidak ditemukan tanda-tanda ada kehidupan. Perlawanan gadis itu hanya
serupa sepoi yang menghembus sebentar lalu musnah ditelan mimpi. Samar bulan
tidak menemukan sebentuk manusiapun dengan tanda-tanda kehidupan. Kohar mencari
lebih kebelakang,kolam yang berada dibelakang juga terlihat sangat tenang.
Kohar
berputar mengitari sisi kolam menuju kesebelah kiri rumah,dengan hati-hati dan
sikap waspada penjahat itu memasang nalurinya kuat-kuat. Terasa ada kejanggalan
yang sedang terjadi. Begitu dekat dengan tepian kolam disebelah kiri rumah,dari
jauh terlihat sebuah tubuh teronggok dalam diam. Tubuh itu telungkup menghadap
tanah dengan kedua tangan jauh terulur kedepan. Setengah badan dan kaki tubuh
itu masih didalam kolam. Ragu-ragu Kohar untuk mendekati tubuh itu,pikarannya
telah terbagi antara tubuh Alexa atau sang bos yang sedang tergeletak tidak
sadarkan diri.
“
Yudi,Sarju,Parmin. cepat kesini!!!” Kohar memerintah ketiga anak buahnya untuk
mendekat.
“
Ada apa bos?” Sahut Yudi setelah mereka bertiga telah benar-benar mendekat.
“
Lihat itu...” Tangan Kohar menunjuk pada sesosok tubuh yang teronggok.
“
Segera lihat,tubuh siapa itu. Dari tadi saya tidak menemukan bos dan gadis itu.
Mereka seakan hilang ditelan bumi. Tubuh itu pasti salah satu dari mereka.
Cepat angkat tubuh itu.!”
“
Baik bos ! “
Ketika
mengangkat tubuh wanita itu,mereka terperangah. Ternyata wanita itu adalah
Minarni,sang bos. Dengan tergesa-gesa mereka segera membawanya masuk kedalam
pondok,memberikan selimut hangat dan membuat perapian. Sebuah minuman hangat
segera dihidangkan oleh Kohar.
“
Kalian bertiga,cepat cari gadis itu sebelum dia berlari jauh,ternyata suara
orang kecebur dalam kolam tadi adalah bos. Wanita itu harus segera ditangkap
hidup atau mati. Tidak ada yang boleh kurang ajar dengan melakukan semua ini
kepada kita. Kalian mengerti?”
“
Mengerti Bos “ ucap mereka serentak. Kepanikan sangat kentara diwajah mereka
bertiga. Ketakutan bahwa gadis itu akan bercerita dengan warga desa tentang
keberadaan gerombolan tersebut tentu akan sangat membahayakan. Bisa jadi lahan
penghasilan mereka akan musnah karena sulitnya mencari mangsa. Belum lagi bila
tertangkap polisi dan dipenjara,atau bahkan tertangkap massa dan dihakimi saat
itu juga.
Bertiga
mereka menyusuri jalan disekitar kolam. Sorot lampu senter diarahkan kesegala
penjuru untuk menemukan sesuatu. Setelah dirasa tanpa hasil yang berarti,buruan
mereka alihkan untuk masuk kedalam hutan yang berada didepan pondok. Terbersit
niat untuk berpencar guna mempermudah dan memperluas daerah pencarian.
Namun,rupanya mereka cukup khawatir dengan keselamatan pribadi masing-masing.
Bagaimanapun hutan ini akan berbahaya dimalam hari. Meski sudah sangat mengenal
hutan ini disiang hari,pada malam hari tetap saja tersimpan misteri yang tidak
mudah untuk dimengerti.
Jebakan
yang sempat mereka buat untuk menghalau penduduk mendekati area pondok bisa
saja mencelakai mereka sendiri. Belum lagi keberadaan binatang buas yang setiap
saat mengintai.
Bayu
berdiri diberanda rumah. Wajahnya tampak menunjukkan kegelisahan yang sedang
terjadi. Tadi pemuda itu mencoba memejamkan mata,tetapi bayangan Alexa sangat
sulit lepas dari pandangannya. Ada suara-suara aneh yang memanggil jiwanya
untuk segera bangun dari tidurnya. Seberkas cahaya seakan menuntunnya untuk
turun kehalaman,menemukan bisikan ghaib yang terus mengajaknya melangkah menuju
hutan. Bayu sempat terdiam dalam kesadarannya,antara menuruti bisikan dalam
hatinya atau kembali kekamarnya dan tidur untuk mengistirahatkan pikirannya.
Keputusan
yang harus di ambil hanya ada dua jalan yang harus segera diputuskan,kembali
kekamar dan berangkat mencari esok pagi atau pergi hari ini dan menuruti
naluri. Malam semakin merangkak mendekati sepertiga terkhirnya. Bayu memutuskan
masuk kedalam rumah,mengambil air wudhu dan melakukan Qiyamul lail. Dengan
khusyuk pemuda itu berdua,memuji Allah swt,Tuhan pemilik segalanya.
“
Ya Allah ya rabb,demi langit dan bumi yang telah engkau ciptakan,demi bintang-bintang
yang menjadi penerang,demi rembulan yang cahayanya teduh menenangkan. Ya Allah
ya rabb,tiada tuhan yang patut disembah selain Engkau,tiada yang pantas
menerima segala puja dan puji selain Engkau yang maha mendengar lagi maha
mengetahui. Maha memberi dan maha melindungi. Ya Allah ya Rabb,hamba hanyalah
manusia lemah yang rendah dan penuh dosa.”
“ Ya
Allah,tolonglah diriku ini,kasihanilah hambamu yang tidak berdaya ini.
Sesungguhnya tiada kemampuan yang melebihi kekuatanMu,tiada kekayaan yang
melebihi kebesaranMu. Hamba hanya manusia yang selalu meratap dan
merintih,manusia yang selalu mengharap belas kasih. Ya Allah,mudahkan segala
jalan pertemuan kami,mudahkan jalan mempersatukan hati kami dan berikan
keselamtan kepada kami.”
“ Ya Allah ya
Rabb,selamatkanlah Alexa jika dia sedang dalam bahaya,berikan kekuatan dikala
dia lemah,selimuti dia dari dingin yang menyiksa,payungilah dari panas yang
membakar hari-hari,teduhkan ia dari hujan yang mengguyur bumi.”
“ Ya
Allah,mudahkan jalannya kembali jika dia sedang tersesat,sembuhkanlah dari
segala penyakitnya,bebaskan dari belenggu bahaya yang melingkar
disekitarnya,tuntunlah ia kembali untuk menjumpaiku disini,mencari rodhoMu
dalam menggapai mahligai suci. Ya Allah,kabulkan semua doa kami ini,amiin.”
Demikian
ratapan Bayu dalam doa khusyuknya setelah melaksanakan shalat malam itu.
Kepercayaan dirinya terasa membumbung menuju angkasa,membelai langit agar turut
menyediakan kehangatan,menggugah bumi agar selalu terjaga dan memberikan
perlindungan. Pohon-pohon terpilih untuk menghembuskan kepercayaan atas
kehadirannya. Dan angin selalu membisikkan kata-kata rindu agar terus tumbuh
serta mengganti tunasnya yang selalu baru.
Bayu
menyiapkan segala sesuatu dalam keheningan. Tidak seorangpun yang boleh tahu
niat dan perbuatannya. Menutup rapat rencana yang kita susun untuk menentang
bahaya mungkin bisa sedikit menyelamatkan orang lain. Dengan berangkat sendiri
dalam kegelapan,Bayu berpikir bahwa akan lebih mudah bergerak dan tidak repot
dalam perjalanan,tidak banyak pertimbangan dalam menentukan apa yang harus
segera dilakukan serta tidak harus banyak berhenti karena adanya keluhan.
Dengan
langkah yang mantap Bayu menyusuri jalanan setapak menuju hutan,jalanan itu
terlihat gelap oleh perdu dan dingin oleh embun dinihari. Rembulan yang
terlihat samar diatas sana mulai condong ke barat,menyisakan ruang pada
matahari yang beberapa jam lagi akan segera terbit. Daun-daun berdesah tertiup
sepoi,sebagian dahannya melambai-lambai seakan memberi kabar akan kedatangan
Bayu. Panggilan itu semakin kuat dan terus menguat dalam jiwanya.
Menghentak-hentak debar yang seakan dipacu lebih kuat menyambut pujaan hati.
Bayu
berdiri dipersimpangan,langkahnya dipaksa berhenti untuk memilih. Salah satu
langkah saja bisa menimbulkan penyesalan seumur hidup. Jalan itu tertutupi oleh
perdu dan terlihat jarang dilintasi orang,satu jalan lagi adalah jalan setapak
yang sama dengan yang dilintasi Bayu sebelumnya. Dalam kebimbangan jiwa
itulah,kembali sebuah bisikan memanggilnya. Arah bisikan itu sama persis dengan
pilihan dalam hatinya,mungkinkah hati yang telah menuntun Bayu menemukan
tambatan hatinya? Ataukah hati kedua insan itu benar-benar bersatu untuk
ditemukan?
Bayu
memilih jalan yang berbeda dengan yang dilalui sekarang. Tidak banyak orang
yang pernah melintasi jalan itu. Dalam pengalamannya selama ini,orang cenderung
memilih jalan yang mudah dan banyak dilalui orang banyak,kecuali jika orang
tersebut memiliki tujuan-tujuan tertentu,termasuk seorang penjahat akan lebih
senang untuk melalui jalan yang belum pernah dilalui orang lain agar dapat
tersamar persembunyiannya. Jika pikiran Bayu kali ini benar,mungkin saja dia
akan beruntung dapat bertemu dengan Alexa maupun penculiknya.
Hutan
ini benar-benar telah seperti rumah bagi Bayu,dalam setiap khayalnya,hutan ini
sangat dikenalnya. Bayu terus dituntun semakin masuk dan masuk kedalam hutan.
Hingga pepohonan yang beraneka ragam itu menelan semua bayangannya. Bayu
benar-benar telah hilang ditengah hutan. Hutan yang selalu menyimpan misteri
dalam kegelapannya.
Alexa
benar-benar merasakan tubuhnya begitu rapuh. Kakinya sangat sulit digerakkan
untuk menuju kegelapan. Hutan ini seakan benar-benar menelan tenaganya.
Sekaligus menolongnya untuk dapat menyembunyikan diri dari para penjahat yang
mengejarnya. Sesaat lamanya Alexa masih belum beranjak dari pohon jati tempat
pertama kali dia berhenti. Akar-akar pohon itu serupa ibu yang membelai
jiwanya,memeluk dan melindunginya dari dinginnya malam.
Alexa
ingin semua pikirannya terhapus malam ini,sejenak menikmati jengkal ketenangan
jiwa yang timbul tenggelam bersama desau sepoi yang menyentuh ujung
rerumputan,perdu dan dedaunan. Dingin hanya membelai kulitnya yang mengering
dan menahan perih. Jiwa Alexa terasa hangat hingga menjalar pada tubuhnya yang
tetap bersandar. Direbahkan kepala gadis itu pada sebuah akar yang menjulur
sebesar paha orang dewasa. Tubuhnya semakin merosot ketanah hingga rebah
beralaskan rerumputan. Dalam kegelapan seperti ini,sulit membedakan antara akar
atau manusia yang sedang terbaring lemah itu.
Sepi
menjadi lagu yang terus-menerus dinyanyikan malam ini,kidungnya sebagai
penghantar lelap memberikan aroma alam menjadi lebih mudah dikenali. Cahaya
keperakan rembulan seakan memberikan sentuhan kelembutan yang begitu halus dan
menentramkan. Tutur jangkrik dan tenggeret bergantian menceritakan kisah-kisah
baru yang terus-menerus menjadi lagu.
Minarni
baru saja tersadar dari pingsannya ketika tiga orang anak buahnya kembali.
Wajah wanita itu masih terlihat pucat setelah hampir saja menyentuh garis kematian.
Kalau saja Kohar tidak menemukannya,mungkin saja wanita itu akan mengalami
kolaps karena hipotermia. Selimut tebal yang menutupi tubuhnya semakin
dirapatkan,sangat sulit membayangkan ketakutan seorang penjahat seperti saat
ini.
Bau
kematian telah membuat pikiran wanita itu mulai berubah,berbelok seratus
delapan puluh derajat dan berbalik arah. Hanya diam dalam pandangan kosong yang
dilakukan,membuat keempat orang anak buahnya menjadi takut telah terjadi
sesuatu yang menimpa sang bos.
Tidak
satupun hal yang dapat dilakukan malam itu,mereka berlima hanya mematung dalam
diam yang terus merayap dan meresap dalam masing-masing jiwa. Tubuh yang diam
itu ternyata menyimpan sebagian besar angan dalam benak mereka. Mimpi-mimpi
yang ingin diraih serupa tetesan air yang meruntuhkan batuan. Membakar dada
yang terbakar rasa bersalah atas dosa yang pernah terjadi dimasa lalu.
Membayangkan ngerinya diri tanpa anak dan cucu,tanpa keturunan yang bisa
melanjutkan garis hidup adalah seperti memikirkan kekosongan hati. Hampa dan
tidak berisi.
Bayu
telah jauh merambat dalam malam yang merayap,waktu telah beranjak sedemikian
jauh untuk menjemput terang. Sebentar lagi pagi akan menjelang,embun-embun
segera berganti kilau mentari. Dingin akan menemukan kehangatan yang selalu
dirindukan,samar bulan yang pucat diatas sana segera berganti langit biru
bening dengan awan tipis yang terus berganti.
Warna
pepohonan menjadi kecoklatan ketika sinar mentari benar-benar tumbuh,daun-daun
membuka stomata untuk menyerap
sebanyak mungkin sinarnya. Sebelum akar masuk jauh kedalam tanah untuk mencari
zat hara,mengantarkannya kepada batang yang meneruskannya kepada ranting dan
dedaunan. Pada hijau daun yang diwarnai klorofil
itulah,oksigen akan terproduksi,juga buah-buahan dan bebungaan yang mekar.
Dengan
langkahnya yang belum putus,Bayu terus melangkah. Kantuknya telah sirna sejak
dua hari yang lalu,mimpi buruk yang dialami membuat pemuda itu takut dalam
setiap tidurnya. Tidur yang hanya bisa memberikan gambar klise tentang harapan
dan masa depan yang dapat terjadi entah kapan. Tidur yang bisa membawanya jauh
melintasi batas antara kenyataan dan fatamorgana yang mengancam.
Dahaga
yang terus tumbuh terlalu menyiksa batin pemuda itu. Dahaga yang hanya bisa
terpuaskan bila bertemu pujaan hatinya yang terkasih. Dahaga rindu yang
membutuhkan tiap jengkal oase untuk melumurinya dengan rasa cinta dan kasih
sayang.
Semakin
terang,langkah Bayu semakin cepat. Berkejaran dengan waktu yang mengejarnya
memburu penguasa hutan. Buruknya jalanan becek tidak membuat pemuda itu
menyurutkan langkah. Semua kemampuan dikerahkan untuk menembus lebatnya hutan,menyusuri
rerumputan yang tumbuh sempurna oleh hujan.
Bayu
baru berhenti ketika jalanan kembali bercabang,napasnya terengah-engah seperti
seorang pelari marathon. Dadanya turun dan naik tidak beraturan,bukan saja
karena telah berlari jauh,hatinya yang begitu hebat gemetar dalam nada yang
begitu sumbang,bibirnya mengering ingin dibasahi oleh setetes air penyambung
kehidupan. Mulut Bayu terus komat-kamit mengucapkan nama Alexa, yang kadang
disela dengan takbir dan doa sebagai penguat batinnya. Jiwanya kebat-kebit
karena berada diantara jurang kecemasan,melayang jauh menjemput bayangan mimpi
yang terlanjur membumbung tinggi.
Alexa
mengerang pelan ketika mentari pagi menyilaukan matanya,gadis itu segera
terbangun dari tidur karena kelelahan semalam. Beruntung tidak ada seekor
binatang buaspun yang datang untuk menggangunya,jiwanya yang memutih karena
cinta dan kasih sayang ternyata membuat hewan buas menjadi segan untuk
mendekat. Hutan telah benar-benar melindunginya semalaman. Menjaganya dari
gangguan mimpi buruk yang hampir selalu datang setiap kali Alexa berusaha
memejamkan mata,selama berada dalam masa penculikan.
Tidak
sulit menemukan arah saat ini,matahari pagi seakan membimbingnya dengan sinar
lembutnya. Dari arah datangnya matahari,Alexa tahu bahwa arah timur yang sedang
dituju adalah arah yang sama dengan terbitnya sang fajar. Dengan langkah gontai
karena menahan sakit dan perih disekujur tubuh yang penuh dengan goresan luka
,gadis itu berusaha menapakkan kaki. Luka-luka yang diderita Alexa adalah luka
akibat goresan perdi dan ranting pepohonan yang dilalui semalam,juga luka
akibat penyiksaan yang dilakukan Marni beserta gerombolannya.
Berkas
cahaya yang menembus kedalaman hutan seakan terus memanggil namanya,nama itu
bergaung terpantul dari satu pohon ke pohon yang lain. Sepoi juga sempat
mengirimkan sebuah kabar yang membuat hatinya tiba-tiba berdesir hebat. Langkah
gontai itu terus menapaki lumpur sisa hujan kemarin,jeans biru yang dikenakan sudah berubah warna dengan
noda-noda tanah,tangannya sedemikian kotor dan penuh luka.
Nama
itu kembali dipanggil,cukup pelan. Terus bergaung ditelinganya,dikejauhan
sebuah bayangan tampak menuju kearah gadis itu. Bayangan itu timbul tenggelam
diantara pepohonan dan perdu yang hampir setinggi leher orang dewasa. Alexa
berusaha menyembunyikan dirinya,tertangkap dua kali dalam lubang yang sama
membuat takut dirinya. Kelelahan telah benar-benar membuatnya sulit mengenali wajah
seseorang,walaupun jarak yang tidak terlampau jauh dari tempatnya berdiri. Sebuah
rerimbunan semak menjadi pilihannya ketika harus menyembunyikan diri,menghindar
dari orang yang terus menggaungkan namanya.
Minarni
telah mulai kehilangan kesabaran,dengan mengajak keempat anak buahnya,wanita
itu berusaha menyusuri hutan. Sebuah pistol telah berada di tangan
kanannya,begitu juga dengan Kohar. Yudi,Sarju dan Parmin masing-masing memegang
golok dan samurai ditangan,sebuah pisau kecil terselip dipinggang. Golok itu
tidak pernah berhenti menebas,batang-batang perdu dan ranting pepohonan menjadi
sasaran. Setiap daun-daun itu tumbang dan berguguran selalu disertai bunyi yang
memilukan.
Mereka
bukan hanya terkenal sebagai bandit yang suka membunuh dan melukai orang,sesama
makhluk tuhan pun jika menghalangi jalan akan dilenyapkan. Pohon-pohon tidak
bersalah dan tidak bisa berjalan sekalipun harus menjadi korban kebiadapan
mereka. Luka-luka yang terus-menerus ditimbulkan akan menjadikan dendam,dendam
yang bisa membuat karma menghampiri mereka,merajam hati mereka hingga selalu
merasa gelisah karena dosa.
“
Seharusnya gadis itu tidak bisa pergi sejauh ini,perutnya yang lapar tidak akan
mampu menahan berat tubuhnya lagi. Belum lagi goresan luka yang telah kita
berikan pasti tidak mudah untuk sembuh dalam semalam.”
“
Ada baiknya kita berpencar saja,dengan begitu kita akan lebih mudah
menemukannya sebelum orang kampung yang melintas melihat keberadaan kita.
Sangat berbahaya jika kita sampai terlihat mereka. Bagaimana menurut pendapat
bos?”
“
Baiklah kalau begitu.Yudi dan Kohar berjalan kekanan. Saya,Parmin dan Sarju
menyisir sebelah kiri. Temukan segera gadis itu,tangkap dia dengan hidup atau
mati.”
“
Siap Bos!!!”
Mereka
berlima segera berpencar,menyusuri jalan-jalan setapak yang berbeda-beda.
Setiap lekukannya akan mengarah pada arah yang belum terjamah manusia. Jalan
–jalan baru itu terus tumbuh seperti labirin yang menyesatkan,berputar-putar
sebelum kembali lagi keposisi awal. Sebuah teka-teki yang tidak mudah untuk dipecahkan,misteri
yang secara terus menerus meggoda para pengelana untuk mencoba dan merasakan
sensasinya. Sebuah tantangan yang bisa membuat jiwa para petualang terbakar
agar dapat menemukan simpul pembuka jalan.
Haji
Tanjono begitu cemas pagi ini,juga dengan pak Abdul Mukid dan pak Kusno serta
beberapa pemuda kampung. Kepergian Bayu secara mendadak membuat mereka harus
membagi kekhawatiran akan keselamatan pemuda itu,juga dengan keselamatan Alexa.
Mereka telah bersiap mencari kemanapun dua muda mudi itu pergi,peralatan yang
dibawa sebagai bekal telah disiapkan sejak subuh tadi.
Seorang
lelaki paruh baya akan menemani mereka mencari Alexa dan Bayu. Lelaki yang
bernama pak Mandar itu adalah salah seorang pencari kayu dihutan. Lelaki itu
sering sekali keluar masuk hutan demi sepikul kayu bakar. Pekerjaan yang
dilakukan hampir selama delapan tahun itu tentu saja membuatnya hafal dengan
keadaan hutan sebagaimana mengenali halaman rumahnya sendiri. Hutan itu seperti
teman yang menemaninya dalam merengkuh siang atau malam. Menjaga dan memberinya
nafkah dalam meraih penghidupan.
Tepat
menjelang keberangkatan,empat orang anggota polisi bergabung dengan rombongan.
Mereka ingin turut serta mencari keberadaan Alexa sekaligus untuk meringkus
penjahat yang telah banyak sekali meresahkan masyarakat. Mereka telah dibuat
begitu geram dan marah atas semua kejahatan yang dilakukan diwilayah hukum
mereka. Dengan sebuah tekat pengabdian para polisi itu berjanji untuk menangkap
Minarni,Kohar dan kawan-kawan baik itu hidup atau mati.
Senjata
lengkap telah terkokang ditangan. Sebuah senapan serbu serta dua buah pistol
menjadi pegangan. Tubuh penuh wibawa itu tegap berjalan paling depan,tanda
pangkat dan lencana yang masing-masing terletak di pundak dan dada berkilau
karena sinar matahari pagi. Memasuki pintu masuk hutan,dua orang anggota polisi
hutan juga turut bergabung. Mereka ternyata juga sangat gemas dengan perusakan
hutan yang dilakukan gerombolan itu. Setelah mengintai hampir selama dua belas
hari,pondok yang terletak jauh didalam hutan itu teryata adalah para gerombolan
perusak hutan. Mereka merusak pohon-pohon kecil yang baru ditanam,menebang
beberapa pohon besar yang biasa dipakai untuk perlindungan. Pohon-pohon yang
tumbang dibiarkan begitu saja teronggok diatas tanah. Hanya dahan –dahan
sebesar lengan yang diambil sebagai kayu bakar penghangat rumah dari dinginnya
malam.
Alexa
semakin dalam menembunyikan diri,airmatanya menetes menahan kesedihan dan
kerinduan. Bibirnya terlihat gemetaran karena rasa lapar dan kehausan. Sosok
laki-laki itu terus berputar-putar disekitarnya. Terus memanggil namanya baik
dengan lirih maupun teriakan. Gadis itu sudah terlampau sulit untuk bangkit
lagi dari tempatnya bersembunyi. Kakinya terlalu gemetar untuk diajak menjejak
tanah,tubuhnya benar-benar terlalu lelah untuk sekedar bangkit dari lindungan
perdu.
Alexa
mengenal suara itu,suara itu adalah suara yang selalu sejuk untuk menjadi
pelipur luka hatinya,selalu tenang menerima dan membalas kata-kata darinya.
Suara itu benar-benar telah menjadi penawar rindu tang terus mengobati dahaga
dalam jiwanya yang gersang dan kerontang. Suara itu serupa bisikan yang membuat
dadanya bergetar hebat serta menjaga jantungnya tetap berdetak.
Mata
Alexa semakin lama semakin sayu,kelopak mata itu sudah hampir tertutup ketika
suara itu menghilang. Semakin lama mata Alexa tidak dapat lagi terbuka,ada
nyeri pada kakinya seperti sebuah gigitan yang terasa menyayat kulitnya. Dua
titik luka memerah mengalirkan darah,darah itu serupa bius yang membuat mata
Alexa semakin berat dan akhirnya harus terpejam sama sekali. Hanya detak
jantung yang terus berdegup yang menandakan kehidupan gadis itu,tubuhnya sangat
dingin serupa mengalami kebekuan,keringat dinginterus tumbuh dari kening dan
dagu. Alexa hanya bisa merintih dan mulai mengigau.
Bayu
menemukan Alexa sudah dalam keadaan setengah kehilangan kesadaran. Gadis itu
terus menerus memanggil namanya. Dalam setiap gigil yang terjadi,tubuh itu
seperti terlonjak-lonjak karena kejang-kejang yang dialami. Bayu meraba kaki
Alexa,ada dua buah luka masih meneteskan darah merah. Pemuda itu menduga Alexa
telah digigit oleh seekor ular berbisa. Segera disobek ujung bajunya,mengikat
kaki gadis itu agar racun ular tidak menjalar kemana-mana. Beruntung bisa ular
dapat dikeluarkan sebelum menjangkau jantung. Telat sedikit saja maka nyawa
menjadi taruhannya.
Bayu
segera mengangkat tubuh Alexa,dengan tenaga yang tersisa pemuda itu membopong
tubuh gadis yang teramat sangat dicintainya. Bayu mencoba berlari,namun tenaga
yang hampir habis hanya bisa menyeret kakinya sejengkal demi sejengkal,setapak
demi setapak. Perasaan bahagia karena telah menemukan kekasihnyalah yang
membuat pemuda itu kuat untuk menahan beban tubuh Alexa.
Sebuah
kesalahan besar telah dilakukan pemuda itu dengan tidak membawa bekal yang
memadai dalam perjalannya. Hanya sepotong roti yang telah dibawa,tanpa setetes
pun air yang bisa menuntaskan dahaga. Bibirnya
semakin mengering seperti tanah yang kekurangan air,serupa dengan bibir
Alexa yang juga terlihat sangat kehausan. Sebentar saja Bayu mencoba
berhenti,mengumpulkan embun dari batang dedaunan,mengumpulkannya setetes demi
setetes untuk menyadarkan Alexa.
Air
yang terkumpul cukup banyak dari embun pagi diteteskan kedalam mulut kekasihnya,dengan
rakus mulut itu mencoba menggapai air lebih banyak lagi. Tidak cukup rasanya
telapak tangan Bayu yang membawakan air. Pemuda itu berusaha mengumpulkan air
lebih banyak lagi,mencoba memotong akar yang banyak berisi air dengan
menggunakan batu yang ditemukan. Dari sekian banyak percobaan,hanya sekali Bayu
berhasil memotong akar yang menyimpan banyak air. Tangannya terasa perih ketika
menerima air tersebut dalam telapak tangannya. Luka dan memar akibat
memukul-mukulkan batu keakar tidak lagi dirasakan.
Bayu
mengusap wajah kekasihnya dengan penuh kasih sayang. Membagi setetes demi
setetes air dari tangannya. Membiarkan mulutnya sendiri mengering karena
kehausan. Bayu sadar,berhenti terlalu lama ditengah hutan akan selalu
mengundang bahaya. Bahaya itu bisa datang kapan saja untuk menjemput nyawanya.
Binatang buas bisa segera datang menerkam,atau gerombolan penjahat itu berhasil
mengejar dan menangkap kembali mereka.
Dengan
sisa-sisa tenaga yang dimiliki,Bayu berusaha kembali membopong gadis itu. Tubuh
yang terlalu lemah membuatnya terjerembab dan jatuh bangun dalam menggendong
kekasihnya. Tanpa terasa air mata Bayu menetes,harapan pertemuan yang terjadi
ditempat dan waktu yang lebih baik ternyata kandas. Justru Bayu harus
berhadapan dengan kenyataan bahwa kekasihnya dalam keadaan sekarat,antara hidup
dan kematian saja.
Bayu
terus mencoba berdiri,menjaga keseimbangan tubuhnya agar tetap dapat berdiri
dan membawa Alexa menjauh dari hutan. Terseok-seok kakinya melangkah,cukup
berat membawa orang yang kehilangan kesadarannya apalagi berjalan melintasi
hutan seperti saat ini,jalanan setapak yang becek dan penuh lubang,ranting dan
perdu serta belukar dapat menghambat perjalanan orang yang sehat sekalipun.
Terlebih dengan beban orang lain yang sama sekali tidak dapat berjalan karena
pingsan.
“
Berhenti !!!” Sebuah sentakan menghentikan langkah Bayu. Pemuda itu
menoleh,geram ia melihat dua orang memegang senjata api yang sedang diarahkan
kepadanya. Beberapa saat kemudian tiga orang lagi bergabng dengan mereka. Bayu
hanya bisa menunggu dalam diam,menunggu apa saja yang akan diperbuat oleh
mereka. Bagaimanapun melawan akan sangat sia-sia,bisa saja senjata itu meletus
dan merenggut nyawanya.
“ Dasar wanita jalang,berani sekali
kamu menjatuhkanku kedalam kolam. Lihat akibat perbuatanmu,sekarang aku harus
berjalan tertatih karena luka dikaki ini.”
Minarni mendekati Alexa,menendang gadis yang tidak sedikitpun bergerak
itu. Bayu mencoba menahan perbuatan wanita itu. Namun ujung pistol menahannya
untuk melakukan apapun.
“ Hai pemuda,sebaiknya kamu tidak
ikut campur atas dendam dua wanita ini. Biarkan mereka menyelesaikan urusan
mereka sendiri. Diam dan menontonlah,atau perlu aku meledakkan kepalamu?”
Kohar
mengancam Bayu,pemuda itu hanya bisa diam memperhatikan semua hal yang akan
dilakukan kepada Alexa. Minarni kembali menendang Alexa,kali ini tepat pada
luka dikaki yang telah digigit oleh ular. Alexa hanya bisa mengerang dan
merintih,matanya sulit sekali untuk terbuka. Kesadarannya benar-benar telah
mendekati titik koma.
Sekali
lagi Minarni mencoba menendang Alexa,Bayu berhasil mencegah kaki itu mendekati
tubuh gadis pujaannya. Akibatnya tendangan itu mendarat didadanya karena Bayu
memakai tubuhnya sebagai tameng.
“
Jangan !!! jangan melakukan ini,kumohon. Kalian boleh melakukan apapun
kepadaku,tapi aku mohon jangan sekali-kali menyakiti Alexa. Dia terlalu lemah
untuk menerima siksa dari kalian.”
Minarni
mengurungkan niatnya menendang Alexa.
Ganti Kohar yang maju kedepan. Sebuah tendangan tepat mengenai wajah
Bayu,pemuda itu terhempas kebelakang,pada sudut bibirnya darah segar mengalir.
“
Ha...ha...ha... Baiklah anak muda,itu yang kamu mau. Ayo anak-anak,segera kita
habisi pemuda ini. Seberapa jauh ia dapat bertahan untuk tidak tumbang?
Seberapa kuat dia akan mampu menahan tangan dan kaki kalian.”
Pukulan
dan tendangan terus menerus mengalir menuju wajah,perut dan tubuh Bayu. Ia
benar-benar menjadi sansak hidup bagi mereka berempat. Sebuah perkelahian yang
tidak seimbang itu menimbulkan luka yang memerah hampir merata disekujur tubuh
Bayu. Pemuda itu tersungkur tanpa daya,kehilangan kesadarannya. Kohar dan Yudi
segera membawa tubuh Alexa,meninggalkan tubuh Bayu yang telungkup menghadap
tanah. Erangan pelan terus terdengar dari mulutnya.
Doooor...sebuah
letusan menyalak dari pistol Minarni. Disusul sebuah letusan lagi,yang membuat
tubuh Bayu terlonjak karena kejut yang ditimbulkan oleh tembakan. Sebuah luka
mengucurkan darah segar dipunggung pemuda itu,juga dibahu sebelah kanan yang
tembus kedepan. Bayu tidak bergerak lagi,suara erangan tadi telah berhenti sama
sekali.
Minarni
yang mengira pemuda itu telah tewas segera menyusul teman-temannya,mereka
berniat kembali kepondok tempat penyekapan Alexa. Dengan senyum penuh
kemenangan wanita itu terus berjalan dengan penuh kepongahan. Kesombongan
menguasai setiap relung jiwanya yang terbakar api balas dendam.
S E P U L U H
Demi
mendengar suara letusan senjata,rombongan pencari dari kelompok haji Tanjono
segera berlari kelokasi terjadinya penembakan. Beruntung ada anggota polisi
hutan yang dapat dengan tepat memperkirakan arah datangnya suara. Biasanya
gaung suara maupun bunyi apapun dihutan akan bergema hingga sulit menentukan
asal dari sumber suara. Orang-orang yang kurang berpengalaman akan sangat sulit
menebak dengan tepat sumber bunyi.
Dengan
tergesa mereka segera menuju sumber suara. Berlari secepat mungkin melintasi
perdu dan semak belukar yang terus menggangu. Dengan sekuat tenaga,seluruh
energi dihimpun agar tidak terlambat sampai di tujuan.
Sesosok
tubuh ditemukan tergeletak bersimbah darah ditengah hutan berdasarkan sumber
suara tembakan. Haji Tanjono segera memeriksa tubuh itu,begitu melihat wajah
dan ternyata itu adalah Bayu,haji Tanjono tidak dapat menahan
perasaannya,dengan suara keras lelaki itu menagis. Tidak terbayangkan bahwa
beginilah yang harus terjadi untuk merengkuh kebahagiaan putrinya. Ternyata
sangat mahal harga yang harus dibayar dari sebuah janji yang di buat.
Haji
Tanjono ingin terus memeluk tubuh itu,tubuh yang membuat dirinya selalu merasa
bahagia karena kelucuan tingkah lakunya saat masih kecil. Tubuh yang selalu
membuatnya takjub karena pengabdiannya yang secara tulus dan ikhlas berbakti
kepada orang tua,walaupun orang itu bukanlah orang tuanya sendiri. Bagaiman
perasaanya benar-benar harus teraduk kecemasan akan keselamatan pemuda
itu,pemuda yang menemani hari-harinya yang panjang dan penuh cobaan,pemuda yang
selalu diharapkan dapat menjadi penerus dari semua usaha dan pekerjaan yang
pernah dirintis dan saat ini telah membesar. Pemuda yang selalu siap menjadi
harapan terbesar dalam menopang kehidupannya.
Sebuah
tangan mencoba menenangkan haji Tanjono,meskipun sama-sama merasakan
kesedihan,lelaki itu lebih tegar. Lebih siap kehilangan keponakan yang baru
saja ditemukan. Bayangan terburuk telah diantisipasi dengan baik,baru saja
kehilangan sang ibu tercinta telah menjadi pelajaran terbaik agar tetap dapat
memilih dan memilah kapan harus dapat menjaga perasaannya. Tawwakal atas semua
takdir yang diberikan Allah swt adalah bagian dari ketaqwaan kepadaNya.
Salah
seorang anggota polisi memegang tangan Bayu,denyut jantung dari pemuda itu
masih terasa,menandakan kehidupan masih berada dalam genggamannya. Segera
polisi itu meminta haji Tanjono untuk menjauh dari tubuh Bayu. Membalut luka
pemuda itu dengan kasa yang dibawa untuk menghentikan pendarahannya. Dengan
membuat tandu sederhana,Bayu segera dibopong kembali keperkampungan. Empat
orang pemuda beserta pak Abdul Mukid diberi tugas untuk membawanya kerumah
sakit dengan segera.
Anggota
yang lain harus melanjutkan perjalanan untuk mengejar para penculik itu. Dengan
semangat yang membumbung tinggi,mereka sadar bahwa mereka sudah sangat dekat
dengan buruannya. Mereka harus lebih waspada mulai saat ini,terbukti para
penjahat itu membawa senjata api yang siap menyalak dan mengancam nyawa siapa
saja.
Dengan
terburu-buru dan setengah berlari,anggota rombongan berjalan beriringan dengan
waspada,dua orang anggota polisi berada didepan sambil menenteng senjata untuk
melindungi anggota rombongan dibelakangnya. Dua orang anggota polisi hutan yang
lain berada jauh disayap kanan untuk mengepung,disebelah kiri ada dua orang
lagi anggota polisi.
Mendekati
area pondok yang didalamnya para penculik telah kembali menyekap Alexa,terjadi
ketegangan yang luar biasa diantara para pemburu. Tim buru sergap dari polsek
dan polisi hutan itu mengendap-endap mendekati pondok yang dijadikan
persembunyian para penjahat. Mereka terus mengepung dan mempelajari situasi
disekitar pondok. Posisi pengepungan sangat ideal karena jalan keluar dari
pondok hanya satu arah,itupun hanya sebuah jalan setapak. Kecil kemungkinan
para penjahat bisa melarikan diri. Namun para anggota polisi dan polisi itu
tidak boleh gegagah,salah perhitungan sedikit saja akan menimbulkan bahaya bagi
nyawa mereka.
Haji
Tanjono beserta pak Kusno dan beberapa pemuda berdiri agak jauh dari posisi
pengepungan,senjata ditangan telah siap meringkus anggota gerombolan yang dapat
lolos dari dalam pondok. Dengan penuh kecemasan dan kekhawatiran,mereka
menunggu dengan penuh harap. Semua yang terjadi seperti membuat hati haji
Tanjono diremas-remas. Dadanya berdebar-debar dengan kencang dan berharap para
polisi segera dapat meringkus penjahat yang telah meresahkan.
Didalam
pondok,gerombolan Minarni sedang menyiapkan semua bekal untuk perjalanan jauh
mereka. Semua perlengkapan yang telah digunakan untuk bertahan hidup dihutan
ini harus segera dipindahkan agar mereka terbebas dari incaran para anggota
polisi dan polisi hutan,tidak mudah untuk menjalani hari-hari ketika berada diantara
ketidakpastian nasib. Perasaaan was-was selalu menghantui,apalagi setelah
peristiwa penembakan tadi.
Alexa
masih terus terdiam dalam ketidaksadarannya,tubuh gadis itu semakin menggigil
karena kelelahan dan bisa racun ular yang bercampur dalam darahnya. Meskipun
Bayu berhasil mengeluarkan bisa racun,ternyata masih ada sisa racun dalam tubuh
gadis itu yang terus menebarkan virus yang berbahaya. Demam Alexa semakin
tinggi ketika gadis itu mulai mengigau,kesadarannya mulai tumbuh setelah sebuah
guyuran air dari Minarni menyiram wajah ayunya.
“
Bagaimana ini bos,apa kita bawah saja gadis ini? Atau kita biarkan saja dia
tewas ditempat ini?” tanya Kohar kepada Minarni,wanita itu terlihat
berpikir,menimbang untung dan rugi jika membawa Alexa turut serta dalam rombongan.
Bagaimanapun membawa orang yang tidak dalam kondisi sadar dalam sebuah pelarian
akan menghambat pergerakan mereka.
“
Lebih baik tinggalkan saja gadis ini dirumah ini,dengan membawa serta gadis
yang sudah sekarat dan hampir mati seperti ini akan menghambat perjalanan kita
kedepannya. Tidak ada guna lagi gadis ini bagi kita,belum jauh kita berjalan
mungkin gadis ini sudah mati. Kita tidak akan mendapatkan tebusan dari sebuah
mayat.”
“
Kalian bergegaslah,kita harus secepatnya menjauh dari pondok ini,kita tidak
pernah tahu kapan orang-orang itu akan datang kemari,yang jelas kedatangan
pemuda tadi pasti akan disusul dengan rombongan yang lebih besar lagi.”
“
Benar sekali bos,kita harus segera berangkat,mumpung hari masih pagi dan belum
banyak orang yang pergi kehutan ini. Para pencari kayu biasanya akan datang
sesaat lagi.”
Mereka
memakai penampilan yang tidak biasa dari sebelumnya,usaha penyamaran itu tentu
saja bisa berhasil untuk mengelabuhi orang di perkampungan saja,tidak untuk
anggota polisi yang sedang berjaga-jaga diluar pondok. Pengintaian yang sudah
dilakukan pasti menghasilkan hasil seperti yang diharapkan.
Para
polisi iti membiarkan gerombolan Minarni melintasi jalan setapak,begitu merasa
yakin bahwa sandera dalam keadaan aman ,mereka segera bergerak. Dengan langkah
hati-hati mereka mendekati target. Begitu semakin dekat,dengan lantang salah
satu anggota berteriak memberi peringatan.
“
Jangan bergerak,kami polisi. Tempat ini sudah kami kepung,lebih baik kalian
menyerahkan diri!!!”
Door,sebuah
senjata menyalak dari kelompok Minarni,menembus bahu dari salah satu anggota
polisi hutan. Ternyata mereka tidak mau menyerah begitu saja,dengan semboyan lebih baik mati berkalang tanah daripada
hidup dipenjara,mereka berusaha melarikan diri.
Para
polisi yang sudah mengepung tidak membiarkan mereka dapat berlari dengan
leluasa. Kehilangan buruan yang sudah didepan mata tentu akan membuat
kekecewaan yang mendalam. Baku tembak pun terjadi dilokasi pengepungan. Haji
Tanjono yang melihat keadaan pondok sudah terlihat aman segera melangkah masuk
dengan diikuti pak Kusno. Mereka berdua harus segera menyelamatkan gadis itu.
Tubuh
Alexa semakin lemah dan dingin,hanya detak jantungnya yang terasa sangat
lemahlah yang menjadi penanda kehidupan gadis itu,nafasnya semakin berat karena
menahan beban yang menggunung dalam paru-parunya yang terinfeksi bisa ular.
Semangat hidup yang luar biasa dari gadis itulah yang membuat tubuhnya tidak
lebam,karena dalam balutan dingin,rasa cintanya terus berkobar sehingga bisa
menghangatkan. Haji Tanjono hanya bisa menitikkan airmata melihat putri
kesayangannya.
Berat
sekali melihat dua orang yang paling dikasihi dan dicintai terkapar dalam
ketidakberdayaan. Awan hitam telah benar-benar menjalar seperti sebuah
gelombang elektromagnetik yang membuat iba orang yang memandang. Gelombang itu
secara terus-menerus terpancar dan menghasilkan kesedihan yang teramat perih.
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa haji Tanjono merasakan hidupnya tidak berarti
sama sekali,harga dari kehidupan tanpa cinta hanya serupa kehampaan yang semu
dan melelahkan.
Batin
itu benar-benar telah terkoyak dan tersayat terlalu dalam hingga sulit untuk
disembuhkan. Rasanya terlalu sakit seperti sakitnya Bisma dalam kisah
Mahabarata ketika panah arjuna satu persatu menembus tubuhnya hingga berada
diantara hidup dan mati. Antara dahaga yang tercipta diantara kasih sayang yang
telah terenggut dan hilang bersama hembusan sepoi. Bagaimana lagi haji Tanjono
harus meratap demi melihat putri kesayangannya sekarat dalam dekapannya. Dalam
tubuh yang dingin itulah akan mengalir seluruh cinta dan kasih
sayangnya,membaluri dan melumuri tubuh itu dengan cahaya cinta tersuci yang
pernah dimiliki.
Pak
Kusno hanya bisa meamndang haji Tanjono dengan perasaan yang juga begitu
sedih,tidak kuasa rasanya melihat gadis itu terbujur dalam diam dan bisu.
Bagaimanapun gadis itu pernah terlihat begitu ceria ketika pertama kali datang.
Pembawaannya yang tenang dan sopan akan memikat hati siapapun yang dekat
dengannya. Kehangatan itu kini telah hampir padam,berada diantara awang-awang yang
terus mengintai seperti kehilangan pegangan.
Baku
tembak yang terjadi diluar telah lama berhenti. Namun kesedihan haji Tanjono
akan sangat sulit sekali untuk dihentikan saat ini. Sampai seorang anggota
polisi yang disusul beberapa pemuda masuk kedalam pondok itu,haji Tanjono masih
dengan erat memeluk Alexa,membagi kehangatan cinta yang telah sekian lama
tertanam pada tambatan hatinya. Cinta kasih seorang ayah kepada anaknya.
Kelucuan-kelucuan
Alexa meluncur deras bagai sebuah potongan film kehidupan yang diputar kembali.
Bagaimana gadis itu beranjak remaja dan mulai membagi mimpi-mimpinya yang
begitu indah. Pergulatan batin yang pernah terjadi karena masalah
perjodohan,akan tetapi gadis itu adalah seorang gadis yang penurut. Pengabdian
Alexa kepada orang tua yang membesarkannya ternyata lebih besar dari sebuah ego
yang bersarang dalam hatinya yang terdalam.
Gadis
itu menjelma bagai seorang malaikat yang selalu menyenangkan semua orang yang
dikenalnya. Bukan hanya kepada orang tua ia menunjukkan pengabdian,kepada orang
lain pun dengan sikap yang terbuka dan keikhlasan hati untuk membantu menolong
sesama. Semangat perjuangan tanpa pamrih kepada nenek Ningsih akan selalu
dikenang semua orang yang pernah dekat dengannya. Para tetangga akan selalu
mengenang keramahan yang selalu ditunjukkan setiap kali gadis itu melintas atau
bertemu orang-orang disekelilingnya.
Haji
Tanjono hanya bisa pasrah ketika melihat putri kesayangannya diangkat dengan
menggunakan tandu,menyusuri kembali jalanan ditengah hutan tempat mereka
pertama kali datang. Hutan seakan turut berduka atas perjalanan kesengsaraan
yang terjadi diantara dua anak manusia ditempat ini. Cinta telah membuat getar
indah yang terus terkenang dalam setiap lelehan hujan. Gerimis menjadi
senandung perpisahan dari perdu dan rerumputan ditepian hutan. Saksi bisu akan
janji suci yang terus terpatri dalam relung yang panjang dan melelahkan.
***
Rumah
sakit Dr. Soetomo Surabaya terlihat begitu padat dengan pengunjung. Hilir mudik
orang yang sedang berobat maupun menjenguk keluarga yang sakit secara silih
berganti masuk dan keluar. Raut keceriaan bagi keluarga yang sudah keluar dari
rumah sakit bercampur dengan keharuan dan tangis yang pecah oleh orang yang
kehilangan anggota keluarga. Bangsal-bangsal yang penuh sesak itu terlalu penuh
dengan berbagai macam cerita,kisah-kisah yang tumbuh bersama waktu. Menjajah
setiap jengkal harapan dan impian yang terkadang berakhir dalam kesia-siaan.
Dalam
sebuah paviliun yang dikhususkan kepada orang yang membutuhkan fasilitas
terbaiklah,dua muda-mudi itu terbaring. Penuh kebisuan dan tetap tenang dalam
diam. Mereka terpaksa harus dirujuk kerumah sakit terbesar milik pemerintah
Provinsi Jawa Timur ini karena luka yang diderita terlalu parah dan dekat
dengan nyawa. Diluar ruang,haji Tanjono dan keluarga pak Abdul Mukid terlihat
gelisah. Telah dua hari Alexa dan Bayu dirawat dalam sebuah ruangan ICU dan
baru hari ini mereka dipindahkan keruang paviliun itu.
Bayu
harus menjalani transplatasi ginjal sebelah kanan karena tertembus peluru yang
dilepaskan Minarni. Pemuda itu belum juga sadar dari koma sejak pertama kali
datang ketempat ini. Alexa memiliki kondisi yang lebih baik lagi,seluruh racun
yang membalur dalam tubuhnya dan telah menginfeksi jantung dapat dibersihkan
dengan tuntas. Namun, kesadaran gadis itu masih belum bisa segera pulih karena
karena kelelahan fisik yang terjadi.
Alexa terlihat
berjalan diawang-awang,matanya begitu sembab oleh airmata. Bajunya yang
serbaputih sangat kontras dengan warna rerumputan dan bunga-bunga yang
berwarna-warni. Satu lorong jauh memanjang dan berwarna pelangi,indah. Lukisan
yang tergores benar-benar sempurna,bukan seperti karya manusia pada umumnya.
Sangat sulit membedakan kehidupan nyata dan maya dalam keadaan seperti ini.
Bayangan Bayu tiba-tiba melintas dan menjauh,pemuda itu hanya melambaikan tangan kepada Alexa,membuat
denyut jantung gadis itu begitu cepat berdetak. Semilir sepoi mengangkat tubuh
Bayu semakin keatas,keatas dan terus menghilang dalam terangnya langit.
Awan tiba-tiba
menurunkan hujan,hujan yang menyerupai aliran tangis,gadis itu terduduk dalam
diam melewati kepergian Bayu. Memandang keatap langit yang menyorotkan cahaya
menyilaukan. Bayu telah benar-benar hilang dari pandangan,ditelan cahaya aneh
yang menyergap semua keindahan. Bunga-bunga yang sejak tadi mengiringi langkah
Alexa berubah menjadi hitam,pelangi menyajikan warna kelabu yang terus samar
dan gelap pekat. Dalam satu gelegar petir,gadis itu seperti terlempar jatuh
dalam pekat,bergulung-gulung dalam tangis tanpa ujung.
Dengan
tiba-tiba Alexa terbangun dari ketidaksadarannya. Mimpi tadi telah benar-benar
merenggut semua cerita cinta yang pernah dirajutnya. Benang-benang yang
tersambung seakan terputus begitu saja. Denyut jantung gadis itu kembali normal
seperti biasa,wajahnya masih terlihat pucat setelah bangun dari koma.
Jari-jemarinya menari indah untuk meraba wajahnya,meyakinkan diri pada
kehidupan yang masih bisa dijalani. Raut kegembiraan jelas terpancar dari
mukanya,pikirannya benar-benar telah terbebas dari dera dan siksa akibat
penculikan.
Alexa
melihat sekeliling,ruangan yang besar itu terlihat kosong. Hanya sebuah tubuh
terbaring disampingnya,terpisah ranjang meskipun bisa diraih dengan tangannya.
Alexa berusaha menggapai tangan Bayu yang belum sadar dari komanya. Denyut
jantung pemuda itu sangat lemah dan bahkan nyaris tidak terasa. Nyaris saja
gadis itu berteriak,jika pita suaranya tidak serak. Hanya suara raungan yang
terdengar dari mulutnya. Airmata gadis itu telah membasahi tangan Bayu,membagi
setiap kehangatan dan cinta kasih yang tersemai dan tertanam disetiap rahim
malam.
Sebuah
kepanikan luar biasa ketika dengan tiba-tiba denyut jantung Bayu berhenti
berdetak,doa-doa tidak terputus dari orang –orang yang mengasihinya,menyihir
malam yang begitu pekat agar memberikan belas kasihnya. Menjaga semua batin dan
jiwa manusia agar terbebas dari hidup panjang yang membosankan.
Alat-alat
pemacu jantung segera dipersiapkan oleh tim dokter,berusaha menyelamatkan
pemuda itu dari kolaps yang diderita. Tidak henti-henti Alexa
menangis,airmatanya deras mengguyur ujung jilbabnya. Mengalir nama pemuda itu
disebut dalam teriakan dan raungan,menderu seperti bunyi angin yang menghempas
daunan. Ranting-ranting yang patah serupa batin Alexa yang mulai tersiksa dalam
jiwa. Penantian rindu yang selama ini begitu diidamkan ternyata berujung
kehampaan,udara yang mengalir terasa tercekat di tenggorokan,membuat dadanya
sesak tidak tertahankan. Rasa terbakar memenuhi setiap relung yang terus
meraung. Alexa kembali kehilangan kesadaran,tidak kuat menerima kekasihnya
berjuang diantara hidup dan mati sendirian
***
Dua
buah pusara terpisah dari makam yang lain dalam satu kompleks pemakaman
ini,daun kamboja luruh diterpa angin senja. Di ujung barat matahari
memerah,bersiap menyambut peraduan terakhirnya. Dengan penuh keyakinan Alexa
melangkah,begitu berat rasanya melihat dua gundukan tanah itu,satu gundukan
masih terlihat memerah dan satu lagi telah rata dengan tanah.
Dua
minggu sudah peristiwa penculikan itu berlalu,masih membekas perasaan takut dan
ngeri dalam sanubari gadis itu. Minarni dan kelompoknya memang telah tertangkap
dan dipenjara,akan tetapi membayangkan peristiwa yang hampir merenggut nyawanya
membuat berdiri bulu roma jika mengingatnya.
Dengan
langkahnya yang gontai gadis itu menaburkan bunga dimakam,membacakan doa demi
keselamatan orang yang berada didalamnya selama berada dialam kubur. Tak kuasa
gadis itu kembali menitikkan airmata,rasa cinta kasih dan pengabdiannya telah
terkubur bersama sang nenek yang terbujur kaku didalam sana. Begitu berat
hatinya melepas kepergian nenek Ningsih,begitu sulit menerima ketika pada saat-saat
terakhir nenek itu Alexa tidak dapat menemaninya.
Bumi telah
bersemi sesuai dengan harapan manusia. Cinta yang tumbuh tidak akan terganti
walau waktu terus melaju jauh. Setiap kasih sayang akan mendapatkan balasan
yang sepadan,harapan tidak akan sia-sia jika dilandasi semangat perjuangan.
Kehampaan jiwa yang bersumber dari kerinduan hanya bisa terlampiaskan jika
orang terkasih berada didekat kita. Selalu memberi semangat untuk kembali
menatap kehidupan baru yang terus berwarna dengan keindahan.
Kanvas-kanvas
yang tergores serupa kabut bertinta pelangi yang melukis beragam corak dan
warna. Bunga-bunga tumbuh mekar disebagian hati,tanpa duri. Hijau daunan terus
bertunas bila rantingnya telah patah. Semusim yang menjadikan cinta semakin
mengakar melintasi dunia. Berkabarlah
dan raih semua mimpi dengan coretan cinta kasih yang bisa merangkai
keindahan hati.
Alexa
membagi senyum termanis kepada seorang pemuda yang berdiri ditepi jalan
makam,pemuda itu membalas senyumnya dengan keindahan dari warna surga. Kursi
roda ini adalah saksi sejarah,bagaimana kekuatan cinta telah mengangkat tubuh
keduanya dari jurang kematian. Semangat hidup yang terus terpancar dari
penyatuan dua hati yang tumbuh secara bersama,dari benih kasih sayang seorang
saudara,teman,sahabat dan tempat berbagi kesetiaan.
Alexa
meninggalkan sebait kata dalam relung rindunya,keajaiban telah menyelamatkan
Bayu dari sisa waktu terakhirnya. Pemuda itu berhasil lolos dari maut yang
mengintip hanya berselang beberapa detik dari rasa putus asa. Dokter yang
merawatnya hampir saja menyerah ketika dengan tiba-tiba tangan pemuda itu
bergerak penuh makna. Kebahagiaan itu akan terpancar dengan segera ketika cinta
dipersatukan dalam sebuah mahligai yang penuh dengan rasa indah....
Malam membagi
kisah dalam kabut samar,terhampar hembus kelemahan hati terus dinanti,khayal
akan terjaga,mendetak setiap ujung yang terhunus, siap memanah hati di ujung
sepi. Keindahan amathonte yang sayapnya mengepak mengganti hari baru dengan
sejuknya embun. Galur-galur pelangi yang mengalir diatap embun ikut mencair
bersama dedaunan. Ada sejuta kerinduan yang terus menusuk,merobek jala
sukmayang kadang ingin terbang menjemput,namun hanya selembar dahaga yang
terbalut,karena cinta yang tumbuh telah menutup semua luka...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar