Selasa, 14 Oktober 2014

Bunga Surga Alexa - Novel

SATU

            Dalam setiap langkah manusia,sebuah jejak yang tertoreh akan mematri menjadi sebuah prasasti dalam hati. Tumbuh menjadi sebuah kenangan yang akan senantiasa menimbulkan kerinduan. Pada saat – saat itulah ada keinginan untuk kembali,mencoba menikmati sebuah jejak yang pernah kita injak. Kenangan masa kecil tentu saja menjadi sesuatu paling berharga dalam hidup kita,karena disana karakter kita mulai terbentuk,bangun dari tidurnya yang panjang dan melelahkan.
            Bagaimana manusia itu bisa menemukan kembali masa- masa bahagianya di dunia,tergantung bagaimana cara mereka dalam menikmati hidup. Menjalin suatu ikatan dengan masa lalu yang selalu membahagiakan,menyenangkan dan menentramkan. Hingga pada suatu waktu dikala penat yang menggunung ingin mengubur mimpi kita,kita akan mulai tersadar bahwa di alam bawah sadar kita telah menunggu sebuah keajaiban yang ingin kita rengkuh untuk kembali membawanya pergi menuju masa yang akan datang.
            Seperti potongan senja yang selalu hadir,pada matahari yang memerah di ufuk renjana atau di waktu kelabu awan menutup hari dengan gerimis petang. Lalu semua kabar akan disampaikan kepada malam yang selalu hadir,baik bersama gemerlap bintang atau sinar purnama yang teduh mendamaikan. Bahkan tidak dengan itu sekalipun,hanya bersama gulita yang berteman gerimis,derasnya hujan,nyala petir atau hanya pekat dari kabut yang mencengkeram dingin dan sepi. Sunyi yang selalu menjadi lambang kekhusyukan dunia.
            Begitupun pagi ini. Sepi masih merayap melumuri rahim pekat,ufuk beranjak dengan malas bersahutan dengan lengking ayam jantan. Kokoknya berbalur bersama celoteh burung yang baru terbangun dari tidurnya semalam. Embun masih menunggu sinar mentari untuk memanjakan kilau pelangi pada pucuk dan dahan dedaunan. Ranting- ranting beranjak menyiapkan tangan- tangan panjangnya menyambut lahirnya hari yang baru,akar bersiap memanjangkan diri menjangkau sumur-sumur air yang semakin jauh tertimpa kemarau.
           
            Di kejauhan,terlihat sesosok tubuh melangkah dengan cepat. Sebuah tas menggantung di punggung yang terlihat lelah dan kurang bergairah. Penat yang tumbuh dari sebuah perjalanan yang melelahkan. Bayangan hitam itu terus mendekat,berganti menjadi kelabu samar lalu mulai memiliki warna. Berderak langkah tubuh gontai yang kuyu kurang beristirahat,tapi tersirat binar cahaya kegembiraam pada raut mukanya. Wajahnya ayu dengan balutan jilbab berwarna krem yang senada dengan baju lengan panjangnya. Celana jeans biru tua yang di kenakan tampak lusuh. Noda jalanan membuat sepatu kets warna putihnya terlihat kotor dan berdebu. Jalanan yang tidak nampak asing itu mulai menemui ujung,tepat di pertigaan gadis itu berbelok ke arah kiri. Tepat di depan rumah yang paling besar dia berhenti,mematung di depan pintu gerbang,menarik nafas panjang yang menandakan kelegaan.
            Di rumah itulah gadis itu tinggal dan  dibesarkan,sebelum kuliah di sebuah perguruan tinggi yang ada di Australia. Sebuah Universitas ternama yang berada di kota Melbourne. Ini adalah kepulangan pertama gadis dua puluh tiga tahun tersebut. Hampir lima tahun ia harus jauh dari orang tuanya,menempuh pendidikan sarjana  di negeri Kanguru. Selama ini,ia lebih banyak berkomunikasi dengan orang tua menggunakan telepon seluler ataupun bertatap muka dengan sang ayah,ketika beliau sedang mengunjunginya. Ada perasaan rindu yang menggebu dalam jiwa gadis itu,terutama pada pusara sang ibu yang selama lima tahun terakhir tidak pernah di sambanginya. Ada sedikit perasaan merasa bersalah karena tidak pernah lagi berziarah ke makam sang ibu yang meninggal delapan tahun yang lalu.
            Alicia Axaliana Putri Azzahra,nama sang gadis atau yang biasa disapa dengan Alexa adalah anak tunggal dari keluarga besar Haji Tanjono. Dulunya keluarga ini tinggal di jakarta. Setelah kematian sang isteri, keluarga ini memilih pindah ke sebuah Villa mereka yang berada di kaki Penanggungan. Semua harta benda yang ada di Ibukota di jual,hasilnya di pergunakan untuk membeli sebagian sawah dan lahan untuk peternakan sapi. Bahkan jenazah Nyonya Tanjono ikut di pindahkan ke makam kampung ini supaya lebih dekat dengan keluarga.
            “ Loh, Non Alexa kok tidak masuk ? “ Tanya seorang paruh baya yang baru saja datang dari arah belakang Alexa sambil membawa sekeranjang penuh belanjaan.
            “ Eh... Budhe ngagetin Alexa saja,budhe pasti dari belanja ya ? sepertinya bawaannya berat sekali,boleh Alexa bantu bawakan budhe ?”
            “ Ah,tidak usah repot-repot non. Non Alexa kenapa tidak memberi kabar kalau mau datang,kan bisa di jemput ke Bandara sama mas Bayu? Apalagi sekarang mas Bayu sudah jago loh non nyupir mobilnya. Budhe saja kalau mau ke pasar selalu minta di antar sama mas Bayu”.
            “ Oh ya? Memang belajar dari mana ia budhe,kok tiba-tiba bisa nyupir mobil sendiri?
Trus bagaimana kabarnya sekarang? Kangen tidak ya dia sama aku? Pasti kangen banget ya budhe,aku saja di sana kangen sekali sama Bayu,apalagi bila ingat – ingat sama candaannya,jadi pengin pulang saja bawaannya “.
            “ Lah... non Alexa ini bagaimana,sekali pulang malah kangennya sama si Bayu,bukannya kangen sama bapaknya. Kasihan bapak non,tampaknya beliau sangat rindu sama non. Selama ditinggal non,bapak terlihat selalu murung. Makannya juga tidak teratur seperti dulu,belum lagi bapak hampir setiap hari senin dan kamis selalu berpuasa. Hanya mas Bayu yang bisa menghibur bapak di saat-saat kesepian itu non,seringkali mas Bayu mengajak bapak ke ladang atau ke peternakan sekedar untuk jalan-jalan,menghilangkan penat di pikiran”.
            “ Iya budhe,Alexa juga kangen banget sama ayah,juga sama bunda.Alexa merasa sangat berdosa karena hampir lima tahun ini tidak pernah lagi datang untuk berziarah ke makam bunda. Kabar ayah bagaimana budhe? “ tanya Alexa sambil melangkahkan kaki menuju ke halaman rumah.
            “ Alhamdulillah keadaan bapak baik- baik saja non. Pagi ini kebetulan bapak sedang berada di peternakan. Tadi selepas sarapan bapak meminta di antar sama mas Bayu untuk melihat- lihat keadaan di sekitar peternakan,sekaligus melepas penat kata beliau,menikmati indahnya sawah – sawah yang menghijau di kaki gunung penanggungan ini. Non mau sarapan atau mau mandi terlebih dulu ?”
            “  Ah...tidak usah repot dulu budhe,Alexa mau ke peternakan dulu saja,sekalian mau ketemu sama Bayu,sudah kangen”. Alexa segera keluar dari rumah setelah menaruh barang bawaannya.
            “ Eh...ini anak kok tidak ada capek-capeknya? Dasar anak muda ”. Budhe Surtini hanya bisa mengerutu sendiri. Pembantu rumah tangga yang sudah puluhan tahun mengabdi dirumah keluarga Haji Tanjono tersebut sangat hafal dengan tingkah pola anak-anak di rumah ini.
***
            Fajar mulai tumbuh ketika Alexa sampai di peternakan. Semburat warnanya memerah seperti semu yang tiba-tiba tumbuh pada kedua pipi gadis berjilbab ini. Sebuah senyum tumpul terus mengembang,menusuk dan meremas dada siapapun yang memandangnya. Memang gadis ini bukan lagi seorang anak baru gede,Alexa telah tumbuh menjadi seorang wanita matang yang sedang memancarkan aura kecantikannya. Bagai mawar merah marun yang mulai mekar dikala musim penghujan sedang deras-derasnya. Kemilaunya seperti tetesan embun yang menyejukkan. Berbinar selayak pelangi penuh warna yang mampu menghipnotis seluruh perjaka yang melirik ke anggunan warnanya.
            “ Mas Bayu..., bagaimana kabarnya ? “
Gadis itu terlonjak begitu melihat orang yang begitu di kaguminya. Hampir saja ia memeluk lelaki yang seumuran dengannya tersebut,lelaki itu sedikit mengelak. Ada rasa segan yang timbul dalam perasaan Bayu,pertama karena ia sedang bersama haji Tanjono yang tidak lain dan tidak bukan adalah ayah dari Alexa. Kedua,mereka bukan seorang muhrim yang di halalkan baginya untuk saling memeluk walaupun hanya sekedar untuk meluapkan rasa rindu setelah sekian lama tidak pernah bertemu. Ketiga,Bayu merasa bukan seorang lelaki yang pantas menerima semua perlakuan dari Alexa. Mereka bukanlah saudara kandung, bukan saudara angkat ataupun saudara ipar. Mereka tidak lebih dari sekedar orang lain yang di pertemukan takdir. Bayu hanyalah seorang anak yang di pungut dari jalanan tanpa silsilah keluarga yang jelas. Ia ditemukan keluarga Tanjono di pinggiran hutan Baluran saat sedang mengamen. Ditemukan bersama seorang pengemis yang mengaku sebagai ibunya.
            Keluarga Haji Tanjono yang kasihan akhirnya membawa mereka kerumahnya yang mewah. Memberi mereka pakaian yang layak,makan yang cukup dan tempat tidur yang nyaman dengan harapan Bayu dapat sedikit membantu meringankan beban keluarga tersebut,juga ibu Bayu dapat membantu menyelesaikan pekerjaan rumah agar tidak terlalu berat pekerjaan budhe Surtini pembantu rumah tangga di rumah tersebut. Sayang,tidak lama ibu Bayu bekerja disana. Dua minggu setelah itu,ibu Bayu meninggalkan dunia selama- lamanya karena menderita penyakit kanker liver yang diderita sejak lama. Terlambat bagi keluarga Haji Tanjono untuk menyelamatkan nyawa sang ibu,penyakitnya sudah terlalu kronis untuk disembuhkan,bahkan untuk sekedar menunda kematiannya pun tidak lagi bisa dilakukan tim dokter. Sejak saat itulah keluarga haji Tanjono sangat menyayangi Bayu,terlebih budhe Surtini yang sudah menganggapnya sebagai anak sendiri.
            Perasaan berbeda ternyata dialami oleh Alexa. Sejak kecil mereka tumbuh bersama dalam satu keluarga,karena itu wajar bila tumbuh benih – benih kasih sayang di antara mereka. Kebetulan Bayu menganggap perasaan tersebut sebagai kasih sayang seorang kakak kepada sang adik,begitupun dengan Alexa pada awalnya juga demikian. Namun,perasaan lain mulai tumbuh dan bersemi dalam dada Alexa,terlebih ketika jarak yang begitu jauh memisahkan mereka. Kebiasaan selalu bersama sejak bersekolah pada Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas membuat hatinya merasa kesepian yang amat sangat ketika Bayu memutuskan tidak ingin melanjutkan ke Universitas yang sama dengan Alexa. Pemuda itu lebih memilih mengakhiri pendidikannya  dan mengabdi dengan bekerja segiat-giatnya mengembangkan usaha pertanian dan peternakan haji Tanjono. Selaksa bujuk dan rayuan yang dilepaskan haji Tanjono dan Alexa tidak mampu menggoyangkan pertahanan yang kokoh dari pemuda itu.
Hanya seutas senyum dan lambaian tangan mengiringi kepergian Alexa ke negeri Kanguru,disertai derasnya tetesan gerimis sembab yang terus menetes dari mata Alexa. Rupanya gadis itu sangat tidak rela untuk berpisah dengan Bayu. Hanya janji akan bertemu lagi yang membuatnya tenang dalam menempuh study.

Alexa segera sadar dengan yang hampir dilakukannya tadi,sebuah senyum simpul melengkapi pipinya yang memerah karena rasa malu.
“ Ehm...rupanya anak ayah sudah pulang ?” Haji Tanjono memecah keheningan.
“ Kok ayah tidak di kabari ? Ayah kan bisa meminta nak Bayu untuk menjemput di bandara Juanda ? “
“ Maafkan Alexa yah,sebenarnya kepulangan Alexa ingin memberi kejutan pada ayah dan keluarga,Alexa kan sudah selesai wisuda,jadi Alexa sangat ingin lebih dekat selalu dengan keluarga,terutama dengan mendiang ibu dan..............”
“ Dan nak Bayu toh ? oalah...,ternyata ayah sudah tidak dirindukan lagi ini ceritanya”.
“ Bukan begitu Yah,Alexa sangat ingin dekat dengan ayah,merawat ayah,membantu merawat tanaman dan peternakan kita disini.............” Sambil berkata demikian,sudut matanya melepaskan lirikan tajam kepada Bayu yang ada di sebelahnya. Entah kenapa tiba-tiba dada pemuda itu berdesir hebat menerima lirikan mata Alexa. Ada sebuah perasaan lain yang tiba- tiba dirasakannya. Sebuah perasaan yang selama ini tersembunyi dan tidak pernah bergolak sehebat ini.
“ Ya Tuhan, apa ini yang disebut dengan cinta ? tapi,aku sangat tidak pantas mencintainya,ia adalah anak dari majikanku ya Allah,ya Rabb...maafkan kekurang ajaran makhlukMu ini”. Bayu bergumam lirih.
“ Ehm... apa mas Bayu,bisa lebih keras suaranya? Alexa tidak mendengar yang di katakan mas Bayu”. Gadis itu protes.
“ Eh...tidak ada apa-apa dik,bagaimana kabarnya adik selama di Australia? Mas tunggu ya ceritanya”. Panggilan kakak dan adik telah dibiasakan bagi mereka sejak kecil. Bahkan sebelum kematian nyonya Tanjono,ibu dari Alexa.
“ Iya bos siap,kapan pun mas bersedia mendengarkan celoteh Alexa,aku selalu siap mengurai benang yang kusut di kepala yang pening ini,butuh teman berbagi”.
“ Ya sudah,kita pulang dulu. Ini malah ngobrol disini,lebih baik nanti dirumah kita selesaikan urusan rindu merindu dan kisah cerita selama Alexa disana. Tentu saja sambil menikmati teh hangat,kopi dan sarapan pagi”.
Haji Tanjono segera mengajak Bayu dan Alexa pulang kerumah.  Pekerjaan telah selesai dikerjakan pagi itu. Sepanjang perjalanan beberapa orang selalu menyapa kepada keluarga tersebut. Haji Tanjono memang terkenal berbudi baik dan sangat dermawan. Ia tidak segan-segan memberikan bantuan tanpa diminta oleh orang yang sangat membutuhkan. Bukan hanya di pagi hari,ditengah malam sekalipun bila ada orang yang memerlukan bantuan akan segera di bantu.
Pernah suatu hari ada seorang ibu yang ingin melahirkan di tengah malam. Suaminya hanya seorang buruh tani yang penghasilannya tidak seberapa harus dihadapkan kepada biaya persalinan yang mencapai jutaan karena harus dilakukan operasi cesar. Kandungan sang ibu mengalami pendarahan dan air ketubannya telah pecah. Sang suami hanya bisa menangis dan meratap di pintu rumah haji Tanjono. Pikirannya hanya pada keselamatan sang istri dan jabang bayi yang rupanya merupakan anak pertama mereka.
Tanpa berpikir panjang,haji Tanjono membangunkan Bayu untuk memanasi mobil mereka. Membawa sang ibu kerumah sakit terdekat,membayar semua biaya persalinan dan perawatan ibu dan sang bayi. Bukan ucapan terima kasih yang diminta,bukan sanjungan dan pujian terindah. Hanya keikhlasan,sebuah kerelaan berbagi kepada sesama. Keinginan berbagi dan membagi rizky yang telah dilimpahkan kepadanya,mengeluarkan hak- hak kepada orang yang berhak menerima untuk mensucikan harta benda dengan cara mengeluarkan zakat dan shodaqoh.
Bagaimanapun manusia dilahirkan kedalam rahim dunia sebagai makhluk sosial yang membutuhkan orang lain,saling membantu akan membut hidup menjadi lebih berwarna. Kita harus belajar pada kawanan lebah yang bahu-membahu membangun rumah yang megah,mengumpulkan madu termanis yang secara terus – menerus dipersembahkan kepada kehidupan,mengambil dan menyebarkannya kembali pada alam.






















DUA

            Sejenak ruang tamu itu membeku,ucapan haji Tanjono serupa goresan pisau belati yang menyayat dada Alexa. Ayah dan anak itu masih sama- sama terdiam,sangat sulit menyibak misteri alam yang terjadi di antara mereka. Diluar gerimis dan kabut menghadang pandangan. Bayu telah sejak sore tadi pergi ke peternakan,memeriksa beberapa atap yang sejak kemarin belum sempat di betulkan karena bocor. Budhe Surtini belum kembali dari menjenguk keponakannya yang sakit di Surabaya sejak tadi pagi.
            “ Tapi Yah...?’’ Alexa ingin sekali memprotes keputusan sang ayah. Namun suaranya tiba-tiba tercekat di tenggorokan. Sebutir airmata menetes,disusul beberapa tetes lagi hingga semakin lama semakin menderas. Gadis berjilbab itu terlihat terisak- isak. Bahunya seakan bergoyang-goyang menahan beban berat yang ingin ditumpahkan. Tidak ada lagi tempat sembunyi dari sebuah kenyataan pahit yang harus di hadapi. Bunga- bunga impian yang pernah mekar tiba-tiba layu sebelum kemarau menjelang. Gugur bersama gelegar guntur yang menghantam hatinya. Tubuh itu sedikit limbung tapi masih bisa menahan perasaan yang tercabik-cabik.
            “ Ayah mengerti dengan apa yang Alexa rasakan,ayah sadar dengan memberitahukan masalah ini maka ayah akan menghancurkan impianmu nak. Ayah juga sangat mengerti,bahwa Alexa sangat mencintai nak Bayu. Bahwa perasaan itu bukan sekedar perasaan antara seorang kakak dengan adiknya. Sebenarnya ayah juga sangat setuju bila Alexa merajut mimpi dengan nak Bayu, menanam benih-benih kasih sayang juga merangkai indahnya cinta yang suci. Siapa yang tidak ingin memiliki seorang menantu yang berbudi pekerti yang baik,giat bekerja dan memiliki tanggung jawab serta keikhlasan dan kerelaan. Tapi,......” Haji Tanjono menghentikan kalimatnya.
            “ Tapi,semua tidak bisa ayah lakukan. Tidak bisa ayah merestui hubungan ini karena ayah telah berjanji untuk menjodohkan Alexa dengan cucu orang yang telah menyelamatkan  nyawa ayah. Tanpa pertolongan orang tersebut ayah tidak akan pernah berada di dunia ini lagi saat ini. Begitupun dengan Alexa juga nak Bayu. Kalau saja ayah tidak selamat waktu itu,ayah tidak akan bertemu dengan ibu kamu nak. Dengan tidak pernah bertemu dengan ibu kamu maka secara otomatis kamu juga tidak akan bisa terlahir ke dunia ini. Begitupun dengan nak Bayu, kalau ayah tidak ada mungkin ia akan berada di tempat lain yang kita sendiri tidak tahu itu dimana”.
            “ Alexa tahu itu Yah,tapi kenapa tidak sedari dahulu ayah membicarakan ini dengan Alexa sehingga Alexa dapat mengontrol perasaan Alexa? Kenapa baru sekarang ayah berkata demikian,mengapa Yah? Ayah jahat kepada Alexa,Ayah sangat kejam dengan ingin memisahkan Alexa dengan mas Bayu. Ayah jahhaaat....!”
            Airmata Alexa semakin menderas. Nafasnya berpacu dengan degup jantung yang mulai tidak beraturan. Ingin rasanya di ledakkan saja emosi yang telah terlanjur membuncah sampai ubun-ubun tersebut. Sangat sulit menerima sebuah berita tentang perjodohan kita pada saat telah ada seorang pujaan hati yang menjadi tambatan hati.
            Ada sebuah dilema besar menggelayut di pundak dan dada Alexa. Jika menuruti sang ayah yang merupakan orang tua satu- satunya maka ia harus mengorbankan hati,memadamkan gejolak rasa yang sekian tahun terus bersemayam dalam kalbunya yang terdalam. Bila menolak permintaan sang ayah,maka bisa jadi ia akan di anggap sebagai anak durhaka yang tidak mau menuruti perintah orang tua. Juga sangat kasihan ayahnya bila dianggap orang yang tidak menepati janji oleh orang lain. Yang pasti nama baik sang ayah akan tercemar dan menjadi buruk dimata masyarakat sekitar tempat tinggalnya.
            Ingin rasanya Alexa pergi ke samudra terluas dan terdalam. Menenggelamkan semua rasa dan asa serta beban perasaan di hati yang mulai luntur tersapu badai. Ingin ia menghempaskan tubuhnya seringan burung yang tertiup sepoi,berayun-ayun menuju sebuah tempat terjauh yang tidak lagi mungkin ditemukan orang. Menggali semua sisa nafasnya yang mulai semu dan tak lagi terpacu. Gairah hidupnya hanya tinggal separuh sesaat  setelah seakan menerima guncangan gempa bumi berkekuatan 8,9 skala richter.
            “ Maafkan ayah nak,sekali lagi maafkan ayah. Ayah tidak ingin menjadi orang egois yang harus selalu memaksakan kehendak kepada putri ayah satu-satunya. Ayah ingin mendengar pendapat Alexa tentang hal ini,dan ayah tidak akan pernah memaksa Alexa harus mau menerima perjodohan tersebut. Ayah hanya ingin Alexa mengerti dan menyerahkan semua keputusan kepada nak Alexa. Hanya ayah mengingatkan satu hal yaitu tentang pentingnya menjaga amanah dari orang tua,menghormati dan melaksanakan semua janji yang pernah kita ucapkan”.
            “ Apa ayah sudah melihat cucu dari orang tersebut? Bagaimana perangainya,bagaimana agamanya kehidupannya dan lain sebagainya? Atau ayah ingin aku terjerumus pada lembah dosa yang dibawa oleh orang misterius yang dijodohkan dengan aku ayah?”
            “ Bukan maksud ayah menjerumuskan kamu nak,bukan maksud ayah merusak kehidupanmu,tapi ayah juga tidak mungkin mengingkari janji ayah sendiri. Ingat nak,kita tidak lagi memiliki kerabat lagi,semua keluarga ayah sudah tiada begitupun dengan keluarga ibu kamu nak. Hanya kamu yang ayah miliki,kerabat kita hanya nak Bayu,budhe Surtina dan tetangga kita di kampung kecil ini. Ayah memang belum pernah bertemu dengan pemuda itu nak. Waktu ayah melihatnya,pemuda itu baru berumur kira-kira dua tahun sebelum kamu dilahirkan. Kalau dilihat usianya saat ini mengkin sepantaran dengan nak Bayu. Usianya sama persis dengan usia nak Bayu sekarang”.
            “ Bagaimana ayah sangat yakin bahwa laki-laki itu akan mau menikahiku ayah? Sedang dia sendiri tidak pernah melihat diriku,tidak pernah mengenal sifat-sifat ku. Bagaimana dia yakin dengan orang yang belum dikenalnya sama sekali? Bagaimana ayah sangat yakin bahwa orang tersebut belum menikah atau belum pernah menikah sama sekali?”
            “ Ayah sangat yakin nak,kakek itu tentu saja bukan orang yang ingin mengingkari janjinya seperti juga ayah. Beliau adalah seorang guru mengaji yang sangat disegani di kampung halamannya. Jadi,ayah sangat yakin sekali dengan yang di katakan beliau”.
            “ Baiklah ayah,saya akan menuruti semua kehendak ayah. Namun ada satu permintaan Alexa,sebelum Alexa dijodohkan ijinkanlah Alexa mengetahui cerita awal mula perjodohan ini. Juga  biarkan Alexa mengutarakan semua rasa cinta Alexa kepada mas Bayu,dan begitu beratnya Alexa harus kehilangan dia. Bagaimana Yah?”
Ada nada kepasrahan dalam setiap ucapan Alexa. Airmatanya tidak lagi sederas tadi,begitupun hujan di luar yang mulai berhenti. Kabut yang menyisir perbukitan mulai menghilang,menyisakan samar dan embun pada ranting pepohonan dan pucuk dedaunan. Sebuah langkah kaki memasuki halaman,gemericik air dari pancuran di teras rumah membasuh kaki yang berselimut jejak lumpur tersebut.

Bayu sangat terkejut melihat suasana kaku di ruang tamu. Sangat sulit membayangkan apa yang telah terjadi sehingga ada bekas sembab di mata Alexa. Ada sedikit rasa penasaran pada dada pemuda itu. Namun ia terus berlalu keruang tengah,menutup rapat rasa heran dalam dadanya.  
Badannya yang basah kuyup tersiram air hujan segera diguyur dengan air dingin. Ternyata apa yang dibayangkan sebelumnya tidak sesuai dengan kenyaataan yang ada. Bocornya genting peternakan yang dapat dilihat dua hari yang lalu tidak seringan dugaannya. Sebuah lubang besar menganga di tengah-tengah atap,membuat air hujan seperti tertumpah dari langit. Becek dan banjir terjadi dimana-mana,itulah yang membuat pekerjaan Bayu sore itu lama selesai. Ada sedikit rasa bersalah karena lalai dalam menjaga peternakan menjadi tempat yang nyaman untuk seluruh hewan ternak yang ada. Kebetulan semua keperluan perawatan dan perbaikan kandang adalah tanggung jawab dari Bayu.
Pekerja lain yang jumlahnya sekitar sepuluh orang hanya bertugas untuk mencari rumput,menjaga ketersedian pangan untuk lima puluh ekor sapi,seratus ekor kambing dan seratus ekor kelinci. Itu masih ditambah dengan sepuluh sapi perah yang diurusi oleh mang Diman dan Dirjo. Kandang sapi perah tersebut terpisah dari kandang yang lain yang terletak pada satu blok yang sama. Kandang sapi perah terpisah sekitar satu kilometer pada ujung barat desa,berbatasan dengan hutan pinus dan perkebunan mangga yang juga merupakan milik haji Tanjono. Kedua orang bapak dan anak itu tinggal juga di dekat kandang,sebuah rumah yang terbuat dari gedeg beratap ijuk menjadi tempat bernaung mereka.
Rumah itu sengaja di bangun oleh haji Tanjono untuk rumah tinggal mereka setelah rumah yang ditinggali mengalami kebakaran dahsyat dua tahun yang lalu. Kebakaran itu tidak saja merenggut harta benda mereka,tapi juga sang isteri tercinta Mang Diman yang merupakan ibu kandung dari Dirjo. Juga Suci, anak kedua mang Diman yang merupakan adik kandung Dirjo. Alhasil,di tengah kekalutan tersebut mang Diman dan Dirjo hanya bisa pasrah menerima bantuan dari haji Tanjono. Apalagi tanah yang mereka tempati sebagai rumah mereka bukan lagi hak milik sendiri. Tanah itu telah disita oleh Bank karena mang Diman gagal membayar hutang.
Setiap hari Dirjo harus bangun sebelum subuh berkumandang. Ia mendapatkan tugas untuk membersihkan kandang sehingga tampak selalu bersih. Kotoran sapi perah itu dikumpulkan menjadi satu agar dapt dimanfaatkan sebagai pupuk kandang untuk tanaman mangga. Mang Diman bertugas memerah susu sapi setelahnya,menyetorkan hasilnya kepada pengepul yang datang ke desa Sumber Kajar ini setiap pagi. Sebagian susu yang biasanya terdiri dari satu tempayan penuh akan diantarkan kerumah haji Tanjono untuk dimasak budhe Surtini. Setelah itu,susu yang sudah masak akan didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi  para pekerja  yang jumlahnya mencapai sekitar lima puluh orang tersebut.
Di kandang  yang lain,kesibukan juga selalu terjadi sebelum subuh mulai berkumandang. Setelah membersihkan kandang biasanya para pekerja akan membersihkan diri sendiri dengan mandi di pancuran yang terletak di belakang kandang. Berangkat bersama-sama menunaikan shalat subuh secara berjamaah. Memang haji Tanjono sangat memperhatikan ibadah seluruh pekerja yang telah di anggap sebagai keluarganya sendiri. Tidak jarang pekerja yang tidak shalat akan mendapat omelan dari sang majikan.
Kandang yang terletak di kompleks peternakan itu selalu di jaga oleh tiga orang yang selalu tidur di sebuah gubug yang terletak di depan kandang. Berbeda dengan kandang sapi perah yang terdapat rumah tinggal,gubug di peternakan terbuat dari papan yang beratap jerami kering. Cukup hangat untuk sekedar melapas penat. Penjaga kandang setiap hari harus bergantian secara merata dari seluruh pekerja yang ada. Hanya sesekali Bayu memeriksa keadaan kandang,memperbaiki bila ada sedikit kerusakan dan memerlukan perawatan. Sore tadi ia di temani oleh Suliono dan Muntari. Kebetulan dua orang tersebut sedang piket menjga kandang,sedang seorang lagi pak Darsono masih belum bisa datang karena kabarnya anaknya sedang sakit. Jadi orang yang sudah berumur sekitar empat puluh tahun tersebut harus menunggui anaknya.


Sebenarnya,setiap manusia pasti memiliki sebuah masa lalu. Masa lalu itulah yang menentukan setiap langkah kita dalam menatap masa depan. Tergantung bagaimana kita bisa belajar dari masa lalu tersebut,atau kita terlena dan jatuh terperosok ke dalam lembah karena masa lalu yang melenakan.
Tanjono muda adalah seorang kontraktor yang cukup sukses,beberapa usaha properti yang dijalankan berjalan sesuai dengan yang di harapkan. Tak ayal,keuntungan yang besar membuatnya selalu merasa haus akan sebuah proyek besar. Beberapa proyek besar sedang dalam proses tender saat itu. Sejak proses tender dimulai, Tanjono sudah sangat pesimistis akan mendapatkan sebuah proyek pembangunan jalan layang yang menghubungkan antara kawasan hutan yang di dalamnya terdapat pertambangan minyak dengan pelabuhan yang berada di kawasan timur indonesia. Dari sejak awal aroma ketidak beresan sudah tercium,beberapa perusahaan yang mengikuti tender saling menyodorkan uang dalam jumlah cukup besar untuk menyuap panitia lelang proyek.
 Perusahaan - perusahaan besar saling berebut untuk mendapatkan proyek bernilai puluhan milyar rupiah tersebut. Mereka berusaha saling sikut,saling tendang dan menelikung dari belakang.  Tidak perduli lagi dengan cara – cara yang digunakan,baik yang menggunakan cara –cara lurus yang baik atau dengan cara menggunakan bantuan para normal. Bahkan tidak jarang menggunakan jasa preman untuk menakut-nakuti rekan bisnis atau rival mereka.
Pada pengumuman lelang itulah,perusahaan Tanjono muda diputuskan sebagai pemenang tender. Padahal perusahaan tersebut sama sekali tidak melepaskan uang untuk menyuap panitia lelang proyek. Perusahaan tersebut berusaha bermain jujur dan sesuai dengan alur yang diperlukan untuk  proses pembangunan jalan layag tersebut. Akibatnya sangat fatal bagi perusahaan Tanjono. Perusahaan –perusahaan besar yang kalah tender tidak terima dan mulai mengamuk. Menuduh yang tidak-tidak pada perusahaan Tanjono.Tidak jarang bermacam teror selalu di alamatkan kepada perusahaan tersebut.
“ Maaf pak, pengiriman logistik kita untuk proyek jalan layang di Nusa Tenggara gagal. Kabarnya bahan-bahan yang baru saja dikirim kemarin mengalami perampokan. Sopir kita hilang entah dimana,sedangkan dua kontainer bahan menghilang. Dua kontainer lagi ditemukan tidak utuh dan acak- acakan”. Laporan dari sang sekertaris.
“ Astagfirulloh hal adzim...trus bagaimana perkembangan proyek kita disana?”
“ Sulit diketahui perkembangannya pak,pelaksana proyek kita ditemukan meninggal mendadak  di sekitar area proyek,para pekerja tidak berani melanjutkan proyek tersebut karena takut menjadi korban. Bahkan beberapa orang preman sempat menyatroni kantor pusat kita ini pak. Tadi pagi pak satpam juga melaporkan ada yang mengirim paket ayam mati yang diletakkan di pintu gerbang kantor”.
“ Innalilahi wa inna ilaihi roji’un...Ya Allah ya Rabb,adakah salah hamba sehingga hamba mendapat cobaan yang seperti ini?”
“ Maaf pak,tadi juga ada sepucuk surat buat bapak dari orang yang tidak dikenal. Tidak ada nama pengirim dalam surat tersebut...”
“ Mana suratnya...?”  sang sekretaris segera memberikan surat kepada sang bos.
Mulut Tanjono tercekat,matanya membelalak. Tiba- tiba matanya terasa perih dan memerah. Tangannya mengepal penuh amarah. Sulit sekali mendinginkan kepala disaat seperti ini. Dadanya tersentak seakan di hantamkan ke tembok oleh pesawat jet dengan kecepatan tinggi. Remuk redam dan pecah berkeping-keping.
“ Segera batalkan semua meeting untuk hari ini. Suruh semua karyawan untuk segera pulang,sedapat mungkin usahakan agar mereka tidak keluar rumah dalam minggu ini. Biarkan kantor kosong,liburkan semua karyawan. Jaga keselamatan diri masing-masing”.
“ Sebenarnya ada apa pak? kenapa bapak begitu panik setelah membaca surat itu? Apa ada yang salah pak?”
“ Lebih baik turuti semua perintahku tadi. Itu adalah surat ancaman yang ditujukan buat aku,keluargaku dan semua karyawan perusahaan kita “.
“ Masya Allah...” sekertaris muda itu hanya dapat mulutnya dengan tangan.
“ Aku pergi dulu,aku harus menyelamatkan nyawa kedua orang tuaku sekarang juga. Usahakan secepat mungkin kamu segera pulang”.
“ Ba...ba...baik pak...” Ucap sekretaris dengan terbata-bata.
Tanjono muda segera melarikan mobilnya. Memacunya dengan kecepatan tinggi,satu yang ada dalam pikirannya adalah secepat mungkin sampai dirumah. Perasaannya cemas dan gelisah memikirkan keadaan kedua orang tuanya dirumah. Ancaman orang tidak dikenal itu telah membuat pikirannya campur aduk tidak karuan. Ingin sekali diledakkan dunia yang kejam ini,meninggalkannya dalam keadaan terlunta dan tanpa daya. Sangat sulit menemukan keadilan bagi orang-orang di sekitarnya. Sebuah kenyataan yang harus di hadapi sendirian,sebuah pertaruhan dari pergulatan jiwa yang panjang. Haruskah ia mundur teratur dan memulai kehidupan yang lebih damai atau tetap bertahan dengan segala resiko kerja yang harus di hadapi ? Tidak ada yang tahu kemana hari esok akan berlabuh,akankah ia hitam,putih atau bahkan kelabu. Hanya seberkas sinar sempat menelusup jauh kedalam relung hatinya terdalam,ketentraman yang tiba-tiba terasa menenangkan,damai...
Ciii.....iiitttt...Mobil berderit dengan keras,untung saja reflek mengemudinya masih sangat baik pada saat seperti ini. Rupanya ada seorang pengendara sepeda yang dengan tiba-tiba memotong jalur mobilnya. Beruntung,sang pengendara tidak tertabrak mobil itu. Tanjono segera tersadar dari lamunan yang melenakannya. Matanya tiba-tiba terasa pedih,kepalanya terasa berputar seratus delapan puluh derajat.

Mobil Tanjono telah memasuki halaman rumahnya ketika sebuah mobil lain beranjak meninggalkan rumah mewah tersebut. Pemuda itu langsung meloncat dari mobil,berlari dengan cepat menuju pintu rumah,segera dipanggil nama kedua orang tua dan adik laki-laki satu-satunya. Ada mendung hitam yang menggantung di langit,gelap berjalan cepat menutup seluruh angkasa,disusul suara petir yang menggelegar,hujan turun dengan derasnya disertai dengan angin kencang yang menerbangkan semua yang ada disekitarnya. Pepohonan dihalaman meliuk-liuk menahan terpaan angin. Beberapa ranting patah bercampur dengan dedaunan yang luruh membaur dengan air hujan. Listrik padam,hingga meskipun hari masih siang gelap mencengkeram seluruh isi kota. Tak terkecuali rumah Tanjono,panggilannya tidak mendapat sahutan.
Tanjono berteriak-teriak seperti kesetanan,tetap tidak ada jawaban. Suarnya seakan larut dan tenggelam dalam derasnya hujan dan gelegar petir yang terus menerus menyambar. Usai membuka pintu rumah yang gulita tersebut,tanjono segera berlari ke kamar kedua orang tuanya. Kamar itu tampak acak-acakan,ranjang yang terbuat dari kayu terlihat patah pada keempat sisi kaki-kakinya. Lemari pakaian tidak jauh berbeda,isinya telah terburai di lantai. Harta benda orang tuanya yang berupa emas,permata dan jam tangan mahal dan bermerk telah ludes di bawa oleh orang tidak di kenal tersebut. Tanjono tidak memperdulikan hal tersebut,ia hanya ingin melihat kedua orang tua dan adik semata wayangnya.
Begitu tidak mendapati mereka,Tanjono segera memeriksa ruangan lain yang keadaannya tidak jauh berbeda,hampir semua ruangan terlihat seperti kapal pecah. Barang-barang berserakan dimana-mana,saling tumpang tindih dan tidak teratur lagi. Dalam keremangan Tanjono terus meraba-raba,mencari jalan dan berpindah dari satu ruang ke ruang yang lain. Belum puas mencari,ia dikejutkan oleh raungan orang yang sedang menahan kesakitan  dengan amat. Miris hati dan ciut nyali,ia mulai menduga-duga apa yang telah terjadi. Segera ia berlari ke arah sumber suara yang berasal dari kamar mandi keluarga yang berada di pojokan rumah.
Ketika pintu kamar mandi dibuka,samar terlihat tiga sosok manusia terikat menjadi satu,dua orang yang lebih tua terlihat diam,tubuhnya kaku dengan darah yang mulai membeku. Seorang lagi terlihat sangat lemah,ia yang sejak tadi mearung menahan sakit. Dari kepalanya mengalir darah segar sampai membasahi seluruh muka,merembes diantara leher hingga ke baju putih yang dikenakan.
“ Bang...,aku takut bang...aku takut...” Lelaki itu,Prasojo hanya merintih menahan perih,adik kandung Tanjono itu sudah tidak bisa lagi merasakan ikatan yang membelit tubuhnya,bahkan setelah sang kakak membuka ikatannya pun,ia hanya diam. Tubuhnya sudah sangat sulit untuk di gerakkan, luka yang menganga ditambah darah yang mengucur habis telah menggerogoti suplai oksigen dalam raganya. Tidak jarang nafasnya tersengal-sengal karena menahan batuk dari tenggorokannya yang tercekik.
“ Siapa yang melakukan semua ini, Dik ? siapa?”
“ Bang aku takut bang...,Abang harus lari,selamatkan diri abang. Jangan lagi mengejar dunia bang,mulailah hidup tenang bang. Abang harus berjanji tidak akan menuntut balas kepada siapapun,abang harus berjanji untuk lebih berhati-hati lagi dalam mencari nafkah,abang harus berjanji...”
“ Iya Dik,abang berjanji. Tapi Adik harus sembuh,adik harus sehat kembali,temani abang”.
“ Maafkan adik Bang,adik tidak bisa menemani abang,adik harus pergi bang...ma...ma...maafkan adik Bang,Bang adik takut bang...”
Genggaman Prasojo mulai melemah,tangannya mendadak dingin dan kehilangan tenaga,tidak ada lagi nafas yang menghembus,degup jantung yang menjadi tanda kehidupan telah berhenti untuk berdetak. Prasojo telah pergi menyusul kedua orang tuanya yang juga bapak dan ibu kandung dari Tanjono ke alam lain.
“ Innalilahi wa inna ilaihi roji’un...” Tanjono muda berusaha tegar,airmatanya mulai berlinang. Dipeluk erat tiga nyawa yang merupakan keluarganya tersebut. Kini dia hanya seorng sebatang kara. Tanpa kerabat yang selalu ada di sampingnya.

Tidak ada hal yang paling menyedihkan di dunia ini selain melihat gundukan tanah merah yang masih basah,beratap kamboja dan bermandikan bunga-bunga. Apalagi bila di dalamnya adalah anggota keluarga kita,bukan hanya satu tapi tiga orang sekaligus. Yang membuat kita semakin lelap dalam kesendirian adalah jika dengan peristiwa tersebut membuat diri kita menjadi seorang sebatang kara yang tidak memiliki anggota keluarga lagi.
Kira-kira rasa itulah yang sedang dirasakan Tanjono.Tubuhnya lunglai menyaksikan kedua orangtua beserta adik kandungnya dimakamkan. Tak terbayang betapa sakitnya hati jika harus mengingat orang-orang yang sedang tertawa di atas penderitaannya. Ingin rasanya ia membalas dendam,menghabisi semua orang yang telah tega merusak pekerjaannya,membunuh orang-orang yang tidak bersalah. Tapi,entah kepada siapa ia harus membalas semuanya? Sedang saat inipun dirinya belum terbebas dari ancaman orang-orang yang ingin menghabisi nyawanya. Yang dia ingat,orang yang paling menginginkan proyek tersebut adalah pak Probo.
Gunawan Probo Asmoro,nama orang tersebut sangat terkenal sebagai seorang makelar proyek yang handal. Memiliki lobi yang kuat terhadap para pejabat pemerintahan di negeri ini,juga tidak segan mengeluarkan jasa preman untuk melakukan pembunuhan jika keinginannya tidak terpenuhi. Beberapa kali ia pernah di penjara,tapi tidak sekalipun dihukum lama,karena meski melalukan kejahatan berat,namun ia selalu berhasil untuk melakukan lobby ataupun memberikan suap kepada para penegak hukum. Setiap orang yang berhadapan dengannya harus berpikir dua kali untuk melawan. Lebih baik mereka pasrah dan menerima atau mengalah saja dengan apapun yang akan dilakukannya.
Belum sekalipun Tanjono bertemu orang yang bengis tersebut. Cerita itu telah tersebar luas di belantara ibukota. Hampir semua teman bisnisnya telah mengingatkan Tanjono akan kebringasan orang tersebut.Bahkan sebelum proyek itu berjalan.

Tanjono bergegas kembali kerumah yang berada di Kebayoran setelah pemakaman orang tuanya. Mengemasi semua barang yang tersisa sebagai bekal dalam menempuh perjalanan jauh. Untuk menghindari tempat umum,Tanjono lebih memilih menggunakan mobil pribadi menuju Surabaya. Di kota itu nantinya ia akan tinggal di tempat salah seorang pegawainya yang telah di rumahkan,paling tidak untuk sementara waktu guna menyelamatkan diri.
Setelah berjalan sekitar tiga puluh menit,Tanjono merasa telah diikuti sebuah mobil lain. Mobil itu berjenis Panther yang selama ini belum pernah di kenali. Ia berusaha memacu mobilnya lebih cepat,melakukan beberapa manuver zig-zig demi memperlancar pelarian dari kejaran para preman tersebut.
“ Ayo cepat kejar,jangan sampai lolos itu orang yang telah membuat bos Probo rugi besar. Kita harus menghabisi anak bau kencur yang sudah sok kaya itu”
“ Siap pak Bos...!” Suasana di mobil panther tidak kalah gaduh,empat orang berbadan tegap itu terlihat panik,mereka sangat takut kehilangan buruannya kali ini. Perintah pak Probo sangat jelas. Tanjono harus tertangkap baik hidup ataupun mati. Meninggalkan jejak sedikit saja akan membuat polisi dengan mudah untuk meringkus mereka. Berbeda dengan sang bos Probo,mereka tidak punya kuasa apapun terhadap kekebalan hukum. Sekali tertangkap bisa di jatuhi hukuman pancung.
Tanjono,melarikan mobilnya keluar dari jalan tol. Menempuh jalan kampung yang sempit dan banyak cabangnya. Harapannya sang pengejar akan kehilangan jejak. Sampai di Stasiun Manggarai ia menghentikan mobilnya. Berlari masuk ke arah stasiun yang secara kebetulan ada kereta api yang akan segera berangkat menuju ke Surabaya. Dengan tanpa berpikir panjang Tanjono segera naik ke dalam kereta yang sedang berhenti tersebut. Ia masuk ke gerbong pertama terus berlari menuju gerbong kedua.
Keempat orang pengejarnya terlihat kebingungan. Dengan sigap mereka ikut naik kedalam kereta api. Mengikuti jejak Tanjono di gerbong yang pertama. Seorang yang bernama Kohar rupanya paham apabila Tanjono tidak berada di gerbong yang pertama. Ia segera membali tugas kepada setiap anak buahnya.
“ Min,kami pergi ke gerbong kedua,Yudi ke gerbong ketiga,Sarju ke gerbong empat. Ingat temukan anak ingusan itu hidup atau mati. Jangan berhenti sampai ia dapat ditemukan,kalian mengerti ?”
“ Siap Bos !!!“
Mereka segera menyebar. Tanjono tetap bertahan di gerbong kedua. Bersembunyi di antara para penumpang yang memenuhi peron. Ketika si Parmin melintas,ia sengaja menutupi wajah dengan menggunakan koran bekas pakai. Dari sudut matanya ia melihat si Parmin sedang di keroyok penumpang lain karena mengira ia adalah seorang copet. Tanjono hanya bisa tertawa sendiri melihat tingkah pola si Parmin. Petugas penjaga kereta Api yang datang segera menggelandang pemuda yang hampir babak belur dihajar masa tersebut.
Peluit dari masinis melengking,diikuti dentang bel dari kereta uap tersebut. Kereta  segera berangkat,Tanjono segera melompat turun dari kereta,berjalan dengan santai setelah berhasil mengelabuhi para pengejarnya.Ia sengaja berpura-pura naik kereta api,meskipun sejak tadi tidak pernah membeli tiket kereta api.
Terlambat bagi Kohar dan kawan- kawan. Mereka telat untuk turun dari kereta yang telah melaju dengan kencang. Dengan penuh kekecewaan mereka hanya bisa memandang Tanjono yang berjalan pelan keluar dari Stasiun Kereta Api.

Matahari terus menyengat,deras keringat bercucuran di dahi dan seluruh tubuh Tanjono,badannya mulai lengket karena seaja pagi belum mandi. Wajah kuyunya terlihat sangat lelah dan tak bertenaga. Ini adalah hari kedua pelariannya dari para bandit suruhan Probo. Perjalanan telah memasuki wilayah Kabupaen Madiun,tepatnya mendekati hutan Caruban. Setelah berhasil mengecoh empat orang preman suruhan Probo di kereta api,tanjono memang melanjutkan perjalanan menggunakan mobil kembali. Kali ini kantuknya mulai tak tertahankan lagi,telah hampir sehari semalam ia tidak tidur sama sekali. Rupanya perutnya yang belum terisi sejak kemarin malam mulai terasa sakit. Penyakit maag yang sudah lama tidak lagi akrab dengannya tiba-tiba saja muncul kembali.
Mendekati sebuah tanjakan menuju kota Madiun,ia menepikan mobilnya di tepi hutan. Beberapa mobil yang berlawanan arah sesekali melintas,terkadang juga berasal dari arah sebaliknya. Tanjono berusaha memejamkan sekejap matanya setelah menyantap sepotong roti dan biskuit yang kebetulan turut ia bawa dalam mobilnya. Matanya terasa sangat berat,seperti ada ribuan ton beban yang hinggap dan mencoba menarik matanya tetap terletap.
Dua buah kupu-kupu saling berkejaran,menari-nari di atas deretan ilalang gersang,sepoi terkadang turut menerbangkan debu yang bercampur dengan hawa panas yang terus menyengat. Dua kupu-kupu itu terus saling berkejaran,warnanya indah seperti pelangi yang beraneka warna,semakin jauh mereka terbang semakin indah jejak yang ditinggalkan. Seekor kupu-kupu lagi tampak malu-malu di atas bebatuan,diam memperhatikan dua kupu-kupu yang tetap saling mengejar dan menari. Tiba- tiba sebuah cahaya menelan kedua kupu-kupu tersebut,terang,sangat terang,redup lalu mati. Tak tersisa lagi jejak dua makhluk yang indah tersebut,hanya seekor kupu-kupu hitam yang mulai membentangkan sayap,semakin lama semakin lebar,lebar dan terus melebar menutup cahaya matahari.
Kupu-kupu itu mulai terbang tinggi,semakin tinggi. Kepakan sayapnya terlalu jauh,ia hilang keseimbangan,menukik cepat dan berdebum pada bumi yang gersang. Hancur berkeping-keping dan tidak terselamatkan. Ada bekas memerah di tanah yang kerontang itu,bau anyir tiba-tiba menyergap berdetak lalu hilang tertelan awan hitam yang turun sebagai gerimis,semakin deras dan hujan pun turun tidak tertahankan lagi....
Tanjono segera terbangun dari mimpi ketika sebuah ketukan pada  pintu sebelah kanan mobilnya,tempat ia mengemudi. Ada dua orang berdiri di samping kanan mobilnya. Dua lagi berjaga di depan sebuah jeep yang parkir tepat di depan mobilnya. Entah sejak kapan empat orang tersebut berada di sana,membiarkannya terlelap dan mulai lengah.
“ Cepat turun...!” seorang yang berperawakan paling tinggi mengacungkan sebuah pistol kepadanya. Ia mengenali suara itu,benar suara itu adalah orang-orang yang men gejarnya selama berada di Jakarta. Sejak kapan mereka menemukan kembali buruannya yang kabur,bukankah mereka telah naik kereta api jurusan Surabaya. Mana mungkin secepat itu mereka dapat menemukan Tanjono ?.
“ Ayo cepat turun...Kamu heran dengan kedatangan kami hah? Dasar kelinci licik,sudah sangat berani kamu menipu kami,sudah terlalu hebatkah engkau hingga kamu bisa lari dari kami? Kali ini kamu pasti mampusss...”. Teriak Kohar di telinganya.tangannya masih saja memegang gagang pistol tersebut. Tidak ada waktu lagi bagi Tanjono untuk berpikir,bergerak sedikit saja pelatuk itu akan menyalak,meledakkan kepala dan mengirimnya menemui kedua orang tua serta adik kandungnya. Tanjono hanya bisa diam tanpa kata,keringat dingin mengucur dari dahinya.
“ Kita habisi saja sekarang orang ini bos ? biar tidak ada lagi orang yang menjadi saksi pembunuhan kita atas keluarganya”.
“ Diam kamu,aku ingin sekali meledakkan kepala orang ini sekarang,tapi kita akan bermain-main sedikit. Kita akan berpesta dan bersenang-senang sekarang. Yudi ambil tali,ikat kedua tangan dan kaki orang ini. Seret ia ke tengah hutan,menembaknya disini akan meninggalkan jejak saja. Sarju dan kamu Parmin,dorong mobil ini kejurang,bakar tangki bahan bakarnya agar tidak lagi bisa di temukan orang lagi”.
“ Baik bos...”
“ Siap Bos...!”
Yudi segera mengambil seutas tali,menyeret Tanjono ke tengah hutan di bawah todongan senjata api dari Kohar. Dua orang yang lain segera mendorong mobil Tanjono ke tepi jurang,membakar tangki bahan bakarnya hingga suara ledakannya membahana memenuhi seisi jurang. Senja telah mulai merayap pelan menjemput sebagaian isi malam. Temaram mulai merayap menapak sebagian sisi perbukitan,turun pada cabang-cabang pepohonan hingga daun-daun jati yang lebar mulai terlihat samar.
Tanjono mulai menggigil,bukan karena dingin yang mulai menusuk. Ingin rasanya ia berontak,melawan keempat penjahat yang menahannya. Apa daya,tenaga apalagi yang bisa digunakan,semua stamina telah terkuras habis oleh perjalanan yang jauh dan melelahkan. Tanjono hanya bisa berserah diri dan pasrah pada nasib yang akan menimpanya. Keempat orang itu terus menggiringnya semakin ke tengah hutan,senyap melingkupi seisi hutan. Ketakutan mulai merajam bintang- bintang dan rembulan hingga enggan untuk bersinar. Hanya awan pekat mulai mencengkeram atap langit,menghiasinya dengan cahaya petir yang mulai menyambar-nyambar dengan angkuh,suaranya menggelegar tajam seperti cemeti yang di ledakkan saat pertunjukan kuda lumping.
Setetes demi setetes bulir hujan mulai membasahi malam,seisi hutan tetap diam. Memenjarakan gelisah pada kepercayaan hati akan adanya pemilik seluruh alam yang tidak pernah tidur,tidak makan dan minum,juga tidak pernah lupa. Hanya tanda- tanda kebesaran terkadang pada saat- saat yang tanpa terduga.
Kohar segera menodongkan senjatanya pada ujung pelipis Tanjono,dingin dan tanpa ekspresi.Yudi,Parmin dan Sarju terbahak-bahak melihat bos mereka mempermainkan calon korban mereka. Tanjono terdiam seribu bahasa,matanya gelap karena telah terpejam sejak ditutup dengan kain hitam tadi. Pelatuk di tarik,bersamaan dengan senyap napas Tanjono,tubuhnya terasa lunglai,mulutnya komat-kamit melantunkan doa. Tidak terjadi apa-apa,pistol tidak meledak,hanya tawa yang semakin membahana di antara keempat orang tersebut.
“ Ha...ha...ha...lihat bos,cecunguk ini sudah gemetaran tidak karuan,ketakutan barangkali,ha...ha...ha...”. Salah satu diantara mereka nyeletuk. Tubuh Tanjono semakin dingin,gigil semakin kuat menembus belulangnya yang mulai rapuh tanpa daya. Sampai hitungan ketiga,isi istol masih tetap berada di tempatnya. Tidak meledak memecahkan kepala,sampai saat itupun mereka terus terbahak-bahak,mempermainkan ajal orang lain serupa malaikat yang telah di beri kuasa oleh Tuhan untuk mencabut nyawa umat manusia.
Tarikan keempat pelatuk siap di lakukan,mereka mulai menhitung mundur.
“ Satu...,dua...,ti.....,Aaack...” Sebuah tendangan tepat mengenai wajah Kohar. Lelaki itu tersungkur,pistol yang berada di tangannya terlepas,meluncur deras jatuh ke dalam jurang setinggi lima meter.
“ Kurang ajar,siapa kamu? Berani-beraninya mencampuri urusan kami ?”
“ Kamu tidak perlu tahu siapa kami,lebih baik sekarang kalian pergi dari sini”. Orang yang lebih tua membalas ucapan Kohar,jenggotnya telah memutih. Sebuah serban hijau menggantung pada kedua bahunya yang lapang. Secara usia bisa disebut bahwa lelaki tersebut tidak lagi muda. Sorot matanya tajam penuh kewibawaan. Gerakannya tangkas menandakan pengalaman yang tinggi merengkuh kehidupan. Satu orang lagi lebih muda usianya,kira-kira sebaya dengan Tanjono. Wajahnya terlihat tampan,gerakannya tegas dan lugas dalam memasang kuda-kuda.
Yudi beserta Sarju segera mengeluarkan belati dari balik baju mereka,menyerang lelaki tua tersebut. Dengan sigap sang kakek menghindar,dua pisau hanya menusuk angin. Kohar dan Parmin tidak mau kalah,mereka secara bersama menyerang sang pemuda. Pemuda itu mencoba menghindar,gerakannya kurang cepat,sebuah pukulan menghantam rahang kirinya. Pemuda itu terhuyung ke belakang,bergegas bangkit dan memperbaiki kuda-kudanya.
            “ Ayo Yud,Min dan kamu Sarju,kita habisi sekalian dua orang ini,siapa suruh mereka ikut mencari gara-gara”.
            “ Oke boss...sudah lama juga saya tidak membunuh orang baik seperti mereka,orang-orang sok pahlawan yang siap untuk mati konyol karena kecerobohannya mencampuri urusan orang lain”
            “ Bener itu bos,kita cincang saja daging mereka biar dimakan anjing hutan...”
            “ Atau kita bakar saja tubuh mereka bertiga sebagai tumbal hutan ini”.
            Hujan semakin deras menghujam bumi,meluruhkan segala ego langit yang luntur bersama hijaunya dedaunan. Akar – akar terdiam dalam becek lumpur dan humus yang menjadi satu.
            “ Ciiiiaaaaaaaaat...” Kali ini sebuah serangan dari Kohar,tendangannya cukup keras menghantam lambung kiri sang pemuda yang sudah sangat siap dengan kuda-kudanya yang mantap. Pemuda itu menangkap kaki Kohar. Sebuah tendangan keras meluncur menuju kepala Kohar yang tidak sempat menghindar. Praaak ...Kohar terhuyung,tiba-tiba matanya gelap sesaat. Tubuhnya yang jangkung terjengkang dan masuk kedalam lubang yang sengaja dibuat penduduk sekitar hutan untuk menampung humus yang terbawa hujan. Wajah itu belepotan lumpur.
            Sarju mengalami nabsib serupa,sebuah tendangan menyusur lambung kanannya.membuat pemuda itu mengadu dan memegangi lambungnya yang sakit.Yudi dan Parmin mengalami hal lebih parah,senjata mereka berbalik dan melukai tangan,perut Yudi mengalami robek dan berdarah,juga Parmin. Senjata mereka memakan korban tuannya. Ketika sang kakek berdiri ditengah-tengah,Yudi dan Parmin menyerang membabi buta dengan pisau mereka yang tidak bermata. Sang kakek berhasil menghindar,naas bagi kedua penjahat kambuhan tersebut. Mereka tidak sempat menyelamatkan diri,pisau Parmin menusuk perut Yudi,pisau Yudi pun demikian merobek perut Parmin. Mereka berdua terkapar bersimbah darah. Melihat kedua temannya tak berdaya,Kohar dan Sarju mengambil jurus langkah kaki seribu,terbirit-birit mereka berlari menjauh.
           
            Pada pondok itulah ingatan Tanjono bermuara,sebuah rumah kayu di pinggir hutan Caruban. Rumah Kakek Husni,orang yang pernah menolong menyelamatkan nyawanya. Kakek itu hanya memiliki seorang anak perempuan yang sudah menikah. Tinggal berjauhan dengan sang kakek beserta keluarganya. Perempuan itu tinggal bersama sang suami di Banyuwangi,hanya sesekali saja keluarga tersebut berkunjung ke Caruban.
            Di pondok,sang kakek tinggal dengan nenek Ningsih yang merupakan istrinya. Usianya sekitar delapan tahun lebih muda dari kakek Husni. Pasangan itu di temani seorang pemuda gagah yang merupakan seorang murid sekaligus anak angkat dari kakek Husni. Usianya sebaya dengan Tanjono,memiliki karakter kuat dalam dirinya,berbadan tegap serta memiliki ilmu silat yang cukup mumpuni. Memang setelah kepergian Siti Julaikah,anak semata wayang yang ikut tinggal dirumah sang suami,kakek Husni maupun nenek Ningsih merasa sangat kesepian. Jadilah mereka mengangkat Abdul Mukid yang merupakan anak salah satu kerabat mereka yang telah meninggal itu untuk tinggal dan menetap menjadi anak angkat mereka.
            Selama sepuluh hari lebih Tanjono tinggal dirumah tersebut. Perlakuan keluarga itu sangat ramah,bahkan terasa seperti tinggal dirumah sendiri,sebuah kenyamanan dan kedamaian yang baru kembali direngkuh setelah merasakan gelisah dan gulana yang mencengkeram jiwa. Pada saat-saat itulah timbul keinginan Tanjono untuk menjodohkan anaknya kelak dengan cucu dari kakek Husni,seorang laki-laki berumur sekitar dua bulan yang baru dilahirkan. Bak gayung bersambut,kakek Husni ternyata sangat setuju dengan perjodohan tersebut sehingga mereka mengikrarkan janji tersebut dalam sebuah acara selamatan sederhana. Tentu saja perjanjian tersebut berlaku apabila anak Tanjono adalah seorang perempuan.
           
            Begitulah kisah hidup itu mengalir,mengukir sebuah memori terindah dalam setiap jiwa manusia yang menjalani. Memberikan sekelumit nafas kedamaian bila dilakukan dengan ikhlas tanpa paksaan,menjadi sebuah beban berat yang harus di tanggung bila harus dilakukan dengan keterpaksaan dari semua pelaku kejadian.  Antara satu hal dengan hal yang lain akan selalu memiliki keterkaitan dan keterikatan. Begitulah hubungan sebab akibat dijalankan.

            Sebuah peristiwa pasti ada asal muasalnya. Beberapa orang akan mengukirnya  dalam prasasti perjuangan yang disebut dengan sejarah. Seluruh umat manusia di dunia ini pasti memiliki sejarah,sebuah catatan memori yang diciptakan Tuhan sebagai bahan belajar,dimulai saat kita dilahirkan hingga nanti diliang lahat. Torehan prasasti sejarah setiap orang akan berbeda-beda,ada yang berupa jalan lurus dan terang benderang bahkan ada juga yang hitam kelam juga berkubang dalam lubang jurang yang dalam.
TIGA

            Jangan mencoba bernyanyi, setidaknya ketika purnamamu telah terenggut oleh sepi. Cahayanya yang tidak akan lagi indah pasti mengurungmu dalam pengapnya hari-hari yang sunyi. Sulit untuk bisa keluar menghirup udara malam jika hanya untuk melihat gulita,atau hanya ingin menikmati embun yang sudah pasti dingin,sedingin hati yang membeku dan luruh bersama tetesan hujan airmata. Mata yang sembab semalaman mungkin bisa melepaskan beban,tapi juga tidak akan mudah merangkai kembali sebuah kerinduan yang sudah kita temukan lalu lepas terhempas badai.
            Membuang kesempatan untuk bahagia bersama seorang kekasih yang kita idamkan adalah sebuah kebodohan. Sebuah kesalahan yang tidak menjadikan indah dalam memulai hari- hari. Memilih berlari dan pergi menjauh juga bukan merupakan sebuah keputusan yang benar,karena semua masalah untuk di selesaikan,bukan untuk di hindari.
            Malam ini seperti purnama yang terenggut oleh sebuah mimpi buruk bagi Alexa. Hari kedua dan belum ada keputusan apapun yang di buat oleh gadis itu. Telah dua malam semenjak mendengarkan kisah tentang perjodohannya tersebut Alexa lebih banyak mengurung diri di kamarnya. Gulana jiwa menawan dan merenggut keceriaan yang baru saja tumbuh ketika bertemu sang pujaan hati. Sulit memikirkan bagaimana hidup yang harus di jalani dengan orang asing yang benar-benar tidak dikenalnya,seperti berjalan jauh menapak setapak berbatu yang kita sendiri belum memiliki panduan. Apa jalan itu akan bercabang,lurus dan jauh tanpa harapan atau malah terjatuh dalam sebuah lubang yang dalam hingga sulit untuk berdiri dan memulai hidup kembali.
            Entah kepada siapa waktu akan membagi kisah,bila lembutnya nafas hari-hari hanya menjadi penghibur dikala senggang,airmatalah teman sejati yang bisa memberi penawar pada luka terindah. Kepingan –kepingan lajur jalan yang mulai gelap menghadang di depan sana. Menciptakan bayangan tersendiri yang selalu ingin di telusuri. Bukan kepada siapa kita harus menyerahkan hidup dan cinta kasih sayang kita,bukan kepada siapa kita harus bergandengan tangan selalu tersenyum atau membawa diri kita dalam waktu yang berbeda-beda. Namun,pada siapa kita akan menyerahkan pengabdian kita,secara tulus ikhlas dan rela hati melayani dengan sepenuh hati. Bukan dengan tanda tanya besar,cintakah engkau dengan aku? Baikkah perlakuannmu padaku setelah kita menikah? Atau seberapa besarkah pengertianmu padaku disaat kita tidak pernah mengenal satu sama lain sebelum kita menuju pelaminan yang suci dan agung itu.
            Kelopak mata Alexa yang terpejam mulai tumbuh kembali. Sebuah kertas dan alat tulis di rangkai menjadi sebuah coretan sajak. Hanya isi hati yang bisa menggambarkan perasaan pada jiwanya yang mulai tenang. Dengan raut datar ia mulai bersyair,menumpahkan segala jiwanya yang mulai terombang-ambing bimbang;

Bulan di Tepi Sungai

Mata memandang kilau melepas sembab sakit semalam
Pada sepoi berbisik rindu jiwa cemburu datang terancam
Tanpa bunyi kilau yang tenang,
riak gelombang serasa bimbang,
Gisik daun tumbuh terkekang ,jatuh terserak tanpa lebam

Pada sang bulan titipkan salam
Bila mengalir, sungai di tepi malam
Jernih dan terus berkilauan,
Menjemput rindumu di sepanjang jalan

Mengapa harus memilih duri ?
Bila purnama tegar menanti
Membuka kilau di sepanjang sepi
Berteman sepoi menyimpan hati


            Setiap bias kata yang tumbuh akan terus melahirkan ribuan pilihan. Setiap perbedaan dari cara pandang orang tua kita pasti akan lebih mudah diselesaikan. Bergantung bagaimana kita bisa menerjemahkan setiap permintaan mereka.
            Alexa semakin dalam jatuh pada pikirannya yang mulai bercabang,cintanya pada Bayu yang begitu besar akan sangat sulit sekali untuk dikuburkan. Di seberang sana,kepatuhan pada orangtua satu-satunya dan keinginan untuk membahagiakannya terus membekas,mengancam tubuhnya yang mulai limbung oleh puing-puing janji. Keingnan menjadikan Bayu sebagai seorang Imam sekaligus seorang yang menjadi pemimpin maupun nakhoda untuk mengarungi masa depan yang lebih panjang.
            “ Mas Bayu....Kenapa harus begini? Kenapa sulit sekali kita untuk bersatu,Mas tidak bisakah engkau berbuat sesuatu? “ Lirih Alexa bergumam sendiri. Dalam keputusasaan itu,kembali meluncur sebuah sajak dari Alexa.

Engkau mengabarkan setiap kepak sayapmu
Pada tingginya langit bisu
Awan yang berserak di antara kepingan senja
Pada gelap tubuhmu terdiam
Menekur lelap di antara ringkih malam

Janjiku, pada setiap musim kembali
Sebanyak ranting yang terpijak
Tumbuh harum melati yang engkau tanam
Benih yang tersemai di antara cadas dan ilalang
Ingatkan aku untuk memungutnya
Karena setiap ikrar yang berbeda akan menghasilkan kekecewaan

Apalagi bila alpa membuncah di sebagian pagi
Lalu embun hanya berharap pada pelangi,
bukan pada mentari yang memberinya kilau...

Seberapa jauhpun aku akan melangkah pergi
Pada setiap ucap yang telah teringkari
Tidak akan mampu  menggantikan ikrar yang akan membuatku kembali
Disini,dan menunggu seribu tahun lagi.....

           

            Ada yang percaya bahwa sebuah rahasia akan menjadi sebuah beban seumur hidup kita. Bila saat-saat terakhirpun kita memilih tidak untuk mengatakan atau menceritakan sebuah kisah yang telah sangat lama kita pendam dalam lubuk jiwa yang paling dalam. Tentu lebih menyakitkan lagi bila orang yang kita cintai tidak pernah tahu yang kita rasakan,lalu pergi begitu saja meninggalkan kita yang sedang termangu menantinya pada ujung sebuah jalanan.
Memang adakalanya kita menyimpan rahasia, tapi bukan untuk sebuah cinta. Banyak kasus terjadi yang mana beberapa orang di antara kita harus kehilangan cinta karena tidak sempat mengucapkan perasaannya. Bagaimana orang tersebut di hantui sebuah rasa penyesalan selama seumur hidup karena gagal merebut maupun mempertahankan cintanya tersebut. Bukan tidak mungkin,ketika cinta itu tanggal kita akan mengalami rasa sakit yang sungguh amat pedih,tidak jarang sebagaian di antaranya memilih mengakhiri kehidupan,banyak juga yang menjadi linglung atau kehilangan kesadaran dan menjadi gila karena kehilangan cinta.
            Pagi,mungkin bukanlah saat yang tepat untuk membicarakan isi hati. Pada saat kebanyakan orang sedang mencari sesuap nasi,menafkahi keluarga yang menjadi tanggung jawab masing- masing keluarga. Sangat banyak kesibukan dimulai saat pagi hari. Sebagian besar anak-anak pergi kesekolah pada pagi hari,para pegawai dan karyawan pergi ke kantor pada pagi hari,ibu rumah tangga mulai menyiapkan sarapan pada pagi hari,para pedagang mulai perniagaan di pagi hari,para buruh juga pergi kesawah pada pagi hari.
 Banyak sekali hal-hal yang sangat penting terjadi dikala mentari itu mulai tumbuh,terangnya hari merupakan sebuah alarm alam yang di ciptakan tuhan untuk memulai segala hal dalam dunia ini. Seperti halnya gelap yang menjadi penanda bahwa makhluk bumi harus mengakhiri hari dan beristirahat untuk memulihkan tenaga dan pikirannya.

Alexa menatap lekat wajah Bayu yang berdiri tegap disampingnya,pemuda itu terlihat sibuk menata rumput untuk pakan ternak pagi ini,sebagian besar pekerjaan itu telah selesai,sebagian lagi masih menunggu untuk mendapatkan jatah makan yang sama. Beberapa pegawai juga tampak sibuk mengatur dan menempatkan rumput yang baru saja selesai di sabit. Yang lain duduk tepat dibawah perut sapi,mengurut putingnya yang besar berisi susu segar,memasukkannya dalam sebuah tempayan khusus menyimpan susu sapi. Tidak hanya sapi yang di peras susunya di peternakan ini. Sekumpulan kambing Etawa juga tampak sedang di peras susunya. Kandang yang bersih menjadikan seluruh hewan ternak merasa nyaman dan menghasilkan banyak sekali susu berkualitas tinggi.
Hanya sedikit saja terlihat sapi  atau kambing jantan dalam kandang,itupun hanya yang masih terlihat kecil-kecil atau masih menyusu pada induknya. Ketika cukup umur,kambing maupun sapi jantan itu lebih banyak akan disembelih untuk hari raya Idul Qurban. Hampir setiap tahun, tidak kurang dari empat ekor sapi dan sepuluh ekor kamping selalu di sembelih dan di bagikan kepada seluruh warga desa. Beberapa di antaranya juga disembelih untuk kegiatan hajatan yang dilakukan oleh pegawai peternakan. Memang,Haji Tanjono selalu menghargai seluruh pegawai yang ada dengan cara mencukupi kebutuhan mereka,termasuk membantu melaksanakan hajatan jika ada anak mereka yang dikhitan ataupun mengadakan pesta pernikahan. Haji Tanjono sangat percaya bahwa dengan banyak melakukan shodaqoh maka akan lebih banyak rejeki yang dilimpahkan Allah swt kepada umatnya. Karena disadari atau tidak bahwa dalam setiap harta benda orang-orang muslim pasti terdapat hak-hak sesama mereka yang kekurangan.
“ Mas Bayu,bisakah kita bicara sebentar ?” Pemuda itu menoleh kepada Alexa.
“ Ada apa Dik? Bicara saja,jangan sungkan seperti itu. Mas Bayu selalu bersedia untuk berbicara dengan adik,bukankah selama ini adik tidak pernah secanggung ini. Adakah hal yang mengganggu pikaran Adik saat ini?”
“ Ada sesuatu yang perlu kita bicarakan Mas,sekarang dan tidak di tempat ini. Adakah waktu dari mas Bayu untuk mendengarkan tutur adik?”
Bayu merasa heran,kenapa tiba-tiba saja sikap Alexa menjadi kaku seperti ini,seperti bersikap pada orang yang baru saja di kenalnya. Sikap itu sangat berbeda seratus delapan puluh derajat dari Alexa yang sebelumnya. Apakah sikap ini ada hubungannya dengan peristiwa yang terjadi dua hari yang lalu,dimana waktu itu Alexa meneteskan airmata,disusul dengan peristiwa dua hari berturut-turut yang mana Alexa tida bersedia keluar kamar,tidak mau menemui siapapun,bahkan makan pun harus dikirimkan ke dalam kamarnya.
Bayu mulai menduga-duga apa yang terjadi dengan gadis itu. Segera ia merapikan semua pekerjaan memberi pakan ternak,menyelesaikannya dengan lebih cepat. Bayu tidak ingin Alexa menunggu terlalu lama. Gadis itu segera melangkah pergi saat melihat Bayu menyelesaikan pekerjaannya. Dengan tergesa pula Bayu mengikuti gadis itu. Beberapa pekerja terlihat keheranan melihat dua orang perjaka dan perawan tersebut.
“ Kira – kira ada apa ya Mun,mengapa mereka terlihat buru- buru sekali ?” Tutur Suliono kepada Muntari.
“ Kamu ini pengin tahu saja urusan orang Sul. Biarkanlah dua anak muda itu menyelesaikan urusan mereka. Kamu ini seperti tidak pernah muda saja.”
“ Bukannya begitu Mun,sebagai manusia wajarkan kalau memiliki rasa penasaran?”
“ Lho kamu manusia juga toh,tak kira...”
“ Husss....memang kamu kira aku ini apa? Jangan kurang ajar kamu sama orang yang lebih tua,nanti bisa kualat tahu rasa kamu.”
“ Iya maaf mbah,...tapi ngomong-ngomong mas Bayu dan mbak Alexa kelihatan cocok juga yah? Tampak serasi seperti Rama dengan Sinta.”
“ Ah... kamu ini terlalu banyak melihat pertunjukan wayang kulit Mun,yang modern sedikit dong kayak aku ini,biarpun sudah tua tapi masih selera muda,sekali-sekali lihat bioskop dong. Jangan melihat wayang kulit terus.”
“ Loch... kan lebih baik melihat wayang kulit dong kang Suliono yang ganteng,bisa ikut melestarikan budaya leluhur kita. Sekaligus bisa belajar bagaimana pegangan hidup,bukan begitu...?”
“ Ehm...ada benarnya juga perkataan kamu tadi Mun,mereka memang sangat serasi,sangat cocok kalau menjadi sepasang suami isteri,apalagi mereka sebenarnya bukan kakak dan adik kandung,jadi sangat pas sekali kalau mereka dinikahkan. Kira- kira pak haji setuju apa tidak ya Mun dengan pendapat kita?”
“ Husss...jangan ngaco dong kang,mana mungkin kita mengatur majikan kita,mendikte juragan yang memberi kita makan setiap hari. Sudah-sudah,biarkan semua mengalir apa adanya,lebih baik kita kembali meneruskan pekerjaan kita,jangan menggunjing terus,nanti malah bisa menjadi ghibah.”
“ Tumben otak kamu rada lempeng Mun. Biasanya bengkok dan berbelok kemana-mana.”
***

“ Mas Bayu tahu kenapa saya mengajak mas Bayu kemari,kenapa kita harus berdiri disini? Kenapa kita harus berbicara di tepi sungai ini mas?”
“ Maaf Dik,mas tidak tahu. Mas masih belum mengerti kenapa dua hari ini sikap adik tiba-tiba berubah,kenapa secara mengejutkan adik tidak ceria lagi seperti saat pertama kali datang tempo hari. Adakah sesuatu yang menggangu pukiran Adik,lalu adakah hubungannya dengan peristiwa dua hari yang lalu? Maaf bila mas Bayu lancang,mas secara tidak sengaja melihat adik menangis dua hari yang lalu. Bisakah adik terbuka kepada mas Bayu,karena beban yang di tanggung sendiri pasti lebih berat daripada kita bagi dengan orang lain.”
“ Itulah Mas,karena masalah itulah adik ingin berbicara dengan mas pagi ini...adik ingin menumpahkan segala beban pikiran adik selama ini.” Alexa menghela nafas.
“ Adik tidak mau menahan semua sendiri,menyimpan sebuah rahasia yang lebih baik seharusnya dapat adik utarakan.”
“ Sebenarnya ada masalah apa dengan adik?”
“ Pertama, kenapa adik membawa mas ke tepi sungai ini,tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menunjukkan kepada mas bahwa hidup itu harus terus mengalir seperti alur air ini,benar begitu kan Mas?”
“ Benar sekali perkataan Dik Alexa,hidup itu mengalir seperti alir sungai ini. Kadang ia jernih kadang juga mengalir dengan keruh,kadang mengalir dengan deras kadang kecil,kadang dengan lancar meluncur dari hulu menuju hilir,adakalanya juga ada yang menghambat dan membendungnya sehingga tidak mampu lagi melanjutkan perjalannannya. Kadang mengalir dengan lurus,kadang berkelok karena ada batuan yang menghadang.”
“ Benar sekali perkataan mas Bayu. Jadi apapun yang terjadi nanti pasti akan terjadi,karena setiap dilahirkan kedalam dunia ini,bahkan selama masih berada di rahim sang ibupun telah ditentukan takdir yang harus kita jalani. Di atas sana takdir kita di tulis dalam Qada dan Qodar,telah tertulis dan terukir dengan jelas dimana kita akan dilahirkan,kapan kita akan dilahirkan,dengan siapa kita dipertemukan dengan pendamping hidup kita dan kapan serta dimana kita harus meninggalkan dunia ini. Semua sudah ditetapkan dan siap ataupun tidak siap,suka atau tidak kita tetap harus melaksanakannya. Benar begitu mas Bayu?’’
“ Benar sekali Dik,mas Bayu sangat setuju dengan pendapat dik Alexa. Jadi sebenarnya apa yang menggangu pikiran adik?”
“ Coba mas Bayu lihat gunung Penanggungan di atas sana. Sangat indah kan Mas? Gunung itu sangat kokoh tegar berdiri,selalu kuat menghadapi segala jenis perubahan cuaca. Mulai panas yang mengering hingga menimbulkan kerontang dan kebakaran,derasnya hujan yang membuat sebagian punggungnya melongsor dan menimbulkan korban. Embun yang menyelimutinya dengan dingin yang merajam,angin yang setiap waktu menghempasnya dengan keras dari sisi kanan dan kiri,dari timur,barat,utara dan selatan. Ia tidak pernah mengeluh Mas,tidak pernah sekalipun lelah untuk memberikan hidup dan penghidupan kepada tetumbuhan. Tidak pernah letih menjaga tubuhnya yang kokoh tetap berdiri,menjaga ilalang selalu tumbuh pada setiap punggung dan puncaknya,tidak pernah menolak tumbuhnya belukar dan berbagai kerikil yang terhempas oleh hujan.”
“ Aku ingin sekali seperti gunung itu Mas,aku sangat ingin memiliki jiwa yang kokoh seperti gunung Penanggungan. Tegar menghadapi seluruh cobaan yang datang,tangguh dalam menerima segala tekanan. Aku juga ingin menjadi alir sungai yang jernih Mas,ingin menjalani hidup ini apa adanya. Mengikuti setiap arus hingga dapat sampai ke ujung dari penghidupan ini dengan selamat. Sangat sulit Mas,sangat sulit sekali menerima sebuah kenyataan hidup yang fana ini. Sangat sulit sekali mas.”
“ Setiap hidup itu pilihan Dik,kita bisa memilih mana yang terbaik buat kita,mana yang tidak baik. Mana yang bisa membuat kita bahagia,mana yang akan membuat kita sengsara. Jadi kita harus lebih jeli dalam memilih hidup yang terbaik buat kita.”
“ Bagaimana apabila kita harus memilih antara orangtua kita atau mempertahankan cinta kita Mas? Itu sama saja dengan memakan buah simalakama,bila memilih orangtua maka kita akan kehilangan cinta kita,jika kita memilih cinta maka kita harus menghancurkan impian orang tua kita. Jadi bagaimana menurut Mas Bayu?”
“ Sebuah pilihan yang sulit Dik. Di satu sisi kita harus bersikap patuh dan taat kepada orangtua yang telah dengan ikhlas dan kerelaannya memberikan cinta kasih juga rasa sayangnya kepada kita. Menumpahkan segala tenaga dan pikiran untuk mencari nafkah dan penghidupan bagi kita. Sedangkan cinta juga harus di perjuangkan,tanpa cinta hidup kita tidak akan bahagia,tanpa cinta tidak akan tumbuh sikap pengorbanan atas sebuah pengabdian yang tulus dan ikhlas.”
“ Lalu bagaimana bila cinta kita tidak pernah mendapatkan balasan dari orang yang kita cintai? Bagaimana jika cinta kita hanya dianggap sebagai sebuah kasih sayang antara seorang teman atau seorang saudara,pantaskah kita terus menunggu Mas?”
“ Menunggu,...adalah sesuatu yang sulit. Kita seperti menanti sebuah keajaiban yang entah kapan keajaiban tersebut akan datang menjemput kita,bisakah kita terus menunggu jika hanya malam gelap dan sepi menemani kita dalam ketidak pastian,untuk saat ini atau seribu tahun lagi. “
“ Menurut mas,apa yang akan mas Bayu lakukan apabila ada seseorang yang akan mengucapkan cintanya kepada mas Bayu,padahal gadis itu akan pergi,pergi ketempat yang sangat jauh,bahkan mungkin tidak akan bertemu lagi. Mungkin juga gadis itu akan tetap sangat dekat dengan mas,tapi terasa sangat jauh seperti ada sebuah tembok tebal yang menghalangi pertemuan itu? Bagaimana menurut mas Bayu,apakah mas Bayu akan tetap melihatnya sebagai sebuah cinta yang tulus?”
“ Dik,yang perlu dilihat dari ketulusan seseorang adalah bagaimana dia memberikan pengabdian,jadi menurut mas,sebuah cinta itu harus di ungkapkan karena setiap manusia berhak menerima cinta,berhak memberi cinta walaupun pada akhirnya akan terpisah oleh jarak,waktu dan kesempatan.”
“ Mas Bayu...aku tahu ini mungkin tidak pantas untuk diucapkan seorang adik kepada kakaknya...”
Mendung menggelayut pada sudut mata Alexa,sebutur kristal bening tiba-tiba luruh dari sudut matanya yang indah. Wajahnya semakin layu oleh awan kelam yang siap menumpahkan segala beban rasa yang telah tumbuh dan terus membebani. Butiran-butiran embun lembut semakin banyak yang luruh,membentuk kanal airmata,suara Alexa semakin berat,pandangannya tidak lagi tampak berbinar,sesekali diusap matanya yang sembab.
“ Mas Bayu... tidak tahukah mas bahwa ketika memandangmu,telah aku temukan keteduhan disana,ada kedamaian pada setiap tutur dan kata. Ada perasaan nyaman,tenang dan menyenangkan setiap kali Alexa dekat dengan mas Bayu. Mas,tidak sadarkah mas Bayu bahwa ketika berada di Australia Alexa merasa sangat tersiksa mas,Alexa merasa sangat rindu kepada mas Bayu. Rindu pada setiap tutur dan kata mas Bayu,rindu pada perhatian dan kasih sayang mas Bayu. Mas...maafkan Alexa bila aku lancang mengucapkan ini.”
“ Bukan salah Adik bila punya rasa seperti itu,bukan salah adik jika memiliki rasa rindu,bukan salah adik bila memiliki rasa sayang kepada mas Bayu. Perasaan itu tumbuh karena kita telah tumbuh bersama,kita makan di meja yang sama,kita bermain pada halaman yang sama,kita berteduh dalam rumah yang sama. Jadi sangat wajar apabila telah tumbuh kasih sayang antara kita,cinta kasih itu tumbuh bukan lain karena kita adalah sepasang saudara. Sangat wajar jika adik menyayangi sang kakak dan kakak menyayangi sang adik.”
 “ Tapi perasaan ini berbeda Mas,ini bukan perasaan antara seorang adik kepada kakaknya,bukan perasaan antar saudara,bukan perasaan kepada teman atau sahabat. Ini adalah perasaan cinta,seperti cinta kupu-kupu kepada mawar yang membuat dunia menjadi indah,seperti cinta antara mentari dan pagi,seperti cinta malam dengan bulan dan bintang,juga cinta awan terhadap hujan. Ini benar-benar cinta yang memberi debar dalam dada,ini cinta yang sama seperti cinta Layla dan Majnun,seperti cinta antara Rama dan Sinta.”
“ Bagaimana mungkin mas Bayu akan menerima cinta dik Alexa,mas hanya seorang anak pungut,mas Bayu hanya seorang pekerja yang membantu pekerjaan majikannya,kita tidak sebanding,kita sangat berbeda selayak kerikil dengan kokohnya penanggungan,seperti sepoi dengan ilalang yang membuat mereka tidak pernah bisa menyatu. Apa yang akan dikatakan orang apabila mas Bayu lancang untuk mencinta dik Alexa,mas Bayu akan dicap sebagai orang yang tidak tahu terima kasih.”
“ Lebih baik kita lupakan saja perbincangan kita ini Dik,lebih baik adik menyimpan rasa cinta tersebut bagi oarng lain. Menyimpan kasih sayang dan pengabdian tersebut kepada orang yang tepat untuk menjadi pendamping dik Alexa.”

Matahari seakan runtuh bagi Alexa ketika mendengar perkataan Bayu,gelap menyergap terik siang yang berjalan pelan,bejana yang di ulurkan itu telah tumpah pada ujung jalanan. Laksana kemarau yang membakar rerumputan dan ilalang pada punggung penanggungan. Hanya diam dalam ribuan bahasa bisu bagi Alexa. Airmatanya semakin deras mengalir.
“ Apapun yang terjadi,Alexa akan tetap mencintai mas Bayu. Alexa akan tetap menyerahkan cinta ini hanya untuk mas Bayu,sampai kapanpun. Asal mas Bayu tahu,Alexa akan menerima perjodohan yang dilakukan oleh ayah. Namun tidak dengan sepenuh hati,Alexa akan tetap menjalani perjodohan tersebut hanya untuk menyenangkan hati mas Bayu yang sudah sangat tega kepada Alexa.” 
 Dan ketika lembayung kelam mulai menapak di antara gerimis tangis,gadis itu melangkah pergi,meninggalkan Bayu yang masih diliputi rasa bersalah. Rasa bersalah itu tiba-tiba saja tumbuh dalam jiwa,bergerak dari batang-batang tubuh yang membalur bisu,bersemi dan mekar selayaknya bunga di musim kemarau. Lalu layu bersama kering yang mencekat di tenggorokan,ludah mulai mengering karena tidak lagi mampu membawa alir oksigen ke dalam hati. Hati itu serasa pengap menjemput alinea kata kelu yang tidak mungkin lagi untuk diselamatkan.
Sungguh sebuah keegoisan apabila membiarkan sebuah cinta yang tumbuh dan mekar itu harus tersiram raksa yang memaksanya untuk runtuh dan luruh bersama embun pagi. Bukan suatu alasan yang benar yang bisa membiaskan dan mematahkan ranting perasaan sendiri,apalagi dengan menciptakan kebohongan-kebohongan yang yang menutup rasa yang sama yang pernah dirasakan.
Sebenarnyalah,Bayu merasakan perasaan yang sama dengan Alexa. Telah tumbuh juga benih-benih cinta yang terkadang menyiksa malam dalam benaman tidurnya. Mimpinya selalu melayang menuju langit yang sama dengan  yang di huni mimpi Alexa. Sepoi terkadang juga turut menerbangkan asa,mencuri nektar dari lebah hingga memberi manis seperti gulali,terkadang pekat juga turut hadir,memberikan sesak dalam dada karena rasa cemburu yang menyiksa. Benarkah Bayu benar-benar mencintai Alexa? Selalu saja timbul perasaan itu tatkala dalam kesendirian lamunannya yang panjang dalam sebuah bilik pada masa rehatnya.
Bayu hanya bisa berharap apa yang telah dikatakan tidak pernah menyakiti gadis itu,atau paling tidak tetap membuat hubungan mereka tampak biasa saja seperti sebelumnya. Akan sangat sulit melihat sebuah kenyataan dimana orang yang paling dekat dengan kita tiba-tiba menjauh,bagaimana kita akan bisa merasakan keindahan alam jika celoteh burung yang kita harapkan hanya membisu. Bagaimana akan menatap sunrise bila mendung terus menutup pergerakan matahari,menciptakan warna kelam yang secara terus menerus membayangi waktu,dalam tidur kita,makan atau dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Bukan sebuah keputusan yang bijak untuk mencari mawar pengganti yang lebih indah,atau mengganti salah satu warna pelangi karena keindahannya akan luntur dan luruh dalam jejak langkah yang memisahkan antara kebaikan dan keburukan. Kejujuran dan kebohongan.
Dalam dunia ini,sesuatu yang kita tanam akan menghasilkan hasil yang sesuai dengan yang  kita harapkan. Bergantung bagaimana kita merawat dan membesarkan apa yang telah kita tanam tersebut. Bila kita menanam padi misalnya,kita juga harus merawatnya dengan sepenuh hati,memberikan pupuk yang sesuai,menyiangi rumput yang mulai tumbuh tinggi bahkan memberikan penyemprotan menggunakan pestisida agar hama penggangu tanaman hilang sirna binasa. Dengan perawatan yang penuh kasih sayang itulah,hasilnya tentu menghasilkan panen yang sesuai dengan pengharapan. Jumlah yang banyak,bulir yang padat berisi juga warnanya yang menarik hati.
Berbeda lagi jika kita menanam padi,membiarkannya tumbuh tanpa memberinya pupuk yang tepat,pengairan yang asal-asalan,pembiaran pada hama dan gulma maka hasilnya akan lain. Tentu saja mungkin padi itu akan mati,berganti tumbuh ilalang rumput bahkan gulma yang akan kita panen. Begitupun dengan cinta,cinta yang tidak dialiri dengan kasih sayang akan segera layu,mengering dan mulai mati. Bahkan lama-kelamaan akan menghilang dari diri orang yang kita cintai. Bukan tidak mungkin orang lain akan menggantikan cinta tersebut dengan cintanya. Merebut dengan paksa lalu menimbulkan luka yang merah yang menganga dan sulit untuk kita sembuhkan.







EMPAT

            Saat udara membagi nafasnya padamu,hiruplah sebanyak mungkin oksigen untuk membantumu dalam melepaskan semua beban dalam tubuhmu. Biarkan sesak yang menghimpit akan kembali memberikan kelegaan. Hanya dengan menarik nafas panjanglah semua beban yang ada dalam tubuh kita mungkin akan luruh bersama peredaran darah. Melewati pori-pori dan keluar bersama keringat yang terus tumbuh diantara kulit kita.
            Mencoba berpikir positif mungkin akan membantu untuk melepaskan beban masalah yang sedang menghimpit. Menjadikan kita dapat menerima segala hal buruk yang sedang dan akan menghampiri kita,menjauhkan diri dari sikap egois dan takabur,serta prasangka buruk terhadap orang lain. Mencoba menikmati keikhlasan dan kerelaan hati bisa menjadi solusi yang menyejukkan,menjadikan hati kita terasa teduh,dingin dan nyaman seperti berlindung di bawah pohon trembesi saat matahari benar-benar menyengat. Jika beruntung kita akan mendapatkan kesejukan dari sepoi yang selalu berhembus menggoyangkan ilalang. Memainkan senandung dari kidung alam pada puncak bukit,lembah dan pegunungan.
            Hanya itu yang bisa dilakukan Alexa untuk saat ini,mencoba menerima sebuah kenyataan walaupun seberapa perih kerikil akan menggores kakinya dalam menempuh setapak jejak terjauh. Hidup yang penuh ketidakpastian bisa menjadi pengukir langkah baru yang menunggu untuk di taklukkan. Dalam waktu yang lama itulah akan ditentukan,kita akan menang atau akan menjadi seorang pecundang yang menyerah dalam menghadapi kenyataan.
            “ Non Alexa jadi berangkat besok ?” Tanya budhe Surtini sembari merapikan perbekalan yang berupa baju dan celana serta keperluan pribadi Alexa kedalam tas ransel hitam. Cukup aneh melihat budhe Surtini saat ini,tidak henti-hentinya airmatanya meleleh pad kedua pipinya yang mulai keriput. Ia bagai akan melepas anak kandungnya pergi jauh dan tidak akan kembali dalam waktu yang amat lama. Bayangan kerinduan ketika ditinggalkan Alexa selama lima tahun terakhir masih membekas dalam sanubarinya.
            “ Iya Budhe,do’akan saja Alexa mendapat lindungan dari Allah swt. Diberi kemudahan dan kelancaran sehingga dapat segera berkumpul kembali bersama keluarga ya budhe.”
            “ Iya Non...budhe akan selalu berdo’a untuk non Alexa. Tapi,kenapa harus secepat ini non Alexa pergi lagi? Baru juga belum genap satu minggu non Alexa pulang,eh sekarang malah sudah harus pergi lagi. Belum puas atuh non melepas rindu.”
            “ Budhe,...setiap pertemuan itu pasti ada perpisahan,bagaimana kita hidup itu selalu bertemu dengan orang lain,berkenalan lalu adakalanya perpisahanlah yang harus dilakukan. Ada garis nasib yang harus kita jalani dari masing-masing individu,ada takdir yang mengatur jalan kehidupan kita yang telah digariskan oleh Allah swt. Jadi kita harus selalu ikhlas,selalu ridho apabila kapanpun kita dipisahkan dengan orang-orang terdekat kita,baik itu untuk sementara maupun selamanya karena kita harus menghadap Sang Khalik. Budhe tidak boleh sedih lagi ya,insyaallah kalau ada umur panjang kita pasti dipertemukan kembali.”
            “ Tapi Non,...”
            “ Sudahlah Budhe,do’akan saja Alexa selamat sampai tujuan dan semua keinginan dapat tercapai dengan baik.” Potong Alexa cepat,meskipun dalam hatinya yang terdalam sangat sulit untuk melakukan perjalanan ini. Alexa juga sangat tidak yakin akan mendapatkan hasil pencariannya kali ini. Bayangan  Bayu kemabali melintas dalam angan gadis itu,bagai potongan puzzle yang terus berkelebat cepat ingin dirangkai kembali.
            “ Baik  Non, do’a budhe dan seluruh keluarga akan selalu mendampingi langkah non Alexa kemanapun non Alexa melangkahkan kaki. Kalau begitu non Alexa harus segera istirahat,supaya besok tidak terlalu capek.”
            “ Iya budhe,lebih baik budhe istirahat lebih dulu,Alexa belum mengantuk.”
            “ Satu lagi budhe,budhe jangan sedih lagi ya...hapus airmatanya gi,biar kelihatan semakin cantik. Dan maaf Budhe,tolong pintu kamar ditutup ya.”
           
Benarkah aku telah berjanji,meninggalkan kata yang bersilat pada pengharapan yang akan selalu menjadi alpa,haruskah engkau akan terus menungguku,bila sajak-sajak dan senandung yang aku nyanyikan kerap menyapa langit tidurmu. Bukankah engkau tahu,setiap malam telah aku titipkan sekantung rindu dibawah jendela kamarmu,agar ruangmu selalu mewangi,seperti harumnya mawar yang pernah engkau tanam untukku.
            Bilakah ada setitik waktu yang akan disisakan kepada kita,agar aku bisa melangkah pergi bersama wajahmu,pada malam ini ijinkan aku menjemput mimpimu,membawanya pergi menuju padang terindah yang hanya tercipta untuk kita berdua. Disanalah akan kutanam bunga-bunga yang tiada layu,istana yang terbuat dari safir dan permata. Pakaian terindah yang disulam hanya dengan benang yang berasal dari rajutan pelangi. Bertatahkan emas bersulam sutera terhalus dari penghujung langit.
            Ruang itu masih kosong. Hanya kata-kata yang sebentar melintas,lalu terselip pada hembus sepoi yang mencari lajur pada setiap lubang jendela. Mata Alexa semakin berat dan berakhir dengan lelap dalam ranjang tanpa debu tersebut.

Sewaktu pagi masih menyisakan pekat,subuh baru saja berakhir untuk memulai hari-hari. Jalanan tampak sunyi dan gelap samar,pada lelap sebagian penduduk bumi itulah Alexa melangkahkan kaki. Berjalan menyusuri jalanan kampung yang sama selama seumur hidupnya yang cukup panjang. Mencari kembali sebuah awal dari masa depannya yang terhidang di depan sana. Sengaja ia tidak membangunkan Bayu ataupun sang ayah tercinta,tidak ingin menyisakan kesedihan atas kepergiannya. Hanya budhe Surtini yang menemani dan membantunya menyiapkan bekal selama di jalan sejak pukul tiga pagi tadi.
Jalanan yang masih lengang akan menghindarkannya dari tanya para tetangga tentang tujuan kepergiannya kali ini. Sebuah alamat telah didapat dari tangan haji Tanjono,ayahnya sejak kemarin sore. Acara pamitan dan sungkem juga telah dilakukan,jadi tidak ada lagi sebab yang dapat menunda kepergian ini. Sampai di ujung desa,Alexa menoleh sekali lagi pada ujung jalanan yang telah dilalui. Pada gunung penanggungan itu akan di titipkan salam rindu yang dalam kepada pujaan hatinya.
“ Mau kemana Non...?” Seorang tukang ojek menawari Alexa dengan ramah. Membuyarkan lamunan sepanjang perjalanan dengan berjalan kaki. Di ujung desa itulah,para tukang ojek selalu siap mengantar kemanapun para penduduk desa akan pergi. Banyak yang memanfaatkan jasa mereka untuk pergi ke pasar,kerumah sakit,ke kantor,ke sekolah bahkan terkadang juga untuk menemani menemui sang kekasih. Ini terutama banyak dilakukan oleh sepasang muda-mudi yang sedang di mabuk cinta. Perawan dan perjaka yang kebanyakan dari mereka belum memiliki sepeda motor sendiri seperti yang ada di kota-kota.
“ Minta tolong di antar ke Mojosari ya pak...” Sambut Alexa tidak kalah ramah. Kota kecil itu berjarak kurang lebih sekitar sembilan kilometer dari desa Sumberkajar ini. Bagi orang lain mungkin tarifnya akan sangat mahal jika harus naik ojek. Akan lebih murah jika mau naik colt diesel yang akan melintas sekitar satu atau dua jam lagi. Jumlahnya yang hanya tersisa tiga unit tentu saja hanya menyesuaikan keberangkatannya dengan jam orang yang pergi ke pasar,anak- anak yang pergi kesekolah atau para buruh yang menuju ke pabrik. Begitupun saat pulang nanti,hanya jam-jam tertentu saja colt diesel itu akan melintas untuk mengantar penumpang dari kota Mojosari menuju kota kecamatan Trawas yang terletak di pegunungan.
Bagi Alexa dan keluarga tentu tidak mahal untuk naik ojek. Mereka bukan dari golongan orang yang kekurangan. Tidak jarang tukang ojek yang mangkal di pangkalan ojek tersebut dengan suka hati mengantar kemanapun mereka pergi, tanpa sepeserpun di pungut biaya alias gratis. Kebanyakan para tukang ojek tersebut sangat mengenal keluarga haji Tanjono. Beberapa di antara mereka bahkan mendapatkan pekerjaan sebagai tukang ojek karena di bantu oleh haji Tanjono yang membelikan mereka motor.
Motor tersebut di berikan secara cuma-cuma dan tanpa ada embel-embel harus menyetor uang dari hasil menjadi tukang ojek. Syarat untuk memperoleh pekerjaan itupun cukup mudah,mereka hanya harus meninggalkan acara mabuk-mabukan yang sering dilakukan para pemuda,tidak lagi berjudi agar lebih bertanggung jawab kepada keluarga,serta yang paling penting adalah taat beribadah sesuai dengan kepercayaan dan agama yang dianutnya. Haji Tanjono juga tidak pernah memaksakan suatu agama yang diyakini kepada orang lain,tidak juga membeda-bedakan agama orang yang akan di bantu.
            Hal yang tentu saja membuat para penduduk desa sangat segan dan hormat kepada keluarga tersebut. Apapun kerepotan yang di alami keluarga haji Tanjono,maka dengan sukarela masyarakat dengan sigap membantu mereka.
            Sepeda motor itu melaju perlahan menuruni bukit,meliuk liuk pada jalanan yang menurun tajam. Pengemudi motor mencoba mengemudikan motor  dengan senyaman mungkin,memberikan ruang kepada Alexa untuk menikmati segarnya pemandangan alam di kanan dan kiri jalan raya. Terkadang pada jurang yang menganga,mengalir di bawahnya sebuah sungai kecil yang jernih. Disanalah waktu kecil Alexa pernah menyusuri sungai-sungai tersebut untuk sekedar memancing ikan. Dulu sekali,aliran sungai itu agak lebih deras dari sekarang,banyak sekali ikan yang bersarang dibawah bebatuan. Suka sekali Alexa di ajak Bayu untuk mencari ikan. Tidak jarang sepuluh atau dua puluh ikan gabus dan lele berhasil didapatkan dalam satu kali pergi memancing.
 Memang tidak setiap kali pergi kesungai Alexa,Bayu dan beberapa teman itu memancing. Terkadang mereka hanya sekedar berjalan-jalan atau mencari pakis hutan untuk dimasak,biasanya di sisi kanan dan kiri tanggul sungai yang hanya selebar dua meter tersebut tumbuh subur tanaman pakis. Tak jarang tanaman kangkung air yang tumbuh disawah-sawah yang juga terletak di tepi sungai ikut dibawah pulang kerumah. Biasanya budhe Surtini akan mengomel tidak karuan apabila kedua anak tersebut bermain-main di tepi hutan,beribu nasehat akan segera meluncur deras dari bibir wanita itu,dari mulai ketakutan kena ilmu santet jika mereka masuk kesawah atau ladang yang salah, juga cerita-cerita tentang anak yang disembunyikan jin hutan atau bertemu hantu pada siang bolong.
Cerita-cerita itu hanya di tanggapi mereka berdua dengan tertawa-tawa saja. Lalu besoknya mereka akan kembali lagi kesana,mencari selada air yang juga banyak di tanam para penduduk desa Sumberkajar. Tidak jarang anak-anak itu akan di kejar-kejar pemilik sawah karena ketahuan mencuri selada. Namun,begitu mengetahui bahwa anak-anak tersebut adalah keluarga haji Tanjono,mereka tidak lagi mempermasalahkan. Bahkan secara sukarela dua ikat selada bisa di bawah pulang.
Pada hari yang lain Alexa dan Bayu sangat suka untuk mencari buah juwet. Buah ini bentuknya sedikit menyerupai buah anggur. Bahkan penduduk desa sering menjulukinya dengan buah anggur jawa. Bentuknya ada yang lonjong dan bulat sempurna,buah yang masih mentah berwarna hijau muda,lalu berwarna merah ketika sudah mulai hampir masak,rasanya agak masam dan sepat jika belum matang benar. Buah yang matang berwarna hitam agak kemerahan,daging buahnya mulai berair rasanya manis jika buah tersebut sudah benar-benar telah matang.
Bijinya besar-besar, sebesar jari kelingking untuk buah juwet yang sebesar jempol tangan. Setiap buah memiliki satu biji, biji tersebut dapat di pecah menjadi dua karena merupakan jenis tumbuhan dikotil. Ada sebuah mitos yang meneebutkan bahwa setiap anak yang jatuh dari pohon juwet setinggi apapun akan mengalami patah tulang. Mitos ini berkembang karena melihat biji dari buah juwet yang bisa dipatahkan menjadi dua bagian.
Belum ada bukti ilmiah yang kuat untuk membuktikan mitos tersebut,meskipun teman Alexa yang bernama Danang pernah mengalami patah tulang tangan karena jatuh dari pohon juwet,tapi itu tidak bisa membuktikan sesuatu karena Danang jatuh dari ketinggian delapan meter dengan pososo tangan menyentuh tanah terlebih dulu,jadilah terjadi pergeseran tulang pada bahu anak tersebut.
Pada musim buah juwet,anak-anak akan merasa sangat senang untuk pergi ke ladang atau tepi hutan. Banyaknya pohon dari tanaman ini seakan menjadi surga bagi anak-anak. Mereka berlomba mendapatkan buah terbanyak dan termanis yang bisa di dapat. Saling menunjukkan warna memerah atau mengitam dilidah karena banyaknya memakan buah juwet. Tidak jarang perut mereka sakit karena terlalu banyak memakan buah tersebut,sedangkan mereka sendiri belum sarapan pagi. Baju kotor, memerah dan mengitam serasa sudah sangat biasa apabila musim juwet telah tiba,omelan dari orang tua hanya serupa angin lalu saja,masuk telinga kanan keluar melalui telinga sebelah kiri.

***

Bayu sudah berada di peternakan ketika Alexa pergi tadi pagi. Dugaan Alexa bahwa Bayu dan haji Tanjono belum bangun ternyata salah. Kedua laki-laki tersebut semenjak belum subuh selalu berada di peternakan,memeriksa keadaan setiap kambing,sapi maupun hewan ternak yang lain. Mereka berdua tentu tidak menyangka bahwa Alexa akan berangkat sepagi itu,Bayu sangat terkejut ketika pulang kerumah dan mendapati berita bahwa Alexa telah berangkat pagi tadi tanpa memberitahu dan berpamitan kepadanya.
Tidak berguna mencoba mengejar Alexa,gadis itu sudah pergi  terlalu jauh untuk di kejar. Seperti mengejar sepoi yang menghempas ilalang,sekuat apapun kita berlari tidak akan mampu untuk meraihnya. Lebih baik membiarkan awan hitam kelam akan kembali menyambangi sudut mata ini,menumpahkan segala lirih kesedihan yang bisa membuat beban hidup semakin berat.
Tidak seharusnya kita menanam mawar dalam hati kita,durinya yang tajam bisa membuat hati kita terluka,robek dan berdarah. Setidaknya itulah perasaan yang akan kita terima saat di rajam rindu. Bintang-bintang hanya akan menjadi kunang-kunang dikala hujan deras mengguyur,sinarnya redup dan semakin lama akan semakin pudar. Kupu-kupu yang hinggap pada bunga-bunga terasa seperti ngengat atau kecoa yang menjijikkan mata yang memandang. Senja yang kata sebagaian orang indah,hanya akan menjadi kabut kelam yang merontokkan airmata untuk mengenangnya.
Orang yang merasa rindu tidak akan bersahabat lagi dengan malam,karena gelapnya akan memberikan siksaan pada batin dan jiwa. Seperti lesatan anak panah yang menghujam langsung dalam belahan jiwa. Memadamkan nyala api yang pernah membara,bagai tersiram salju yang dingin membekukan. Kilau embun menjadi rupa airmata karena pelangi tidak lagi mampu mengukir namanya diantara pagi.
Pandangan mata Bayu menatap kosong,berjejak keramat pada dawai senandung dalam hati yang mulai terkikis syair sembilu. Lamat-lamat mulutnya terbuka mengucapkan sajak pelipur hati yang gulana.

Pagi ini,
Entah pada siapa aku berkabar
sedang jemari  enggan mengkir nama,
atau hati yang segan menuliskan cerita,

Pada kekosongan jiwalah aku ingin berdendang,
Jauh dan semakin dalam ke palung rindu
 Lalu pada secarik kertas kutumpahkan waktu
Hingga berpuluh coretan mewarnai harimu

Tetaplah disana dan terus menunggu,
Akan kukirimkan sejengkal khayal mimpiku
Dan kita akan berlari menuju peraduan
Meninggalkan sejauh mungkin penatnya dunia

Pagi ini,
Entah pada siapa kutitipkan rinduku
Hingga madu akan tumbuh disebagian hati,
Manisnya semakin berwarna dan mewarnai dunia
Tak akan lekang terhempas badai
Hanya bila benih yang engkau tanam
Berbuah manis tanpa hinaan......





           




















LIMA

Pada setiap perjalanan,akan begitu banyak cerita yang harus dikisahkan. Berlembar-lembar daun lontar hanya akan menghabiskan tinta dari kejamnya isi dunia. Ikan –ikan yang berenang ketepian pasti membawa senandung,senandung para penghuni lembah lautan yang kisahnya selalu menyentuh sepanjang waktu. Begitulah dermaga akan selalu menyambut mereka untuk berlabuh,singgah sementara waktu sebagai pengusir penat,atau memang merupakan sebuah ujung dari perjalanan yang panjang.
Muara yang sempurna merupakan kanvas keindahan yang telah berlukis pelangi,keindahannya membuat senja semakin iri pada matahari yang bertatahkan gerimis,seiring gemericik lembut nadanya membaur dalam derap cerita yang dikisahkan oleh hujan.
Hujan  bukanlah suatu keniscayaan bahwa alam sedang bersedih. Terlebih hujan dikala puncak musim kemarau seperti saat ini. Mendung yang tiba-tiba menyergap panas matahari,menawannya dengan gelap awan yang pekat menggulita. Rinai air hujan seperti kabut di kejauhan. Menutup sebagian pandangan para merpati yang belum pulang ke sarangnya. Pohon-pohon hanya samar menghiasi alam. Hutan yang pekat semakin gelap di kejauhan. Tidak ada tempat berlindung yang sempurna dari hujan sederas ini,gubug-gubug pedagang musiman di tepi hutan tidak cukup menampung derasnya air hujan.
Beruntung sebagian gubug itu tidak lagi berpenghuni,para pemiliknya akan datang apabila musim barang dagangan telah tiba. Bila musim duren mereka akan berjualan duren,bila musim rambutan berderet-deretlah gubug-gubug itu dengan buah rambutan. Beberapa pengendara sepeda motor tampak berhenti dan memarkir motornya di depan gubug,mencari tempat berteduh paling nyaman yang bisa ditemukan. Mereka membaur satu sama lain,saling bercerita meskipun tidak saling mengenal. Membagi banyak kisah yang perlu dibagi untuk mengusir bosan sebelum hujan mereda.
Hujan masih terlalu deras ketika Alexa turun dari bus antar provinsi yang membawanya dari terminal Kertajaya di Mojokerto. Segera ia berlari menuju salah satu gubug yang berada di pinggir jalan. Kebetulan di gubug itu hanya terdapat seorang perempuan paruh baya yang sedang sendirian. Dari pakaiannya terlihat bahwa perempuan itu adalah penduduk setempat. Bajunya hanya sebuah kaos lengan panjang lusuh yang telah dihiasi banyak noda disana-sini,serupa dengan rok panjang yang juga tampak lusuh. Sebuah caping sengaja tidak dikenakan,hanya dipegang sebagai penutup dadanya yang basah oleh air hujan. Melihat perempuan itu seperti melihat petani yang biasa berada di kampung halamannya. Seperti kebanyakan pegawai yang dimiliki oleh ayahnya.
Hujan semakin deras saja tertumpah dari langit,membuat gubug itu semakin sulit dalam mengantisipasi kebocoran. Beberapa tetesan air sempat menembus atap yang terbuat dari ilalang. Begitupun dengan angin yang membawa hujan menerobos di cela-cela jendela di samping kanan dan kiri,juga dari depan tang tanpa penghalang. Gubug itu memang dibuat bukan menyerupai sebuah rumah,hanya bagian belakang yang tertutup rapat. Pada samping kiri dan kanan tidak terdapat penutup pada jendelanya,gedeg hanya setinggi satu meter menutup dibawah jendela,selebihnya bagian atas sampai dengan atap hanya ditopang empat buah bambu yang berfungsi sebagai pilar. Bagian depan lebih terbuka lagi,dua bambu menjadi penyangga atap dan yang lain hanya dibiarkan terbuka begitu saja.
“ Mohon maaf bu,bisakah saya menumpang berteduh di tempat ini?” sapa Alexa ramah,wanita itu tersenyum sembari menganggukkan kepala.
“ Silahkan neng  saya juga lagi berteduh saja di tempat ini,gubug ini sendiri bukan punya saya,kebetulan tadi habis pulang bekerja hujan turun dengan deras,jadilah ibu berteduh disini. Eneng asalnya darimana? Kok tadi saya lihat neng turun dari bus,dan tujuan neng mau kemana kok turunnya ditengah hutan begini apa tidak takut?”
“ Oh...maaf bu,saya belum memperkenalkan diri, panggil saja nama saya Alexa...” Alexa mengulurkan tangan,disambut dengan uluran tangan serupa dari sang ibu.
“ Parni,panggil saja nama ibu,bu Parni.”
“ Terus tujuan neng Alexa mau kemana? Kok turun dari bus disini? Inikan hutan neng?”
“ Alexa mau mencari rumah seseorang buk,rumahnya disekitar hutan Caruban ini,kata ayah saya kalau tidak salah di desa Ngadirejo.”
“ Oh... kalau desa itu ibuk tahu neng,ibu juga berasal dari desa yang sama dengan desa yang eneng cari. Memang neng Alexa kesana mau mencari siapa? Mungkin ibu bisa membantu?”
“ Kebetulan sekali apabila bu Parni mau membantu,Alexa ingin mencari orang yang bernama kakek Husni,apa benar bu kakek Husni tinggal di desa Ngadirejo?”
“ Ehm... mau kerumah kakek Husni rupanya. Siapa sih neng yang tidak kenal dengan kakek Husni,semua orang di daerah ini  sangat mengenal kakek Husni. Orangnya baik hati,ramah kepada semua orang dan yang paling penting adalah senang membantu orang lain. Selain itu kakek Husni merupakan seorang kyai kampung yang sangat terkenal neng,banyak orang yang sering meminta petuah beliau sebelum melakukan seseuatu. Memang ada perlu apa neng  Alexa mau bertemu dengan kakek Husni?”
“ Maaf bu, ada sebuah amanah yang perlu disampaikan kepada beliau dari ayah saya.”
“ tapi sayang neng,kakek Husni sudah meninggal sekitar lima bulan yang lalu.”
“ Innalillahi wa inna ilaihi roji’un...”
“ Mungkin neng bisa bertemu dengan isteri beliau saja,namanya nenek Aminah,mungkin nanti bisa saya antar setelah hujan mereda neng. Kebetulan rumah ibu dekat dengan rumah mereka,hanya berjarak kurang lebih sekitar lima rumah saja. Atau mungkin neng Alexa bisa juga tinggal dirumah ibuk terlebih dahulu,kata orang nenek Aminah sudah tidak waras lagi setelah meninggalnya kakek Husni. Ia banyak mencerecau kata-kata yang yang sebagaian besar tidak dimengerti penduduk kampung. Anak angkat mereka sendiri datang hanya sekitar seminggu sekali.”
“ Memang siapa yang merawat nenek Aminah bu? Apakah anak angkat mereka tidak mau untuk merawatnya?”
“ Bukannya tidak mau untuk merawat neng,kebetulan anak angkat beliau tinggal di desa lain,ia menjadi seorang kepala desa sehingga jarang bisa menengok nenek Aminah. Nenek Aminah sendiri tidak mau jika diajak tinggal dirumah anak angkatnya,kabarnya ada seseorang yang sedang di tunggu nenek tua itu.”
“ Angkatnya bukan tidak berusaha,ia bahkan pernah memaksa nenek Aminah untuk tinggal dirumahnya yang mewah,namun berurangkali juga nenek Aminah selalu kembali lagi kedesa ini. Sekarang anak angkatnya sudah lelah untuk meminta ibunya pindah sehingga menyewa orang agar merawat nenek Aminah dirumahnya sendiri. Tapi kasihan sekali orang tua itu. Sang perawat ternyata tidak pernah mau mengurusnya,makan pun hanya berasal dari belas kasihan para tetangga termasuk saya yang hampir setiap hari harus rela mengirimkan makanan secara bergantian. Perawat itu hanya datang seminggu sekali ketika anak angkatnya datang,mungkin juga karena takut dimarahi barangkali neng.”
“ Kasihan sekali ya buk keadaan nenek Ningsih dimasa tuanya,padahal keluarga mereka selalu baik terhadap orang lain,kenapa masih juga ada orang yang tega untuk menyakitinya. Terima kasih atas tawarannya bu,mungkin lebih baik saya tinggal dirumah nenek Aminah saja,biar dapat merawat beliau.”
“ Satu hal lagi neng yang membuat kami tetangganya sangat miris,bahwa nenek Ningsih selalu mengatakan; cucuku akan datang,cucuku akan datang. Kata –kata itu selalu di ucapkan setiap hari selama bertemu dengan orang lain. Padahal kami sudah mendapat kabar bahwa rumah sang menantu di Banyuwangi telah terbakar sekitar dua puluh delapan tahun yang lalu,kabar tersebut kami peroleh dari penelusuran Abdul Mukhid,anak angkat mereka yang mencari kabar kakak angkatnya Siti Julaikah sampai Banyuwangi sana. Entah Siti Julaikah saat ini masih hidup ataukah sudah meninggal juga,karena dari cerita tetangganya,hanya suaminya yang dapat diketemukan jasadnya,sedangkan Siti Julaikah yang saat itu bersama anaknya yang berumur sekitar dua tahun tidak diketahui lagi rimbanya.”
“ Semoga saja ibu dan anak itu selamat dari peristiwa kebakaran sehingga bisa menjadi pelipur dari kesedihan nenek Ningsih”
“ Dari kabar yang ibu terima apakah anak dari wanita tersebut adalah seorang laki-laki? Siapakah nama laki-laki tersebut bu?”
“ Saya sendiri kurang jelas dengan nama anak lelaki tersebut,mungkin saja jika eneng bertanya kepada anak dari nenek Ningsih akan mendapatkan jawaban dari rasa penasaran neng Alexa tersebut.Maaf neng hanya itu yang bisa ibu  ceritakan kepada neng,selebihnya mungkin ibu perlu tahu ada kepentingan apa sehingga ingin sekali mengetahui keberadaan dari anak lelaki tersebut?”
“ Maaf bu,saya terlalu terbawa suasana. Sebetulnya ayah saya telah menemukan seorang perempuan di sekitar hutan Baluran di Banyuwangi,namanya persis dengan nama yang ibu sebutkan. Ia juga membawa seorang anak laki-laki yang berumur sekitar empat tahun waktu itu. Mereka sedang meminta-minta disekitar area hutan yang menjadi tempat wisata tersebut. Nama anak tersebut adalah Bayu. Saat ini ia tinggal bersama keluarga saya yang berdomisili di sekitar kaki gunung Penanggungan. Tepatnya berada di desa Sumberkajar Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto.”
“ Dan tujuan saya kemari adalah untuk menanyakan sesuatu kepada keluarga kakek Husni,terutama tentang perjodohan saya dengan anak dari ibu Siti Julaikah tersebut.”
Lebih baik neng Alexa bertanya secara langsung saja mengenai hal itu kepada Pak Lurah Abdul Mukhid. Beliaulah yang selama ini lebih banyak tahu tentang kabar dari kakak angkatnya tersebut.”
“ Mari neng kita harus segera berjalan menuju desa Ngadirejo,mumpung hujan sudah mulai mereda dan sekiranya kita tidak mengalami kemalaman di tengah hutan.”
“ Iya,mari buk...”

Hujan telah benar-benar mereda ketika mereka meninggalkan gubug ditepi jalan raya tersebut. Langit senja masih terlihat kuyup oleh awan yang menggantung. Jalanan becek dan berlumpur,masuk lebih dalam ke hutan Caruban. Hanya jalan setapak selebar mobil pick up saja untuk menuju desa Ngadirejo. Bukan jalanan yang beraspal mulus seperti jalan antar provinsi di depan sana. Genangan air bercampur lumpur menghiasi jalanan yang telah diguyur hujan selama kurang lebih sekitar dua jam.
Semakin masuk kedalam hutan,semakin gelap saja pemandangan. Hanya pohon-pohon jati berdiameter besar yang berdiri kokoh disepanjang jalan,berderet-deret seperti barisan serdadu yang menyambut kedatangan para tamu. Sebenarnya ada jalan beraspal untuk menuju desa Ngadirejo,letaknya sekitar satu kilometer lebih ke barat dari jalan yang saat ini dilalui Alexa. Butuh waktu lebih lama sekitar  empat puluh lima menit dengan berjalan kaki jika harus melewati jalan tersebut. Memutari punggung bukit dan menuruni lembah curam lalu memutar melewati satu desa yang lain baru menuju desa Ngadirejo.
Tentu bukan jarak yang ideal untuk menuju suatu desa dikala langit sudah mulai gelap. Tidak ada angkutan yang lalu lalang menuju kawasan tersebut. Beberapa pejalan kaki lain juga tampak berjalan dengan berlawanan arah. Memunggungi desa Ngadirejo yang mereka tinggalkan entah untuk tujuan apa.
Alexa harus setengah berlari untuk mengejar langkah panjang dari bu Parni. Wanita desa tersebut sudah sangat terbiasa berjalan cepat khas para pekerja yang tidak mau waktunya terbuang sia-sia. Tidak banyak percakapan selama berada di tengah hutan itu. Hanya kecipak langkah yang beradu dengan genangan lumpur saja yang terkadang menimbulkan suara. Bunyi tenggeret berderik-derik memainkan senandung malam,rupanya mereka telah tertipu keadaan awan gelap yang menutupi sebagian langit. Masih sekitar dua puluh lima menit lagi seharusnya waktu yang dibutuhkan oleh matahari untuk tenggelam. Bersembunyi dalam peraduan maha sempurna yang telah diciptakan oleh tuhan kepadanya.
Alam selalu memiliki cara tersendiri untuk menceritakan kisahnya,begitu juga dengan malam  ini yang datang lebih cepat dari yang seharusnya. Ketika memasuki desa Ngadirejo malam telah benar-benar sempurna menutup bumi. Adzan magrib telah berlalu sekitar sepuluh menit yang lalu. Keadaan ini tentu memaksa Alexa harus menerima tawaran dari bu Parni untuk menginap dirumahnya. Tidak mungkin ia tiba-tiba saja datng kerumah nenek Ningsih dan tinggal dirumah orang tua tersebut. Bisa-bisa ia akan dituduh seorang pencuri ataupun mata-mata perampok yang berujung pengusiran dirinya dari desa Ngadirejo, tanpa mendapat informasi yang diinginkan.
Rumah bu Parni yang juga serupa dengan rumah-rumah disampingnya adalah sebuah rumah yang terbuat dari papan. Papan- papan tersebut disusun berjajar semakin lama semakin ke atas hingga mencapai ketinggian yang di harapkan. Pilar rumah adalah sebuah kayu jati berbentuk balok dengan ukuran dua belas sentimeter pada panjang dan lebar serta tinggi kurang lebih tiga meter menyentuh langit-langit rumah yang terbuat dari genting. Hanya ada dua kamar tidur,satu ruang tamu dan sebuah mushola kecil berukuran dua kali dua meter didalam rumah. Dapur yang terletak di belakang rumah tidak menyatu dengan rumah utama. Bentuknya lebih menyerupai sebuah gubug yang lebih rapat tertutup.
Dirumah ini bu Parni tinggal seorang diri. Anak tunggalnya lebih memilih tinggal bersama sang bapak ketika bu Parni dan suaminya bercerai. Sebenarnya wanita paruh baya tersebut ingin mempertahankan rumah tangganya,akan tetapi sang suami lebih memilih untuk menikahi gadis yang lebih muda dan lebih cantik. Bu Parni juga sudah sangat gerah dengan perangai mantan suaminya yang suka berjudi dan mabuk-mabukan. Tidak jarang perhiasan bu Parni dicuri oleh mantan suaminya saat hutangnya telah mulai menumpuk. Akhirnya dengan sangat terpaksa bu Parni mengjukan gugatan cerai yang diputuskan pengadilan agama dua tahun lalu.
Neng Alexa mandi saja dulu,biar badannya segar dan tidak masuk angin karena telah diguyur oleh hujan sejak sore tadi. Setelah itu neng istirahat dikamar depan yang agak bersih,biar ibu tidur dikamar belakang saja. Ibu akan menyiapkan makan malam dulu.”
“ Makasih atas bantuan ibu,entah dengan apa Alexa akan membalas semua kebaikan ibu.”
“ Ah... tidak usah sungkan begitu neng,sesama makhluk tuhan sudah seharusnya kita saling tolong menolong. Oh ya,setelah makan malam nanti sebaiknya kita segera bertemu dengan ketua RT dan kepala dusun ya neng,takutnya nanti mereka mengira neng bukan orang baik-baik kalau kita tidak ijin bertamu di desa ini.”
“ Iya buk,Alexa menurut bagaimana baiknya saja.”

Hampir semalaman Alexa tidak dapat memejamkan mata,pikirannya melayang tidak tentu arah. Sebentar-sebentar ia terbangun dan melihat jam yang melingkar di tangannya. Memikirkan apa yang terjadi esok pagi ternyata lebih menyita perhatiannya. Dentang – dentang berbunyi nyaring dari setiap sisi hatinya,berdebar bagai menanti pesta ulang tahun pertama saat kita telah berusia tujuh belas tahun.
 L I M A

            Jangan pernah menilai seseorang hanya dari rupanya saja,adalah sebuah nasehat yang selalu diberikan yang berasal dari peribahasa ; jangan melihat sebuah buku hanya dari sampulnya. Kita akan tertipu dengan perangai seseorang apabila kita tidak mampu membaca dan melihat perangai seseorang dari wajahnya. Rupa tidak pernah membawa budi,dalamnya hati orang siapa yang tahu. Sulit mengetahui kedalaman sebuah samudra jika kita tidak pernah menyelaminya. Sulit mengetahui lebatnya hutan hanya dengan menghitung jumlah pepohonan di pinggir jalan,sulit membayangkan ketinggian gunung hanya dengan melihatnya dari kejauhan.
            Jadi sebuah prinsip untuk tidak terlalu percaya kepada orang yang baru kita kenal harus kita pegang teguh. Jangan menggantungkan nasib kita kepada orang yang belum jelas asal usulnya. Tapi,menurut ajaran agama yang harus kita pegang teguh adalah bahwa kita diajarkan untuk selalu Khuznudon  atau selalu berbaik sangka kepada orang lain. Anggap saja semua orang di dunia ini adalah orang yang baik. Orang yang selalu ingin berbuat untuk menolong orang yang mengalami kesulitan dan kesusahan. Toh pada awalnya manusia itu memang diciptakan dari orang yang baik.
            Seorang pencuri sekalipun awalnya adalah orang yang baik,mereka menjadi tersesat mungkin karena ada sebab dan musababnya. Bisa saja seorang maling itu mencuri karena keadaan yang memaksa,kekurangan dan kelaparan akan membuat seseorang nekat untuk melakukan kejahatan. Kita seharusnya mengasihani pencuri dari jenis ini,mengkin dengan memberinya pekerjaan yang layak akan membuatnya tersadar dan kembali kejalan yang benar.
Tipe pencuri yang kedua adalah mereka mencuri karena hanya ingin dianggap memiliki keberanian,dan hasilnya tentu saja akan digunakan untuk hal-hal yang kurang baik juga,mabuk-mabukan,berjudi,main di pelacuran dan lain sebagainya. Untuk pencuri jenis kedua ini seharusnya kita juga merasa kasihan,mereka bisa saja adalah korban dari rumah tangga yang berantakan,salah pergaulan sampai dengan kurang mendapat perhatian dari lingkungan.
Tapi,setidaknya pandangan Alexa terhadap orang ini mungkin adalah sebuah pendapat paling benar  jika dilihat dari bagaimana ia menilai orang hanya dengan melihat wajahnya saja. Tentu saja sebuah pertaruhan besar bagaimana bila kita salah menentukan perangai seseorang,bisa saja kita akan mendapatkan musibah atau bahaya karenanya. Orang tersebut adalah salah satu ketua RT yang ada di desa Ngadirejo,badannya kecil yang hanya memiliki tinggi kurang lebih seratus lima puluh lima sentimeter,cukup mungil untuk ukuran seorang laki-laki. Wajahnya teduh dan sangat humoris. Perkataannya yang ramah selalu membuat orang yang berbicara dengannya merasa betah untuk sekedar ngobrol berlama-lama.
Hampir semua orang yang berada di dusun Ngadirejo,Desa Ngadirejo ini menghormati dan sangat segan kepada beliau,bukan karena jabatannya sebagai ketua RT,juga bukan karena takut terhadap ilmu kanuragan atau kekuatan lain yang dimiliki. Mereka semua segan karena kebijaksanaan beliau dalam menyelesaikan segala permasalahan yang terjadi dalam kehidupan bertetangga.
Hari ini, sesuai dengan janji yang diucapkan kemarin malam ketika Alexa diantar bu Parni untuk ijin bertempat tinggal di rumah nenek Ningsih,maka pagi ini,pagi-pagi sekali pak Kunto nama kepala RT tersebut sudah hadir di depan rumah bu Parni. Pak Kunto akan secara langsung mengantar Alexa untuk bertemu dengan nenek Ningsih dirumahnya. Ini adalah salah satu bentuk pelayanan terbaik seorang pejabat kepada siapa saja yang membutuhkan bantuan pertolongan.
Sebuah wejangan dan ucapan terima kasih karena Alexa dengan sukarela mau merawat nenek Ningsih tidak putus-putusnya mengalir deras dari mulut pak Kunto kemarin malam,ia beserta sang isteri sangat bersyukur karena ada orang yang mau secara rela dan tulus hati untuk merawat nenek renta yang umurnya diperkirakan sudah tidak lama lagi oleh para tetua desa. Memang di saat usianya yang sudah lebih dari seratus tahun,nenek Ningsih sudah mengalami begitu banyak perubahan yang signifikan. Termasuk penyakit orang tua yang sering lupa dan masalah pendengaran yang tidak lagi tajam. Ditambah lagi dengan akhir-akhir ini beliau jarang menyantap makanan,terutama jika pengasuh yang menelantarkan itu datang.
Seperti sudah tahu apa yang akan dilakukan sang perawat, maka nenek Ningsih tidak akan mau memakan atau menyantap masakan dari perawat yang datang seminggu sekali tersebut. Gaji yang besar tidak membuat sang perawat menyediakan makanan bergizi untuk nenek Ningsih. Ia hanya akan menyediakan makanan berupa nasi putih dengan lauk tempe dan ikan asin. Sebetulnya bukan itu yang membuat nenek Ningsih tidak mau menyantap makanan tersebut,melainkan karena makanan tersebut belum sepenuhnya matang dan tidak di bumbui sama sekali,terutama pada sayur-sayuran yang dikirim hanya hampar tanpa ada rasa sedikitpun.
Nenek Ningsih baru mau makan bila para tetangga yang kasihan dengan keadaannya mengirimkan makanan. Itupun jika perawat tersebut sudah pulang sehari kemudian. Selama ini belum ada bukti yang kuat atas perbuatan sang perawat,para tetangga hanya bisa mengelus dada dan menggunjingkan masalah tersebut. Untuk melaporkannya kepada anak angkat beliau yaitu bapak Abdul Mukid terasa sangat kurang bukti,karena selama ini masakan yang ditunjukkan selalu makanan layak konsumsi dan layak gizi,tetapi bila bapak Abdul Mukid pulang makanan tersebut juga akan secara langsung dibawa pulang oleh sang perawat.

 Rumah nenek Ningsih tidak berbeda jauh dengan rumah-rumah yang ada disekitarnya,semua bagian rumah terbuat dari kayu jati kecuali pada bagian atap yang terbuat dari genting. Rumah tersebut terletak di ujung desa,memisahkan antara perkampungan dan tepi hutan. Di belakang rumah terletak sebuah bilik yang berjarak sekitar lima meter dari rumah utama,sementara dapur munjadi satu dengan emperan yang terletak disamping kanan rumah. Sebuah pohon durian setinggi kurang lebih limabelas meter berdiri di halaman,memisahkan antara sebuah pendopo yang mulai rapuh dimakan usia dengan bangunan utama.
Dulu,selama mendiang kakek Husni masih hidup,tempat tersebut sering dipakai untuk  belajar mengaji. Pada pilar-pilar pendopo dipasang obor sebagai cahaya penerang. Setelah mengaji,anak-anak sangat senang bermain-main di bawah guyuran cahaya rembulan. Ada –ada saja bermacam permainan yang mereka mainkan,kadang-kadang bermain gobak sodor,petak umpet ,congklak dan lain sebagainya. Pada malam-malam tertentu sering diadakan latihan pencak silat yang dilatih secara langsung oleh kakek Husni atau anak angkatnya yaitu Abdul Mukid.
Sisa-sisa dari keramaian itu sekarang sudah tidak tampak lagi. Pendopo sudah mulai rapuh dan tidak terawat lagi,halamannya tampak lusuh dengan sampah dedaunan yang berasal dari luruhan pohon durian. Satu dari empat pilar yang ada telah patah dan harus disanggah dengan menggunakan bambu. Atap yang terbuat dari genting banyak yang pecah tertimpa ranting pohon,menimbulkan bocor dikala musim penghujan. Kayu yang menjadi alas tempat duduk banyak yang mengelupas dimakan rayap. Empat buah tempat meletakkan obor sudah tidak tersedia.
Alexa sampai dirumah tersebut ketika hari masih sangat pagi. Sebungkus nasi untuk makan nenek Ningsih yang berasal dari bu Parni tergenggam erat di tangan kanan. Pak Kusno mengantar Alexa sampai di depan pintu rumah,terus mendampingi dan memberi dorongan semangat kepada gadis tersebut agar tidak berbalik arah dan mengurungkan niatnya. Hari itu tepat pada hari kamis,dua hari lagi sang perawat akan datang untuk berkunjung kerumah tersebut.
“ Assalamu’alaikum,.....”,Alexa mengetuk pintu rumah yang terbuat dari kayu tersebut,tidak ada sahutan dari dalam rumah. Hanya bisu yang menyapa alam,ada desir aneh dalam dada Alexa,sebuah perasaan nyaman tiba-tiba saja menelusup dalam relung hatinya yang paling dalam. Di rumah ini ia merasa pulang kembali,ia berusaha mengumpulkan segenap kenangan yang pernah terpatri,namun tidak satupun petunjuk yang menyebutkan bahwa ia pernah pergi ke tempat ini,bahkan dalam mimpi sekalipun.
Entah mengapa ada perasaan bahagia yang tumbuh begitu saja,seperti melihat ribuan kupu-kupu yang terbang di antara bebungaan,ilalang yang berkanvas pada sebagian padang embun yang sepoi menyejukkan. Ada senandung berdawai yang memainkan lagu layu dalam lirik sahdu sendu,hamparan permadani serasa telah dihampar siap menyambut kedatangannya.
Keadaan yang sebenarnya tentu saja sangat berkebalikan,tidak ada kupu-kupu,hanya nyamuk yang liar mencari korban. Tidak ada permadani,hanya tumpukan sampah yang tidak pernah disapu selama berminggu-minggu,menimbulkan bau busuk yang menyengat hidung. Bukan ilalang yang memainkan dawai,hanya desiran sayap lalat saja berdengung di telinga,beradu dengan dengung nyamuk dan lebah hutan.
Sangat sulit menggmbarkan keadaan di dalam rumah,dari mengintip dicelah lubang kunci terlihat sangat kumuh dan kurang terawat. Entah kemana nenek Ningsih pergi,atau sesiang ini sang nenek belum bangun dari tidurnya? Pak Kunto mencoba menelisik ke belakang,pintu masih tertutup rapat,menandakan sang penghuni belum bangun.
“ Lebih baik kita menunggu sebentar saja pak,tidak enak membangunkan orang yang sedang tidur,apalagi menggangu istirahat orang yang sudah tua dan butuh lebih banyak istirahat.”
“ Tapi Nak,bapak takut terjadi apa-apa dengan nenek Ningsih. Apa tidak lebih baik kita buka paksa saja pintu rumahnya?”
“ Jangan pak,tidak baik memaksa masuk kerumah orang lain tanpa permisi. Apalagi menggangu orang yang sedang istirahat. Lebih baik kita tunggu saja diluar.”
“ Baiklah kalau begitu,bagaimana baiknya menurut nak Alexa saja. Apalagi nak Alexa yang punya kepentingan dengan tuan rumah.”
“ Assalamu’alaikum,ada orang di dalam? Nek,nenek Ningsih ?” Ada gerakan tergesa-gesa dari dalam rumah,sebuah gerak tertatih terlihat dari suara langkahnya yang berat dan tidak bertenaga,beberapa kali suara di dalam sana terdengar terbatuk-batuk. Pintu rumah dibuka,seorang nenek tua dengan rambut memutih yang terlihat sangat lusuh. Tubuh nenek tersebut terlihat sangat renta di usianya yang mencapai seratus lima tahun,badanya kurus hanya tlang berbalut kulit tipis,ada sedikit senyum dalam sudut bibirnya yang mulai merekah. Bibir itu terlihat memerah bukan karena ginju,bibir itu memerah karena nenek Ningsih sedang menginang yaitu mengunyah sirih bersama dengan tambahan rempah-rempah lain termasuk menggunakan tembakau.
Kinang,merupakan kegemaran orang jaman dahulu. Dengan memakan rempah-rempah tersebut akan menghindarkan mulut dari gangguan penyakit,bahkan hasil riset para dokter akhir – akhir ini menunjukkan bahwa gigi orang yang menginang lebih kuat daripada gigi orang yang tidak mengunyah kinang. Warna merah yang bercampur dengan lidah mungkin sedikit menjijikkan,tapi bila melihat manfaat yang dihasilkan,maka patut untuk dicoba.
“ Cucuku sudah datang...!!!” nenek Ningsih berteriak kegirangan,melompat dengan gembira seperti seorang bocah yang mendapat mainan baru dari sang ayah,menabrak dan memeluk erat Alexa yang hanya diam mematung. Hampir saja dia ikut terjatuh kalau saja tidak ditopang dari belakang oleh pak Kunto. Ketika pak Kunto ingin membantu melepaskan pelukan nenek Ningsih,gadis itu melarang.
Alexa ingin merasakan pelukan seorang nenek yang tidak pernah didapatnya. Ingin rasanya menumpahkan kerinduan yang sangat mendalam yang ada pada diri seorang nenek. Sedikit pelukan mungkin juga dapat meredakan kerinduannya kepada Bayu,orang yang sangat dihormati,disayangi dan dicintainya. Tidak henti – henti nenek Ningsih mengatakan; cucuku sudah datang,cucuku sudah datang. Kata itu diucapkan berulang-ulang seperti seorang anak kecil yang mendapatkan hafalan baru dari sang guru.
Entah siapa yang memberitahu kedatangan Alexa,juga tidak ada seorang pun yang mengatakan Alexa adalah cucunya. Tapi,dari luapan kegembiraan yang dilakukannya,orang tua itu sangat paham dan mengerti akan kedatangan Alexa,bahkan sebelum Alexa menginjakkan kaki di desa ini,atau mungkin malah lebih jauh hari sebelum Alexa pulang dari Australia.
“ Kamu lihat kan Kunto ? ini adalah cucu saya,dia adalah orang yang akan menikah dengan cucu saya,dia yang akan meneruskan garis keturunan keluarga saya. Mungkin banyak orang yang menganggap saya telah gila,saya sudah tidak waras lagi. Inilah rahasia tuhan Kunto, Gusti Allah tidak pernah tidur dan tidak akan lelah.”
Binar dari sorot mata nenek itu terlihat sangat tajam,ada semangat optimisme yang meancar disana. Berbeda dengan hari-hari biasanya,hari ini nenek Ningsih terlihat sangat sehat. Suaranya terdengar lantang,gaya bicaranya lugas dan tegas. Ia tidak lagi lupa kepada pak Kunto,sang ketua. Lelaki itu sangat heran melihat perubahan besar yang terjadi pada diri nenek Ningsih. Matanya sampai terbelalak seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Mulutnya menganga lebar keheranan,Alexa hanya bisa tersipu malu.
“ Tidak usah heran kamu Kunto,aku sudah mendapat berita ini dari Kang Husni sekitar lima bulan yang lalu. Waktu itu kang Husni datang melalui mimpi saya,ia menceritakan semua yang telah terjadi dan akan terjadi,aku memang pernah sakit Kunto,sakit menahan rindu pada cucuku dan cucu menantuku. Sayang aku tidak bisa melihat cucuku sebelum aku menghembuskan nafasku yang terakhir kali.”
“ Dan kamu cucuku,benarkah kamu adalah anak dari Tanjono? Kamu dikirim kemari untuk mengambil kembali hak mu bukan? Hak untuk melaksanakan ikatan perjodohan dengan cucuku?”
Ganti Alexa yang keheranan,rasa penasaran membuncah dalam dadanya. Baru kali ini ada orang yang tahu maksud dan tujuannya sebelum orang tersebut mengutarakan apa yang diinginkan. Terlebih orang tua tersebut tahu nama orang tuanya.
“ Benarkan Cu,kamu adalah anak dari Tanjono? Nama kamu siapa Cu?”
“ Nama saya Alexa nek,benar sekali apa yang dikatakan nenek, saya adalah anak dari Tanjono,orang yang ditolong oleh kakek Husni. Darimana nenek tahu asal usul saya?”
Alexa memberanikan diri bertanya. Pak Kunto hanya bisa manggut-manggut dan menggeleng-gelengkan kepala melihat kehebatan nenek Ningsih. Sulit di percaya,ada orang yang bisa mengetahui nama orang tua dari seseorang tanpa bertanya terlebih dahulu pada orang yang bersangkutan.
“ He...he...he...,Cucuku,kamu tidak perlu tahu bagaimana saya bisa mengenali orang tuamu dan bagaimana saya tahu maksud dan tujuanmu. Hanya dari bau yang disebarkan oleh malamlah bau itu dikirimkan kemari. Hanya dari bisikan sepoi,kata-kata itu menelusup pada malam-malam yang gelap untuk sampai kemari. Dan dari getar dalam dada inilah saya mengetahui ada ikatan yang sangat kuat antara kita.”
“ Lalu,dimanakah saya akan menemukan cucu nenek yang telah djodohkan dengan saya nek?”
“ Sabar cucuku,sabar... kamu tidak usah mencarinya kemanapun. Dia akan datang sendiri kepadamu. Saat itu akan tiba sebentar lagi,akan ada halangan yang bisa menghambat kalian bersatu kembali. Kalian harus tegar,kalian harus bisa menjaga satu sama lain. Percaya sama Gusti Allah,semua cobaan hanya untuk menguji orang-orang yang beriman dan bertawakal kepadanya. Akan ada fitnah yang besar dan menimpamu cucuku. Bersabarlah,karena hanya dengan kesabaran itu pertolongan akan datang. Dan untuk kamu Kunto,usiaku tidak akan panjang lagi. Saat hari itu tiba hanya kamu yang bisa menyelamatkan cucuku ini,hanya kamu yang bisa menolongnya. Jadi bila waktu itu tiba,aku minta kepadamu jagalah gadis ini seperti menjaga anak gadismu sendiri. Sanggupka kamu mlakukannya Kunto?”
“ Insyaallah nek,saya akan berusaha sekuat tenaga untuk menjaga amanah nenek.”
“ baiklah kalau begitu,saya sangat berterima kasih sebelumnya padamu. Cucuku,istirahatlah dulu di dalam. Bukankah banyak pekerjaan yang nanti ingin kamu kerjakan?”
“ Baik nek,Alexa permisi kedalam dulu. Terima kasih banyak pak Kunto telah bersedia mengantar Alexa sampai disini,salam buat ibu dirumah ya pak.”
“ Ah ... sama-sama nak,bapak sangat senang bisa membantu,tidak usah sungkan. Jika butuh bantuan silahkan datang saja kerumah,dengan senang hati bapak akan membantu.”
“ Oh iya,kalau begitu saya permisi dulu nek,nak Alexa mari,bapak pulang dulu.”
“ Iya pak,sekali lagi terima kasih.”
“ Sama-sama,Assalamu’alaikum...”
“ Walaikumsalam warahmatullohi wabarakatuh...”

Begitu memasuki ruang tamu,perasaan dalam dada Alexa kembali membuncah. Wajah Bayu seakan menempel pada setiap relief dan ukiran yang ada disetiap sudut ruang. Wajah itu tersenyum,senyum yang semanis-manisnya dan hanya untuk Alexa seorang. Tidak ada orang lain yang boleh memiiki senyum itu. Entah mengapa Alexa merasa sangat yakin bahwa lelaki yang akan dijodhkan dengannya adalah Bayu. Seorang lelaki yang selama ini telah mengisi hari-harinya yang panjang dan melelahkan.
Mungkinkah itu hanya mimpi Alexa seorang? Bukankah nenek Ningsih belum sekalipun menyebut nama,belum memberikan ciri-ciri orang yang akan menjadi pendamping hidupnya. Apa mungkin perasaan yang begitu dalam ada dalam rongga hatinya telah mempengaruhi logika,sehingga peristiwa apapun yang dijalani akan selalu dihubung-hubungkan dengan keberadaan Bayu?


Sementara itu di desa Sumberkajar, Bayu merasa tidak enak badan. Suhu tubuhnya sangat panas. Semalaman penuh dia terus mengigau,budhe Surtini sangat khawatir terhadap keadaan Bayu,ia terus menemani pemuda itu. Memberikan kompres pada kepala dan tubuh agar panas tubuhnya segera turun. Haji Tanjono tidak kalah panik,belum pernah Bayu menderita sakit separah ini.
Panas yang sangat tinggi disertai demam dan mengigau menjadi bukti yang sempurna akan seberapa buruk kondisi dari anak lelaki tersebut. Beberapa kali haji Tanjono terlihat mondar-mandir di depan kamar Bayu,ia ingin memastikan agar laki-laki tersebut segera sembuh dari penyakitnya.
Seorang dokter keluarga telah dihubungi melalui seorang kurir tadi siang,kabarnya baru sore ini sang dokter bisa datang karena banyak pasien yang menunggu di Rumah Sakit Umum Dr. Soekandar tempatnya bertugas. Hampir habis kesabaran haji Tanjono menunggu kehadiran dr. Yudi. Sesekali ia menengok ke halaman untuk memastikan ada mobil dari dokter muda tersebut,berulangkali juga beliau harus memanggil Suliono agar memastikan dokter Yudi tidak sedang tersesat.
Sungguh besar perhatian haji Tanjono terhadap Bayu. Tiada pernah haji Tanjono merasa sepanik ini. Beliau  tidak ingin kehilangan Bayu seperti saat-saat kehilangan sang isteri tercinta. Bagaimanapun Bayu telah dianggap sebagai anak sendiri,kenangan-kenangan akan pentingnya kehadiran Bayu terkadang melintas,membuat sudut matanya memerah dan mulai berair. Jarang sekali haji Tanjono menitikkan airmata kecuali saat-saat melepas kepergian sang isteri tercinta,orang tua dan adik kandungnya.
Akhirnya sang dokter muda datng juga. Sebuah Toyota Avanza silver berhenti tepat di halaman rumah,tergesa-gesa seorang pemuda seusia Bayu turun,pakainnya yang serba putih melambai tertiup sepoi. Dokter Yudi segera menuju tempat Bayu dirawat,diiringi langkah cepat haji Tanjono. Beberapa teman Bayu berada diluar,merekalah yang menemukan Bayu pingsan tadi pagi di peternakan.
Dokter Yudi segera memeriksa keadaan Bayu,mengarahkan Stetoskop ke dada pemuda itu,memeriksa lambung,mata dan tenggorokannya. Semua kondisi Bayu di cek dengan seksama dan seteliti mungkin. Dokter Yudi hanya tersenyum kepada haji Tanjono yang mendampingi Bayu saat di periksa,budhe Surtini tampak harap-harap cemas menanti hasil tes kesehatan tersebut dari luar.
“ Bagaimana  kondisi Bayu sebenarnya dok,apa dia baik-baik saja?”
Haji Tanjono bertanya kepada dokter Yudi setelah keluar dari ruang pemeriksaan. Raut kecemasan yang sejak siang tadi terlukis jelas diwajahnya mulai tampak memudar,tersisa sedikit kesedihan yang masih tampak dari ucapannya.
“ Mohon maaf pak haji,sebelumnya bolehkah saya bertanya kepada bapak tentang sesuatu?” 
Ada nada serius dalam ucapan dokter Yudi,meskipun kata itu diucapkan dengan nada yang sesantai mungkin. Sudah kebiasaan dan kewajiban seorang dokter menyampaikan sebuah kabar kepada keluarga korban dengan kata-kata yang teduh,sehingga apapun hasil pemeriksaan akan membuat keluarga tetap tenang dan tidak panik. Perlu penekanan untuk menjaga psikologi keluarga pasien agar siap menerima segala keputusan terburuk sekalipun. Tidak jarang cara ini gagal total,bukan hanya tidak berhasil meyakinkan keluarga pasien,bahkan beberapa diantaranya tetap saja terjadi kepanikan luar biasa,ini biasa terjadi pada pasien-pasien dengan penyakit berat.
Bagaimanapun,mendengar keluarga kita di vonis sebuah penyakit berat tentu saja memukul perasaan. Bagai sebuah petir yang menyambar pada siang yang terik dan tidak sedikitpun ada angin,mendung atau hujan. Seperti tertusuk tajamnya pedang saat kita berjalan-jalan di gurun pasir yang tandus dan gersang seorang diri. Betapa pelanpun ucapan itu dilontarkan apabila berita yang dibawa sangat menyedihkan akan tetap menggores hati kita. Bagaimana kita akan menerima bila keluarga kita atau kita sendiri divonis menderita sebuah penyakit stadium akhir dan diprediksi tidak akan hidup lebih lama lagi. Tentunya akan seperti didorong dan dihempaskan dari ketinggian seratus meter atau lebih,perasaan kita akan melayang-layang tanpa kesadaran,seakan ada yang dengan sengaja dan tiba-tiba menarik mimpi indah dari tidur kita yang nyaman dan menyenangkan.
Beruntung,bukan hal tersebut yang akan disampaikan dokter Yudi kepada haji Tanjono. Meskipun demikian tetap saja perasaan tenang sejenak tadi bagai direnggut dengan paksa. Menyiksakan secawan getir dalam sudut hati terdalam.
“ Silahkan Dok,dengan senang hati saya akan menjawab pertanyaan dari dokter. Sebaiknya pertanyaan tersebut tidak terlalu membuat adanya prasangka buruk atas kondisi nak Bayu.”
“ Oh mohon  maaf sebelumnya pak,jika saya sudah membuat bapak khawatir. Sebenarnya kondisi mas Bayu tidak terlalu parah,penyakitnya tidak terlalu kronis,tapi bila di biarkan penyakit tersebut akan semakin parah,jadi perlu kesadaran bagi pasien untuk menjaga dirinya. Yang ingin saya tanyakan,apakah ada yang aneh dengan mas Bayu selama kurang lebih dua hari ini?”
“ Saya kurang paham dengan maksud dokter,bisa dijelaskan dengan lebih terang Dok?”
“ Begini pak,kondisi mas Bayu saat ini lebih disebabkan ada sebuah beban psikologis yang sedang mengganggu pikirannya. Hal ini membuat produksi asam dalam lambungnya meningkat. Di tambah lagi  yang bersangkutan tidak makan dengan teratur dan sulit untuk tidur. Dalam kondisi seperti ini bisa mengakibatkan kondisi tubuh menurun,setiap memasukkan makanan kedalam lambung akan ditolak sehingga terjadi muntah-muntah. Panas tubuh menjadi sangat tinggi namun yang dirasakan adalah gemetar dan demam. Bila sudah parah akan terjadi peningkatan asam lambung yang dapat berakibat terjadinya infeksi. Jika dibiarkan bisa menjadi sebuah penyakit kronis dalam lambung si pasien.”
“ Lalu bagaimana cara penanganan dan pencegahannya dok?”
“ Pasien harus menjaga pola makannya sehingga lebih teratur lagi,selain itu mengurangi beban pikirannya,selalu tidur tepat waktu serta menjaga pola pikirnya hanya pada hal-hal positif saja. Yang juga tidak kalah penting sebaiknya jangan bekerja terlalu berat dulu,beratnya pekerjaan bisa membuat pikiran sebagian orang menjadi stres sehingga akan mengakibatkan sulit beristirahat dengan tenang. Jadi benarkah apa yang saya katakan tadi Pak?”
“ Benar sekali dokter,sudah dua hari ini nak Bayu jarang sekali makan. Peristiwa ini terjadi semenjak Alexa pergi dua hari lalu. Mungkin ada beban yang sedang dipikirkannya. Dia hanya bekerja dengan lebih berat dari biasanya,nafsu makannya berkurang drastis,dari yang biasanya tiga kali sehari sekarang hanya segelas air putih di pagi hari atau dengan sepotong roti. Selain itu,hampir tiap malam dia terlihat hanya memandang kosong,seperti ada hal yang sedang dipikirkannya.”
“ Jadi benar demikian kejadiannya,mungkin benar ada hal yang sedang dipikirkan,jadi sebaiknya lebih diperhatikan lagi pola makannya. Ini ada obat yang harus diminumkan kepada mas Bayu semoga lekas sembuh dan bisa beraktivitas lagi seperti biasa.”
“ Terima kasih dokter,semua saran dari dokter akan saya lakukan dengan baik demi kesembuhan nak Bayu.”
“ Baiklah pak kalau begitu,saya pamit dulu. Bapak tidak usah terlalu khawatir dengan kondisi mas Bayu,mungkin dia hanya kecapekan saja.”
“ Silahkan Dok,terima kasih sekali lagi atas bantuannya.”
“ Sama-sama Pak.”

“ Bagaimana menurut kamu dengan kondisi Bayu? Apakah ada sesuatu yang salah dari dalam diri saya sehingga mengakibatkan terjadi peristiwa ini?” 
Haji Tanjono meminta pendapat budhe Surtini setelah doter Yudi pergi.   
“ Saya rasa bapak tidak salah,bapak hanya melaksanakan janji bapak saat masih muda,jadi bukan itu yang membuat peristiwa ini terjadi. Mungkin mas Bayu belum siap saja untuk berpisah dengan non Alexa sehingga tiba-tiba menjadi beban pikiran. Saya pikir wajar pak,seorang pemuda yang sedang dimabuk asmara.”
“ Jadi,saat ini akan menjadi beban yang sulit bagi kita untuk menemukan jalan bagi mereka berdua? Di satu sisi,saya sebenarnya juga tidak tega memisahkan Bayu dari Alexa,disisih yang lain juga harus melaksanakan janji yang telah saya buat. Sungguh sebuah keputusan yang sulit,bagai memakan buah simalakama. Semoga saja mereka dapat menerima keputusan ini dengan hati yang ikhlas dan lapang dada. Walaupun bagi saya sendiri,jika mengalaminya mungkin juga tidak akan mampu menerimanya.”
“ Benar sekali Pak, lebih baik kita menyerahkan semua kepada yang diatas,yang maha adil dan maha bijaksana dalam menentukan sesuatu. Biarlah Allah swt akan memberikan jalan terbaik bagi mereka,memberi ketenangan jiwa,kerelaan hati dan juga keikhlasan. Lambat laun mungkin perasaan itu juga akan mampu mereka redam sehingga tidak menjadi duri dalam daging.”

Peristiwa ini tentu saja sangat cepat sekali menyebar,menjadi bahan gunjing dari sesama pegawai yang bekerja di peternakan. Banyak yang menyayangkan terjadinya kejadian ini,tidak jarang pula yang membela keputusan dari haji Tanjono. Semua orang tentu saja berhak menyampaikan pendapat masing-masing. Berhak mengekspresikan pendapat tersebut di muka umum,baik yang pro maupun yang kontra,yang mendukung ataupun tidak.
Semua harus berjalan selaras,serasi dan seimbang. Tidak saling menyerang atau saling menjatuhkan,apalagi bila sampai timbul pertengkaran dan menghasilkan adanya korban. Semua harus menyadari adanya hak dan tanggung jawab mereka masing-masing. Mereka adalah para pekerja yang menerima hak berupa gaji serta harus melaksanakan tanggung jawab terhadap pekerjaan dengan semangat dan loyalitas yang tinggi.
Apapun yang terjadi diluar sana,suasana dalam peternakan harus dibangun dengan semangat kerjasama dan kekeluargaan yang sangat tinggi. Kekecewaan yang terjadi tidak boleh menjadi beban dalam berkreasi,harus menjadi penyambung semangat silaturahmi sehingga tidak mudah terpecah belah dan diadu domba. Sebuah kerugian besar jika hanya karena masalah sepele kita harus memendam dendam kepada seseorang. Bukan sikap ksatria jika tidak mampu untuk berpikir bijak dalam menyelesaikan sebuah persoalan. Apapun bara yang mulai tersulut itu harus segera dipadamkan,sebelum menjadi besar dan membakar semuanya.
Mengetahui ada gelagat perselisihan diantara para pegawai karena masalah ini,haji Tanjono segera mengumpulkan mereka. Memberi penjelasan tentang segala hal yang terjadi serta meminta maaf juga memohon agar mereka berpikir dengan kepala jernih,tidak terpengaruh dengan keadaan yang sedang terjadi. Biarlah dua orang muda mudi yang akan menyelesaikan masalah percintaan mereka dengan baik.
Para orang tua,sejawat dan kerabat diharapkan menjadi penonton yang baik. Menjadi penengah bila ada pertimbangan yang perlu diluruskan. Bagaimanapun keputusan telah diambil dan dilaksanakan. Perkara apa yang terjadi nanti,apakah Alexa menemukan lelaki yang telah di jodohkan dengannya atau pulang dengan tangan hampa dan kembali merajut kisah dengan Bayu hanya Allah swt yang tahu.
Dengan penjelasan tersebut setidaknya menjadikan hati mereka menjadi tenang,harapan melihat Bayu dan Alexa bersanding mereka pendam dalam-dalam. Sekarang yang perlu dilakukan hanya kembali bekerja dan bekerja. Merajut asa untuk nafkah anak dan isteri tercinta,bagi yang masih bujang setidaknya mampu mengumpulkan bekal untuk masa depan mereka.













E N A M

Ada sebuah pepatah mengatakan “ tak kenal maka tak sayang “. Begitulah pepatah akan menjadi suatu hal yang sangat penting dalam mengarungi kehidupan. Bagaimana kita memaknai sebuah pertemuan akan menjadikan diri kita merasa lebih bermakna. Terkadang kita tidak bisa mengetahui pribadi seseorang karena kita tidak mengenalnya.
Begitupun juga dengan orang yang akan menempati sebuah rumah baru,tahap pertama adalah bagaimana kita mengenal seluruh isi ruangan,tanpa mengetahui isi ruangan bagaimana kita akan merasa kerasan untuk tinggal didalamnya? Tahap kedua adalah bagaimana kita mengenal lingkungan tempat tinggal kita,jalan-jalan yang menuju kerumah kita,pepohonan dan tetumbuhan serta binatang yang ada disekitar rumah,para tetangga kanan,kiri,depan dan belakang rumah kita. Kita tidak akan merasa nyaman tenggal di sebuah perkampungan jika banyak orang yang tidak ramah dengan kita. Bagaimana sebuah keramahan,kesantunan dan kesopanan akan tumbuh bila kita tidak mau terbuka dengan orang lain,tidak mau mengenal dan bersahabat dengan orang lain tersebut.

Hari ini pertama tinggal dirumah ini adalah hari yang paling melelahkan bagi Alexa selama seumur hidupnya. Belum pernah ia merasa sesibuk ini,banyak sekali pekerjaan yang ingin di kerjakan dengan segera. Pekerjaan pertama yang dilakukan adalah membawa nenek Ningsih ke kamar mandi yang ada dibelakang rumah. Setelah menimba dan mengisi penuh sebuah gentong penampung air serta dua bak mandi berukuran kecil,Alexa meraih gayung air.
Dengan hati-hati sekali ia mulai menyiram nenek Ningsih,wanita itu terkekeh menikmati perlakuan calon cucunya tersebut. Dengan senang hati dimandikan seperti seorang  bayi yang belum bisa mandi sendiri. Entah sudah berapa minggu sang nenek tidak mandi,bau tubuh yang tajam menyengat itu segera berganti dengan bau sabun yang mewangi. Alexa terlihat puas dengan pekerjaan barunya,sebuah senyum simpul menghiasi sudut bibirnya. Jilbab cokelatnya telah sedikit basah tersiram air dari gayung yang di bawanya.
Setelah mandi,nenek Ningsih segera didandani. Wanita tua itu hanya menurut pada perlakuan Alexa. Alexa menaburkan bedak kesekujur tubuh nenek Ningsih,mengelap setiap jengkal kulitnya yang telah keriput,memberi warna dengan sedikit polesan di wajah. Menata rambut dengan sedemikian rupa hingga terlihat lebih segar dan lebih ceria di usia senja. Tidak ada lagi nenek Ningsih yang kusut,pucat dan ringkih.
Setelah merawat nenek Ningsih,memberikannya pakaian terbaik yang masih dimiliki wanita tersebut,Alexa segera menyuapi sang nenek yang dengan lahap menerima makan siangnya. Tidak ada kecanggungan di antara mereka berdua,seakan sudah saling mengerti apa yang diinginkan oleh masing-masing orang. Seberapa dalam lautan akan menenggelamkan mereka,seberapa kuat badai akan menghempas atau seberapa liar gempa yang akan mengguncang bumi hari ini tidak akan pernah menggoyahkan niat tulus Alexa untuk merawat nenek Ningsih. Bahkan kedatangan Bayu sekalipun tidak akan mampu menggoyahkan niat itu. Ada kesenangan tersendiri untuk menyerahkan segala jiwa dan raga kepada pengabdian yang suci.
Setiap orang berhak memilih jalan hidupnya masing-masing karena itulah yang akan menentukan orang itu akan bahagia atau masuk dalam lingkaran dusta. Dan hari ini Alexa telah menemukan kebahagiaannya yang tidak mungkin ditukar dengan seribu bunga-bunga,dengan perhiasan dan juga permata. Bukan dengan emas ataupun sebuah istana megah. Semangat berbakti itu tiba-tiba tumbuh seperti jamur dimusim penghujan. Jamur yang dinantikan semua orang yang tinggal dalam hutan,dimana itu adalah satu-satunya makanan yang ditemukan.
Alexa sangat puas dengan hasil pekerjaannya. Pekerjaan berat yang selanjutnya adalah membersihkan seisi rumah. Dimulai dengan mengumpulkan semua pakaian kotor milik nenek Ningsih. Pakaian –pakaian itu tersebar tidak hanya didalam kamar. Bukan perkara muda  mengumpulkan barang dari orang tua yang sudah renta dan mulai pikun. Tentu saja pakaian itu tersebar karena nenek Ningsih berganti pakaian di sembarang tempat. Mengandalkan orang serenta itu untuk mencuci sendiri pakaiannya adalah seperti menyuruh cacing memanjat pohon mangga,atau menyuruh ikan untuk terbang setinggi langit,juga menyuruh burung berenang di kedalaman samudra.
Menyalahkan orang lain atas kesalahan yang dilakukan adalah sebuah perkara mudah,yang sulit adalah memaafkan orang yang melakukan sebuah kesalahan dengan cara tidak mengungkit-ungkit kesalahan yang dilakukan. Ituah yang coba dilakukan Alexa. Ia tidak ingin menyalahkan perawat yang bekerja dan mendapatkan gaji untuk merawat nenek Ningsih. Tidak juga berniat mengungkit-ungkit besar anggaran yang harus dikeluarkan oleh bapak Abdul Mukid untuk memenuhi semua kebutuhan nenek Ningsih,yang hingga saat ini terbukti tidak pernah sampai kepada pemiliknya. Anggaran itu menguap begitu saja seperti anggaran-anggaran proyek yang tidak jelas jluntrungannya.
Matahari telah begitu tinggi sinarnya ketika Alexa menyelesaikan pekerjaan mencuci pakaian. Hampir saja ia tertidur karena kelelahan,bila tidak ada sebuah ketukan di pintu rumah. Alexa segera membukakan pintu sesaat setelah menjawab salam dari orang yang berada diluar rumah. Sang nenek terlihat tertidur dengan damai di ruang tengah,sebuah dipan yang diletakkan disana rupanya cukup nyaman. Apalagi dengan tubuh yang begitu bersih setelah habis mandi. Kantuk akan segera menyerang dikala perut kita terasa kenyang.
“ Bagaimana neng sambutan dari nenek Ningsih? Apa neng Alexa tidak apa-apa?”    
Bu Parni yang khawatir terhadap diri Alexa mengunjunginya. Wanita itu rupanya hanya bekerja setengah hari. Mandor yang biasa memberi pekerjaan hari ini sedang ada urusan ke Surabaya sehingga semua karyawan dipulangkan lebih awal.
“ Alhamdulillah bu,saya mendapat sambutan hangat dari nenek Ningsih. Pak Kusno sendiri juga sangat baik,mau mengantar saya kesini. Saya juga sangat berterima kasih karena berkat bantuan ibu saya tidak mendapat kesulitan disini.”
“ Ah...neng Alexa bisa saja,ibu jadi malu ini. Baiklah neng kalau begitu ibu permisi dulu, ibu sekedar mampir karena khawatir terjadi sesuatu dengan neng Alexa. Syukurlah kalau neng Alexa tidak apa-apa. Kalau ada yang perlu dibantu,neng tidak usah sungkan,langsung saja kerumah ibu.”
“ Iya bu,terima kasih banyak.”

Alexa benar-benar tidak dapat lagi menahan kantuknya. Setelah kepergian bu Parni,segera ia merebahkan diri disebelah nenek Ningsih. Terbersit sebuah perasaan tenang dan damai bila berada di samping nenek tua itu. Wajah Bayu sedikit terlintas ketika Alexa memandang wajah sang nenek. Sangat mirip sekali,yang membedakan hanya kulit yang keriput serta tidak mudah lagi. Jika dilihat sepintas,dari bentuk mata dan tulang dagu mereka bagai pinang dibelah dua,goresan bibir dan hidung agak berbeda tetapi masih sangat identik antara keduanya. Jadi, benarkah Bayu memang cucu dari nenek Ningsih? Ataukah perasaannya saja yang berusaha mencari-cari kemiripan di antara mereka?
Sebelum menemukan jawaban,mata Alexa sudah terlebih dahulu terpejam. Gurat kelelahan tampak sangat jelas diwajah gadis itu. Bagaimanapun,pekerjaan ini belum pernah dilakukan Alexa seorang diri dirumah. Selalu ada budhe Surtini yang mengerjakan semua urusan rumah tangga,sedang Alexa hanya membantu sekedarnya saja.
Hari telah sore ketika gadis itu terbangun. Alexa mencoba meraba nenek Ningsih yang tidur disampingnya,ternyata wanita itu tidak lagi berada disampingnya. Alexa segera bangkit berdiri,mencari sang nenek kesetiap sudut rumah,memeriksa setiap kamar hingga kekamar mandi. Alexa mulai panik ketika tidak menemukan sang nenek,ia segera memperluas daerah pencarian. Samping kanan dan kiri rumah segera disisir.
Alexa menemukan nenek Ningsih sedang berjongkok dibawah pohon durian. Ternyata penyakit lupa orang tua itu kambuh lagi. Beliau telah melakukan buang air besar dibawah pohon durian. Alexa segera menuntun neneknya menuju kamar mandi,membersihkan dan membasuh bekas buang air besar sekaligus memandikannya.
Dengan cekatan Alexa mengumpulkan kotoran dari nenek Ningsih yang berada di bawah pohon durian,membuangnya di toilet kamar. Ternyata banyak sekali tersebar kotoran dari nenek tersebut disekitar pohon durian. Beberapa di antaranya sudah mulai mengering. Alexa berusaha membersihkan semuanya. Sekaligus membersihkan sisa-sisa sampah dan dedaunan yang berserak disepanjang halaman. Asal disertai dengan niat yang tulus dan ikhlas,semua pekerjaan akan cepat untuk diselesaikan.
Berbeda sekali wajah halaman dari pertama kali ia datang. Halaman yang kumuh dan tidak terawat itu terlihat bersih dan lebih indah. Tumpukan sampah yang menggunung dibakar habis.beserta rumput yang mulai meninggi. Tidak akan cukup satu hari untuk membereskan begitu banyak pekerjaan yang menumpuk tersebut. Ternyata merawat sesuatu lebih sulit daripada saat kita membuat atau membangunnya.

Hari kedua tetap menjadi hari yang sibuk bagi Alexa. Bangun pagi,Alexa segera menuju dapur yang sudah sangat lama tidak digunakan tersebut,beruntung alat-alat masak yang ada masih bisa digunakan dengan baik. Tidak ketinggalan Alexa harus berbelanja kepada penjual ikan dan sayuran yang ada di ujung desa. Disana ia banyak bertemu orang untuk lebih bersosialisasi sebagai tetangga baru. Bermacam-macam perangai tetangga baru tersebut,ada yang sangat pendiam dan hanya menjawab seperlunya bila ditanya sesuatu,ada yang cerewet setengah mati hingga teman-temannya tidak mampu mengimbangi perkataannya,tak jarang pila yang senang memamerkan perhiasannya yang bergemerincing seperti seorang artis dari india.
Alexa hanya bisa tersenyum ramah melihat dan mendengar celoteh para tetangga barunya,Alexa merasa bahwa mereka semua adalah orang baik yang sangat ramah dan santun kepada siapapun,termasuk kepada orang asing seperti dirinya. Alexa berharap bisa mengenal mereka lebih dekat sehingga tidak canggung bila memerlukan bantuan. Beruntung Alexa membawa bekal uang yang sangat cukup untuk makan berdua bersama nenek Ningsih selama kurang lebih dua bulan yang akan datang. Usai berbelanja ikan,lauk-pauk dan sayuran,Alexa mampir kesebuah toko kelontong yang menjual semabako. Dia membeli beberapa kilogram beras untuk segera dimasak agar dapat mengisi perutnya dan nenek Ningsih.
Bukan perkara mudah memasak menggunakan tungku tradisional,Alexa harus menyiapkan kayu bakar yang cukup sebelum menyalakan tungku. Tidak ada kompor minyak yang tersedia dirumah itu,apalagi kompor gas seperti yang digunakan dirumah Alexa. Pada saat- saat seperti inilah jiwa Alexa merasa tertantang untuk membuktikan semua kemampuannya dalam memasak. Keterbatasan alat bukan halangan yang besar untuk berkreasi.
Beruntung sekali Alexa pernah mengikuti kegiatan pramuka yang mengajarkan kita hidup mandiri,sampai saat ini pun ia masih sangat hafal dengan Tri Satya dan Dasa Dharma Pramuka yang menjadi kode moral dan kode kehormatan gerakan kepanduan di Indonesia tersebut. Lewat gerakan kepanduan itulah Alexa belajar memasak dengan memanfaatkan barang dan bahan yang ada disekitar,dalam beberapa kali perkemahan regunya selalu mendapatkan juara satu aat lomba memasak ataupun menghidangkan makanan.
 Inilah saat yang apling tepat untuk menerapkan segala ilmu kepramukaan yang pernah diperoleh. Meskipun mata perih karena usaha untuk menyalakan tungku dengan menggunakan kertas,peniup dan kayu bakar, Alexa sangat puas dengan hasil pekerjaannya. Semua pekerjaan itu dapat diselesaikannya sebelum fajar menampakkan cahayanya yang keperak-perakkan, sebelum nenek Ningsih terbangun dari mimpinya yang panjang dan melelahkan. Ketika matahari mulai tumbuh di ufuk timur, Alexa segera membangunkan nenek Ningsih.
Waktu yang tepat untuk mandi di pagi hari,Alexa telah memasak air untuk mandi nenek Ningsih. Segera setelah semuanya siap,Alexa memandikan nenek Ningsih. Membersihkan badan sang nenek seperti kemarin,menyuapinya dengan sangat telaten sehingga nenek Ningsih merasa sangat senang dan menghabiskan makanannya. Alexa sangat bahagia ketika nenek itu memuji masakannya,gadis itu terlonjak senang seperti seorang anak yang mendapat nilai seratus di hari pertamanya sekolah.
Setelah sarapan,sebuah pekerjaan besar sudah menanti Alexa. Kemarin gadis itu melihat beberapa genting telah pecah dan bocor ketika hujan mengguyur. Dengan cekatan gadis itu mengambil sebuah tangga,naik melalui anak tangga untuk mencapai ketinggian yang diinginkan. Bukan hal yang mudah untuk membetulkan genting yang bocor,terlebih seorang anak gadis seperti dirinya. Hanya dengan sebuah tekad yang kuatlah semua bisa dijalani dengan baik.
Selesai membetulkan genting yang bocor,Alexa mencabuti rumput yang tumbuh dan berserak dihalaman,mengumpulkannya jadi satu seperti kemarin lalu membakarnya. Ia juga sempat menata kembali letak obor yang telah rusak,membersihkan sisa-sisa sampah pada lantai pendopo,mengambili semua kayu lantai yang telah rusak dimakan rayap,membawanya kebelakang rumah sebagai bahan kayu bakar.
Semua pekerjaan akan cepat selesai bila kita kerjakan dengan hati riang,semangat yang tulus dn hati yang ikhlas tnpa mengharap imbalan dari pekerjaan tersebut. Dengan segenap kekuatan yang dimiliki,Alexa berusaha memberikan pengabdian terbaik selayak kesetiaan Maha Patih Gajah Mada kepada kerajaan Majapahit. Ia ingin sekali meniru sang pahlawan yang terkenal dengan sumpah Amukti Palapanya tersebut.
Apapun beban yang kita pikul akan terasa ringan jika kita kerjakan dengan rasa cinta dan kasih sayang yang dalam. Orang akan melakukan apapun demi meraih cinta yang sangat didambakan. Tidak sedikit demi kata cinta orang akan mengorbankan harta benda bahkan nyawanya. Mereka tentu saja tidak akan memperhitungkan lagi untung dan rugi,hanya cinta kasih terhadap pasanganlah yang paling penting dari segalanya.

Apa yang akan terpikirkan oleh kita disaat melihat gelapnya awan hitam segera berganti warna menjadi terang dan bercahaya?  Itulah sebuah semangat baru yang membuncah dalam dada Alexa saat ini,bukan sebuah penantian kepada cinta seorang kekasih,sebuah pijar baru telah bersemi dalam setiap tarikan dan desahan nafas,surga. Benarkah surga itu benar-benar ada? Itukah pembalasan bagi orang-orang yang selalu berbuat baik kepada orang lain?
Tidak !!! ada ataupun tidak ada surga,semangat pengabdian ini tidak akan padam,bagaimana orang akan mengaitkan suatu kebaikan itu dengan surga,padahal yang sedang ingin kita perbuat adalah demi kemanusiaan,demi kelangsungan hidup sesama yang juga membutuhkan kehangatan,perhatian dan kasih sayang,membutuhkan tempat yang layak untuk rehat sejenak,membutuhkan makan dan minum yang memenuhi kriteria kesehatan,juga tempat berteduh yang nyaman dari hujan dan ganasnya kemarau panjang.

Hari-hari akan berganti dengan begitu cepat tatkala kita memiliki sebuah kesibukan,pekerjaan seakan menuntut kita untuk mengejar lokomotif waktu yang tidak pernah mau menunggu,merelakan sejumput rasa kepasrahan dimana dalam pandangan kita yang mulai layu itu tumbuh banga-bunga baru. Kita akan merasakan sesuatu yang indah bila dimulai dengan kerja keras. Bagaimana seekor kupu-kupu akan lebih indah jika telah bermetamorfosa dari seekor ulat yang menjijikkan,berubah menjadi kepompong yang lebih banyak diam,menjadi kupu-kupu cantik yang dikagumi banyak orang.
 Alexa baru saja menyelesaikan mencuci semua peralatan masak yang telah digunakan. Hari ini adalah hari ketiga Alexa tinggal dirumah nenek Ningsih. Gadis itu melihat sebuah bayangan seorang perempuan melintas diruang tengah rumah. Semula dia mengira itu adalah bu Parni atau bu Kusno,isteri dari ketua RT. Melihat penampilannya dari kejauhan tampak sekali bukan mereka yang telah keibuan. Wanita itu terlihat lebih muda,dari belakang tubuhnya masih sangat belia kira-kira seumuran dengannya. Wanita itu mengecek semua perlengkapan dan peralatan yang ada di kamar tengah,kamar tamu dan juga ruang utama. Mungkin saja dia terhern-heran atas apa yang telah terjadi.
“ Assalamu’alaikum...” Alexa memberanikan diri menyapa. Wanita itu menoleh kaget. Wajahnya tampak sangat jelas menunujkkan rasa heran dan penasaran. Bagai seekor harimau lapar yang menemukan seekor kijang tersesat ditengah hutan. Berondongan pertanyaan segera meluncur deras bak hujan yang tercurah dari penjuru langit.
“ Siapa kamu? Berani-beraninya masuk kerumah ini tanpa ijin?,merubah tatanan barang-barang yang ada diseluruh ruangan. Kamu maling ya? Atau kamu seorang mata-mata perampok yang sedang menggambar suasana desa ini? Jangan-jangan kamu mata-mata teroris?”
Alexa tersenyum ramah, mencoba mengulurkan tangannya yang lembut kepada gadis itu,gadis itu diam penuh dengan selidik. Sorot matanya tajam memandang mata Alexa,ada sedikit pandangan tidak senang dari isyarat mata itu. Mata yang seakan ingin menerkam mangsa pada malam gelap tanpa cahaya. Mata yang bersinar penuh bagai sorot lampu senter yang menembus gulita.
“ Maaf mbak, nama saya Alexa. Saya adalah cucu dari nenek Ningsih,saya sudah ijin kepada bapak RT dan kepala desa untuk tinggal dirumah ini,jadi mungkin tidak perlu dipermasalahkan lagi bahwa saya akan merawat dan menjaga nenek Ningsih.”
“ Ha...ha...ha... apa kamu bilang? Cucu ? setahu saya wanita reyot itu tidak punya cucu perempuan. Jangan mimpi kamu untuk tinggal di tempat ini,apa kamu ingin merebut mata pencaharianku hah? Jangan pikir kamu bisa mengusirku dari sini hanya dengan mengaku-ngaku sebagai cucu nenek renta itu.”
Nada suara wanita itu meninggi,membuat deretan kata yang menusuk bagai pedang,perih seperti goresan ilalang,juga sakit seperti terhantam batuan. Telunjuknya menunjuk-nunjuk pada nenek Ningsih yang masih terlelap. Nenek tua itu tiba-tiba bergerak dan terbangun karena suara lantang sang perempuan.
“ Bukan begitu maksud dan tujuan saya kemari mbak,bukan maksud saya merebut penghasilan mbak sebagai perawat nenek Ningsih. Saya memang bukan cucu kandung dari nenek,saya hanya orang yang kebetulan diberi amanah untuk menjadi keluarga dari nenek karena saya telah dijodohkan dengan salah satu cucunya.”
Nada suara Alexa tetap tenang,mencoba menanggapi wanita itu dengan kepala dingin,tutur katanya tetap lembut selembut salju,niatnya tetap tulus sebening embun pagi. Tidak mudah untuk membuat percaya wanita yang memang hatinya telah tertutup untuk kehadiran orang lain tersebut.
“ Apa kamu bilang? Kamu pikir aku akan percaya dengan yang kamu katakan tadi? Dasar pembual. Lebih baik segera kemasi barang-barang kamu dan segera pergi dari sini. Saya tidak sudi melihat muka kamu disini.”
“ Maaf mbak,itulah kenyataan yang harus saya jalani untuk saat ini,saya tidak mungkin meninggalkan rumah ini sebelum menemukan dan membawa pulang calon suami saya,atau paling tidak saya harus mengetahui siapa nama dan dimana calon suami saya tersebut tinggal.”
“ Terlalu banyak bicara kamu,saya tidak akan pernah membiarkan kamu untuk tinggal disini,disini bukan tempat yang cocok untuk kamu,dasar wanita murahan.”
“ Sekali lagi saya minta maaf mbak,bukan maksud saya menggangu pekerjaan mbak disini,saya bersedia membayar mbak,dengan syarat mbak harus mengijinkan saya untuk tinggal disini. Saya rasa orangtua saya tidak akan keberatan,karena beliaulah yang meminta saya untuk datang kesini.”
“ Ha...ha...ha... jadi kamu mau sok kaya di depanku gadis kecil,gadis bau kencur seperti kamu mau menipuku? Mau mengakali aku hah? Dasar gadis kecil tidak punya malu. Lebih baik kamu ngaca sana,lihat penampilanmu yang seperti babu ini mau membayar aku,berapa banyak uang yang kamu punya?”
“ Saya mungkin memang bukan orang yang kaya raya mbak,bukan orang yang suka memamerkan harta dan penampilan,tapi setidaknya saya orang sederhana yang punya pengabdian,orang rela melakukan sesuatu hanya demi menolong orang,bukan karena pamrih gaji yang tinggi dan  mengharap imbalan.”
“ Sudah pandai  menggurui rupanya anak kecil ini? Tahu apa kamu dengan pengabdian,kamu hanya anak kemarin sore yang belum pantas untuk mendpatkan tempat dirumah ini,lebih baik kamu segera pergi dari sini atau kamu mau saya tuduh sebagai seorang pencuri dan saya laporkan kepada polisi?”
“ Maaf mbak,bukankah sudah saya tegaskan dari awal bahwa saya sudah mendapat ijin dari bapak ketua RT dan Kepala dusun untuk tinggal disini? Saya kira mbak salah paham dengan semua yang terjadi saat ini.”
“ Dasar wanita keras kepala kamu!!! Terima ini...!!!”
Plak...!!! sebuah pukulan keras mendarat di pipi Alexa,wanita itu meringis menahan sakit pada pipinya. Sudut bibirnya terasa perih karena robek dan mengeluarkan darah. Pipinya yang ditampar wanita itu memerah seperti kepiting rebus,hampir saja jilbab yang dipakai terlepas karena ditarik paksa. Beruntung gadis itu bisa menghindar dengan sigap.  
Kalau saja tidak mampu meredam amarah,mungkin Alexa akan menjatuhkan wanita itu dalam satu kali pukulan. Latihan Taekwondo dan karate yang pernah dijalani waktu menempuh pendidikan di SMA dan bangku kuliah akan sangat berguna untuk saat-saat seperti ini. Sangat mudah menjungkalkan wanita itu,semudah menerbangkan kapas saat sepoi berhembus lembut. Tapi Alexa lebih memilih untuk mengalah saja,tidak ada guna lagi berdebat dan saling menunjukkan tenaga. Semua akan merugikan semua orang yang terlibat dalam sebuah pertengkaran tersebut.
Alexa segera mengemasi barang- barang pribadinya yang tak seberapa,detik ini juga ia akan pergi untuk sementara waktu,tekadnya yang kuat untuk merawat dan menemani sang nenek begitu kuat. Alexa pergi bukan karena kalah,ia hanya mengalah untuk sementara waktu. Tujuannya hanya satu  yaitu menuju rumah bu Parni,ibu yang baik hati itu akan selalu siap menerima keadaan Alexa apapun yang terjadi,membantunya untuk menyelesaikan semua masalah yang akan di hadapi.
Nenek Ningsih terlihat sangat terpukul dan bersedih ketika melihat Alexa melangkahkan kaki. Ingin rasanya ia turut serta mengikuti kemanapun Alexa pergi,tapi pertengkaran dua wanita muda itu telah membuat tubuhnya gemetar dan sulit untuk berjalan. Tiba-tiba saja suaranya hanya tercekat di tenggorokan ketika berniat memanggil Alexa. Nenek  Ningsih hanya bisa pasrah kehilangan seorang cucu mantu yang telah mewarnai hari-harinya selama tiga hari terakhir.
Harapan yang tersisa hanya sebuah pertolongan yang diharapkan datang dari orang lain,terutama anak angkatnya agar segera tersadar dan mengusir wanita perawat itu dari hari-harinya yang kelam dan membosankan. Wanita itu bukanlah seorang tukang masak yang baik, bukan seorang perawat yang mampu memuliakan seorang pasien. Pekerjaan yang dijalani hanya menggerutu dan mengomel tidak jelas hingga membuat nenek Ningsih sangat muak terhadapnya. Bukan hanya melihat wajahnya,mendengar suaranya sekalipun nenek Ningsih serasa merasakan alergi yang sulit disembuhkan dokter manapun di dunia ini.
Alexa terus melangkahkan kaki,cairan bening tiba-tiba mewarnai sudut matanya yang mulai sembab. Bukan sakit dipipi dan rasa perih pada sudut bibirnya yang membuat menangis,Alexa hanya memikirkan bagaimana nasib nenek Ningsih sepeninggal dirinya. Baru dua hari ini si nenek bisa tersenyum dan merasakan kebahagiaan,tapi kebahagiaan itu akan segera terenggut kembali,menyisakan hari-hari kosong sepanjang sisa hidupnya.
Baru lima langkah Alexa meninggalkan pintu rumah,sebuah bayangan membuatnya harus membuatnya menengadah melihat wajah bayangan itu.
“ Lho,kenapa nak Alexa menangis? Siapa yang mengganggu nak Alexa? Lah ini kok barang-barangnya dibawah pergi lagi? Ada masalah apa nak ? cerita sama bapak,biar bapak carikan jalan keluar. Nak Alexa tidak betah dirumah ini?”
Berondongan kata dari pak Kusno seperti menyergap Alexa. Gadis itu terdiam seperti seorang serdadu yang kalah perang dan ditawan. Wajahnya yang layu nampak mulai sedikit lebih cerah,inilah saat yang terbaik untuk kembali ke medan laga. Bantuan telah datang siap untuk ikut berperang. Pak Kusno tidak sendiri,seorang lelaki lain berdiri disampingnya,lelaki itu lebih tinggi dan berbadan lebih tegap. Mungkin inilah pak Abdul Mukid,anak angkat dari kakek Husni maupun nenek Ningsih,Alexa menduga-duga keadaan. Gadis itu merasa telah menemukan sebuah kunci dari rahasia hidupnya.
Kunci itu sedang dipegang oleh pak Abdul Mukid,kunci yang dapat membuat pintu dari tabir kehidupannya terbuka. Semua jalan seakan lebih terang benerang sekarang. Seperti sebuah sunrise pertama yang tumbuh dikala awal musim semi,tumbuh-tumbuhan dan bebungaan sedang mekar-mekarnya dalam jiwa Alexa.
            Senyum gadis itu tiba- tiba mengembang. Manis,semanis madu pertama yang baru saja dipetik dari sarang lebah hutan. Madu yang masih sangat asli tanpa campuran nektar palsu yang dibuat di pabrik-pabrik sintetik.
            “ Maaf pak,tidak ada apa-apa...”
            Sedikit kata yang keluar dari bibir Alexa,lalu terdiam dan kembali menunduk,seakan memberikan sebuah isyarat telah terjadi sesuatu. Pak Abdul Mukid melangkah tergesa kedalam rumah. Yakin sekali lelaki itu bahwa sumber dari semua ini pasti ada di dalam rumah. Pak Kusno mengiring dari belakang,menggandeng tangan Alexa agar mengikutinya.
            “ Nak Alexa tunggu disini. Biarkan masalah ini saya dan pak Lurah yang menyelesaikan”
            Kata pak Kusno lagi ketika mereka telah berada didalam ruang tamu. Alexa hanya mengangguk. Telah cukup banyak terasa budi yang diberikan oleh lelaki itu untuk menolongnya,membuat Alexa merasa sungkan untuk menerimanya.
            “ Jadi ini yang kamu perbuat kepada ibu saya selama ini?, dasar wanita tidak tahu di untung kamu,bukannya merawat ibu saya dengan baik malah menjadikannya tersiksa karena ulah kamu.”
            Suara itu seperti suara geledek yang menyambar dari belakang rumah,tepatnya dari kamar mandi yang terletak di ujung. Pada hari inilah perbuatan sang perawat terbongkar. Sebuah periuk penuh dengan nasi hasil masakan Alexa telah ditumpah bersama lauk dan sayurannya kedalam sebuah kantong plastik yang dibawa. Sebuah piring yang disiapkan hanya berisi sepotong tempe dan nasi putih,makanan itulah yang sedianya akan di suapkan kepada nenek Ningsih,wanita itu telah berontak karena tadi pagi telah disuapi oleh Alexa.
            Sang perawat terus memaksa sehingga terlihat sekali ada upaya penyiksaan olehnya kepada nenek Ningsih. Ada pepatah mengatakan “ sepandai-pandai tupai melompat pasti akan terjatuh juga,sepandai-pandai menyembunyikan bangkai akan tercium juga.” Itulah mungkin yang dapat mewakili dan menggambarkan keadaan yang terjadi saat ini. Bagaimana sebuah perlakuan yang tidak baik itu akhirnya harus bertemu dengan penawarnya. Dan penawar itu bukan saja akan memaksa sang pelaku jera,tapi juga harus  kehilangan pekerjaannya.
            Sang perawat tampak terkejut melihat kedatangan pak Kusno dan pak Abdul Mukid,ada rona kebencian dalam wajahnya yang ketus. Wanita itu hanya terdiam,terpaku pada semua pekerjaan yang telah dilakukan. Nenek Ningsih mencoba meronta untuk melepaskan diri dari dekapan wanita itu.
            “ Lepaskan ibu saya sekarang...!!!”
            Pak Abdul Mukid memegang tangan sang wanita yang masih terdiam,menyeretnya keruang tamu yang disana sedang duduk menunggu Alexa. Sementara itu pak Kusno menuntun nenek Ningsih dan mengikuti dari belakang.
            “ Bisa kamu jelaskan kejadian yang baru saja kamu lakukan itu? Kenapa kamu begitu tega menyiksa ibu saya,padahal saya telah memberikan gaji yang cukup besar untuk pekerjaan itu,bukan hanya memberikan pelayanan yang terbaik,kamu juga telah menggelapkan uang makan ibu saya rupanya. Belum pernah saya menemui orang sekejam kamu.”
            “ Sekarang apa pembelaan kamu atas peristiwa ini?”
            “ Maafkan saya pak,saya hanya mencoba memberikan pelayanan terbaik seperti perintah bapak,saya mencoba untuk memberikan ganti makanan bergizi,takut ada racun yang telah dimasak wanita tak dikenal ini dalam makanannya. Dengan demikian setidaknya saya telah menyelamatkan nyawa dari ibu tuan.”
            “ Diam kamu,sudah tahu bersalah  malah menimpakan kesalahan kepada orang lain. Bukannya mengakui kesalahan malah memfitnah orang yang telah berbuat baik. Apa kamu tidak malu dengan semua yang telah kamu lakukan? Satu  hal lagi,gadis ini adalah nak Alexa,dia adalah orang yang akan  di jodohkan dengan keponakanku. Dia bukan orang asing seperti katamu. Pak Kusno telah menceritakan semua kepadaku,tentang semua perbuatanmu,tentang kedatanganmu yang hanya satu minggu sekali bersamaan dengan waktu kunjunganku kepada ibu,juga perilakumu yang kurang terpuji dan telah menelantarkan hidup ibuku.”
            “ Berdosa sekali aku telah mempercayakan perawatan ibu kepadamu,kamu serasa menggoreskan sebuah belati yang sangat tajam pada hatiku,mengiris-irisnya dengan perbuatanmu yang membuat aku merasa durhaka kepada ibuku sendiri. Sebuah pilihan yang sangat buruk untuk mempekerjakanmu,seperti memilih berlayar ketika badai sedang membayangi langit,sama saja aku akan membahayakan kehidupan orang lain di tanganmu” 
            “ Maafkan saya pak,saya merasa sangat bersalah karena kejadian ini. Setidaknya berikan saya satu kesempatan lagi untuk berubah,saya akan berbuat lebih baik untuk menebus semua kesalahan saya. Maukah bapak memaafkan semua kesalahan saya?”
            Mengharapkan seseorang tetap memberikan pekerjaan kepada kita setelah kita mengkhianati kepercayaannya adalah bagai seorang pencuri yang tertangkap  berharap untuk menjadi polisi,atau seorang koruptor yang di pidana ingin menjadi pejabat negara.
Perawat itu mencoba mengeluarkan semua jurus rayuan,merajuk dan berharap ada belas kasihan yang akan membuatnya terbebas dari pemecatan. Sungguh suatu harapan yang sia-sia belaka. Seperti mengharapkan bulan purnama akan muncul ketika umur penanggalan baru satu hari,atau berharap pelangi tumbuh dimalam hari yang gelap gulita.
“ Sudahlah,saya akan memaafkan kamu. Tapi,saya tidak akan mempekerjakan kamu lagi ditempat ini. Lagipula sudah ada nak Alexa yang akan menemani ibu dalam menjalani sisa hidupnya. Saya rasa,ibu akan lebih bahagia jika dirawat oleh cucunya. Ini pesangon kamu dan jangan kembali lagi kerumah ini.”
Pak Abdul Mukid mengangsurkan sebuah amplop coklat berisi uang,wanita itu hanya melirik sebentar lalu berlutut dikaki pak Abdul Mukid.
“ Tolong pak,ini adalah pekerjaan saya satu-satunya,jangan pecat saya. Saya bersedia melakukan apapun selama saya tidak diberhentikan dari pekerjaan ini. Saya akan menebus semua dosa yang pernah saya lakukan.”
“ Sudahlah,sudah saatnya kamu pergi dari rumah ini. Saya tidak membutuhkan lagi orang yang telah melanggar janji. Bagaimana kontrak kerja yang telah kamu tanda tangani telah kamu langgar sendiri,sekarang biarlah kamu merasakan bagaimana sakitnya orang yang telah tersakiti. Semoga masa depanmu akan lebih baik diluar sana,dan semoga kamu mendapat pekerjaan yang sesuai dengan bidang dan keinginan kamu.”
“ Sekarang lebih baik kamu segera mengemasi barang-barang kamu,mulai hari ini dan seterusnya janganlah kamu datang lagi kerumah ini,apalagi hanya untuk mencoba menyakiti salah satu dari kami.”
“ Baiklah kalau begitu pak,saya kan segera pergi dari sini. Yang perlu anda semua ingat,saya tidak terima diperlakukan seperti ini,terutama kamu,saya akan membuat hidup kamu lebih menderita karena telah membuat saya kehilangan pekerjaan saya.”
Wanita itu menunjuk wajah Alexa dengan pandangan yang tidak senang. Ada getar dendam yang bergulung-gulung di hatinya. Gemuruh yang membuat darahnya mendidih dan siap meledak kapanpun.
Langkah menunduk telah mengakhiri petualangan sang wanita dirumah itu. Bagai seorang pejuang yang telah lama dipuja-puja lalu dilipakan begitu saja karena telah melakukan perbuatan hina karena menjadi seorang mata-mata. Sebagian orang merasa kekalahan ini lebih menyakitkan dari pada mati di medan laga atau pulang dengan tubuh yang terluka.
Ketika melakukan sesuatu kadang orang tidak berpikir panjang tentang apa yang akan terjadi kemudian,dimana sebuah awal yang indah tidak akan selalu manis untuk dikecap. Sebuah perbuatan baik akan melahirkan balasan terbaik dan madu termanis yang bisa kita nikmati,sedang sebuah perbuatan buruk akan melahirkan petaka dan karma yang harus kita jalani,terserah mana yang akan kita jalani sebagai jejak langkah dari kehidupan kita.

 TUJUH

            Banyak bersabar dan bersyukur merupakan obat yang paling mujarab untuk menyembuhkan sebuah luka,apalagi luka yang diakibatkan oleh perasaan cinta. Menyerahkan segalanya kepada takdir Tuhan dan lebih tenang dalam menjalani hari-hari tentu lebih bermakna daripada terus meratapi nasib atau mengutuk keadaan dalam jiwa ini.
            Bila gejolak hati yang akan terus tumbuh itu tidak kita redam sendiri,maka akan membuat kita terkungkung dan terpenjara dalam sebuah perasaan cinta tak berujung yang membuat diri kita terasing dari dunia. Seperti katak dalam tempurung yang hanya merasa bahwa dunia itu seperti selembar daun kelor. Banyak rahasia dari sebuah rahasia penciptaan manusia dimuka bumi ini,banyak sekali hal-hal yang tidak kita ketahui dan tidak kita ingini yang tiba-tiba terjadi. Sebuah keajaiban akan muncul tanpa kita sadari,jadi berharap terlalu berlebih pada sesuatu itu hanya membuang-buang waktu yang tidak perlu.
           
            Detik berlalu,menit berganti hingga hari-hari telah berjalan jauh meninggalkan waktu yang masih tetap setia menunggu fajar tumbuh di ufuk timur. Menyapa seluruh penjuru bumi dengan kehangatan sinarnya. Begitupun hari yang harus dilalui Bayu,lelaki itu telah sembuh dari penyakit lambung yang diderita. Begitu besar akibat dari kepergian Alexa,membuatnya ambruk dan jatuh sakit. Hatinya bagai dirajam sembilu ketika gadis itu mengucapkan rasa cintanya yang tidak biasa,rasa cinta bukan kepada seorang saudara,bukan seorang kakak dan adik,bukan kepada sahabat atau teman sepermainan. Namun,cinta itu adalah cinta antara seorang gadis kepada seorang pemuda,cinta kasih antara sesama kekasih.
            Gejolak jiwa yang selama ini coba selalu ditahan itu terlepas juga pada akhirnya,meskipun ia mencoba berbohong kepada gadis itu tentang perasaan yang sebenarnya,hanya dilidah dan suara kata-kata itu dapat berbohong. Hatinya memberontak ingin mengucapkan rasa yang sebenarnya,sebuah rasa cinta yag juga telah dipendam sekian tahun. Dimana jantungnya  selalu dipompa sedemikian keras ketika dekat dengan gadis itu,berdebar dengan sangat kencang seperti mau terlepas dari dadanya,jantung itu serasa dipompa ribuan kali lebih cepat bak seorang pelari maraton yang telah menempuh jarak puluhan ribu meter.
            Hari ini telah lebih dari dua minggu sejak kepergian Alexa dua pekan yang lalu. Hari- hari yang kembali terasa normal bagi para pekerja di peternakan. Mereka semua hampir telah bisa melupakan dan menerima semua alasan yang telah diutarakan semua pihak. Hanya sesekali sebuah celetukan kadang melintas ketika Bayu berada di dekat mereka. Namun lelaki itu hanya bisa tersenyum,senyum yang terlalu dipaksakan untuk menyembunyikan hatinya yang terlalu terluka.
            Tidak mudah mengubur sebuah peristiwa yang sudah membuat sebagian orang kecewa,terlebih peristiwa itu telah menyeret teman kita untuk larut dan tenggelam dalam arus derasnya. Sebagai seorang teman kita hanya bisa membantu dengan sebuah tutur dan kata,sebuah kalimat yang mungkin bisa menenangkan. Membantu menyejukkan jiwa yang lara dan putus asa,atau sekedar membuatnya kembali tersnyum dalam menikmati indahnya hari-hari yang bahagia.
            “ Bagaimana mas Bayu,sudah enakan ?”
            Kata Suliono pagi itu,ketika Bayu pertama kali ke peternakan setelah merasa sembuh dari sakitnya. Bayu langsung tersenyum melihat Suliono yang sedang menata rumput untuk sapi-sapi tersebut.
“ Alhamdulillah kang,sudah agak mendingan,kabar dipeternakan bagaimana kang?”
“ Baik-baik saja mas Bayu,kami semua sampai khawatir sekali loh mas,apalagi dua minggu lalu Mas Bayu tiba-tiba pingsan dipeternakan,kami sampai panik. Takut terjadi sesuatu sama mas Bayu. Selama ini kan mas Bayu tidak pernah sekalipun pingsan,lah kemarin itu peristiwa pertama mas Bayu pingsan.”
“ Iya kang,maaf ya sudah merepotkan teman-teman dipeternakan. Bukan maksud Bayu membuat semua orang khawatir,keadaanlah yang membuat Bayu seperti itu,mungkin rasa capek yang sudah tidak tertahankan lagi membuat tubuh Bayu jadi tidak bertenaga lagi. Dan Alhamdilillah sekarang Bayu sudah mampu berdiri dan bisa bekerja kembali seperti semula.”
“ Benar sekali mas,sekali-sekali manusia itu juga perlu istirahat,perlu menjaga tubuhnya agar tetap sehat dan bugar. Jangan bekerja saja terus menerus tanpa memikirkan keperluan nutrisi dalam tubuh,bisa-bisa sakitnya semakin parah. Apalagi bila sakitnya ditambah dengan sakit hati,wah bisa berabe itu mas.”
“ Ah... kang Suliono ini bisa saja,tapi memang benar juga istirahat sangat diperlukan bagi tubuh setiap manusia...”
“ Jangan lupa,menjaga pikiran tetap sehat juga sangat penting loh Mas. Jangan suka melamun sendiri bisa berbahaya.” Potong Suliono cepat.
“ Ha...ha...ha... kang Suliono ini ada-ada saja.”
“ Lha mas  Bayu ini bagaimana toh,orang seumuran mas Bayu ini kan lagi banter-banternya jatuh cinta,kalau dikata seperti kumbang,orang seumuran mas Bayu ini ibarat seekor kumbang yang sedang semangat mencari madu,hinggap dibunga yang sini,kurang mekar,hinggap di bunga sana yang cukup mekar,juga memcari bunga-bunga lain yang indah-indah. Toh laki-laki kan sangat pantas sebagai seorang pemilih mas,bukan seorang penunggu cinta. Saya saja waktu seumuran mas Bayu sudah punya dua,tiga atau empat orang pacar. Mas Bayu sudah punya pacar belum?”
“ Belum kang,memang kenapa kang?”
“ Wah rugi sekali itu mas,seharusnya mas Bayu tidak usah menunggu satu cinta saja,kalau lepas seperti ini bagaimana kan repot jadinya? Bisa membuat kita merasa sakit dan sulit untuk bangkit. Coba kalau mas Bayu punya banyak pacar,satu hilang akan banyak pengganti lain lagi yang sepadan. Jadi tidak pernah nganggur seperti ini.”
Ada benarnya mungkin perkataan Suliono,banyak lelaki yang tidak cukup hanya dengan satu cinta. Mereka sering berganti-ganti pasangan,hinggap di satu bunga ke bunga yang lain,menipu kanan dan kiri demi memperoleh kepuasan batin. Tidak ada luka yang bisa ditimbulkan wanita kepada lelaki seperti ini,bila satu wanita lepas maka akan segera mendapatkan pengganti yang lain lagi.
Tidak bagi Bayu,baginya cinta hanyalah cukup pada satu orang. Tidak boleh membagi cinta kepada lain hati. Satu orang cukup untuk mendapatkan dirinya yaitu Alexa. Bukan yang lain.
Pikiran Bayu menerawang jauh,akankah Alexa juga sama dengan pikirannya. Apakah wanita itu benar-benar mencintainya? Benarkah wanita itu sungguh-sungguh saat mengatakan cinta? Atau hanya sebuah sandiwara yang sedang dimainkan,terbukti saat ini gadis itu telah pergi,jauh. Menjemput seorang lelaki yang telah dijodohkan dengannya. Menjemput seorang lelaki yang memiliki status yang jelas dalam keluarga,bukan seorang yang dipungut dari jalanan seperti dirinya. Bukan seorang yang tidak lagi mempunyai orang tua apalagi silsilah keluarga.
Bahkan Bayu tidak ingat lagi masa kecilnya yang kelam dan melelahkan. Satu hal yang paling diingat dari masa lalunya adalah sebuah pertengkaran ayahnya dengan salah satu tetangganya,sang tetangga mengancam akan membunuh mereka sekeluarga karena tidak mampu membayar hutang dan sewa rumah. Lalu,malam itu sebuah peristiwa terjadi. Bayu  dan ibunya diusir dari rumah,baru berjalan sekitar satu kilometer,terlihat asap membumbung dari arah rumahnya di sebuah desa di Banyuwangi.
Setelah itu Bayu tidak ingat apa-apa lagi,tiba-tiba saja dia sudah berada di hutan Baluran dan memjadi peminta-minta di tempat itu,bersama dengan puluhan orang lain mengemis dijalanan. Sebuah keluarga baik hati memungut mereka dari jalanan dan membawanya ke tempat ini hingga sekarang. Keluarga itu adalah keluarga haji Tanjono yang hingga kini merawat dan membesarkannya,memberi cukup tempat tinggal makanan dan pendidikan. Sanggupkah bila dia harus menyakiti mereka dan mengkhianati semua kebaikan itu dengan mencintai anak mereka.
“ Loh, ini mas Bayu kok malah melamun?”
“ Eh... maaf kang,saya terbawa suasana.”
“ Terbawa suasana atau kangen sama non Alexa? Hayoo ngaku saja biar tidak di penjara.”
“ Ini apa-apaan toh,orang baru sembuh malah di ganggu? Nanti kalau sakit lagi bagaimana?”
Muntari yang baru datang serasa menjadi seorang penyelamat bagi Bayu,beruntung sekali lelaki itu datang. Kalau tidak,bisa saja Bayu kelepasan omong yang bisa membuat situasi tambah runyam. Bukan perkara mudah menyimpan sebuah rahasia,salah sedikit kata akan membuat kita semakin kehilangan muka. Lebih baik menghindarkan dari dari masalah yang telah berlarut-larut. Menceritakan masalah kita kepada orang yang bukan ahlinya bukanlah suatu pilihan yang bijak.
“ Sudah,bubar-bubar jangan diteruskan lagi obrolannya. Itu mas Bayu di penggil sama juragan haji. Beliau ingin ngomong sesuatu sama mas Bayu.”
“ Iya, baik kang. Terima kasih atas pemeritahuannya.”
***

“ Bayu,apa benar kamu mencintai Alexa? “
Bayu hanya bisa menunduk lemah tanpa daya dan tenaga,kata-kata orangtua itu sangat tenang,tapi juga sangat menusuk dalam relung jiwanya. Bila boleh memilih,Bayu ingin saja berlari bersama angin,menghindari setiap pertanyaan yang lambat laun pasti akan terlontar juga.
“ Maafkan saya Pak,bukannya saya mencoba untuk mengelak.  Dik Alexa sudah saya anggap sebagai adik saya sendiri,jadi saya kira sangat wajar jika saya mencintainya sebagai seorang saudara. Bukankah hal itu yang selalu bapak tanamkan kepada kami semenjak kami masih kecil dan belum mengerti apa-apa. Kami diajarkan untuk saling menyayangi dan mencintai walaupun kami bukanlah seorang saudara kandung,bukan seorang saudara tiri. Saya hanyalah seorang anak yang dipungut dari jalanan dan dijadikan sebagai anak angkat oleh bapak,jadi sudah sewajarnya saya menyayangi semua anggota keluarga ini seperti mencintai keluarga sendiri,bukan begitu Pak?”
Bayu mencoba menyembunyikan perasaan yang sebenarnya,haji Tanjono terlihat menggeleng lemah. Seakan tidak mempercayai kata yang keluar dari pemuda itu. Dia tidak menyangka,anak yang telah dibesarkan dengan kejujuran itu lebih memilih berbohong untuk yang kedua kali dihadapannya,kebohongan yang pertama tentu saja terhadap Alexa.  Rapi sekali pemuda itu membungkus rasa cintanya yang dalam dan tidak menunjukkannya sama sekali kepada haji Tanjono. Hanya agar lelaki tua itu merasa senang dan tenang karena dengan demikian tidak akan terjadi apa-apa lagi dikeluarga ini. Dengan mengubur rasa cintanya rapat-rapat mungkin saja Bayu akan selamat dari label seorang anak yang tidak tahu terima kasih,bahkan sebagai anak durhaka yang melawan kehendak orang tua yang telah merawat dan membesarkannya.
Salah besar  jika Bayu berpikiran seperti itu,haji Tanjono telah lama mengetahui ada perasaan yang tidak biasa antara dua insan muda-mudi tersebut. Dari pengamatan itulah,haji Tanjono juga tidak melarang mereka untuk saling mencintai satu sama lain,tidak akan menghalangi rasa cinta mereka asalkan dilakukan dengan cara-cara yang benar dan tidak melanggar aturan yang telah di syariatkan oleh agama Islam. Dan memang selama ini mereka berdua tidak pernah melanggar batasan tersebut,mereka selalu patuh pada norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Hal ini tentu saja menjadikan haji Tanjono tampak tenang dan senang serta semakin menyayangi mereka berdua.
Kalau saja tidak ada ikatan perjodohan yang telah dilakukan dimasa lampau,mungkin Bayu dan Alexa sudah ia nikahkan setelah Alexa lulus dari perguruan tinggi di Australia. Bayu adalah anak yang baik dan seorang penurut,taat kepada agama serta pekerja keras. Orang tua itu telah menaruh harapan yang sangat besar kepada Bayu dimasa tuanya,dengan atau tanpa Alexa menjadi pendamping hidupnya. Bila Alexa mendapat orang lain yang dapat dipercaya,Bayu mungkin lebih mudah bersama mengelola semua usaha mereka. Namun,bila Alexa tidak mendapat orang yang dapat dipercaya untuk menjadi pendamping hidupnya, haji Tanjono sudah sangat siap melepas separuh usahanya agar dikelola Bayu dengan baik,sebagai harapan pemuda itu semakin berkembang sebagai harapan masa tuanya.
“ Bukan itu yang saya maksudkan,saya benar-benar ingin mengetahui jawaban yang sangat jujur dari lubuk hati kamu yang paling dalam nak. Saya tahu,ini akan membuat luka dihati kamu semakin menganga,setidaknya cobalah mengatakan hal yang sebenarnya agar saya bisa mengambil keputusan yang terbaik bagi kita semua.”
Haji Tanjono berhenti sejenak dan mengatur posisi duduknya senyaman mungkin.
“  Belum terlambat untuk membatalkan semua perjodohan itu. Tidak baik memaksakan cinta kepada seseorang yang belum kita kenal,akan membuat hidup tidak tenang dan dihantui rasa bersalah selama seumur hidup kita,bayangan masa lalu akan selalu menjadi momok yang terus menerus menumbuhkan gelisah diantara mimpi,kenyataan dan khayalan. Berdiri sejajar dengan malam-malam pekat penuh gelegar dan badai yang tidak membuat bathin kita merasa was-was dan terjajah. Ada baiknya katakan dengan sejujurnya apa yang kamu rasakan? Dengan demikian saya bisa mengambil sebuah keputusan terbaik dan yang paling benar. Bukan keputusan berdasarkan ego dan anggapan paling benar sendiri.”
“ Berdasarkan pengamatan saya selama ini,dan saya sangat yakin sekali ini tidak salah,seorang yang sudah seumuran saya ini sudah terlalu banyak makan asam garam kehidupan nak,banyak sekali melalui jalan-jalan yang berliku,jalan yang lurus,jalan setapak hingga jalan buntu yang membutuhkan tenaga dan pikiran untuk mencari jalan keluarnya. Dari situlah saya simpulkan ada cinta yang tidak biasa antara kalian berdua,cinta yang hanya di mengerti oarng-orang yang sedang mengalaminya. Bukan karena nafsu dan sekedar melampiaskan emosi kepada sesama,cinta yang sangat tulus seperti sebuah kanvas putih bersih yang siap diisi berlembar-lembar coretan tinta kehidupan. Cinta yang sangat besar hingga mampu menyeberang samudra seperti yang pernah dilakukan Rama kepada Sinta. Cinta yang bisa membuat gila dan menjemput ajal seperti cinta Layla dan Majnun. Jadi,benarkah ada cinta yang sekuat itu didada anak-anak saya? Cinta yang mampu membuat rembulan bersinar lebih terang dari pada sebelumnya?”
“ Maafkan saya Pak, sekiranya saya tidak mampu untuk menjaga hati ini sehingga telah dengan lancang melepaskan panah asmara yang seharusnya tidak pernah terjadi. Tidak seharusnya saya mengepakkan sayap sebagaimana seekor merak yang berusaha menarik pasangannya. Tidak seharusnya saya menjadi seekor lebah yang dengan sangat mudah tertarik benang sari dan putik penghasil nektar madu. Bukan maksud saya tidak tahu terima kasih karena telah merenggut bunga yang baru tumbuh dari sebuah taman yang dibangun dengan kerja keras. “
“ Saya sudah sangat siap menerima semua keputusan yang akan bapak ambil untuk saat ini. Saya siap jika harus dicap sebagai anak durhaka yang tidak tahu terima kasih. Saya sudah sangat siap jika dengan mengutarakan kejujuran ini,saya akan kehilangan tempat tinggal dan tempat bernaung yang selama ini bapak sediakan. Benar sekali pak, saya sangat mencintai Dik Alexa. Bukan cinta antara seorang kakak dengan adik,bukan cinta antara seorang teman atau sahabat,bukan cinta biasa yang antara sesama anggota keluarga.
 Cinta ini adalah cinta yang tulus dan ikhlas,cinta yang sangat murni dan bersih seperti air yang mengalir di pagi hari. Cinta yang selalu menyegarkan setiap insan yang kehausan. Cinta yang bisa membuat Pandawa dan Kurawa bertempur untuk memperebutkannya. Inilah cinta yang mampu menghangatkan tubuh dari dinginya salju,cinta yang bisa membuat ilalang bersenandung bersama sepoi. Cinta yang bisa menyalakan obor disaat hujan deras dan malam gelap gulita. Cinta yang bisa membakar dunia yang congkak dan mulai menua.
 Cinta yang bisa membuat tubuh menggigil jika dilanda rindu yang menyiksa. Cinta yang membuat hati seperti dirajam belati ketika merasakan cemburu dalam jiwa ini. Cinta yang akan membuat sakit luar biasa karena kehilangan orang yang paling dicintainya. Maafkan saya pak,yang tidak mampu membendung dan menghapus rasa cinta dan kasih sayang ini.”
“ Tidak ada sesuatupun yang harus kamu sesali nak. Cinta kalian adalah cinta tulus dan murni,cinta yang tumbuh bersama waktu,cinta yang seperti pohon pisang,sekali berbuah lalu mati. Saya pun tidak akan berusaha untuk mematikan cinta itu. Biarlah cinta itu tetap tumbuh dan bersemi dalam setiap sanubari.”
“ Saya memang akan menyuruhmu pergi dari rumah ini,saya harus berbuat demikian dan terpaksa melakukan semua ini. Saya harus memintamu pergi,bukan untuk selamanya,tapi untuk menjemput kembali anakku Alexa,membawanya kembali pulang kerumah ini,baik dengan calon suami atau tidak. Saya sangat berharap agar siapapun calon suami Alexa tidak akan membuat dirimu merasa cemburu nak,tidak membuat putus jalinan silaturahmi antara kalian,tidak menjadikan benci yang bersemayam. Sudah lebih dari dua minggu Alexa pergi tanpa satupun kabar dan berita.
Jemputlah dia anakku,ajak dia kembali pulang kerumah ini. Bila ia telah bertemu calon suaminya,maka dia bukanlah hakmu lagi. Sebaliknya jika dia tidak bertemu calon suaminya maka dia mungkin adalah jodoh yang dipilihkan Allah swt kepadamu. Serahkanlah semua kepada yang di atas, kepada Tuhan yang yang menentukan segala sesuatu,baik dan buruk,hitam dan putih. Hanya Dialah yang maha mengetahui apa yang sedang dan akan terjadi.”
“ Terima kasih atas semua kebaikan bapak selama ini,saya akan melaksanakan semua amanah yang telah bapak amanahkan kepada saya. Doakan saya berhasil menjaga dan malaksanakan amanah itu pak. Doakan saya berhasil menemukan dan membawa kembali dik Alexa kerumah ini,dengan ataupun tanpa calon suaminya.”
“ Doaku selalu menyertaimu nak,saya sangat menyesal karena tidak memintamu untuk mendampingi Alexa mencari alamat orang yang akan menjadi jodohnya. Sekarang sangat khawatir pada kesehatan dan keselamatannya. Saya juga sangat bersyukur bahwa kamu dengan legawa mau menerima segala keputusan ini. Saya berharap ketulusan dan semua keikhlasan dalam hatimu akan mendapatkan balasan yang sesuai dari Allah swt.”
***
            Ini adalah kedatangan kedua bapak Abdul Mukid selama  Alexa tinggal dirumah nenek Ningsih. Pada kedatangan kali ini,lelaki itu berjanji akan membawakan foto-foto dan album kenangan yang akan menjadi bukti keberadaan pemuda yang dijodohkan dengan Alexa. Alexa sangat berharap bahwa bukti-bukti itu akan mampu membuka tabir rahasia yang selama ini menyelimuti masa depan Alexa. Tentu saja,gadis itu sangat berharap bahwa Bayu yang dimaksud bapak Abdul Mukid adalah Bayu yang sama dengan yang tinggal dirumahnya hingga saat ini. Bayu yang membuat hatinya selalu berdebar-debar jika dekat dengan pemuda itu.
            Sejak pagi hari,perasaan Alexa tidak karuan. Semalaman tidurnya kurang nyenyak karena merasa gelisah menunggu datangnya pagi hari. Harapan-harapan yang menggunung terus membuncah menjadi magma yang mencair dalam setiap renda bejana. Siap tertumpah dalam tangis bahagia jika benar-benar terjadi harapan yang selama ini diidamkan.
            Alexa juga telah berusaha menyiapkan rencana terburuk jika ternyata lelaki itu bukanlah Bayu yang selama ini dia kenal. Apapun keputusan pagi ini akan menjadi sebuah peristiwa besar yang akan menentukan langkah selanjutnya dari masa depan yang dihadapi. Sebuah tonggak baru akan menjadi pilar penopang yang mampu memberikan keutuhan dan kekuatan menjemput fajar mentari yang bersinar di kemudian hari.
Persiapan terbaik telah dilakukan Alexa. Semua pekerjaan rumah telah diselesaikan dengan baik,nenek Ningsih ia dandani dengan secantik mungkin untuk menyambut sang putra tercinta,sementara ia sendiri telah lebih baik daripada dua minggu yang lalu. Menikmati masa-masa adaptasi ditempat baru merupakan suatu pengalaman yang tidak mudah terlupakan. Bahkan sekarang lebih banyak orang yang terbuka menerima ia dan nenek Ningsih.
Sesekali para tetangga datang berkunjung,hanya sekedar bertanya kabar atau berbincang tentang asal usul dan tujuan datang Alexa kerumah itu. Tidak jarang pula mereka membantu membersihkan halaman dan pendopo yang mulai kembali ramai dikunjungi anak –anak untuk sekedar bermain.  Kondisi nenek Ningsih yang semakin membaik setelah dirawatnya membuat banyak orang merasa lebih simpatik lagi. Tak jarang para tetangga meminta maaf karena kekhilafannya yang telah menyebut nenek Ningsih telah gila dan kehilangan kewarasan akibat ditinggalkan sang suami.
Nenek Ningsih seperti mendapat nyawa kedua dengan kedatangan Alexa,beban psikologis yang selama ini begitu berat menghimpit semakin mencair. Beberapa kali wanita tua itu sudah mulai nyambung ketika diajak berkomunikasi oleh para tetangga. Wajah yang dulu tampak lusuh dan layu sekarang lebih segar dan kelihatan sumringah. Alexa sangat puas dengan hasil pekerjaannya yang tidak sia-sia. Ia merasa benar-benar sudah menjadi seorang ibu rumah tangga walaupun belum bersuami. Tanggung jawab mengurus rumah telah berhasil dijalani dengan baik tanpa meninggalkan satu cacatpun.
Ada banyak orang mengatakan bahwa merawat orang tua sama dengan merawat seorang bayi,terkadang tingkah pola mereka memang mirip sekali,Alexa juga merasakan hal itu. Bahkan tidak jarang dibuat terpingkal-pingkal oleh tingkah laku nenek Ningsih yang betul-betul manja seperti seorang bayi yang lucu dan menggemaskan.
Di suatu waktu terkadang nenek itu tiba-tiba mengompol saat tidur siang,minta dibuatkan susu dalam sebuah dot besar,juga beberapa kali Alexa terpaksa harus mendongeng atau bernyanyi agar beliau cepat tidur. Sehari-hari harus memandikan dan menyuapi dengan penuh perasaan lemah lembut dan bujuk rayu. Jika tidak demikian biasanya sang nenek akan merajuk,lalu ngambek dan tidak mau makan lagi.

Pak Abdul Mukid datang ketika Alexa baru saja selesai menidurkan nenek Ningsih. Siang itu matahari bersinar cukup teduh,awan beriring silih berganti menutupi sorotnya yang tajam,membuatnya tidak segarang pada musim kemarau. Sepoi juga bertiup semilir lebih anggun dengan kelembutannya dalam membelai dedaunan. Membawa aroma harum bunga-bunga yang sedang mekar. Beberapa daunan yang luruh menjadi pelipur bagi sekumpulan semut yang sedang berebut manisnya kulit buah mangga yang dibuang secara serampangan oleh orang yang lewat ditepi jalan.
Pak Abdul Mukid tidak datang sendiri kali ini,ada serombongan orang yang diajak turut serta mengiringi langkahnya. Ada pak Kusno beserta ibu dan anak mereka yang masih balita,ada isteri pak Mukid dan seorang laki-laki yang kira- kira berusia sekitar lima belas tahun. Mungkin anak itu adalah hasil pernikahan pak Abdul Mukid dengan isterinya. Merekalah saksi hidup yang akan menjadi pengiring kisah dari sebuah prasasti perjanjian yang pernah diikrarkan.
“ Bagaimana kabar nak Alexa saat ini? Sudah siapkah nak Alexa melihat dengan jelas calon pendamping nak Alexa hingga sekarang kami sendiri tidak pernah tahu keberadaannya. Begitupun keputusan pada siang hari ini adalah,kami pihak keluarga berharap bahwa keputusan apapun yang akan nak Alexa ambil agar tidak mengurangi ataupun memtutus tali silaturahmi antara kami dan keluarga nak Alexa. Kamipun sebenarnya merasa sangat malu karena tidak mampu menjaga amanah dari bapak Husni,ayah saya dengan mas Tanjono ayah dari nak Alexa.
Kami memang tidak tinggal diam saja dirumah. Sebelum kematian bapak,saya sudah berusaha untuk mencari keberadaan anak dari kakak saya tersebut. Namun takdir berkata lain,kami belum dipertemukan lagi dengan mereka. Mereka seakan raib ditelan bumi,tidak satupun jejak langkah yang bisa memberi petunjuk tempat tinggal mereka. Para tetangga yang saya tanya hanya menggelengkan kepala dan menjawab tidak tahu. Secara teori,menurut mereka seharusnya Bayu dan ibunya turut menjadi korban dalam peristiwa kebakaran rumah mereka di Banyuwangi. Akan tetapi,pada kenyataannya hanya satu saja korban yang ditemukan dalam peristiwa tersebut yaitu sang suami yang tewas terbakar.”
“ Mencari jejak mereka melalui bantuan polisipun sudah pernah kami lakukan,hasilnya sampai sekarang juga belum jelas. Hanya sebelum bapak meninggal,beliau cuma berpesan agar tidak lagi mencari Bayu. Dia akan datang sendiri ketempat ini ketika waktunya tepat. Saya sangat percaya dengan kata –kata itu,buktinya sekarang tuhan mengirimkan nak Alexa untuk merawat ibu saya yang sekaligus nenek Bayu. Mungkin disinilah awal takdir pertemuan kalian. Itupun jika nak Alexa sabar untuk menunggu kehadiran Bayu disini. Kalau tidak pun,kami juga tidak keberatan jika nak Alexa mencari pendamping lain selain Bayu.”
  “ Mohon maaf sebelumnya pak,saya datang kemari bertujuan untuk menepati janji dari ayah saya bersama Almarhum kakek Husni. Jadi apabila memang pemuda yang dijodohkan dengan saya itu tidak jelas keberadaannya,maka sulit sekali bagi saya untuk tetap menunggu karena ada Bayu lain yang sedang bersemayam dalam hati ini. Berhubung dengan hal tersebut,saya akan menunggu laki-laki itu yang kebetulan sama-sama bernama Bayu sampai dengan tugas saya selesai dalam merawat nenek Ningsih.
Memang tujuan pertama kali saya datang ketempat ini untuk menemukan jodoh saya. Pikiran saya mulai berubah ketika pertama kali saya melihat dan merasakan ada getar lain yang mendorong saya untuk mengabdikan sebagian hidup saya disini. Kalau diijinkan,saya ingin merawat nenek Ningsih hingga akhir hidup beliau pak,saya ingin sekali menemaninya hingga saat-saat terakhirnya.
Setelah itu, apabila memang tuhan tidak mempertemukan saya dengan orang yang dijodohkan dengan saya,maka berarti takdir langit telah berkehendak lain. Saya harus pergi saat itu,mungkin hanya dengan membawa tali silaturahmi kita sebagai saudara,kerabat dan sahabat. Bagaimana menurut bapak?”
“ Baiklah kalau begitu nak,saya sebagai penyambung lidah dari orang tua sangat setuju dengan pandangan nak Alexa. Dengan demikian,perjanjian itu dapat batal dengan sendirinya karena memang kami belum mampu menemukan pendamping yang telah dijodohkan dengan nak Alexa hingga saat ini. Dan untuk ijin dari nak Alexa untuk tinggal dan merawat ibu saya,saya sangat tidak keberatan,merasa tersanjung dan berterima kasih sekali karena nak Alexa dengan sukarela dan tulus ikhlas mau menemani hari-hari tua ibu saya.
Baiklah nak,sebelumnya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya karena hanya sebuah foto usang inilah yang bisa kami berikan sebagai bukti bahwa memang benar ada seorang laki-laki yang pernah dijodohkan dengan nak Alexa. Mungkin dengan adanya foto ini,akan memiliki guna dan manfaat sebagai pelipur rasa penasaran nak Alexa. Dan ini adalah sebuah potongan kalung yang terbuat dari kayu cendana,satu potongan lagi berada di tangan Bayu. Kalung ini sebenarnya berbentuk seekor kupu-kupu apabila digabungkan antara milik dari Bayu dengan potongan kalung yang satu ini.
Kalung ini hanya sebagai pengingat bahwa sang pemilik berasal dari tempat ini yang dulunya dihuni banyak sekali kupu-kupu hutan. Dari sebuah falsafah dan harapan bahwa seekor kupu-kupu akan kembali pulang ketempatnya ketika akan bertelur,kami selalu berharap pemilik potongan kalung ini yaitu Bayu segera pulang dan kembali ke kampung ini. Selain itu,sebuah harapan bahwa orang akan mengerti arti kehidupan jika mampu mengikuti pola hidup kupu-kupu. Dari seekor lalat yang menjijikkan dan rakus,menjadi sebuah kepompong yang banyak diam dan bertirakat lalu lebih berwarna dan indah dan cantik setelah menjadi seekor kupu-kupu.”
Alexa hanya terdiam mendengar cerita pak Abdul Mukhid. Ia bagai tenggelam dalam masa kanak-kanaknya bersama Bayu. Waktu itulah Bayu pernah menceritakan falsafah hidup kupu-kupu sambil memberikan potongan kalung berbentuk kupu-kupu yang hanya separuh. Alexa memasukkan tangan kanan kedalam saku bajunya. Sebuah kalung kupu-kupu yang sama persis dengan kalung yang berada di meja seakan menjelaskan sesuatu. Kalung itu selalu dipakainya setelah diberikan oleh ibu Bayu saat mereka berdua masih sangat kecil.
Tangan Alexa gemetar seperti halnya hatinya yang berdebar begitu kencang. Tidak mudah menguasai keadaan dalam situasi seperti ini. Dibutuhkan hati yang sangat tegar menerima sebuah kabar baik yang bisa saja merenggut nyawa dari orang yang memiliki penyakit jantung. Emosi Alexa hampir saja meledak jika saja dia tidak mampu menahan keharuan yang menyergap relung jiwanya.
Sebutir airmata jatuh tak tertahankan lagi,seperti butir bening embun dipagi hari. Berkilauan memberikan warna pelangi pada bias mentari pagi. Disusul secara berganti-gantian bagai sumber mata air yang terus mengalir pada akar matanya yang mulai sembab.
“ Apa ada yang salah nak? Kenapa nak Alexa menangis ? Adakah hal yang membuat nak Alexa merasa bersedih hati?”
“ Maafkan saya pak, saya hanya tidak mampu menahan keharuan ini. Saya terlalu bahagia menerima kabar baik ini.”
 Alexa mengangsurkan separuh kalung kupu-kupu yang sejak tadi dielusnya. Foto didepan sana memang benar-benar Bayu,Bayu yang sama yang selalu menyertai hari-harinya sejak masa kecil mereka. Bayu yang menimbulkan rasa cinta yang menggebu dalam hatinya.
“ Mungkin ini yang bapak maksudkan dengan potongan kalung kupu-kupu yang sebagian lagi. Inilah kalung yang sama yang diberikan ibu Julaikah kepada saya saat mendiang masih hidup dua puluh lima tahun yang lalu.
Kalung ini yang menemani hari-hari saya tumbuh besar bersama mas Bayu. Kalung ini yang membuat kami berani berjalan dikegelapan malam hingga mendaki jalan terjal. Kalung ini menemani kami bersenandung bersama sepoi,bermain hujan hingga mengejar pelangi. Benar sekali pak,kalung inilah yang selalu menemani hari-hari kami baik merengkuh suka ataupun mengalami duka. Kalung inilah yang bisa menerbangkan mimpi saya dari Australia,melintasi samudra hingga sampai ke indonesia hanya untuk memendam rasa rindu kepada pemiliknya. Di kalung inilah telah saya simpan perasaan saya hingga tidak mampu lagi berkata ketika mendapat kabar,bahwa saya akan dijodohkan.”
Pak Mukid ganti yang terperanjat mendengar penjelasan Alexa, matanya membelalak menunjukkan rasa penasaran yang mendalam.
Bagaimanapun kabar ini serupa hujan ditengah kemarau panjang. Memberi kesejukan dan menghapus dahaga yang selama ini belum terpuaskan. Kabar itu bagai oase di padang tandus yang dapat menghapus lelah dari sebuah perjalanan panjang,dari sebuah penantian tanpa ujung.
“ Benarkah ini nak? Betulkah apa yang telah kamu katakan? Sadarkah bahwa apa yang telah nak Alexa katakan telah membangkitkan kembali semangat kami untuk menemukan saudara dan keponakan kami. Coba ceritakan nak,ceritakan bagaimana pertemuan kalian,bagaimana kabar dari kakak saya nak?”
“ Maafkan ayah saya pak, selama ini kami tidak mengetahui sama sekali bahwa yang tinggal dirumah kami adalah orang yang telah dijodohkan dengan saya. Kami sama sekali tidak menduga bahwa pertemuan ini akan membuka tabir yang sekian lama tersembunyi.”
Alexa berhenti sejenak,mencoba menata hatinya yang masih diliputi rasa bahagia yang membuncah.
“ Teruskan nak,teruskanlah ceritamu.”
“ Pada waktu itu,kami sedang mengadakan rekreasi di pantai yang berada tidak jauh dari hutan Baluran di Banyuwangi pak. setelah hari menjelang gelap kamipun beranjak pulang. Di tengah perjalanan,tepatnya ditengah hutan Baluran kami terpaksa berhenti. Kami terpaksa berhenti tatkala melihat seorang ibu dan anaknya yang masih sangat kecil sedang meminta-minta di tepi jalan raya. Karena kasihan,ayah saya menghentikan mobilnya. Memberi tumpangan kepada mereka yang sekaligus mengajak pulang kerumah kami.
Sesampainya dirumah,kami menawari mereka tinggal dirumah kami karena ternyata mereka memang tidak memiliki tempat bernaung lagi kecuali sebuah gubuk kecil ditepi hutan Baluran.
Sekitar dua minggu setelah itu,ibu Siti Julaikah yang merupakan ibu dari mas Bayu meninggal dunia. Kami sangat sekeluarga merasa sangat terpukul  dan sangat menyesal karena tidak mampu menyelamatkan nyawanya,walaupun telah memberikan rumah sakit kelas satu untuk merawat ibu Siti Julaikah. Itulah takdir yang harus dijalani. Serangan kanker ganas stadium empat telah merenggut nyawa beliau. Jadilah mas Bayu yang kami anggap seorang anak sebatang kara menjadi anak angkat dari keluarga kami. Hingga sekarang mas Bayu masih tinggal dan membantu kami dalam merawat peternakan dirumah kami disebuah desa di kecamatan Trawas kabupaten Mojokerto.  Hanya itu yang bisa saya ceritakan kepada bapak,sekaligus menyampaikan permohonan maaf kami karena tidak mampu menyelamatkan nyawa dari kakak bapak.”  
“ Innalilahi wa inna ilaihi roji’un... jadi ternyata kakak Siti Julaikah sudah menyusul suaminya yang terlebih dulu menghadap kehadiratnya?”
“ Benar sekali pak,sekali lagi kami menyampaikan permohonan maaf yang tulus dan ikhlas dari hati yang terdalam. Kami hanya bisa mengucapkan turut berbelasungkawa atas meninggalnya beliau.”
“ Tidak nak, seharusnya kami yang berterima kasih kepada keluarga nak Alexa karena dengan keikhlasan dan kerelaan telah menerima kakak dan keponakan saya tinggal dirumah kalian. Kami juga sangat berterima kasih karena dengan segala daya dan upaya ayah nak Alexa mencoba memberikan perawatan terbaik sebelum kakak saya menghembuskan nafasnya yang terakhir kali. Siapa yang bisa menolak adanya takdir? Tidak ada nak,setiap makhluk yang bernyawa maupun tidak bernyawa pasti tunduk dan patuh kepada ketetapanNya.”

Kemuning senja sore itu telah menjadi lagu terindah yang mewarnai dan menghiasi hati Alexa. Janji pak Abdul Mukit yang akan membawa keluarganya untuk menemui keluarga Alexa dua minggu lagi,setelah semua urusan mereka selesai di jakarta, menjadi pelipur tersendiri pada diri wanita itu. Ada dorongan semangat untuk lebih berbakti kepada nenek Ningsih,terlebih nenek itu kelak akan menjadi neneknya sendiri. Ketika bapak Abdul Mukid beserta rombongan memohon pamit,sejak itu Alexa terus bersenandung hingga malam dan lelap benar-benar tidak mampu lagi membuatnya mampu berkata-kata.






DELAPAN

Maafkanlah  malam,jika malam tidak selalu menghadirkan mimpi terindah dalam hidup kita. Seringkali gulita menyergap dalam kesendirian yang panjang dan melelahkan. Terkadang malam alpa dalam menyalakan purnama yang seharusnya menghiasi atap langit dengan pesona cahayanya yang teduh menentramkan. Di lain waktu malam sering lupa memberi sinar pada ribuan bintang,hingga rasi-rasi yang dibutuhkan oleh para nelayan untuk berlayar menjadi kabur tak tentu arah.
Hanya satu yang tidak pernah dilupakan oleh malam,ia terus menghadirkan gulita yang dimulai dengan senja yang memerah di ufuk barat. Menyiraminya dengan kidung kesunyian yang membuat batin merasa kesepian. Lalu bergantung pada siapa yang akan memaknai setiap bait sajak yang pernah tercipta dan lagu-lagu yang dinyanyikan untuk mengusir gelisah kesendirian.
Bisa saja terlukis ribuan kisah yang terjadi di antara yang memerah hingga malam gelap yang menggulita,menghadirkan batas antara nyata maupun maya. Yang terlihat,terlintas maupun fatamorgana. Yang hanya berupa khayal dalam imajinasi mimpi maupun kenyataan yang telah terjadi. Semua cerita itu tersimpan dengan rapi,menjadi berlembar-lembar kanvas kehidupan. Ada yang begitu indah dan ceria dengan berita-berita kegembiraan. Ada yang mengiris sembilu hingga membuat airmata menetes dalam ringkihnya kisah yang memilukan.
Bila kita tidak bisa menemukan kisah kita disebuah malam yang begitu dingin dan datar,ada hal yang mungkin bisa menghibur diri kita sendiri. Mengingat kembali masa-masa indah adalah salah satu cara mengusir kebosanan yang tiba-tiba datang menyergap itu. Mengisi berlembar-lembar coretan yang pernah kita torehkan terkadang membuat kita tersenyum sendiri. Lalu tanpa sadar kita akan bersenandung dengan lagu-lagu kenangan itu,tanpa ragu dan tanpa ada rasa malu.
Betapa bahagia Bayu malam ini,senyum selalu menghiasi sudut bibirnya yang terus bersenandung dengan lagu-lagu tentang cinta. Separuh malam telah direngkuh dengan binar bahagia yang tidak terkira. Esok hari adalah sebuah pertemuan pertama sejak hampir tiga minggu perpisahannya dengan Alexa. Bayu telah mendapatkan sebuah ijin dan restu agar segera menjemput kembali Alexa dari desa Ngadirejo. Melewati hutan Caruban yang belum pernah sekalipun ia datang.
Tempat yang masih asing itu terasa sangat dekat dalam hatinya. Ada sebuah ikatan kuat yang membuat pilihan langkahnya ingin segera berlabuh disana. Sekoci dalam jiwa Bayu selalu saja berteriak-teriak memanggil angin agar segera menerbangkan langkah kakinya untuk segera mengunjungi dermaga hati pujaan hatinya. Sebuah harapan telah disematkan pada dinginnya malam,Bayu ingin kesumat hatinya segera terlampiaskan saat menjemput kembali Alexa kembali kerumah. Tentu dengan disertai sebuah impian bahwa Alexa tidak bertemu dengan pasangan yang dijodohkan disana.
Sangat ingin rasanya,Bayu membawa kembali dengan utuh raga dan jiwa sekaligus cinta Alexa. Tanpa satupun kekurangan karena hati yang telah terbagi maupun raga yang terluka. Keindahan pertemuan itu akan diabadikan menjadi sebuah prasasti yang tumbuh dan terpatri dalam relung jiwa yang dahaga. Dalam situasi seperti itulah mengalir sebuah sajak harapan yang terlukis dalam coretan tangan Bayu.

Bila malam ini adalah malammu
Akan kulepaskan saja lajang jiwa ini untuk menyuntingmu disini
Menghadirkan kembali satya yang telah lama sulit terpenuhi
Hingga kabar sepoi hanya serupa dentang mimpi
Hadir sesaat dan terhapus pagi...

            Jauhmu adalah jarak yang menyekap jiwa
            Mengurungnya dalam pujaan rindu
            Tak berkabar,tanpa layang yang tersebar
            Sudahkah engkau temu dermaga baru?
            Bila aku harus menantimu karena rindu

Setapak demi setapak kulukis di atap batuan
Dengan tinta bening dari mata air kehidupan
Akar cinta telah menegakkan tunas yang terus tumbuh  
Berbuah kasih sayang yang bila terus menantimu

           
Oh... Alexa,biarkan pagi menjemput jejakku
            Agar setiap langkah datang memujamu
            Harapan-harapan selalu tumbuh,
            Tidak ada hati lain yang terajut dalam jiwamu

Bukan surga yang aku harapkan
Bila kesejukan ada dalam pandangan
Satu rupa menjaga damai hati
Jiwa tenteram hadirmu ternanti
           
            Alexa pergi akan kembali
            Berjajar resah jiwa yang patah
            Bila awan yang engkau cari
Cucuran hujan akan kembali
Menanti hadirmu disini dalam kesendirian yang alpa...
           
            Bayu mulai menatap renda-renda kisah yang mulai terajut dalam renjana. Pengharapannya jauh melayang menjemput raga Alexa disana. Bisa gila ia memikirkan bagaimana sulitnya hidup tanpa kehadiran gadis pujaan hatinya. Meski bibir bisa berkata bohong,hati tidak mudah untuk tidak selalu mengatakan yang sejujurnya. Tidurnya yang gelisah malam ini menjadi sebuah bukti ikatan batin yang terjadi.
            Keringat dingin membanjir disekujur tubuh Bayu. Dadanya terasa panas seperti terbakar dalam tidurnya yang gelisah. Raganya gemetar hebat tersaput gelombang cemburu yang seperti getar elektrik sangat kuat mengguncang jiwanya. Malam yang dingin hanya memberikan gerah dalam gulana jiwa. Bayangan yang tidak-tidak terus mengaduk-aduk pikirannya. Terkadang sebuah kebahagiaan melintas begitu saja,membuat hati dan jiwanya penuh dengan bunga-bunga dan kata-kata indah. Beberapa saat hati itu serupa mendung kelam yang siap menumpahkan hujan.
            Hujan kesedihan yang akan membuat orang yang menerimanya meratap,mengiba dan memohon belas kasihan agar selalu terhindar darinya. Hujan yang membuat jiwanya melolong menyebut-nyebut nama kekasih yang jauh pergi meninggalkan pujaan hati. Cemburu benar-benar menjadi penyakit yang sangat menyiksa orang yang sedang jatuh cinta. Virusnya mudah sekali menyebar dalam aliran darah,berbaur dengan oksigen dan membuat seluruh tubuh seperti merasakan tusukan durinya yang perih.
            Membayangkan betapa sakitnya melihat orang yang kita kasihi bersama orang lain serupa berjalan ditengah bara yang membara. Tubuh panas seperti terbakar,jiwa melayang menjemput hitam yang pekat dalam pandangan. Tidak jarang pula kita harus merasakan sentuhan-sentuhan giris yang mengiris-iris hati ini. Jantung yang berdetak tanpa aturan bersanding dengan amarah yang membuncah ingin terluapkan.
            Bayangan yang tumbuh itu coba ditepis oleh Bayu, begitu pikiran itu tumbuh segera saja ia coba menetralisirnya dengan pikiran positif sehingga dapat mengganti hayalan dengan roman-roman kisah indah. Jalinan hati yang berupa benang merah itu coba disambung kembali. Menata sebagian niat untuk membulatkan tekad pertemuan dengan sang pujaan yang jauh terpisah jarak dan ruang. Lorong-lorong gelisah yang sebentar-sebentar muncul harus ditekan kuat-kuat agar tidak terus tumbuh. Tunasnya akan merusak cerita bahagia dalam sebuah pertemuan yang direncanakan.
            Malam semakin larut ketika berhasil membenamkan Bayu dalam alam bawah sadarnya. Setelah belingsatan cukup lama di atas ranjang,akhirnya pemuda itu terlelap menjemput mimpi yang telah menunggunya di atap mega.

***
            Menjelang dinihari ketika Alexa terbangun dari tidurnya. Sebuah ketukan di pintu rumah membuatnya terjaga. Berbagai pikiran dan tanya mulai menyembul satu persatu dalam benaknya. Siapa gerangan yang bertamu selarut ini? Bukankah bisa besok pagi saja datang kembali. Walaupun semua keanehan itu terus mengganggu,Alexa beranjak juga dari tempat tidurnya. Dengan langkah yang masih gontai karena menahan kantuk,Alexa mendekati daun pintu. Suaranya serak bertanya kepada orang yang berada diluar sana.
            “ Siapa diluar...? hari masih malam,sebaiknya kalau bertamu besok pagi saja.”
            “ Maaf non,ini pak RT. Segera buka pintunya. Ada seorang tamu yang ingin bertemu denganmu. Tolong cepat bukakan pintunya.”
            Alexa merasa sangat heran dengan suara diluar. Walaupun berusaha dibuat seramah mungkin,suara itu tetap saja terdengar kasar dan sangat berbeda dengan suara pak Kusno,ketua RT yang sudah sangat dikenalnya. Suara itu lebih berat dan menunjukkan watak kasar yang dimiliki sang pemilik suara. Berbeda dengan pak Kusno yang memang lembut,ramah dan santun. Alexa mencoba berpikir dengan keras siapa sebenarnya orang tersebut. Ada banyak suara tapak kaki yang terdengar diluar sana,kurang lebih sekitar empat atau lima orang. Mungkin salah satunya adalah Bayu seperti yang dikatakan orang tersebut,atau bisa saja orang lain yang mencoba berbuat jahat kepada dirinya.
            Di tengah keraguan itu,Alexa mengundurkan langkah satu hingga dua langkah. Menyeret kakinya untuk menjauh dari pintu. Pikirannya terus diliputi berbagai macam dugaan. Dugaan-dugaan itu menggumpal menjadi keraguan yang semakin dalam mengubur dirinya dalam dua pilihan. Membiarkan saja orang –orang itu diluar sana hingga pagi menjelang dan hari beranjak terang atau membukakan pintu dan bersiap menerima segala resiko yang bisa saja terjadi kepada dirinya.
            Tanpa disertai dengan kesadaran sepenuhnya pada bahaya yang datang mengintai, tangan Alexa memegang gagang pintu,memutarnya hingga membuat pintu terbuka. Tak dinyana,sebuah sapu tangan membekap mulutnya begitu pintu terbuka. Alexa berusaha meronta dengan mencoba menendang orang yang memegangnya,usaha yang sia-sia,kesadarannya semakin terkikis oleh bius yang terhirup bersama udara yang dihirupnya.
            Mata yang pada awalnya terang itu semakin redup,warna terang dari obor yang menyala di pendopo semakin terlihat samar,berganti gelap yang menutup seluruh penglihatannya. Hanya lamat-lamat terdengar suara tawa seorang perempuan yang sangat dikenalnya. Suara itu menunjukkan sebuah kepuasan karena berhasil memperdayainya. Ingin rasanya Alexa berontak saat kesadarannya belum hilang sama sekali. Dada gadis berjilbab itu turun naik ketika mendengar nama nenek Ningsih yang masih tertidur pulas disebut-sebut. Lafadz dzikir terus terlantun dalam hati Alexa,memohon agar sang nenek di beri keselamatan dan kemurahan hati. Tubuh Alexa semakin lemah hingga kehilangan kesadaran sama sekali.
            “ Lebih baik kita habisi saja nenek keparat ini,sudah terlalu banyak kesusahan yang ditimbulkan selama ini. Kalau aku tidak bisa mendapat harta lebih besar darinya,gadis ini mungkin akan lebih berguna. Rupanya dia anak orang kaya yang bisa dengan mudah kita manfaatkan untuk mengeruk harta orang tuanya. Bagaimana menurut kalian?”
            Wanita itu berkata ketus,seperti seorang malaikat yang akan menilai dan menentukan nasib seseorang. Menimbang orang itu masuk surga atau neraka? Memilih mematikannya sekarang atau besok,lusa.
            “ Kami menurut apa yang bos perintahkan saja.”
Orang yang lebih jangkung menjawab pertanyaan sang bos perempuan. Ternyata keempat lelaki itu juga memiliki dendam kepada keluarga kakek Husni. Mereka adalah penjahat yang mengejar-ngejar Tanjono dari Jakarta dulu. Mereka sengaja tidak kembali ke jakarta karena di jadikan buron oleh polisi atas kasus pembunuhan keluarga Tanjono. Sengaja mereka menunggu waktu yang tepat untuk melampiaskan dendam kepada keluarga almarhum kakek Husni yang telah mengalahkannya.
Setelah hampir dua puluh lima tahun mencari dan menunggu kesempatan,kali ini mereka baru berani beraksi. Sebuah rencana matang pernah mereka susun untuk membuat nenek Ningsih lebih menderita dengan cara menyusupkan sang bos perempuan,yang ternyata merupakan anak dari pak Probo,lawan bisnis Tanjono. Rencana itu gagal total sejak kedatangan Alexa yang menjadi penyelamat wanita tua itu. Dan  hari ini Winarni,nama wanita itu ingin menuntut balas kepada Alexa sekaligus menuntaskan dendamnya kepada nenek Ningsih.  
            “ Baiklah kalau begitu,habisi nenek itu. Buat seolah-olah gadis ini telah membunuhnya,buang semua barang-barang gadis ini agar tidak menimbulkan jejak. Orang akan mengira gadis ini melarikan diri setelah membunuh sang nenek. Sarju,Parmin segera habisi nenek itu. Yudi,kamu bertugas membuang semua perlengkapan dan pakaian gadis ini. Setelah itu kalian susul kami segera kepersembunyian kita.”
            “ Baik Bos...!” suara mereka bertiga serentak.
            Nenek Ningsih tidak bergerak sama sekali. Ketika Sarju mencoba meminumkan racun serangga kemulut wanita tua itu,wajahnya telah sangat dingin. Semua persendian tubuhnya telah kaku dan terasa beku. Hanya tangan Sarju saja yang tidak merasakan denyut nadi nenek Ningsih yang telah tidak ada lagi. Nenek Ningsih bahkan telah meninggal dunia jauh sebelum Alexa terbangun karena kedatangan mereka.
            Meski demikian Sarju dengan dibantu Parmin tetap meminumkan racun serangga tersebut. Dengan tertawa-tawa penuh kemenangan,mereka seakan merayakan nikmatnya telah membalas dendam. Beberapa kali terlihat Sarju mengusap pipinya yang memiliki sebuah bekas luka tersayat tersebut. Ada kepuasan terpancar dari raut mukanya yang hitam dan sangar.
            Yudi membuang pakaian Alexa di belakang rumah,disemak-semak yang terdapat disekitar kamar mandi. Sebuah kesalahan yang akan mereka sesali beberapa saat kemudian. Kohar menyeret Alexa melintasi jalan setapak menembus gelapnya hutan jati. Jalan tanah yang becek itu sedikit menyulitkan langkah mereka. Minarni berada didepan dengan sebuah senter kecil di tangan,menjadi penunjuk jalan dari kegelapan dinihari. Ayam dari sekitar perkampungan telah berkokok ketika Sarju,Parmin dan Yudi bergabung kembali dengan rombongan itu.
            Mereka terus berjalan menembus samar hutan yang mulai berwarna,telah sangat jauh jarak mereka dari desa Ngadirejo ketika hari benar-benar telah terang. Embun disepanjang jalan terlihat berkilauan diterpa sinar matahari. Jalan setapak itu semakin mengecil dan berkelok-kelok menembus semakin jauh kedalam hutan. Hutan yang lebih lebat terlihat di depan sana,bukan lagi di dominasi pohon jati seperti sepanjang jalan sebelumnya. Aneka pepohonan besar dan kecil saling tumpang tindih berdiri,membentuk pagar betis pada langkah-langkah yang ingin memjamahnya.
            Tanaman perdu setinggi pinggang manusia terkadang juga menjadi sebuah penghalang bagi jalan setapak. Beberapa kali mereka hanya berputar-putar mencari jalan keluar dari kepungan semak belukar. Jika bukan orang yang sering pergi ketempat ini atau bukan orang yang mengenal tempat ini pasti akan tersesat dan sulit keluar lagi. Banyak sekali cabang dari jalan setapak ketika mereka hampir sampai ketempat tujuannya.
            Di depan sana terlihat sebuah rumah kayu setinggi sekitar dua meter. Bentuknya memanjang dengan panjang kira –kira sembilan meter dan lebar sekitar dua meter saja. Satu meter dikanan,kiri dan belakang rumah terdapat kolam selebar kurang lebih lima meter,kolam itu saling terhubung satu sama lain,memiliki kedalaman sekitar empat meter atau lebih,air menggenang dan mengisi seperempat dari kedalaman kolam. Jika hujan deras mengguyur kolam itu akan penuh hingga ketepi rumah,menyisakan jalan setapak yang hanya berada di depan rumah.
            Alexa baru saja siuman dari pingsannya ketika sampai dirumah itu. Selama perjalanan praktis hanya diseret dan sesekali dibopong untuk menembus hutan. Tidak ada satupun petunjuk yang bisa membuatnya mengenali lingkungan baru ini. Mencoba mengidentifikasi setiap benda dan jejak darimana ia datang mungkin saja dapat membantu untuk rencana pelariannya nanti,menunggu kelengahan dari lima orang penjahat yang telah membawanya. Kohar mendorong tubuh Alexa dalam satu ruangan yang terletak di bagian paling belakang rumah. Ruangan itu kosong tanpa satu parabot pin terdapat di dalamnya. Beruntung lantai kayunya cukup bersih untuk sekedar duduk. Ada sebuah jendela kecil yang menghadap kekolam di belakang.
            Alexa mengamati jendela itu,dan akan sangat sia-sia jika mencoba kabur melewati jendela. Lubangnya terlalu kecil untuk menampung tubuhnya,lubang itu hanya cukup untuk seekor kucing atau anak anjing serta kelinci. Belum lagi ketika dapat lolos dari jendela,tentu saja dia akan dihadapkan kepada kolam sedalam dua meter jika musim kemarau,bila musim hujan seperti ini,kolam bisa terisi hingga empat meter dalamnya. Tentunya sangat sulit berenang tanpa menimbulkan kecipak suara air.
            Matahari telah hampir meninggi,sinarnya terlihat menerobos sela-sala daun jendela,membagi kehangatan pada tubuh Alexa yang sejak pagi menggigil. Tangannya telah bebas sekarang,setelah semenjak diperjalanan terikat dengan sangat kencang. Ada bekas memar pada pergelangan tangan yang masih terasa perih itu. Memar juga dirasakan pada jari-jari kakinya yang telanjang,celana yang dikenakan terlihat lusuh dan kumal karena tanah yang menempel. Ada bekas luka yang masih memerah di telapak kakinya akibat diseret melintasi batuan. Mungkin kaki itu terantuk batu atau terkena batang perdu juga duri-duri sepanjang perjalanan.
            Diruang lain,Kohar dan Minarni tampak bercakap-cakap. Kedua orang kepala gerombolan itu tampak serius mempersiapkan masa depan untuk Alexa. Rencana permintaan tebusan atas nyawa gadis itu terus dimatangkan,rupanya uang telah menutup pintu taubat bagi mereka.
            “ Bagaimana menurutmu Kohar,apa bisa kita meminta tebusan sekitar seratus juta rupiah. Pantaskah nyawa gadis ini ditukar dengan uang sebanyak itu? Setidaknya dengan uang itu bisa kita pergunakan untuk biaya hidup sementara,lalu kita bisa berpikir untuk mencari mangsa yang berikutnya. Bagaimana menurutmu Kohar?”
            “ Saya pikir,terlalu murah untuk nyawa seorang gadis secantik dia. Setidaknya dengan menjualnya keluar negeri kita bisa mendapatkan hasil yang lebih besar dari ini. Apakah bos tidak ingin mengulang kejayaan ayah bos sebagai pemasok wanita keluar negeri sekaligus kontraktor yang handal itu? “
            “ Kamu ini bagaimana,ayah masuk penjara dan berakhir dengan hukuman mati karena menjadi pemasok wanita muda keluar negeri,tuduhan pembunuhan lawan-lawan bisnisnya dan juga bisnis narkoba yang terlalu lama digeluti. Semua itu menjadikan kita semua bangkrut dan sekarang harus dikejar-kejar polisi karena bisnis kotor itu. Lihat,bagaimana kita sekarang seperti peminta-minta. Menjadi penjahat kelas teri yang tidak lagi disegani. Bahkan para preman yang dulu selalu ketakutan ketika kita datang,sekarang malah lebih berani terhadap kita.
            Lebih baik kita memilih yang aman-aman saja. Orang tua gadis ini tentu lebih memilih menebus anaknya dengan uang segitu daripada memilih untuk melapor kepada polisi. Jika kita menaikkan penawaran mungkin mereka tidak lagi segan untuk melaporkan kita kepada polisi. Dan pada akhirnya kita sendiri yang akan merugi karena kembali kepenjara.”
            “ Sejak kapan nyali bosku yang cantik ini semakin ciut sama polisi? Bukankah dulu bos paling berani untuk menanggung segala resiko apapun yang akan terjadi? Kemana wajah garang yang dulu sangat disegani itu. Ingat bos,kita dulu adalah kawanan penjahat rakus yang tidak pernah memiliki rasa takut. Sekarang coba lihat,kita seperti sekawanan tikus yang bersembunyi ketika melihat tikus. Kita hanya berani mencuri jika tidak ada lagi penghuni disetiap rumah yang kita satroni. Kita hanya seperti sekumpulan banci yang menipu para wanita di pojok terminal. Ayolah bos,tunjukkan sedikit rasa percaya diri!”
            “ Baiklah kalau begitu,kita akan menaikkan tawaran menjadi dua ratus lima puluh juta rupiah,bagaimana menurut kamu?”
            “ Satu milyar rupiah saja lah bos,mana cukup uang segitu untuk biaya hidup kita selama setahun?”
            “ Dasar mata duitan,baik kita naikkan menjadi lima ratus juta rupiah. Ini yang terakhir dan tertinggi. Tidak ada lagi tawar menawar oke?”


            “ Kamu siapkan saja semuanya,interogasi dia agar memberikan gambaran yang jelas tentang orang tua dan anggota keluarganya. Kalau tidak mau mengaku,paksa saja baik dengan cara yang sopan maupun dengan kekerasan.”
            “ Bos ini bagaimana? Kita ini kan penjahat bos,mana ada penjahat menggunakan cara-cara yang sopan? Kalau mau sopan lebih baik kita pergi saja kekelompok ibu-ibu pengajian.”   
            “ Ya sudah,atur sajalah. Saya mau istirahat dulu. Satu hal lagi,jangan mengganggu saya atau kalian akan mendapat akibatnya.”


            Bayu berangkat pagi-pagi sekali menuju desa Ngadirejo. Pemuda itu tidak berangkat sendirian,haji Tanjono memutuskan ikut serta dalam rombongan sekaligus ingin bersilaturahmi dengan keluarga kakek Husni. Budhe Surtini juga memutuskan untuk ikut serta menemani mereka. Pagi-pagi sekali,sebelum matahari menjerang atap gunung Penanggungan,mereka bertiga berangkat dengan menggunakan sebuah mobil pribadi. Bayu yang berada dibalik kemudi terlihat tegang sepanjang perjalanan. Ada gurat khawatir yang secara tiba-tiba melintas dan membut perasaannya campur aduk tidak menentu.
            Haji Tanjono beberapa kali juga tampak gelisah,tidak seperti biasanya lelaki yang akan bertemu anaknya itu tidak merasakan sedikitpun kebahagiaan. Ada sesuatu yang menahan hatinya untuk meluapkan perasaan tenang dan tentramnya. Kecemasan terlalu kuat menutup rasa yang lain yang juga bersemayam dalam hatinya. Mendung dikalbunya terlalu kelam dan dikhawatirkan akan menimbulkan hujan. Hujan yang bisa membuat akibat yang terlalu besar untuk ditanggung keluarga mereka.
            Senada dengan Bayu,lelaki itu merasakan beban yang sangat kuat sedang mencengkeram jiwanya. Sorot kehilangan sangat tajam menguasai setiap relung dan rongga jiwa serta aliran darah. Entah apa yang dirasakan ini hanya gelisah semu yang akan segera menghilang atau memang benar-benar terjadi peristiwa kehilangan dalam hidupnya. Bayu mencoba lebih bersikap tenang,memasrahkan semua yang terjadi kepada Yang Maha Kuasa, karena Dialah Zat yang menentukan segala-galanya.

            Sebuah kepanikan luar biasa terjadi di desa Ngadirejo pagi itu. Berita kematian nenek Ningsih dan kepergian Alexa seperti pusaran angin puting beliung yang memporak-porandakan sebagian besar isi kampung. Setiap orang bergunjing dengan pendapat mereka masing-masing.
            Kematian nenek Ningsih yang terjadi secara tiba-tiba dan ditambah botol obat serangga didekat sang nenek menjadikan banyak spekulasi yang berkembang. Mulai dari nenek Ningsih yang bunuh diri karena frustasi ditinggal Alexa pergi, Alexa yang dituduh meracun nenek Ningsih karena tidak tahan lagi merawatnya,hingga terjadinya penculikan oleh orang yang tidak dikenal.
            Semua berita itu terus berkembang menjadi sebuah isu hangat yang terus diperbincangkan oleh semua penduduk desa. Tidak jarang,berita yang belum jelas kebenarannya itu menjadi sebuah fitnah yang sengaja dihembuskan orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Dari semua alasan yang diperbincangkan,kemungkinan Alexa meracun dan membunuh nenek Ningsih paling kuat dan paling banyak menjadi sumber berita. Meskipun berkali-kali pak Kusno dan pak Abdul Mukid menyangkal kabar itu,spekulasi yang berkembang sudah sangat sulit untuk di kendalikan lagi.
            Beramai-ramai penduduk desa meminta agar dilakukan pencarian kepada Alexa,gadis itu harus segera ditangkap dan diadili karena telah membunuh orang. Fitnah itu terus berkembang hingga membuat pak Kusno dan perangkat desa yang lain merasa kewalahan untuk meredamnya. Untuk menenangkan warga,diambil sebuah keputusan penting yaitu pemakaman nenek Ningsih akan ditunda,agar segera dapat dilakukan proses otopsi.  Untuk selanjutnya proses penanganan kasus tersebut segera dilimpahkan kepada aparat kepolosian daerah.
            Empat orang tim Identifikasi segera merapat kerumah tersebut,memberikan sebuah garis polisi melingkar agar warga tidak mendekat ke tempat kejadian perkara. Sekitar lima orang anggota polisi juga terlibat untuk mengamankan masa selama proses penyelidikan dilakukan. Pak Kusno,pak Abdul Mukid beserta keluarga dan sebagian tetangga yang paling dekat dengan tempat kejadian perkara masih belum percaya dengan keterlibatan Alexa. Mereka masih menganggap bahwa wanita itu telah melakukan perbuatan baik dan pekerjaan yang benar.
            Untuk kepergian Alexa yang dilakukan secara tiba-tibalah yang menjadi sebuah pertanyaan besar untuk segera dicari jawaban dan jalan keluarnya.
            Hari telah beranjak sore ketika sebuah pertemuan antara pak Kusno,pak Abdul Mukid beserta keluarga,perangkat desa dan anggota kepolisian sektor Caruban digelar. Pertemuan itu sengaja dilakukan secara tertutup dirumah pak Kusno sambil menunggu kedatangan jenazah yang sedang di otopsi dirumah sakit.
            “ Bagaimana menurut pendapat bapak,adakah hal yang mencurigakan dengan peristiwa ini?”
Seorang wakil dari kepolisian bertanya kepada pak Kusno maupun pak Abdul Mukid.
“ Maksud kami,adakah keanehan yang terjadi sebelum meninggalnya nenek Ningsih,termasuk sikap yang ditunjukkan oleh gadis itu,maaf siapa namanya?
“ Alexa pak...”
“ Iya,termasuk adakah keanehan yang ditunjukkan oleh Alexa? Ataukan anda mencurigai sesuatu?”
Bapak Abdul Mukid diam sejenak,menghirup nafas dalam-dalam sambil menata setiap kalimat yang akan diucapkannya.
“ Setahu saya tidak ada yang aneh dengan perilaku nak Alexa pak,saya melihat gadis itu adalah gadis yang baik. Ia merawat ibu saya dengan tulus dan ikhlas. Ibu saya sangat senang mendapat perawatan darinya. Bahkan selama beberapa hari ini kesehatannya mulai pulih kembali sejak dirawat nak Alexa.”
“ Jadi bagaimana menurut pandangan pak Kusno sebagai perangkat desa yang paling dekat rumahnya dengan tempat kejadian perkara? Termasuk siapa sebetulnya gadis itu? Mengapa tiba-tiba saja dia muncul di desa ini?”
“ Pada intinya jawaban saya sama dengan pak Abdul Mukid pak. Saya sendiri sampai detik ini belum percaya bahwa nak Alexa membunuh nenek Ningsih. Dia adalah anak yang sangat baik,sopan dan ramah kepada setiap orang. Tetangga disini sangat senang bergaul dan bercengkrama dengan dia. Saya kira tidak ada sebuah motif pun yang akan mendasari gadis itu untuk membunuh nenek Ningsih. Untuk bagaimana asal usul gadis itu biar lebih diperjelas oleh bapak Abdul Mukid pak.”
“ Baiklah kalau begitu,bisa dijelaskan lebih mendetail pak?”
Perwakilan dari pihak kepolisian itu terus mendesak untuk mendapatkan keterangan sebanyak-banyaknya. Sesekali tangannya terlihat mencatat pada kertas kecil yang ada di tangannya.
“ Jadi ceritanya sangat panjang sekali pak. Saya akan meringkas cerita tersebut sehingga bisa lebih muda dan jelas bagi bapak. Jadi begini ceritanya,sekitar dua puluh lima tahun yang lalu bapak saya yaitu  Almarhum kakek Husni yang tidak lain adalah suami mendiang nenek Ningsih,menolong orang yang bernama Tanjono dari kejaran penjahat. Usai ditolong itulah terjadi kesepakatan antara mereka untuk menjodohkan anak dari Tanjono dengan cucu dari  bapak saya yang berasal dari anak pertama   yang merupakan   kakak angkat saya. Ternyata anak dari Tanjono itu adalah seorang perempuan yaitu Alexa,sedang cucu dari kakek Husni adalah laki-laki yaitu Bayu yang hingga sekarang belum diketahui keberadaannya. Namun menurut kabar dari nak Alexa,Bayu ini sedang tinggal dirumahnya di kawasan Trawas kabupaten Mojokerto. Jadi kami masih menduga bahwa nak Alexa pulang tidak pamit untuk menjemput Bayu.”
“ Jadi demikian ceritanya? Tapi kami masih akan melanjutkan penyelidikan ini untuk menemukan bukti-bukti terbaru keterlibatan dari Alexa. Semoga berita yang bapak bawa bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.”

Bayu dan haji Tanjono sangat terkejut melihat rumah kakek Husni yang telah dipasang garis polisi,mereka seakan tidak percaya terhadap apa yang dilihatnya. Berbagai prasangka bertebaran dalam pikiran mereka. Kejahatan apa yang sedang terjadi dan menimpa Alexa? Apakah gadis itu baik-baik saja? Pertanyaan-pertanyaan itu timbul tenggelam menyerupai jamur di musim hujan.
Waktu hendak turun dari kendaraannya,seorang pemuda mengarahkan mereka agar kerumah pak Kusno saja. Disanalah pak Abdul Mukid berserta keluarga berada.
Rapat dirumah itu hampir berakhir ketika haji Tanjono beserta Bayu dan budhe Surtini tiba. Mereka sama sekali tidak menduga akan disambut dengan sambutan semacam ini. Sebuah peristiwa besar baru saja terjadi rupanya,haji Tanjono mengamati sekeliling,memeriksa satu persatu orang diruangan itu,hatinya semakin gelisah ketika tidak menemukan orang yang dicarinya. Alexa tidak berada diantara orang –orang tersebut,apa sebenarnya yang terjadi dengan Alexa?
Kepala haji Tanjono tiba-tiba terasa pusing,perutnya semakin mual karena pikirannya melayang pada keselamatan anak semata wayangnya. Bila diibaratkan malam terlihat sangat gelap walaupun pendar bintang terus memayunginya. Ditengah keramaian itu haji Tanjono merasa terasing sendiri. Tidak ada kata yang bisa diucapkan dalam kebisuan itu. Ia baru tersadar ketika pak Abdul Mukid menghampiri dan memeluknya. Dua lelaki itu saling bertangisan,menumpahkan rasa rindu setelah perpisahan selama dua puluh lima tahun tersebuat.
Bayu hanya dapat memandang bingung kepada orang-orang disekeliling yang memandangnya dengan heran. Pak Kusno terlihat berbisik-bisik dengan isterinya,juga dengan isteri dan anak pak Abdul Mukid. Semakin lama semakin sulit saja mencerna masalah apa yang sebenarnya terjadi. Kejadian itu secara runtut datang bertubi-tubi,membuat sebagian orang ternganga melihat keajaiban yang ada.
Misteri hilangnya Alexa dan kematian nenek Ningsih yang belum terpecahkan menjadi semakin kabur tatkala tiba-tiba saja muncul orang lain yang sangat mitip dengan kakek Husni,wajahnya yang kalem tapi tegas,pembawaannya yang ramah juga paras yang mirip sekali dengan sang kakek. Mungkin orang dengan mudah melupakan Siti Julaikah,anak kandung dari kakek Husni dengan nenek Ningsih. Namun,wajah itu kembali membuka lembaran baru memori mereka terhadap wanita yang pernah tinggal dan besar ditempat itu.
“ Ada apa sebenarnya kanda Mukid? Kenapa rumah itu dipasangi garis polisi,adakah peristiwa yang telah terjadi,dimanakah anakku Alexa? Apakah dia telah sampai ketempat ini,atau ia nyasar ketempat lain?”
Pertanyaan itu secara bertubi-tubi keluar dari mulut haji Tanjono. Seperti derasnya hujan yang mencurah dari ujung langit,suaranya tampak menunjukkan ketegangan yang sangat serius,ada sebuah kekhawatiran dalam nada suara itu. Kanda adalah panggilan haji Tanjono kepada pak Abdul Mukid ketika mereka bertemu dulu,keakraban itu masih terjalin hingga sekarang,meskipun waktu dan jarak pernah memisahkan mereka selama kurang lebih dua puluh lima tahun itu.
“ Sabar dik Tanjono,sabar... semua bisa dijelaskan nanti. Saya berharap dik Tanjono lebih tawakkal terhadap apa yang sebenarnya terjadi,sehingga tidak mudah terpengaruk keadaan yang akan membuat kita makin merasa kesulitan.”
“ Ceritakanlah kanda,aku siap menerima segala kisah yang sedang terjadi.”
“ Sebelum saya bercerita,sudahkah nak Alexa sampai dirumah dik Tanjono?”
Tanjono mengerutkan dahi atas pertanyaan dari pak Abdul Mukid. Rasa herannya semakin menjadi-jadi karena pertanyaan itu sama saja dengan melemparnya kedalam sebuah jurang,walaupun itu hanya terjadi dalam mimpi. Terasa sekali seperti kita sedang kencang-kencangnya berlari,tiba-tiba ada orang yang menarik tubuh kita. Angan yang sudah melambung itu serasa ditarik kembali pada titik nol,titik hitam pekat yang tidak lagi berwarna.
“ Maksud kanda? Justru kehadiran saya kesini untuk menjemput anak saya Alexa yang pergi ketempat ini dua minggu yang lalu,sekaligus menanyakan kabar tentang perjodohan dari mereka berdua yang telah satukan oleh dua keluarga kita,apa yang sebenarnya sedang terjadi?”
“ Dik Tanjono,benar sekali bahwa anak kandungmu telah sampai ditempat ini. Saya melihat sendiri bagaimana rajinnya dia merawat neneknya yaitu nenek Ningsih yang juga merupakan ibuku sendiri. Bagaimana segala kebaikannya kepada para tetangga yang mengubah pemikiran mereka menjadi lebih terbuka dan dapat menerima kehadirannya. Dik Tanjono,kemarin baru saja kami membicarakan tentang perjodohan mereka,tentang keponakanku Bayu yang belum dapat aku temukan hingga sekarang. Namun tanpa diduga sebelumnya,tiba-tiba Alexa menunjukkan sebuah bukti potongan kalung yang sama dengan potongan kalung di keluarga kami.
 Ia sangat-sangat bahagia saat itu karena Bayu keponakan kami adalah Bayu yang sama dengan yang dicintainya selama ini. Bayu itu adalah Bayu yang tinggal dan hidup bersama keluarga kalian selama ini. Jadi, ketika pagi ini Alexa tiba-tiba menghilang secara misterius,kami mengira bahwa dia sedang pulang untuk memberitahukan kabar berita bahagia itu. Kami mencoba berpikiran positif atas apa yang terjadi pada nenek Ningsih yang meninggal secara tidak wajar yang juga terjadi pada pagi hari tadi. Hari ini jenazah beliau masih di otopsi untuk mencari penyebab kematiannya.”
“ Maksud  bapak,Bayu itu adalah saya? Jadi sayalah keluarga yang bapak cari selama ini? Sayalah yang dijodohkan dengan dik Alexa padahal saya sendiri belum mengetahuinya? Benar demikian pak?”
Bayu tidak lagi dapat mengendalikan diri lagi ketika namanya mulaidisebut-sebut dalam percakapan ini.darah mudanya serasa mendidih dan siap meledak,apalagi melihat tatapan mata dari orang-orang sekelilingnya. Harapan yang selama ini terus menghantui pikirannya hari ini akan menemukan sebuah kepastian jawaban. Alexa,gadis yang selalu diidamkan itu ternyata adalah wanita yang dijodohkan dengannya.
“ Sabar nak Bayu,sabar...dengarkan dulu cerita dari kanda Abdul Mukid.”
Haji Tanjono mencoba menenangkan Bayu. Menahan magma yang siap tertumpah dalam jiwa pemuda itu. Benar sekali ada raut bahagia dalam wajah lelaki itu,tetapi tetap saja darah mudanya akan sangat sulit menerima keluarga yang belum pernah merawatnya tiba-tiba saja mengaku bahwa ia merupakan anggota keluarganya. Tentu saja,amarah karena merasa disia-siakan akan terus muncul dan tumbuh semakin besar dan berkembang jauh melewati rasa bahagianya.
“ Jadi,benar sekali bahwa kami merasa kehilangan sekali dengan keluarga kami. Kakakku yang juga merupakan ibumu Siti Julaikah. Kami berusaha mencari dengan sekuat tenaga dimanapun kalian berada. Kabar terjadinya kebakaran hebat dirumah kalian telah membuat kami semua merasa terpukul,terutama kakekmu. Kakek Husni. Siang dan malam dengan segala bantuan kami mencari,menunggu dan terus menanti kehadiranmu.
Hingga saat inipun kami belum berhenti mencari. Baru setelah ada kabar yang dibawah nak Alexa kami bisa merasakan tenang. Merasakan bahwa keponakan saya berada ditangan yang tepat. Namun,kesedihan tetap tidak bisa lepas dari keluarga ini ketika mendengar kabar kematian ibumu. Kami sangat terpukul. Serasa hidup yang kami jalani menjadi sia-sia dan tanpa harapan. Ditambah lagi kematian secara misterius dari nenekmu,nenek Ningsih menjadikan kami merasa sebagai makhluk yang paling sial dalam dua hari ini.
Seperti sebuah pepatah yang pernah mengatakan sudah jatuh tertimpa tangga pula. Tapi bagi kami pepatah itu bukanlah pepatah yang tepat karena ada hal yang lebih buruk terjadi,kami mengibaratkan dengan sudah tenggelam kapal,terhempas badai dan tsunami juga.
Kami hanya berharap bahwa fitnah yang menyebar dan menimpa kepergian Alexa tidak terus berkembang sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman diantara keluarga kita dan keluarga dik Tanjono.”
“ Jadi,jika benar aku adalah anak yang dicari itu,maka sekarang juga aku akan menyerahkan jiwa dan raga ini kepada keluarga. Siap menjalani hidup baru demi masa depan yang lebih baik di depan sana. Sebagai seorang anak sudah sepantasnyalah saya harus lebih memiliki pekerti kepada orang tua. Paman,maafkan segala kesalahan saya tadi yang terlalu mengedepankan amarah dan emosi.”
Pak Abdul Mukid segera memeluk pemuda itu,sebuah keharuan muncul sebagai penanda pertemuan keluarga yang sekian lama dipisahkan oleh jarak dan waktu. Kesan yang tumbuh adalah bahwa sejauh apapun kura-kura berenang ketengah samudra,jika sudah waktunya bertelur akan kembali juga kepantai yang sama.
Malam mulai mencengkeram seluruh isi bumi. Menebarkan gelap pada setiap makhluk yang hidup maupun tak hidup. Dingin menghembuskan aroma yang kuat dalam setiap sumsum dan tulang. Membagi embun pada pucuk-pucuk ilalang,perdu dan dedaunan. Menunggu,hanya sebuah pekerjaan tanpa kepastian yang membosankan.
Sebuah liang sejak sore tadi telah selesai digali di lahan pemakaman. Siap ditempati sebagai peristirahatan terakhir dari nenek Ningsih. Beberapa pemuda dan orang tua terlihat mondar-mandir dalam keremangan lampu petromax,sebagian lagi duduk santai sambil menghisap batang rokok ditangan. Dua atau tiga kunang-kunang turut menerangi daun kamboja sebelum sepoi meluruhkannya ke tanah. Bunga-bunga putih itu mulai mekar dimalam hari,menebarkan harum aroma kematian yang begitu menyentuh kalbu setiap manusia yang menghirupnya.
Dalam renungan hati masing-masing,kabar dari kubur itulah yang terus bersemayam,mengingatkan kita akan ajal yang setiap saat siap untuk datang menjemput. Dimanapun kita sedang berada dan kapanpun telah tiba waktunya. Bukan hanya orang-orang tua yang harus lebih dulu pulang kerumah tanpa nama itu,kaum mudapun telah banyak yang mendahului orang yang lebih tua darinya.
Nguiing...nguiiing...nguiing... suara sirine ambulan meraung-raung mendekati pintu makam. Tepat pukul sembilan malam otopsi jasad nenek Ningsih selesai. Segera jenazah itu dimandikan dan dikafani layaknya mayat pada umumnya. Setelah itu,jenazah disholatkan secara berjamaah dimushola kampung. Pihak keluarga,terutama Bayu diberi kesempatan untuk melihat almarhumah sebagai perpisahan yang terakhir kali. Pemuda itu meraung-raung dan menangis sedih,kedua tangan yang dipegangi anggota keluarga yang lain tidak kuasa untuk meronta-ronta. Dengan segenap kesedihan yang tersisa Bayu mencoba memeluk neneknya untuk terakhir kali.
Usaha itu gagal karena Bayu terburu pingsan karena beban kesedihan yang ditanggungnya. Beberapa orang membawa pemuda itu kembali kerumah,sebagian yang lain melanjutkan prosesi pemakaman. Hingga tengah malam prosesi pemakaman baru selesai. Ditandai dengan tertancapnya batu nisan yang akan menjadi penanda dan prasasti akhir kehidupan umat manusia.
Dirumah,keadaan Bayu paling terpukul daripada anggota keluarga yang lain. Ia terlihat hanya membisu,tidak membaur bersama dengan keluarga dan tetangga yang berada diruang tamu depan. Mereka tampak mengobrol usai melakukan kegiatan tahlilan.
Bayu hanya berdiam diri dikamarnya,hatinya bagai disayat-sayat oleh rajaman pisau belati. Sudah beku gumpalan kesedihan dalam jiwanya,sangat sulit untuk mencairkannya kembali. Bagaimana mungkin orang dapat menerima keadaan bila ketika bertemu pertama kali dengan anggota keluarga yang terpisah jauh oleh jarak dan waktu,ternyata keluarga itu telah terbujur kaku tanpa nyawa. Tidak bisa melepas kerinduan dengan canda maupun tawa lagi.
Bayu sangat menyesal kenapa ia harus menuruti egonya dengan tidak mau jujur terhadap Alexa. Gadis itu adalah gadis yang baik. Sangat baik malah. Mungkin jika mau menanggalkan egonya,Bayu masih bisa mengikuti kepergian Alexa sejak hari pertama. Dengan demikian ia dapat menemani neneknya dalam menjalani hari-hari terakhirnya. Juga dapat menjaga Alexa agar tidak terjadi sesuatu pada dirinya seperti saat ini. Wanita itu telah hilang entah kemana,bumi seakan menelannya dalam-dalam tanpa kabar berita.
Bayu hanya bisa meratapi senyap yang mengurung jiwanya. Tanpa terasa airmata lelaki itu meleleh perlahan. Bukannya cengeng,tapi setiap manusia berhak melepaskan beban hatinya dengan cara menangis dan mengeluarkan airmata. Mungkin dengan begitu,beban yang mengimpit segera sirna. Dadanya turun naik dan merasakan sesak yang menhimpit.
Lorong-lorong yang gelap seakan menelan hidup-hidup kebahagiaan yang pernah dirasakan Bayu. Pemuda itu belum pernah merasakan kesedihan yang separah ini. Waktu ibunya meninggal,Bayu masih sangat kecil untuk merasakan kesedihan. Memang dia juga menangis waktu itu. Namun,tangisan itu segera berakhir ketika Alexa mengajaknya bermain. Saat ini,hanya kesendirian yang menemani rongga jiwanya. Sepi itu tumbuh dan terus-menerus  menyerang batin Bayu yang mulai rapuh tergerus pilu.
Bila saja tidak berpikir masa depan yang segera harus dihadapi,mungkin Bayu akan turut terjun kedalam liang lahat neneknya. Turut terkubur dan menemani jasad itu menemui kegelapan abadi. Ingin rasanya ditumpahkan saja segala kegalauan hatinya,hanya tangis dan tangis saja yang bisa meredakan semuanya. Apa yang ingin diucapkan terukir dalam sebuah sajak yang diucapkan lirih,lirih sekali dan nyaris tida terdengar lagi.

Bila waktu bisa semakin panjang untuk kita
Tidak ada lorong kegelapan yang datang menjemput
Tangis-tangis yang berderai itu tidak akan pernah ada
Pada jiwa-jiwa yang melayang dijemput langit

Tubuh-tubuh yang bisu membeku
Kepada mereka aku ingin bercerita
Tentang kisahku hari ini yang tersaput sembilu
Ia berkabar pada jiwa tanpa legenda

Sudah tajamkah pandanganku
Tak melihat ruh itu melaju menuju mega
Tak ada bisik yang membebani
Karena jiwa-jiwa mereka benar-benar mati

Hanya tetes airmata pengiring langkah
Pada kamboja yang menemani di ujung pusara
Kugantung rembulan pelukmu untuk cahaya
Penerang langkah dalam lorong-lorong yang renta gulita

Bisakah aku mencegahmu pergi?
Bila malam hanya mengupas sesat
Menggantinya dengan alpaku
Alpa menari di ujung sunyi

Kidung apa harus kudendang
Jika lirih suara hanya bertemu bisu...
Betapapun sulitnya kehidupan Bayu saat ini,ia bertekad tidak pernah menyerah. Menyusur langkah yang serupa padang gersang,hanya ilalang kering mudah terbakar oleh sepi,sunyi yang menjadi teman dalam khayal dan mimpi. Menghapus wajah Alexa sudah tidak mungkin lagi,jiwanya benar-benar telah dipenuhi oase rindu yang tajam menghentak. Sama dengan kerinduannya kepada sang nenek yang selama dua puluh lima tahun tidak pernah bertemu sekarang telah terbujur kaku.
Sebuah ketakutan tiba-tiba menyerang jiwa Bayu. Semakin dalam membawanya dalam kegelapan,menyeret jiwa yang lebam penuh luka itu tersesat semakin jauh kealam bawa sadar. Terlihat disana tubuh Alexa yang tirus dan layu kuyu,matanya cekung,kulit tangannya penuh luka yang masih memerah. Darah menetes dimana-mana,bukan dari luka-luka yang diderita Alexa,luka itu sangat baru. Berwarna-warni seperti pelangi,kadang memerah,tiba-tiba memutih,berganti kelabu,kuning dan seterusnya. Hanya senja saja yang menahannya untuk tidak terseret terlalu jauh,daun-daun yang melambai didekat perapian yang terbakar,semakin dekat,dekat dan bertambah dekat ketika langkah kakinya coba diseret menjauh.
Mata Bayu terlihat berputar-putar letih. Tubuh itu terasa menyusut kemudian membesar,menyusut dan membesar lagi. Airmatanya semakin deras membasahi pipinya. Kerongkongannya terasa kering tanpa oase,kehausan dalam dahaga yang amat sangat. Dadanya yang terus turun naik terasa panas,mendidih dan siap untuk meledak.
Seorang gadis kecil terlihat dikejauhan,semakin mendekat wajah gadis itu semakin menyerupai seorang gadis muda,semakin dekat semakin tua saja,semakin renta,ringkih dan tidak bertenaga. Wanita itu secara mendadak menjadi kaku tidak bisa bergerak. Mulutnya bisu dan terasa dingin,dingin serupa malam yang dicengkeram hujan. Nafasnya telah berhenti semenjak dia datang. Diam,dengan ekspresi datar,tidak ada senyum pada sudut bibir itu.
Bayu semakin terlonjak ketika wanita tua itu bangun secara tiba-tiba. Berjalan semakin mendekat dan berusaha untuk menyentuhnya,wajah yang kembali berubah-ubah,dari wanita renta tanpa daya menjadi wanita setengah baya yang perkasa,lalu serupa gadis belasan tahun yang penuh gairah,menjadi kembali kecil,terus mengecil dan menjadi seorang bayi. Bayi itu menangis,tangisannya sangat keras menyentak dan seakan memanggil namanya,Bayu mencoba mendekat. Bayi itu berubah menjadi Alexa,sejenak kemudian wajah ibunya yang muncul lalu kembali tenggelam,kembali lagi muncul sebuah wajah yang tidak dikenalnya,melambai dan terus melambaikan tangan kepadanya. Lalu tiba-tiba wajah itu menjadi nenek Ningsih,neneknya. Bayu menggelengkan kepala,pikirannya benar-benar telah dipenuhi wajah-wajah,semua memanggil,melambaikan tangan mereka.
“ Tidaaaaaaak...!!! “ Bayu berteriak sekencang mungkin dan terbangun dari tidurnya malam itu. Mimpi buruk itu benar-benar telah membuat tubuhnya basah kuyup oleh keringat.
“ Ada apa nak Bayu ? kenapa nak Bayu berteriak-teriak malam-malam begini? Sudahlah nak,ikhlaskan semua yang terjadi. Nak Bayu harus lebih bersabar dan tawakal kepada Allah swt,serahkan semua kepadaNya. Ingat nak Bayu,kita lahir kedunia karena kehendakNya,dan kepadaNyalah kita akan kembali.”
Haji Tanjono yang sampai terlebih dulu dikamar Bayu mencoba menenangkan lelaki itu. Rupanya teriakan Bayu mengejutkan semua orang yang sedang berbincang-bincang diruang depan. Bapak Abdul Mukid segera mengambil sebutir bawang merah dan sepotong kunyit serta sejumput beras. Meremas –remasnya menjadi satu ditangan lalu mengusapkannya ke dahi Bayu.
“ Mungkin nak Bayu sawanen,karena tadi tidak sempat mencuci muka dan membasuh telapak tangan serta kaki setelah memegang jenazah. Saya juga sangat setuju dengan dik Tanjono,lebih baik nak Bayu ikhlaskan saja kepergian nenek Ningsih. Untuk nak Alexa,kamu sudah sepakat bahwa besok pagi-pagi sekali kita akan melakukan pencarian. “
Bayu hanya bisa patuh dan menunduk malu atas perbuatan yang telah dilakukan. Meskipun itu semua terjadi diluar batas kesadaran,tetap saja yang sudah dilakukan dianggap sangat tidak pantas. Beberapa orang yang hadir hanya bisa mengangguk-anggukkan kepala tanda menyetujui semua pernyataan dan perkataan pak Abdul Mukid.
“ Sudah,lebih baik nak Bayu melanjutkan tidurnya. Kasihan sudah terlalu capek karena seharian tadi mengemudi mobil.”
“ Terima kasih,paman.”
Bayu melanjutkan tidurnya yang telah terganggu mimpi buruk tersebut. Kali ini dia tidak tidur sendiri,haji Tanjono turut merebahkan diri disampingnya untuk memberi rasa nyaman dan menjaganya dari kedatangan sebuah mimpi buruk. Beberapa orang berpamitan karena hari telah benar-benar larut malam. Hanya beberapa pemuda yang besok menganggur saja yang tetap ditempat, melanjutkan begadang sekaligus menemani dua orang anggota polisi yang berjaga-jaga di halaman rumah.

Malam ini Alexa merasa perutnya seperti terbakar,teduhnya malam tidak sedikitpun meredakan perih dalam lambungnya. Dingin yang menusuk sumsum dan tulangnya terasa begitu kuat menyergap. Bibirnya telah mengering sejak tadi siang,beberapa sudut tampak pecah –pecah seperti tanah dimusim kemarau,kering dan kekurangan air. Akar lidahnya sejak tadi hanya bisa menangkap sedikit embun yang terperangkap oleh sekantung plastik yang ditadahkan saat gerimis mengisi malam.
Sedikit sekali oase mengisi dahaganya,diluar sana  air memang sangat melimpah mengisi kolam. Sangat tidak mungkin mencapai air itu dengan keadaannya yang serba terbatas. Sebuah dinding yang terbuat dari kayu memisahkan dirinya dengan kolam yang ada dihalaman belakang. Bunyi katak yang bernyanyi seakan mengejeknya yang kelaparan.
Tiada belas kasihan yang ditunjukkan sang penculik itu,mereka terus tertawa dihadapan Alexa dengan menarikan makanan serta minuman. Ingin sekali Alexa merebut dan mengambil makanan itu,tapi tenaganya sangat terbatas. Sulit sekali bergerak dengan keadaan perut yang kosong. Jangankan bergerak,menjaga diri dari kehilangan kesadaran pun semakin sulit untuk dilakukan.
Dengan menahan rasa perih yang terus menghujam seperti ratusan anak panah yang menusuk-nusuk dalam perutnya yang lapar,Alexa mencoba memejamkan mata. Ada bunyi-bunyi aneh setiap Alexa bergerak kekiri atau kekanan. Perut itu terus bersuara untuk segera mendapatkan isi yang bisa menutup suaranya yang sebagaian besar telah terisi dengan angin.
Dalam tidurnya yang  lapar,Alexa mengigau. Wanita itu terus menyebut air,air dan Bayu. Dalam tidur itulah seakan Bayu datang,mengobati dahaganya dengan segelas air putih yang menyegarkan. Wanita itu terus mencoba memejamkan mata,tidur dalam duduknya yang tidak nyaman. Rasa perih ditangan akibat luka ikatan masih belum benar-benar kering,ditambah lagi kondisinya yang tidak bisa seratus persen pulih karena kurang istirahat dan kurang makan.
Para penjahat itu sengaja membuat Alexa menderita,benar-benar menderita hingga yang tersisa hanya bayang hitam dari kehidupan. Menyiksa adalah salah satu cara membalas dendam yang ingin dilakukan. Setidaknya dengan melakukan itu bisa membuat batin senang karena penderitaan orang yang dibenci bisa dikatakan sebagai obat paling mujarab untuk menyembuhkan rasa sakit hati.
Belum cukup merasakan sakit perut yang luar biasa itu,secara mendadak sebuah tangan menjambak rambut Alexa,membangunkannya dari tidur yang tidak nyaman dan penuh dengan gelisah. Tubuh Alexa diseret melintasi ruangan demi ruangan di pondok itu,rambutnya terasa sangat sakit merasakan karena ditarik-tarik dengan keras. Keempat laki-laki yang menjadi penculiknya terlihat tertawa-tawa melihat pertunjukan itu. Mereka seakan sangat menikmati tontonan gratis itu selayak melihat pertunjukan topeng monyet dipagi hari. Setiap kali Alexa mengerang,semakin riuh saja tawa mereka membahana.
Minarni terus saja menarik rambut Alexa,menyeretnya hingga kesamping rumah yang berada di tepi kolam. Sebuah pertunjukan besar telah disiapkan wanita itu. Cahaya remang-remang dari sinar bulan,jalanan yang becek penuh lumpur,serta air kolam yang penuh akibat hujan sore tadi menjadi rencana yang paling sempurna.
“ Ha...ha...ha... sekarang coba kamu rasakan wanita sok kaya,sok baik dan sok berbakti kepada orang yang lebih tua. Bagaimana semua kebaikanmu itu bisa menolongmu sekarang. Bagaimana jiwa sok pahlawanmu akan menyelamatkanmu dari malam ini. Aku sangat berharap kamu tidak mati malam ini. Bertahanlah sayang,bertahanlah...!”
“ Dengan bisa bertahan melewati malam ini,mungkin aku akan mempertimbangkan untuk melakukannya lagi esok hari. Aku sangat berharap ayahmu yang katamu kaya itu akan merelakan uangnya untuk menebus nyawamu. Bertahanlah sayang.”
Dengan sekuat tenaga Minarni menarik tubuh Alexa mendekati tepi kolam. Dia bahkan tidak mau memperdulikan keempat anak buahnya yang mencoba membantu. Rupanya dendam wanita itu telah sedemikian besar sehingga tidak ada lagi belas kasihan dalam hatinya. Alexa hanya bisa mengerang kecil. Tenaganya telah benar-benar tidak mampu lagi digerakkan. Penyakit lambung yang selama ini bersemayang telah kambuh sejak sore tadi.
Minarni mendorong tubuh Alexa kedalam air. Alexa tersentak,sulit menggerakkan tangan ataupun kaki dalam kondisi yang teramat lapar. Belum lagi dinginnya air yang begitu menusuk tubuh. Panas kulit tidak mampu lagi untuk menahan sergapan gigil. Sebentar saja tubuh Alexa sudah gemetar sedemikian hebat. Alexa yang biasa berenang selama di Australia sekalipun sangat sulit menggerakkan tubuh. Kakinya telah mengalami kram karena kondisi air yang terlalu dingin.
Tak urung kondisi tubuh yang kurang stabil membuat tubuh itu dengan cepat tenggelam. Entah berapa banyak air yang terminum oleh Alexa saat mulutnya terbuka karena panik. Alexa sudah tidak mampu lagi mrnguasai keadaan,tubuh yang coba ditahannya perlahan mulai tenggelam,membuat suplai oksigen dalam darahnya kian menipis. Wajah yang terlalu lemah membuat Alexa kehilangan kesadaran diri. Ia pingsan tepat disaat kakinya menyentuh permukaan tahan berlumpur di dasar kolam.
Tujuan Minarni untuk menyiksa Alexa telah tercapai. Setidaknya hingga saat ini kepuasan terpancar dalam wajahnya. Mulutnya terus-menerus mengembang senyum kepuasan.
“ Yudi,Sarju... segera angkat tubuh gadis itu. Masih banyak rencana yang akan kita lakukan untuknya. Dia harus tetap hidup sebelum kita mendapatkan uangnya.”
“ Baik bos.”
“ Siap nona besar.”
Dua orang yang diperintah segera masuk kedalam air. Tidak sulit mencari tubuh Alexa yang tenggelam di dasar kolam,sebelum tubuh itu dimasukkan kedalam air,sebuah tali telah diikatkan pada pergelangan tangan. Tubuh itu segera diseret kedaratan,mengembalikannya kedalam ruangan sempit yang berada di bagian belakang rumah. Sebuah unggun kecil dinyalakan untuk memberi kehangatan setelah gadis itu siuman. Sebungkus roti diletakkan di dekat gadis itu,juga segelas teh hangat dan sebotol air mineral.
Alexa memakan dengan rakus roti yang diberikan mereka. Tampak sekali binar matanya berubah setelah sedikit nutrisi masuk kedalam tubuhnya. Segelas teh telah mampu membuat tubuh gadis itu terasa sedikit lebih hangat,meskipun kulit tubuhnya masih terasa sangat dingin karena pakaiannya telah basah kuyup. Dengan sedikit waktu yang tersisa, Alexa mencoba memejamkan mata. Merapatkan tubuh pada unggun kecil untuk lebih menghangatkan tubuhnya. Bagaimanapun,istirahat adalah cara terbaik untuk memulihkan energi dari tubuh,mengembalikan kembali kejernihan pikiran dari beratnya beban yang kita tanggung.
 “ Jadi bagaimana rencana kita selanjutnya bos? Apa lebih baik kita habisi saja wanita ini,pergi  meninggalkan mayatnya disini dan lari sejauh-jauhnya dari kejaran polisi. Sangat sulit mencari alamat bapak dari anak itu,dia selalu diam ketika ditanya tentang alamat dan keberadaannya.”
“ Kamu ini bagaimana,kita sudah susah-susah membawanya kemari malah ingin kamu habisi begitu saja. Bukankah kamu sendiri yang mengusulkan untuk meminta tebusan yang sangat besar kepada orang tuanya,sekarang kenapa kamu malah kehilangan nyali?”
Minarni dan Kohar terus berdiskusi untuk menentukan nasib terbaik bagi Alexa. Sementara malam telah mendekati dinihari. Tiga anak buah yang lain berjaga diruang depan,tertidur dikursi kayu yang saling berhadaan. Keadaan yang serba sempit membuat tubuh dan kaki mereka saling berhimpit. Terkadang terjadi keributan kecil karena memperebutkan posisi paling nyaman yang ingin didapatkan.
“ Bukan begitu maksud saya bos,semakin lama kita mendapatkan informasi dari gadis ini,semakin banyak pula kita mengeluarkan biaya dan tenaga di tempat ini. Tanpa uang yang semakin menipis,mana mungkin kita bisa menjalankan semua rencana yang kita susun?”
“ Benar juga pendapatmu,tumben pikiranmu sedikit waras dari pada sebelumnya. Baiklah kalau begitu,kita akan menunggu selama dua atau tiga hari lagi. Kalau masih saja gadis ini bungkam,kita habisi dia. Sementara itu,besok perintahkan Yudi dan Sarju untuk turun dan mencari sasaran. Hasilnya dapat kita pakai untuk melakukan operasi ini. Sementara itu,saya akan turun untuk mencari informasi didesa Ngadirejo. Mereka tidak akan curiga dengan kehadiran saya. Saya sudah sangat dikenal didesa itu. Saya ingin memastikan apakah semua rencana kita telah berhasil atau gagal total.”
“ Baik sekali rencana bos putri kali ini. Saya juga berharap ada informasi yang dapat diperoleh dari desa tentang keberadaan keluarga gadis ini. Bukankah bos pernah mengatakan bahwa gadis ini telah dijodohkan dengan cucu dari nenek yang kita bunuh kemarin? Mungkin saja keluarganya telah menyusul dan datang kedesa itu. Dengan demikian kita telah melakukan satu pekerjaan dengan dua hasil sekaligus. Bagai peribahasa sekali mendayung,dua tiga pulau terlampaui. Benarkan pendapat saya bos?”
“ Bagus,tidak percuma ayah saya memberikan orang kepercayaan seperti kamu. Rupanya kamu masih bisa juga untuk diandalkan, hari sudah sangat larut malam,sebaiknya kamu segera istirahat.”

Malam selalu punya cara tersendiri untuk menyembunyikan sebuah misteri. Banyak sekali sebuah peristiwa yang terjdi justru pada malam hari. Hanya sekumpulan perdu yang tahu kemana arah sepoi akan mengantarkan tidur mereka,juga bagaimana binatang malam memaknai senyum sang rembulan. Hati manusia seperti dalamnya lautan yang sekalipun kita mencoba mengukurnya tidak akan menghasilkan apa-apa sebelum mencoba berenang dikedalamannya.
Dalam kegelapanlah biasanya hati manusia itu terbentuk,terbangun dari sisa-sisa mimpi yang selalu dihadirkan oleh keheningan malam. Karakter itu akan begitu kuat berdiri hingga menuju kepuncak yang lebih tinggi,sangat tinggi dan hanya orang-orang tertentu yang bisa merasakan kehadirannya disetiap waktu. Membandingkan pertumbuhan fisik dan jiwa kita saat tidur adalah seperti mengukur kecepatan angin dengan tangan kosong. Seberapa jauh pun ia pergi tidak akan tampak dalam pandangan.
Biarlah,dengan belajar lebih bersabar dan ikhlas menerima segala perlakuan buruk akan membuat tubuh dan jiwa kita menjadi lebih kuat dan tangguh dalam menerima segala cobaan yang terjadi.
Alexa kembali mengerang ketika dingin semakin menusuk tulangnya. Unggun kecil itu telah padam sepenuhnya,menyisahkan gulita yang terlalu dingin dan sunyi. Malam telah benar-benar membisu ketika nyanyian dari katak dan jangkrik serta tenggeret berhenti. Suasana benar-benar mencekam. Purnama yang tadi sempat berpendar kembali bersembunyi dibalik awan,sebentar kemudian seisi langit telah menjadi gelap seutuhnya.
Setetes demi setetes air tercurah dari langit,semakin menderas dan membasahi daun-daun yang beralaskan embun.akar membuka lebar-lebar jangkauan langkahnya yang serakah,siap mengambil semua jatah air yang telah tertumpah. Humus hutan yang berwarna legam diatas tanah itu kembali basah sebelum sempat mengering karena hujan kemarin sore. Seharusnya subuh telah berkumandang sejak tadi,tapi siapa yang akan mengumandangkan suara Adzan ditengah hutan seperti ini?

SEMBILAN

Alexa telah benar-benar terjaga ketika hujan turun dengan derasnya. Meringkuk karena menahan dingin yang terus menyelimuti tubuhnya. Tertatih ia mencoba bergerak,lantai kamar itu berderit karena seretan kakinya. Dengan  segenap kekuatan yang hanya sedikit tersisa dicobanya menadahkan tangan melalui jendela,mencoba meraih air hujan yang memukul-mukul dinding rumah.
Pertama yang dilakukan adalah membasuh mukanya agar terjaga dari rasa kantuk. Membagi kesegaran dalam dingin yang selalu menyentuh,membangkitkan jiwa yang tenggelam dalam mimpi semalam. Ketika mengambil air yang kedua,ia sengaja mengumpulkan lebih banyak lagi air. Gelas kosong bekas teh semalam ditadahkan dibawah hujan. Gelas itu telah penuh ketika Alexa menyeretnya melalui jendela,meneguknya dalam satu kali tegukan untuk membasahi kerongkongan yang  dahaga.
Gadis itu kembali mengambil segelas lagi air,memasukkan sedikit demi sedikit kedalam gelas air mineral sisa kemarin malam. Setelah botol penuh,segera disembunyikan botol itu dibalik tumpukan kayu lantai yang telah lapuk. Kayunya yang rapuh dimakan rayap ternyata sangat mudah untuk dicabut. Dalam potongan kayu itulah air hujan itu disembunyikan,lalu kayu dikembalikan semula seperti asalnya.
Alexa sangat ingin berlama-lama dengan hujan pagi ini,kembali diulurkan tangannya melalui jendela. Ia kembali membasuh muka,tangan hingga menyentuh siku,rambut kepala yang berada diubun-ubun dan melanjutkan sapuan tangannya pada kedua daun telinga,terakhir kali Alexa membasuh kakinya. Ritual wudhu itu telah dengan sempurna dapat dijalankan dengan air seadanya. Rupanya Tuhan masih berbaik hati memberikan kemudahan baginya untuk menjalankan ibadah.
Khusyuk sekali Alexa berdoa,menumpahkan segala unek-unek yang menjalari batinnya. Ada sebuah ketenangan dalam jiwa yang membuat setiap doa yang dipanjatkan serupa kata-kata yang dengan mudah dimengerti artinya. Tuhan tidak akan pernah tidur semalampun,ia tidak akan pernah berpaling pada umatnya yang sedang mengalami kesusahan dan kesulitan.
Kepercayaan Alexa tumbuh serupa jamur dimusim penghujan,menyebar dalam setiap relung dan memancarkan cahaya dalam binar aneh yang sulit diterjemahkan dengan kata-kata. Hanya kebisuan yang bisa memberikan beberapa arti untuk diterjemahkan hati. Mengeja segala rahmat yang dilimpahkan oleh Tuhan sebagaimana dalam setiap langkah kehidupan. Hidup Alexa telah benar-benar menjadi langkah-langkah berat dalam meniti jejak kehidupan.

Bayu terbangun dalam keadaan sakit yang merajam jiwanya. Hatinya serasa luruh bersama hujan yang menetes diluar rumah. Ingin rasanya ia berlari,menjemput kepergian angannya yang melayang menuju awang-awang. Hanya kumandang adzan subuh yang menyadarkan dirinya dari lamunan. Lelaki itu berusaha menyembunyikan seluruh getar yang tersimpan.
Bayu merasa sangat kecil dihadapanNya. Dengan merendahkan ego serendah mungkin Bayu khusyuk berdoa. Berbagai harapan dilontarkan agar segera dikabulkan. Bayu terus mengadu tentang hidupnya yang dengan tiba-tiba terjatuh dalam kesedihan,memohon agar Allah swt membukakan pintu rahmad dan hidayahNya sehingga memberi jalan yang terang untuk pemuda itu. Dalam kekhusyukan sholat subuh itulah Bayu mencoba menegakkan kesabaran dalam jiwanya,setidaknya dengan mengingat keberadaanNya akan membuat hati lebih tenang dan tenteram dalam menjalani kehidupan. Ikhlas dan selalu rela menjalani setiap garis kehidupan yang telah ditetapkan.
Selesai bermunajat Bayu menuju kehalaman belakang rumah. Matanya liar menyapu segala sudut halaman. Pepohonan,perdu dan rerumputan tidak pernah lepas dari pandangannya yang tajam. Ingin rasanya ia memungut setiap bukti tentang keberadaan Alexa. Gadis itu telah serupa cahaya yang terus menjadi penerang dalam meniti langkah hidupnya. Hanya dengan satu senyum dari gadis itu,berhari-hari jiwa Bayu akan berbunga-bunga,indah dan harum dalam mekar yang sempurna. Bila gadis itu tidak ada seperti saat ini,pagi serasa seperti malam yang semakin gelap,hanya hitam yang terlukis dalam netranya. Tidak ada senyum yang terpancar dari sudut bibirnya.
Kematian nenek Ningsih mengkin telah memberikan efek kesedihan yang teramat dalam,namun itu hanya terjadi sebentar dan sementara. Hari ini Bayu sudah mulai menerima kepergian sang nenek,meskipun semalam tubuhnya terasa begitu rapuh untuk dapat berdiri,hari ini  hanya Alexa yang ada dalam pikirannya.  
Bayu hanya mendapati hujan yang terus menjamah dan meluluri tanah,tidak ditemukan satupun petunjuk yang mampu mengarahkannya kepada kehadiran Alexa. Rinai hujan sedikit demi sedikit telah mulai berkurang disaat pagi benar-benar menemukan cahayanya. Samar yang semenjak subuh membayangi mulai berganti warna-warni.
“ Bagaimana keadaan nak Bayu hari ini? Sudah mulai enakan?”
Pak abdul Mukit tiba-tiba saja sudah berada dibelakang Bayu,lelaki itu sempat terkejut,lalu segera dapat menguasai keadaan. Sejurus kemudian wajah Bayu berpaling kepada orang yang memanggilnya.
“ Alhamdulillah paman, Bayu sudah bisa menerima kepergian nenek. Mungkin masih sangat sulit untuk melupakan kesedihan,tapi kita harus menatap kedepan. Lebih banyak bersabar dan berusaha menggapai yang ada didepan kita.”
“ Benar sekali anakku,itulah yang paman harap dari kamu. Kamu adalah harapan satu-satunya dikeluarga ini untuk melanjutkan segala hal yang belum selesai. Jangan hanya larut dalam kesedihan,itu tidak akan membuat yang hilang kembali lagi. Sedangkan yang jauh lebih pasti tidak akan tergapai. Masih ada satu pekerjaan yang harus kita jalani,menemukan kembali Alexa yang telah hilang dari rumah ini. Saya juga merasa sangat bersalah dan bertanggung jawab atas hilangnya Alexa. Seharusnya saya menjaganya disini dan tidak meninggalkannya sendiri.”
“ Maafkan saya juga paman,kami telah melepas Alexa seorang diri kemari. Sekarang yang harus kita pikirkan adalah bagaimana kita bisa mencari dan menemukannya kembali kerumah ini. Oh ya paman, bagaimana hasil otopsi dari nenek? Apakah hasilnya sudah dapat diketahui?”
“ Kemarin malam,dalam perbincangan dengan salah seorang anggota kepolisian telah disebutkan bahwa hasil otopsi nenek kamu membuktikan bahwa dalam lambungnya tidak terdapat satupun zat racun,begitu juga pada hati dan usus halus. Dapat disimpulkan bahwa nenek meninggal bukan karena racun serangga yang ada dimulutnya. Racun itu dimasukkan kedalam mulut ketika keadaan nenek sudah meninggal. Juga tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan dalam tubuh korban. Jadi,orang tersebut berusaha memasukkan racun serangga agar kita dan semua penduduk terkecoh sehingga dengan mudah akan menuduh nak Alexa membunuh nenek Ningsih,padahal kenyataannya kita seharusnya tidak menuduh tanpa bukti yang nyata.”
“ Jadi maksud paman Alexa bisa bebas dari tuduhan ini?”
“ Saya kira polisi tidak akan dengan mudah menetapkan seseorang untuk menjadi tersangka tanpa ada bukti-bukti yang kuat. Termasuk menetapkan Alexa menjadi tersangka,bagaimana mereka menetapkannya sebagai tersangka sedangkan dia sendiri sampai sekarang belum di ketahui keberadaannya. Saya sangat berharap bahwa nak Alexa baik-baik saja.”
“ Saya juga berharap demikian paman. Lagipula tidak ada satupun motif yang melandasi pembunuhan terhadap nenek,jika itu dilakukan oleh dik Alexa. Bukankah selama ini dia telah menyatu dengan nenek. Tidak mungkin dik Alexa tega membunuh orang yang sudah dianggap neneknya sendiri. Betul begitu paman?”
“ Benar sekali anakku. Dengan kejadian ini mata saya semakin terbuka,bahwa secara tidak sadar kita bisa saja menykiti perasaan orang lain sehingga ada dendam yang tumbuh dalam hati orang itu. Terus terang saya sangat curiga dengan Minarni.”
“ Siapa itu Minarni paman? Dan ada hubungan apa dengan kasus yang sedang terjadi? Bukankah tidak baik berburuk sangka terhadap orang lain.”
“ Berburuk sangka terhadap orang lain memang dilarang oleh agama,akan tetapi ada motif tersembunyi yang bisa dijadikan dasar oleh wanita itu. Wanita itu telah paman pecat dari pekerjaannya merawat nenek sejak kedatangan Alexa. Rupanya selama ini dia tidak merawat nenek dengan semestinya. Semua kejahatan yang dilakukan itu telah terbongkar oleh paman dengan cara memergokinya menyiksa nenek secara langsung. Dengan kedua mata ini,paman melihat bahwa wanita itu tega menyuapi nenek dengan nasi basi yang sengaja dibawah dari rumah.”
“ Jahat sekali orang itu paman. Sungguh sangat tidak berperi kemanusiaan. Seharusnya wanita seperti itu sangat perlu dikasihani karena tidak mendapatkan pedidikan akhlak dengan benar.”
“ Pada saat itulah dia mengancam akan membuat hidup Alexa menderita. Paman hanya merasa khawatir Alexa sekarang dalam genggamannya.”
“ Paman tahu keberadaan wanita itu?”
“ Sayang sekali nak,paman tidak pernah mengetahui tempat tinggalnya. Dia telah datang kesini menawarkan diri untuk bekerja. Saya mengira dia telah bekerja dengan baik. Tidak tahunya semua hanya kamuflase belaka. Semua pekerjaan itu menjadi kedok untuk melakukan penipuan terhadap saya dan keluarga.”
“ Jadi paman telah mempekerjakan orang yang tidak diketahui asal usulnya?”
“ Benar sekali anakku,paman telah melakukan kekhilafan yang sangat besar sekali.”
“ Sudahlah paman,kita tidak boleh terlalu menyesali apa yang sudah terjadi. Lebih baik sekarang kita menatap ke depan dan segera menemukan kembali dik Alexa. Saya sudah merasa sangat khawatir dengan keselamatannya,apalagi setelah paman mengatakan hal itu tadi.”

Matahari mulai bersinar terang,menyaput sisa hujan dipagi hari. Kehangatannya memberikan kesempatan kepada penduduk bumi untuk dapat lebih menikmati hari-hari. Setelah menyelesaikan sarapan,Bayu kembali menuju kebelakang rumah. Ada getar aneh yang menuntunnya untuk memeriksa setiap jengkal sudut halaman di belakang. Sumur adalah tempat pertama yang diperiksa,dengan seksama lelaki itu mengamati semua tanda. Jejak langkah kaki manusia tidak mungkin lagi dapat diamati dengan baik. Hujan telah mengaburkannya dengan luruh bersama tanah dan genangan air.
Satu-satunya petunjuk yang dapat dicari hanyalah benda-benda mencurigakan yang mungkin saja terjatuh dengan tanpa disadari pemiliknya. Sidik jari lebih sulit lagi,karena polisi yang memiliki alat lengkap hanya dapat menemukan sidik jari Alexa dan nenek Ningsih saja. Sidik jari itu menempel pada dinding dan tembok rumah. Serta meja kursi dan juga bangku serta parabot rumah makan.
Tiada satupun bukti di kepolisian yang mengarah pada kehadiran orang lain saat peristiwa itu terjadi. Semua semakin gelap dengan tanpa ada seorang saksipun yang melihat terjadinya peristiwa. Semua tetangga dikanan dan kiri rumah tidak melihat gerak-gerik mencurigakan dari orang lain yang masuk keperkampungan saat kejadian terjadi. Begitupun dengan petugas jaga yang pada saat kejadian juga tidan mendapati kehadiran orang lain masuk kedalam perkampungan.
Mereka juga dengan kompak menjawab bahwa tida melihat Alexa keluar dari desa Ngadirejo. Raibnya barang bawaan dan Alexa sendiri telah menjadi sebuah misteri yang sangat sulit untuk dipecahkan. Menduga bahwa ada kehadiran makhluk gaib didesa ini menjadi desas desus baru yang berhembus kencang setelah fitnah terhadap Alexa terbantahkan. Banyak yang percaya gadis itu diculik oleh makhluk gaib penunggu hutan.
Bayu terus menyusuri langkah kakinya hingga jauh kebelakang. Pemuda itu terus mencari dibelakang sumur,barangkali ada benda yang tertinggal dan bisa dijadikan barang bukti. Parang ditangan kanannya menyabet tak beraturan pada segerombolan semak dan perdu yang menghalangi jalannya. Dengan sekuat tenaga,beberapa batuan berhasil disisihkan.
Bayu segera berlari ketika melihat sebuah kain di kejauhan. Kain itu semakin dekat semakin terlihat seperti pakaian. Begitu dekat,Bayu memungut pakaian itu. Benar sekali bahwa pakaian itu adalah pakaian milik Alexa,gadis tersebut sering mengenakannya ketika berada dirumah. Bayu menciumi pakaian itu,menumpahkan kerinduannya kepada sang pemilik pakaian.
Dengan sukacita dan semangat yang membuncah lelaki itu segera mencari bukti baru yang lebih meyakinkan. Matanya tertuju kepada sebuah tas hitam yang teronggok diantara rerimbunan semak belukar,resletingnya terlihat terbuka seperti dilemparkan begitu saja dengan terburu-buru. Bayu sangat yakin tas hiatm itu adalah milik Alexa,tas itulah yang dipakai untuk menyimpan barang-barang ketika akan bepergian kemanapun. Semakin berbinar mata elang Bayu,dipungutnya tas itu bagai seorang anak kecil yang mendapatkan mainan baru.
Bayu berlari secepat kilat kearah rumah,seluruh isi rumah dibuat bingung dengan tingkah lakunya yang kekanak-kanakan. Haji Tanjono yang baru saja selesai berganti pakaian segera menghampirinya,begitupun dengan pak Abdul Mukid dan beberapa wanita yang kebetulan membantu dirumah itu. Masih dengan terengah-engah Bayu menunjukkan tas hitam yang ditemukan,lengkap dengan semua isi dan barang bawaan yang sempat terserak disepanjang rerumputan.
“ Ada apa ini nak Bayu? Apa ini semua?” tanya haji Tanjono. Dengan masih mengatur nafasnya yang naik turun Bayu segera menjelaskan barang temuannya tersebut. Mereka hanya bisa menggeleng-geleng dan takjub atas kecerdasan dan semangat tanpa putus asa pemuda itu. Ditengah perasaan berduka,ternyata naluri Bayu lebih peka terhadap sekelilingnya.
“ Ini pak,apakah bapak masih ingat dengan tas hitam ini? Bapak pasti belum lupa jugakan dengan tas ini? Ini milik dik Alexa pak. Semua barang inilah yang dibawa dan dipakai sejak pergi meninggalkan rumah.”
Haji Tanjono tampak mengamati semua barang-barang yang baru saja ditemukan oleh Bayu. Perasaannya berdesir begitu hebat melihat semua barang-barang milik putri tercintanya itu. Perasaan khawatir dan senang bercampur aduk seperti sebuah jus berbagai macam buah-buahan yang dipadukan menjadi satu. Senang karena ada sebuah petunjuk dan bukti baru  yang mungkin saja dapat menuntunnya kembali kepada putrinya yang menghilang secara misterius. Khawatir karena takut terjadi sesuatu dengan putri semata wayangnya itu.
Dengan diketemukannya barang-barang Alexa,secara otomatis dugaan pertama bahwa Alexa meninggalkan tempat ini karena pulang untuk menjemput Bayu terpatahkan. Opsi kedua bahwa Alexa diculik semakin menguat dibenak masing-masing kepala yang hadir disana. Bayupun tidak mampu untuk menerjemahkan isi hatinya,apakah dia benar-benar merasa bahagia atau merasakan sedih dan khawatir terhadap keselamatan gadis itu.
“ Benar sekali nak Bayu,ini adalah barang-barang Alexa,dimana nak Bayu menemukan ini? Kita harus secepatnya melaporkan hal ini kepada polisi,saya sangat khawatir dengan keselamatannya.”
“ Saya menemukan semua barang itu teronggok disemak-semak yang ada dikebun di belakang sana pak,sebagian isi dari tas ini tadinya terbuarai dan harus saya pungut satu persatu. Saya harap ada sebuah petunjuk yang bisa membawa kita menemukan dik Alexa pak.”
“ Saya sangat setuju dengan apa yang dikatakan dik Tanjono, nak Bayu. Lebih baik kita segera melapor kepada pihak kepolisian. Dengan melaporkan kejadian ini,kita berharap ada sebuah bukti yang bisa menjadi petunjuk keberadaan nak Alexa. Baiklah kalau begitu,saya akan pergi bersama pak Kusno untuk melaporkan temuan kita ini,agar semakin terang dan jelas jalan yang dapat membawa kita menemukan nak Alexa.”
“ Baiklah kalau begitu kanda Mukid,kami akan menunggu kabar baik dari kanda ditempat ini. Dan kamu nak Bayu,lebih baik juga sabar menunggu disini. jangan kemana-mana sampai polisi datang. Mereka akan memerlukan semua keterangan dari nak Bayu.”
“ Baiklah kalau begitu,saya berangkat dulu. Assalamu’alaikum...”
“ Walaikum salam warahmatullahi wabarrakatuh...”
Setelah kepergian pak Abdul Mukid dan pak Kusno, Bayu hanya berjalan-jalan disekitar rumah. Kakinya sudah sangat gatal untuk melangkah mencari Alexa. Namun pesan dari haji Tanjono selalu terngiang dalam telinganya. Kepatuhan kepada orang yang telah merawatnya adalah sebuah bentuk pengabdian terbaik. Usaha untuk membalas semua hutang budi kepada orang tua itu. Dimanapun,Bayu selalu berusaha membuat haji Tanjono dan Alexa bahagia,bagaimanapun keadaan yang harus menimpanya,pengorbanan apapun yang harus dilakukan,asalkan untuk mereka akan dikerjakan dengan senang hati serta keikhlasan dan kerelaaan.
            Bahkan jika harus mengorbankan nyawa sekalipun,Bayu akan dengan senang hati merelakan nyawanya untuk ditukar dengan nyawa mereka berdua. Bagi Bayu,bisa hidup sampai sejauh ini adalah sebuah anugrah yang diberikan oleh yang maha kuasa. Melalui perantaraan haji Tanjonolah,tangan-tangan malaikat secara bahu membahu mengatur hidupnya,mengentaskan raganya dari jalanan dan kemiskinan,memberikan tempat tinggal dan pakaian yang layak,serta makanan yang memenuhi syarat kesehatan. Tanpa ada pertolongan dari keluarga itu,Bayu tidak akan ada apa-apanya. Mungkin saja dia akan menjadi preman dan penjahat jalanan,atau bahkan mati karena kelaparan.
            Menunggu,adalah sebuah pekerjaan yang paling membosankan. Begitulah pepatah pernah mengatakan,dan hari ini Bayu benar-benar merasakan kebosanan itu. Dia hanya bisa mondar-mandir tidak jelas disekitar rumah. Terkadang duduk berselempang dengan kaki yang dilempar-lemparkan kedepan,meremas-remas tangannya yang tidak gatal karena merasakan gemas sekaligus cemas. Bayu benar-benar telah merasakan lamanya waktu yang berputar. Ingin rasanya berlari menembus gelapnya hutan dan mencari Alexa seorang diri.
            Menjelang tengah hari dua orang anggota polisi datang bersama pak Abdul Mukid dan pak Kusno. Dengan berbagai alat identifikasi mereka langsung bekerja dan memeriksa tas yang ditemukan oleh Bayu. Beberapa pertanyaan tentang tempat ditemukannya tas,bagaimana posisinya dan ada barang apa saja ditanyakan penyidik. Mereka berusaha mengumpulkan bukti-bukti yang mengarah pada seseorang. Kepala mereka hanya mengangguk-angguk ketika mendengar penjelasan,tiap kata dan kalimat itu dicatat dalam buku saku kecil yang juga berfungsi sebagai alat perekam data yang berupa tulisan. Tuduhan itu kini sangat kentara mengarah kepada Minarni,wanita itu telah dilaporkan pak Abdul Mukid karena memiliki motif dendam tersendiri kepada Alexa dan dirinya.
Menurut catatan yang ada dikepolisian,memang ada gerombolan penjahat yang sering beroperasi disekitar hutan Caruban. Para penjahat tersebut dipimpin oleh seorang wanita yang dikenal dengan nama kupu-kupu hutan. Pernah sekali gerombolan tersebut tertangkap,akan tetapi sayang sekali karena mereka berhasil lolos dengan cara menjebol atap Mapolsek dan berhasil mencuri dua pucuk pistol Barreta beserta dua belas amunisinya.
***
 Malam kedua tetap menjadi malam yang mencekam bagi Alexa. Sebuah ritual rutin harus dijalaninya kembali malam ini. Tubuhnya kembali diseret oleh Minarni mendekati tepian kolam,wanita itu memandangnya dengan angkuh sebelum kembali menyiksa Alexa. Rencana mereka tadi siang telah benar-benar gagal total. Sarju dan Yudi hampir saja dihakimi massa kalau saja mereka tertangkap ketika menjambret seorang perempuan tua yang dibonceng seorang tukang ojek. Aksi yang dilakukan ditengah pasar itu kepergok penjaga pasar yang langsung berteriak jambreet dan mengejar mereka.
Puluhan orang yang mengejar itu terus membuntuti mereka hingga ke ujung hutan,membawa senjata apapun yang bisa dibawa. Kayu dan bambu sebesar lengan orang dewasa mereka acung-acungkan siap menghakimi Sarju dan Yudi. Dengan nafas ngos-ngosan dan berlari berpencar untuk memecah massa,mereka akhirnya bisa lolos juga. Kalau bisa tertangkap,mungkin saja mereka akan menjadi manusia bakar. Sudah banyak pencuru yang dibakar hidup-hidup oleh massa. Membayangkannya saja Sarju dan Yudi bergidik karena ngeri.
Minarni setali tiga uang dengan mereka,hampir saja dia tertangkap ketika masuk kampung disore hari tadi. Bayu yang melihatnya berada disekitar sumur dibelakang rumah segera mengejarnya. Langkah kaki Bayu yang cepat hampir saja dapat menangkapnya. Sebuah tembakan pistol berhasil menghentikan langkah pemuda itu,ganti ia yang berbalik arah dan kembali ke perkampungan.
Namun demikian, setidaknya ada sebuah informasi penting yang didapat. Wanita itu telah benar-benar tahu keberadaan orang tua dari Alexa. Ternyata mereka menginap dan sedang berada dirumah tersebut.
Dengan dua kegagalan itu,Minarni telah dibutakan oleh naluri untuk membalas dendam. Dengan kejam ditendangnya tubuh Alexa. Sayang,Alexa telah lebih kuat malam ini. Perutnya yang tidak lagi lapar karena mendapat sepotong roti disiang hari serta dahaganya yang telah terpuaskan oleh air hujan membuat tenaganya hampir pulih. Tendangan Minarni dengan sukses ditangkap oleh tangan Alexa. Sebuah sentakan membuat tubuh Minarni hilang keseimbangan,kakinya yang mencoba memijak ujung kolam terjerembab dalam dan tercebur kedalam kolam.
Byuuur...suara tubuh Minarni yang masuk kedalam kolam mendapat sambutan tawa yang meriah dari dalam rumah. Rupanya keempat orang anak buah Minarni yang berada didalam rumah tidak mengetahui bahwa sang bos kecebur kedalam kolam. Mereka mengira bahwa Alexa yang tercebur seperti kemarin. Tinggal menunggu perintah sang bos untuk mengangkat gadis itu jika telah pingsan.
Alexa memanfaatkan kesempatan yang ada. Dalam remang cahaya bulan ia segera berlari menuju kedalam hutan. Jalan setapak yang gelap dan berbahaya tidak lagi menjadi halangan. Alexa ingin berlari dan berlari sejauh mungkin,meninggalkan semua beban yang telah dua hari ini menyiksanya. Rasa perih akibat luka yang diderita tidak lagi dirasa. Tujuan yang paling utama hanyalah menjauh sejauh-jauhnya dari pondok laknat yang telah membelenggu kebebasannya.
Barisan perdu yang tingginya hampir setinggi leher Alexa berusaha menghalangi gadis itu. Seperti barisan kawat berduri yang membatasi mahasiswa dalam melakukan demo. Rembulan yang mengintip di ujung malam menjadi penerang langkah,samar cahayanya terus menemani bayangnya yang ketakutan. Hutan telah benar-benar menjadi teman dalam membagi duka bagi Alexa. Ketika dikira langkah yang dijalani telah cukup jauh,Alexa berhenti. Dadanya terlihat turun naik menahan napasnya yang tersengal-sengal. Dicobanya mengatur pernapasan seteratur mungkin,mengistirahatkan kakinya yang mulai pegal-pegal karena terlalu jauh berlari. Belum pernah sekalipun gadis itu berlari secepat ini.
Alexa menyandarkan tubuhnya pada sebuah pohon jati. Mata gadis itu jauh meneropong angkasa,memandang samar rembulan yang tidak pernah lelah membagi cahayanya. Dibiarkan saja tubuh itu merosot hingga terduduk pada pokok pohon jati. Alexa mulai menangis,airmata itu tertumpah begitu deras seperti derasnya gerimis tadi pagi. Bukan peristiwa penculikan ini yang membuatnya bersedih. Bukan ketakutan karena berada dalam hutan sendirian pada tengah malam yang membuatnya takut,bukan binatang buas yang membuatnya begitu cemas menatap kehidupan. Malam ini benar-benar hatinya telah terbakar rindu,rindu itu terus mengakar yang menimbulkan tunas baru. Tunas-tunas yang tidak mudah untuk dipangkas oleh kemarau. Tunas yang sulit mati meskipun telah dibakar dengan api yang menyala ribuan kali.
Semakin coba dipadamkan,rindu itu akan semakin menggelegak,menujukkan kuasanya pada hati Alexa yang terus ditawannya. Setiap jengkal hatinya telah benar-benar dipenuhi oleh rindu,rindu itu begitu kuat menyerang hingga pertahanan terakhir raganya,membuat hidupnya seperti padi yang tidak tersiram air jika rindu itu tidak bertemu dengan orang yang dirindukan. Rindu yang berpangkal pada sebuah cinta yang telah mengakar erat dalam dadanya.

Minarni benar-benar merasakan tubuhnya mati rasa,dengan sekuat tenaga diayunkan tangan menuju ketepian. Suaranya sampai serak berteriak-teriak meminta tolong,keempat anak buahnya masih saja tertawa-tawa didalam rumah. Mereka belum tahu jika tawanannya telah kabur sejak tadi,dipikir suara Minarni yang sedang meminta tolong adalah suara Alexa yang sedang menikmati siksaannya.
“ Si bos ternyata sadis juga ya,dari tadi menyiksa wanita itu hingga sudah lebih dari empat puluh lima menit belum kelar juga.” Celetuk Kohar sambil berkacak pinggang setelah derai tawa mereka berhenti.
“ Benar juga,apa tidak mati nanti gadis itu?”
“ Sudah tenang saja,selama masih bisa berteriak berarti gadis itu tidak pingsan,apalagi mati.”
“ Apa susahnya juga kalau gadis itu mati,tinggal kubur habis sudah perkara.”
Yudi,Sarju dan Parmin menimpali secara bergantian. Sangat mudah untuk mengomentari sebuah pernyataan. Kenyataan yang terjadilah yang perlu diwaspadai. Bisa saja apa yang terlanjur kita bicarakan ternyata akibatnya telah lebih buruka dari itu.
Minarni berhasil menggapai tepian kolam,tangannya mencoba menggapai apapun yang bisa dijadikan pegangan. Mencoba mengangkat badannya yang masih berada didalam kolam. Beberapa kali Minarni mencoba melemparkan tubuhnya ketepian,beberapa kali pula wanita itu gagal mengangkat tubuhnya. Umpatan –umpatan kasar terus terlonatar dari mulutnya,mengutuk keberanian Alexa yang telah menjatuhkannya ke kolam,juga mengutuk anak buahnya yang tidak segera datang untuk menolong dan meyelamatkannya dari dingin yang merajam.
“ Kohar,Sarju...cepat kemari,tolong aku...”
Teriakan Minarni hanya serupa rintihan,suara itu begitu serak hingga dengan mudah terhapus angin malam. Bibir wanita itu telah membiru,wajahnya pucat dan gemetaran menahan dinginnya air kolam. Kedua tangannya mulai memucat dan mati rasa,bercampur gelisah menunggu bantuan yang tidak segera datang.
Kohar segera tersadar ketika sudah tidak ada lagi teriakan. Lelaki itu merasa penyiksaan telah selesai karena tidak ada suara lagi. Suasana kolam benar-benar terasa sangat sepi,kecipak air sebagai tanda orang yang berenang tidak ada lagi. Juga suara erangan yang semenjak tadi terdengar telah hilang seperti ditelan bumi. Dengan langkah secepat mungkin Kohar berusaha melihat sekeliling kolam.
Kolam terlihat sangat tenang,Kohar mengedarkan pandangannya pada apapun yang berdiri pada tepian kolam. Tidak ditemukan sang bos berdiri ditepi kolam. Juga dalam kolam tidak ditemukan tanda-tanda ada kehidupan. Perlawanan gadis itu hanya serupa sepoi yang menghembus sebentar lalu musnah ditelan mimpi. Samar bulan tidak menemukan sebentuk manusiapun dengan tanda-tanda kehidupan. Kohar mencari lebih kebelakang,kolam yang berada dibelakang juga terlihat sangat tenang.
Kohar berputar mengitari sisi kolam menuju kesebelah kiri rumah,dengan hati-hati dan sikap waspada penjahat itu memasang nalurinya kuat-kuat. Terasa ada kejanggalan yang sedang terjadi. Begitu dekat dengan tepian kolam disebelah kiri rumah,dari jauh terlihat sebuah tubuh teronggok dalam diam. Tubuh itu telungkup menghadap tanah dengan kedua tangan jauh terulur kedepan. Setengah badan dan kaki tubuh itu masih didalam kolam. Ragu-ragu Kohar untuk mendekati tubuh itu,pikarannya telah terbagi antara tubuh Alexa atau sang bos yang sedang tergeletak tidak sadarkan diri.
“ Yudi,Sarju,Parmin. cepat kesini!!!” Kohar memerintah ketiga anak buahnya untuk mendekat.
“ Ada apa bos?” Sahut Yudi setelah mereka bertiga telah benar-benar mendekat.
“ Lihat itu...” Tangan Kohar menunjuk pada sesosok tubuh yang teronggok.
“ Segera lihat,tubuh siapa itu. Dari tadi saya tidak menemukan bos dan gadis itu. Mereka seakan hilang ditelan bumi. Tubuh itu pasti salah satu dari mereka. Cepat angkat tubuh itu.!”
“ Baik bos ! “
Ketika mengangkat tubuh wanita itu,mereka terperangah. Ternyata wanita itu adalah Minarni,sang bos. Dengan tergesa-gesa mereka segera membawanya masuk kedalam pondok,memberikan selimut hangat dan membuat perapian. Sebuah minuman hangat segera dihidangkan oleh Kohar.
“ Kalian bertiga,cepat cari gadis itu sebelum dia berlari jauh,ternyata suara orang kecebur dalam kolam tadi adalah bos. Wanita itu harus segera ditangkap hidup atau mati. Tidak ada yang boleh kurang ajar dengan melakukan semua ini kepada kita. Kalian mengerti?”
“ Mengerti Bos “ ucap mereka serentak. Kepanikan sangat kentara diwajah mereka bertiga. Ketakutan bahwa gadis itu akan bercerita dengan warga desa tentang keberadaan gerombolan tersebut tentu akan sangat membahayakan. Bisa jadi lahan penghasilan mereka akan musnah karena sulitnya mencari mangsa. Belum lagi bila tertangkap polisi dan dipenjara,atau bahkan tertangkap massa dan dihakimi saat itu juga.
Bertiga mereka menyusuri jalan disekitar kolam. Sorot lampu senter diarahkan kesegala penjuru untuk menemukan sesuatu. Setelah dirasa tanpa hasil yang berarti,buruan mereka alihkan untuk masuk kedalam hutan yang berada didepan pondok. Terbersit niat untuk berpencar guna mempermudah dan memperluas daerah pencarian. Namun,rupanya mereka cukup khawatir dengan keselamatan pribadi masing-masing. Bagaimanapun hutan ini akan berbahaya dimalam hari. Meski sudah sangat mengenal hutan ini disiang hari,pada malam hari tetap saja tersimpan misteri yang tidak mudah untuk dimengerti.
Jebakan yang sempat mereka buat untuk menghalau penduduk mendekati area pondok bisa saja mencelakai mereka sendiri. Belum lagi keberadaan binatang buas yang setiap saat mengintai.

Bayu berdiri diberanda rumah. Wajahnya tampak menunjukkan kegelisahan yang sedang terjadi. Tadi pemuda itu mencoba memejamkan mata,tetapi bayangan Alexa sangat sulit lepas dari pandangannya. Ada suara-suara aneh yang memanggil jiwanya untuk segera bangun dari tidurnya. Seberkas cahaya seakan menuntunnya untuk turun kehalaman,menemukan bisikan ghaib yang terus mengajaknya melangkah menuju hutan. Bayu sempat terdiam dalam kesadarannya,antara menuruti bisikan dalam hatinya atau kembali kekamarnya dan tidur untuk mengistirahatkan pikirannya.
Keputusan yang harus di ambil hanya ada dua jalan yang harus segera diputuskan,kembali kekamar dan berangkat mencari esok pagi atau pergi hari ini dan menuruti naluri. Malam semakin merangkak mendekati sepertiga terkhirnya. Bayu memutuskan masuk kedalam rumah,mengambil air wudhu dan melakukan Qiyamul lail. Dengan khusyuk pemuda itu berdua,memuji Allah swt,Tuhan pemilik segalanya.
“ Ya Allah ya rabb,demi langit dan bumi yang telah engkau ciptakan,demi bintang-bintang yang menjadi penerang,demi rembulan yang cahayanya teduh menenangkan. Ya Allah ya rabb,tiada tuhan yang patut disembah selain Engkau,tiada yang pantas menerima segala puja dan puji selain Engkau yang maha mendengar lagi maha mengetahui. Maha memberi dan maha melindungi. Ya Allah ya Rabb,hamba hanyalah manusia lemah yang rendah dan penuh dosa.”
“ Ya Allah,tolonglah diriku ini,kasihanilah hambamu yang tidak berdaya ini. Sesungguhnya tiada kemampuan yang melebihi kekuatanMu,tiada kekayaan yang melebihi kebesaranMu. Hamba hanya manusia yang selalu meratap dan merintih,manusia yang selalu mengharap belas kasih. Ya Allah,mudahkan segala jalan pertemuan kami,mudahkan jalan mempersatukan hati kami dan berikan keselamtan kepada kami.”
“ Ya Allah ya Rabb,selamatkanlah Alexa jika dia sedang dalam bahaya,berikan kekuatan dikala dia lemah,selimuti dia dari dingin yang menyiksa,payungilah dari panas yang membakar hari-hari,teduhkan ia dari hujan yang mengguyur bumi.”
“ Ya Allah,mudahkan jalannya kembali jika dia sedang tersesat,sembuhkanlah dari segala penyakitnya,bebaskan dari belenggu bahaya yang melingkar disekitarnya,tuntunlah ia kembali untuk menjumpaiku disini,mencari rodhoMu dalam menggapai mahligai suci. Ya Allah,kabulkan semua doa kami ini,amiin.”
Demikian ratapan Bayu dalam doa khusyuknya setelah melaksanakan shalat malam itu. Kepercayaan dirinya terasa membumbung menuju angkasa,membelai langit agar turut menyediakan kehangatan,menggugah bumi agar selalu terjaga dan memberikan perlindungan. Pohon-pohon terpilih untuk menghembuskan kepercayaan atas kehadirannya. Dan angin selalu membisikkan kata-kata rindu agar terus tumbuh serta mengganti tunasnya yang selalu baru.
Bayu menyiapkan segala sesuatu dalam keheningan. Tidak seorangpun yang boleh tahu niat dan perbuatannya. Menutup rapat rencana yang kita susun untuk menentang bahaya mungkin bisa sedikit menyelamatkan orang lain. Dengan berangkat sendiri dalam kegelapan,Bayu berpikir bahwa akan lebih mudah bergerak dan tidak repot dalam perjalanan,tidak banyak pertimbangan dalam menentukan apa yang harus segera dilakukan serta tidak harus banyak berhenti karena adanya keluhan.
Dengan langkah yang mantap Bayu menyusuri jalanan setapak menuju hutan,jalanan itu terlihat gelap oleh perdu dan dingin oleh embun dinihari. Rembulan yang terlihat samar diatas sana mulai condong ke barat,menyisakan ruang pada matahari yang beberapa jam lagi akan segera terbit. Daun-daun berdesah tertiup sepoi,sebagian dahannya melambai-lambai seakan memberi kabar akan kedatangan Bayu. Panggilan itu semakin kuat dan terus menguat dalam jiwanya. Menghentak-hentak debar yang seakan dipacu lebih kuat menyambut pujaan hati.
Bayu berdiri dipersimpangan,langkahnya dipaksa berhenti untuk memilih. Salah satu langkah saja bisa menimbulkan penyesalan seumur hidup. Jalan itu tertutupi oleh perdu dan terlihat jarang dilintasi orang,satu jalan lagi adalah jalan setapak yang sama dengan yang dilintasi Bayu sebelumnya. Dalam kebimbangan jiwa itulah,kembali sebuah bisikan memanggilnya. Arah bisikan itu sama persis dengan pilihan dalam hatinya,mungkinkah hati yang telah menuntun Bayu menemukan tambatan hatinya? Ataukah hati kedua insan itu benar-benar bersatu untuk ditemukan?
Bayu memilih jalan yang berbeda dengan yang dilalui sekarang. Tidak banyak orang yang pernah melintasi jalan itu. Dalam pengalamannya selama ini,orang cenderung memilih jalan yang mudah dan banyak dilalui orang banyak,kecuali jika orang tersebut memiliki tujuan-tujuan tertentu,termasuk seorang penjahat akan lebih senang untuk melalui jalan yang belum pernah dilalui orang lain agar dapat tersamar persembunyiannya. Jika pikiran Bayu kali ini benar,mungkin saja dia akan beruntung dapat bertemu dengan Alexa maupun penculiknya.
Hutan ini benar-benar telah seperti rumah bagi Bayu,dalam setiap khayalnya,hutan ini sangat dikenalnya. Bayu terus dituntun semakin masuk dan masuk kedalam hutan. Hingga pepohonan yang beraneka ragam itu menelan semua bayangannya. Bayu benar-benar telah hilang ditengah hutan. Hutan yang selalu menyimpan misteri dalam kegelapannya.

Alexa benar-benar merasakan tubuhnya begitu rapuh. Kakinya sangat sulit digerakkan untuk menuju kegelapan. Hutan ini seakan benar-benar menelan tenaganya. Sekaligus menolongnya untuk dapat menyembunyikan diri dari para penjahat yang mengejarnya. Sesaat lamanya Alexa masih belum beranjak dari pohon jati tempat pertama kali dia berhenti. Akar-akar pohon itu serupa ibu yang membelai jiwanya,memeluk dan melindunginya dari dinginnya malam.
Alexa ingin semua pikirannya terhapus malam ini,sejenak menikmati jengkal ketenangan jiwa yang timbul tenggelam bersama desau sepoi yang menyentuh ujung rerumputan,perdu dan dedaunan. Dingin hanya membelai kulitnya yang mengering dan menahan perih. Jiwa Alexa terasa hangat hingga menjalar pada tubuhnya yang tetap bersandar. Direbahkan kepala gadis itu pada sebuah akar yang menjulur sebesar paha orang dewasa. Tubuhnya semakin merosot ketanah hingga rebah beralaskan rerumputan. Dalam kegelapan seperti ini,sulit membedakan antara akar atau manusia yang sedang terbaring lemah itu.
Sepi menjadi lagu yang terus-menerus dinyanyikan malam ini,kidungnya sebagai penghantar lelap memberikan aroma alam menjadi lebih mudah dikenali. Cahaya keperakan rembulan seakan memberikan sentuhan kelembutan yang begitu halus dan menentramkan. Tutur jangkrik dan tenggeret bergantian menceritakan kisah-kisah baru yang terus-menerus menjadi lagu.

Minarni baru saja tersadar dari pingsannya ketika tiga orang anak buahnya kembali. Wajah wanita itu masih terlihat pucat setelah hampir saja menyentuh garis kematian. Kalau saja Kohar tidak menemukannya,mungkin saja wanita itu akan mengalami kolaps karena hipotermia. Selimut tebal yang menutupi tubuhnya semakin dirapatkan,sangat sulit membayangkan ketakutan seorang penjahat seperti saat ini.
Bau kematian telah membuat pikiran wanita itu mulai berubah,berbelok seratus delapan puluh derajat dan berbalik arah. Hanya diam dalam pandangan kosong yang dilakukan,membuat keempat orang anak buahnya menjadi takut telah terjadi sesuatu yang menimpa sang bos.
Tidak satupun hal yang dapat dilakukan malam itu,mereka berlima hanya mematung dalam diam yang terus merayap dan meresap dalam masing-masing jiwa. Tubuh yang diam itu ternyata menyimpan sebagian besar angan dalam benak mereka. Mimpi-mimpi yang ingin diraih serupa tetesan air yang meruntuhkan batuan. Membakar dada yang terbakar rasa bersalah atas dosa yang pernah terjadi dimasa lalu. Membayangkan ngerinya diri tanpa anak dan cucu,tanpa keturunan yang bisa melanjutkan garis hidup adalah seperti memikirkan kekosongan hati. Hampa dan tidak berisi.

Bayu telah jauh merambat dalam malam yang merayap,waktu telah beranjak sedemikian jauh untuk menjemput terang. Sebentar lagi pagi akan menjelang,embun-embun segera berganti kilau mentari. Dingin akan menemukan kehangatan yang selalu dirindukan,samar bulan yang pucat diatas sana segera berganti langit biru bening dengan awan tipis yang terus berganti.
Warna pepohonan menjadi kecoklatan ketika sinar mentari benar-benar tumbuh,daun-daun membuka stomata untuk menyerap sebanyak mungkin sinarnya. Sebelum akar masuk jauh kedalam tanah untuk mencari zat hara,mengantarkannya kepada batang yang meneruskannya kepada ranting dan dedaunan. Pada hijau daun yang diwarnai klorofil itulah,oksigen akan terproduksi,juga buah-buahan dan bebungaan yang mekar.
Dengan langkahnya yang belum putus,Bayu terus melangkah. Kantuknya telah sirna sejak dua hari yang lalu,mimpi buruk yang dialami membuat pemuda itu takut dalam setiap tidurnya. Tidur yang hanya bisa memberikan gambar klise tentang harapan dan masa depan yang dapat terjadi entah kapan. Tidur yang bisa membawanya jauh melintasi batas antara kenyataan dan fatamorgana yang mengancam.
Dahaga yang terus tumbuh terlalu menyiksa batin pemuda itu. Dahaga yang hanya bisa terpuaskan bila bertemu pujaan hatinya yang terkasih. Dahaga rindu yang membutuhkan tiap jengkal oase untuk melumurinya dengan rasa cinta dan kasih sayang.
Semakin terang,langkah Bayu semakin cepat. Berkejaran dengan waktu yang mengejarnya memburu penguasa hutan. Buruknya jalanan becek tidak membuat pemuda itu menyurutkan langkah. Semua kemampuan dikerahkan untuk menembus lebatnya hutan,menyusuri rerumputan yang tumbuh sempurna oleh hujan.
Bayu baru berhenti ketika jalanan kembali bercabang,napasnya terengah-engah seperti seorang pelari marathon. Dadanya turun dan naik tidak beraturan,bukan saja karena telah berlari jauh,hatinya yang begitu hebat gemetar dalam nada yang begitu sumbang,bibirnya mengering ingin dibasahi oleh setetes air penyambung kehidupan. Mulut Bayu terus komat-kamit mengucapkan nama Alexa, yang kadang disela dengan takbir dan doa sebagai penguat batinnya. Jiwanya kebat-kebit karena berada diantara jurang kecemasan,melayang jauh menjemput bayangan mimpi yang terlanjur membumbung tinggi.


Alexa mengerang pelan ketika mentari pagi menyilaukan matanya,gadis itu segera terbangun dari tidur karena kelelahan semalam. Beruntung tidak ada seekor binatang buaspun yang datang untuk menggangunya,jiwanya yang memutih karena cinta dan kasih sayang ternyata membuat hewan buas menjadi segan untuk mendekat. Hutan telah benar-benar melindunginya semalaman. Menjaganya dari gangguan mimpi buruk yang hampir selalu datang setiap kali Alexa berusaha memejamkan mata,selama berada dalam masa penculikan.
Tidak sulit menemukan arah saat ini,matahari pagi seakan membimbingnya dengan sinar lembutnya. Dari arah datangnya matahari,Alexa tahu bahwa arah timur yang sedang dituju adalah arah yang sama dengan terbitnya sang fajar. Dengan langkah gontai karena menahan sakit dan perih disekujur tubuh yang penuh dengan goresan luka ,gadis itu berusaha menapakkan kaki. Luka-luka yang diderita Alexa adalah luka akibat goresan perdi dan ranting pepohonan yang dilalui semalam,juga luka akibat penyiksaan yang dilakukan Marni beserta gerombolannya.
Berkas cahaya yang menembus kedalaman hutan seakan terus memanggil namanya,nama itu bergaung terpantul dari satu pohon ke pohon yang lain. Sepoi juga sempat mengirimkan sebuah kabar yang membuat hatinya tiba-tiba berdesir hebat. Langkah gontai itu terus menapaki lumpur sisa hujan kemarin,jeans biru  yang dikenakan sudah berubah warna dengan noda-noda tanah,tangannya sedemikian kotor dan penuh luka.
Nama itu kembali dipanggil,cukup pelan. Terus bergaung ditelinganya,dikejauhan sebuah bayangan tampak menuju kearah gadis itu. Bayangan itu timbul tenggelam diantara pepohonan dan perdu yang hampir setinggi leher orang dewasa. Alexa berusaha menyembunyikan dirinya,tertangkap dua kali dalam lubang yang sama membuat takut dirinya. Kelelahan telah benar-benar membuatnya sulit mengenali wajah seseorang,walaupun jarak yang tidak terlampau jauh dari tempatnya berdiri. Sebuah rerimbunan semak menjadi pilihannya ketika harus menyembunyikan diri,menghindar dari orang yang terus menggaungkan namanya.


Minarni telah mulai kehilangan kesabaran,dengan mengajak keempat anak buahnya,wanita itu berusaha menyusuri hutan. Sebuah pistol telah berada di tangan kanannya,begitu juga dengan Kohar. Yudi,Sarju dan Parmin masing-masing memegang golok dan samurai ditangan,sebuah pisau kecil terselip dipinggang. Golok itu tidak pernah berhenti menebas,batang-batang perdu dan ranting pepohonan menjadi sasaran. Setiap daun-daun itu tumbang dan berguguran selalu disertai bunyi yang memilukan.
Mereka bukan hanya terkenal sebagai bandit yang suka membunuh dan melukai orang,sesama makhluk tuhan pun jika menghalangi jalan akan dilenyapkan. Pohon-pohon tidak bersalah dan tidak bisa berjalan sekalipun harus menjadi korban kebiadapan mereka. Luka-luka yang terus-menerus ditimbulkan akan menjadikan dendam,dendam yang bisa membuat karma menghampiri mereka,merajam hati mereka hingga selalu merasa gelisah karena dosa.
“ Seharusnya gadis itu tidak bisa pergi sejauh ini,perutnya yang lapar tidak akan mampu menahan berat tubuhnya lagi. Belum lagi goresan luka yang telah kita berikan pasti tidak mudah untuk sembuh dalam semalam.”
“ Ada baiknya kita berpencar saja,dengan begitu kita akan lebih mudah menemukannya sebelum orang kampung yang melintas melihat keberadaan kita. Sangat berbahaya jika kita sampai terlihat mereka. Bagaimana menurut pendapat bos?”
“ Baiklah kalau begitu.Yudi dan Kohar berjalan kekanan. Saya,Parmin dan Sarju menyisir sebelah kiri. Temukan segera gadis itu,tangkap dia dengan hidup atau mati.”
“ Siap Bos!!!”
Mereka berlima segera berpencar,menyusuri jalan-jalan setapak yang berbeda-beda. Setiap lekukannya akan mengarah pada arah yang belum terjamah manusia. Jalan –jalan baru itu terus tumbuh seperti labirin yang menyesatkan,berputar-putar sebelum kembali lagi keposisi awal. Sebuah teka-teki yang tidak mudah untuk dipecahkan,misteri yang secara terus menerus meggoda para pengelana untuk mencoba dan merasakan sensasinya. Sebuah tantangan yang bisa membuat jiwa para petualang terbakar agar dapat menemukan simpul pembuka jalan.


Haji Tanjono begitu cemas pagi ini,juga dengan pak Abdul Mukid dan pak Kusno serta beberapa pemuda kampung. Kepergian Bayu secara mendadak membuat mereka harus membagi kekhawatiran akan keselamatan pemuda itu,juga dengan keselamatan Alexa. Mereka telah bersiap mencari kemanapun dua muda mudi itu pergi,peralatan yang dibawa sebagai bekal telah disiapkan sejak subuh tadi.
Seorang lelaki paruh baya akan menemani mereka mencari Alexa dan Bayu. Lelaki yang bernama pak Mandar itu adalah salah seorang pencari kayu dihutan. Lelaki itu sering sekali keluar masuk hutan demi sepikul kayu bakar. Pekerjaan yang dilakukan hampir selama delapan tahun itu tentu saja membuatnya hafal dengan keadaan hutan sebagaimana mengenali halaman rumahnya sendiri. Hutan itu seperti teman yang menemaninya dalam merengkuh siang atau malam. Menjaga dan memberinya nafkah dalam meraih penghidupan.
Tepat menjelang keberangkatan,empat orang anggota polisi bergabung dengan rombongan. Mereka ingin turut serta mencari keberadaan Alexa sekaligus untuk meringkus penjahat yang telah banyak sekali meresahkan masyarakat. Mereka telah dibuat begitu geram dan marah atas semua kejahatan yang dilakukan diwilayah hukum mereka. Dengan sebuah tekat pengabdian para polisi itu berjanji untuk menangkap Minarni,Kohar dan kawan-kawan baik itu hidup atau mati.
Senjata lengkap telah terkokang ditangan. Sebuah senapan serbu serta dua buah pistol menjadi pegangan. Tubuh penuh wibawa itu tegap berjalan paling depan,tanda pangkat dan lencana yang masing-masing terletak di pundak dan dada berkilau karena sinar matahari pagi. Memasuki pintu masuk hutan,dua orang anggota polisi hutan juga turut bergabung. Mereka ternyata juga sangat gemas dengan perusakan hutan yang dilakukan gerombolan itu. Setelah mengintai hampir selama dua belas hari,pondok yang terletak jauh didalam hutan itu teryata adalah para gerombolan perusak hutan. Mereka merusak pohon-pohon kecil yang baru ditanam,menebang beberapa pohon besar yang biasa dipakai untuk perlindungan. Pohon-pohon yang tumbang dibiarkan begitu saja teronggok diatas tanah. Hanya dahan –dahan sebesar lengan yang diambil sebagai kayu bakar penghangat rumah dari dinginnya malam.


Alexa semakin dalam menembunyikan diri,airmatanya menetes menahan kesedihan dan kerinduan. Bibirnya terlihat gemetaran karena rasa lapar dan kehausan. Sosok laki-laki itu terus berputar-putar disekitarnya. Terus memanggil namanya baik dengan lirih maupun teriakan. Gadis itu sudah terlampau sulit untuk bangkit lagi dari tempatnya bersembunyi. Kakinya terlalu gemetar untuk diajak menjejak tanah,tubuhnya benar-benar terlalu lelah untuk sekedar bangkit dari lindungan perdu.
Alexa mengenal suara itu,suara itu adalah suara yang selalu sejuk untuk menjadi pelipur luka hatinya,selalu tenang menerima dan membalas kata-kata darinya. Suara itu benar-benar telah menjadi penawar rindu tang terus mengobati dahaga dalam jiwanya yang gersang dan kerontang. Suara itu serupa bisikan yang membuat dadanya bergetar hebat serta menjaga jantungnya tetap berdetak.
Mata Alexa semakin lama semakin sayu,kelopak mata itu sudah hampir tertutup ketika suara itu menghilang. Semakin lama mata Alexa tidak dapat lagi terbuka,ada nyeri pada kakinya seperti sebuah gigitan yang terasa menyayat kulitnya. Dua titik luka memerah mengalirkan darah,darah itu serupa bius yang membuat mata Alexa semakin berat dan akhirnya harus terpejam sama sekali. Hanya detak jantung yang terus berdegup yang menandakan kehidupan gadis itu,tubuhnya sangat dingin serupa mengalami kebekuan,keringat dinginterus tumbuh dari kening dan dagu. Alexa hanya bisa merintih dan mulai mengigau.
Bayu menemukan Alexa sudah dalam keadaan setengah kehilangan kesadaran. Gadis itu terus menerus memanggil namanya. Dalam setiap gigil yang terjadi,tubuh itu seperti terlonjak-lonjak karena kejang-kejang yang dialami. Bayu meraba kaki Alexa,ada dua buah luka masih meneteskan darah merah. Pemuda itu menduga Alexa telah digigit oleh seekor ular berbisa. Segera disobek ujung bajunya,mengikat kaki gadis itu agar racun ular tidak menjalar kemana-mana. Beruntung bisa ular dapat dikeluarkan sebelum menjangkau jantung. Telat sedikit saja maka nyawa menjadi taruhannya.
Bayu segera mengangkat tubuh Alexa,dengan tenaga yang tersisa pemuda itu membopong tubuh gadis yang teramat sangat dicintainya. Bayu mencoba berlari,namun tenaga yang hampir habis hanya bisa menyeret kakinya sejengkal demi sejengkal,setapak demi setapak. Perasaan bahagia karena telah menemukan kekasihnyalah yang membuat pemuda itu kuat untuk menahan beban tubuh Alexa.
Sebuah kesalahan besar telah dilakukan pemuda itu dengan tidak membawa bekal yang memadai dalam perjalannya. Hanya sepotong roti yang telah dibawa,tanpa setetes pun air yang bisa menuntaskan dahaga. Bibirnya  semakin mengering seperti tanah yang kekurangan air,serupa dengan bibir Alexa yang juga terlihat sangat kehausan. Sebentar saja Bayu mencoba berhenti,mengumpulkan embun dari batang dedaunan,mengumpulkannya setetes demi setetes untuk menyadarkan Alexa.
Air yang terkumpul cukup banyak dari embun pagi diteteskan kedalam mulut kekasihnya,dengan rakus mulut itu mencoba menggapai air lebih banyak lagi. Tidak cukup rasanya telapak tangan Bayu yang membawakan air. Pemuda itu berusaha mengumpulkan air lebih banyak lagi,mencoba memotong akar yang banyak berisi air dengan menggunakan batu yang ditemukan. Dari sekian banyak percobaan,hanya sekali Bayu berhasil memotong akar yang menyimpan banyak air. Tangannya terasa perih ketika menerima air tersebut dalam telapak tangannya. Luka dan memar akibat memukul-mukulkan batu keakar tidak lagi dirasakan.
Bayu mengusap wajah kekasihnya dengan penuh kasih sayang. Membagi setetes demi setetes air dari tangannya. Membiarkan mulutnya sendiri mengering karena kehausan. Bayu sadar,berhenti terlalu lama ditengah hutan akan selalu mengundang bahaya. Bahaya itu bisa datang kapan saja untuk menjemput nyawanya. Binatang buas bisa segera datang menerkam,atau gerombolan penjahat itu berhasil mengejar dan menangkap kembali mereka.
Dengan sisa-sisa tenaga yang dimiliki,Bayu berusaha kembali membopong gadis itu. Tubuh yang terlalu lemah membuatnya terjerembab dan jatuh bangun dalam menggendong kekasihnya. Tanpa terasa air mata Bayu menetes,harapan pertemuan yang terjadi ditempat dan waktu yang lebih baik ternyata kandas. Justru Bayu harus berhadapan dengan kenyataan bahwa kekasihnya dalam keadaan sekarat,antara hidup dan kematian saja.
Bayu terus mencoba berdiri,menjaga keseimbangan tubuhnya agar tetap dapat berdiri dan membawa Alexa menjauh dari hutan. Terseok-seok kakinya melangkah,cukup berat membawa orang yang kehilangan kesadarannya apalagi berjalan melintasi hutan seperti saat ini,jalanan setapak yang becek dan penuh lubang,ranting dan perdu serta belukar dapat menghambat perjalanan orang yang sehat sekalipun. Terlebih dengan beban orang lain yang sama sekali tidak dapat berjalan karena pingsan.
“ Berhenti !!!” Sebuah sentakan menghentikan langkah Bayu. Pemuda itu menoleh,geram ia melihat dua orang memegang senjata api yang sedang diarahkan kepadanya. Beberapa saat kemudian tiga orang lagi bergabng dengan mereka. Bayu hanya bisa menunggu dalam diam,menunggu apa saja yang akan diperbuat oleh mereka. Bagaimanapun melawan akan sangat sia-sia,bisa saja senjata itu meletus dan merenggut nyawanya.
            “ Dasar wanita jalang,berani sekali kamu menjatuhkanku kedalam kolam. Lihat akibat perbuatanmu,sekarang aku harus berjalan tertatih karena luka dikaki ini.”  Minarni mendekati Alexa,menendang gadis yang tidak sedikitpun bergerak itu. Bayu mencoba menahan perbuatan wanita itu. Namun ujung pistol menahannya untuk melakukan apapun.
            “ Hai pemuda,sebaiknya kamu tidak ikut campur atas dendam dua wanita ini. Biarkan mereka menyelesaikan urusan mereka sendiri. Diam dan menontonlah,atau perlu aku meledakkan kepalamu?”
Kohar mengancam Bayu,pemuda itu hanya bisa diam memperhatikan semua hal yang akan dilakukan kepada Alexa. Minarni kembali menendang Alexa,kali ini tepat pada luka dikaki yang telah digigit oleh ular. Alexa hanya bisa mengerang dan merintih,matanya sulit sekali untuk terbuka. Kesadarannya benar-benar telah mendekati titik koma.
Sekali lagi Minarni mencoba menendang Alexa,Bayu berhasil mencegah kaki itu mendekati tubuh gadis pujaannya. Akibatnya tendangan itu mendarat didadanya karena Bayu memakai tubuhnya sebagai tameng.
“ Jangan !!! jangan melakukan ini,kumohon. Kalian boleh melakukan apapun kepadaku,tapi aku mohon jangan sekali-kali menyakiti Alexa. Dia terlalu lemah untuk menerima siksa dari kalian.”
Minarni mengurungkan niatnya  menendang Alexa. Ganti Kohar yang maju kedepan. Sebuah tendangan tepat mengenai wajah Bayu,pemuda itu terhempas kebelakang,pada sudut bibirnya darah segar mengalir.
“ Ha...ha...ha... Baiklah anak muda,itu yang kamu mau. Ayo anak-anak,segera kita habisi pemuda ini. Seberapa jauh ia dapat bertahan untuk tidak tumbang? Seberapa kuat dia akan mampu menahan tangan dan kaki kalian.”
Pukulan dan tendangan terus menerus mengalir menuju wajah,perut dan tubuh Bayu. Ia benar-benar menjadi sansak hidup bagi mereka berempat. Sebuah perkelahian yang tidak seimbang itu menimbulkan luka yang memerah hampir merata disekujur tubuh Bayu. Pemuda itu tersungkur tanpa daya,kehilangan kesadarannya. Kohar dan Yudi segera membawa tubuh Alexa,meninggalkan tubuh Bayu yang telungkup menghadap tanah. Erangan pelan terus terdengar dari mulutnya.
Doooor...sebuah letusan menyalak dari pistol Minarni. Disusul sebuah letusan lagi,yang membuat tubuh Bayu terlonjak karena kejut yang ditimbulkan oleh tembakan. Sebuah luka mengucurkan darah segar dipunggung pemuda itu,juga dibahu sebelah kanan yang tembus kedepan. Bayu tidak bergerak lagi,suara erangan tadi telah berhenti sama sekali.
Minarni yang mengira pemuda itu telah tewas segera menyusul teman-temannya,mereka berniat kembali kepondok tempat penyekapan Alexa. Dengan senyum penuh kemenangan wanita itu terus berjalan dengan penuh kepongahan. Kesombongan menguasai setiap relung jiwanya yang terbakar api balas dendam.



  

   





S E P U L U H

Demi mendengar suara letusan senjata,rombongan pencari dari kelompok haji Tanjono segera berlari kelokasi terjadinya penembakan. Beruntung ada anggota polisi hutan yang dapat dengan tepat memperkirakan arah datangnya suara. Biasanya gaung suara maupun bunyi apapun dihutan akan bergema hingga sulit menentukan asal dari sumber suara. Orang-orang yang kurang berpengalaman akan sangat sulit menebak dengan tepat sumber bunyi.
Dengan tergesa mereka segera menuju sumber suara. Berlari secepat mungkin melintasi perdu dan semak belukar yang terus menggangu. Dengan sekuat tenaga,seluruh energi dihimpun agar tidak terlambat sampai di tujuan.
Sesosok tubuh ditemukan tergeletak bersimbah darah ditengah hutan berdasarkan sumber suara tembakan. Haji Tanjono segera memeriksa tubuh itu,begitu melihat wajah dan ternyata itu adalah Bayu,haji Tanjono tidak dapat menahan perasaannya,dengan suara keras lelaki itu menagis. Tidak terbayangkan bahwa beginilah yang harus terjadi untuk merengkuh kebahagiaan putrinya. Ternyata sangat mahal harga yang harus dibayar dari sebuah janji yang di buat.
Haji Tanjono ingin terus memeluk tubuh itu,tubuh yang membuat dirinya selalu merasa bahagia karena kelucuan tingkah lakunya saat masih kecil. Tubuh yang selalu membuatnya takjub karena pengabdiannya yang secara tulus dan ikhlas berbakti kepada orang tua,walaupun orang itu bukanlah orang tuanya sendiri. Bagaiman perasaanya benar-benar harus teraduk kecemasan akan keselamatan pemuda itu,pemuda yang menemani hari-harinya yang panjang dan penuh cobaan,pemuda yang selalu diharapkan dapat menjadi penerus dari semua usaha dan pekerjaan yang pernah dirintis dan saat ini telah membesar. Pemuda yang selalu siap menjadi harapan terbesar dalam menopang kehidupannya.
Sebuah tangan mencoba menenangkan haji Tanjono,meskipun sama-sama merasakan kesedihan,lelaki itu lebih tegar. Lebih siap kehilangan keponakan yang baru saja ditemukan. Bayangan terburuk telah diantisipasi dengan baik,baru saja kehilangan sang ibu tercinta telah menjadi pelajaran terbaik agar tetap dapat memilih dan memilah kapan harus dapat menjaga perasaannya. Tawwakal atas semua takdir yang diberikan Allah swt adalah bagian dari ketaqwaan kepadaNya.
Salah seorang anggota polisi memegang tangan Bayu,denyut jantung dari pemuda itu masih terasa,menandakan kehidupan masih berada dalam genggamannya. Segera polisi itu meminta haji Tanjono untuk menjauh dari tubuh Bayu. Membalut luka pemuda itu dengan kasa yang dibawa untuk menghentikan pendarahannya. Dengan membuat tandu sederhana,Bayu segera dibopong kembali keperkampungan. Empat orang pemuda beserta pak Abdul Mukid diberi tugas untuk membawanya kerumah sakit dengan segera.
Anggota yang lain harus melanjutkan perjalanan untuk mengejar para penculik itu. Dengan semangat yang membumbung tinggi,mereka sadar bahwa mereka sudah sangat dekat dengan buruannya. Mereka harus lebih waspada mulai saat ini,terbukti para penjahat itu membawa senjata api yang siap menyalak dan mengancam nyawa siapa saja.
Dengan terburu-buru dan setengah berlari,anggota rombongan berjalan beriringan dengan waspada,dua orang anggota polisi berada didepan sambil menenteng senjata untuk melindungi anggota rombongan dibelakangnya. Dua orang anggota polisi hutan yang lain berada jauh disayap kanan untuk mengepung,disebelah kiri ada dua orang lagi anggota polisi.
Mendekati area pondok yang didalamnya para penculik telah kembali menyekap Alexa,terjadi ketegangan yang luar biasa diantara para pemburu. Tim buru sergap dari polsek dan polisi hutan itu mengendap-endap mendekati pondok yang dijadikan persembunyian para penjahat. Mereka terus mengepung dan mempelajari situasi disekitar pondok. Posisi pengepungan sangat ideal karena jalan keluar dari pondok hanya satu arah,itupun hanya sebuah jalan setapak. Kecil kemungkinan para penjahat bisa melarikan diri. Namun para anggota polisi dan polisi itu tidak boleh gegagah,salah perhitungan sedikit saja akan menimbulkan bahaya bagi nyawa mereka.
Haji Tanjono beserta pak Kusno dan beberapa pemuda berdiri agak jauh dari posisi pengepungan,senjata ditangan telah siap meringkus anggota gerombolan yang dapat lolos dari dalam pondok. Dengan penuh kecemasan dan kekhawatiran,mereka menunggu dengan penuh harap. Semua yang terjadi seperti membuat hati haji Tanjono diremas-remas. Dadanya berdebar-debar dengan kencang dan berharap para polisi segera dapat meringkus penjahat yang telah meresahkan.
Didalam pondok,gerombolan Minarni sedang menyiapkan semua bekal untuk perjalanan jauh mereka. Semua perlengkapan yang telah digunakan untuk bertahan hidup dihutan ini harus segera dipindahkan agar mereka terbebas dari incaran para anggota polisi dan polisi hutan,tidak mudah untuk menjalani hari-hari ketika berada diantara ketidakpastian nasib. Perasaaan was-was selalu menghantui,apalagi setelah peristiwa penembakan tadi.
Alexa masih terus terdiam dalam ketidaksadarannya,tubuh gadis itu semakin menggigil karena kelelahan dan bisa racun ular yang bercampur dalam darahnya. Meskipun Bayu berhasil mengeluarkan bisa racun,ternyata masih ada sisa racun dalam tubuh gadis itu yang terus menebarkan virus yang berbahaya. Demam Alexa semakin tinggi ketika gadis itu mulai mengigau,kesadarannya mulai tumbuh setelah sebuah guyuran air dari Minarni menyiram wajah ayunya.
“ Bagaimana ini bos,apa kita bawah saja gadis ini? Atau kita biarkan saja dia tewas ditempat ini?” tanya Kohar kepada Minarni,wanita itu terlihat berpikir,menimbang untung dan rugi jika membawa Alexa turut serta dalam rombongan. Bagaimanapun membawa orang yang tidak dalam kondisi sadar dalam sebuah pelarian akan menghambat pergerakan mereka.
“ Lebih baik tinggalkan saja gadis ini dirumah ini,dengan membawa serta gadis yang sudah sekarat dan hampir mati seperti ini akan menghambat perjalanan kita kedepannya. Tidak ada guna lagi gadis ini bagi kita,belum jauh kita berjalan mungkin gadis ini sudah mati. Kita tidak akan mendapatkan tebusan dari sebuah mayat.”
“ Kalian bergegaslah,kita harus secepatnya menjauh dari pondok ini,kita tidak pernah tahu kapan orang-orang itu akan datang kemari,yang jelas kedatangan pemuda tadi pasti akan disusul dengan rombongan yang lebih besar lagi.”
“ Benar sekali bos,kita harus segera berangkat,mumpung hari masih pagi dan belum banyak orang yang pergi kehutan ini. Para pencari kayu biasanya akan datang sesaat lagi.”
Mereka memakai penampilan yang tidak biasa dari sebelumnya,usaha penyamaran itu tentu saja bisa berhasil untuk mengelabuhi orang di perkampungan saja,tidak untuk anggota polisi yang sedang berjaga-jaga diluar pondok. Pengintaian yang sudah dilakukan pasti menghasilkan hasil seperti yang diharapkan.
Para polisi iti membiarkan gerombolan Minarni melintasi jalan setapak,begitu merasa yakin bahwa sandera dalam keadaan aman ,mereka segera bergerak. Dengan langkah hati-hati mereka mendekati target. Begitu semakin dekat,dengan lantang salah satu anggota berteriak memberi peringatan.
“ Jangan bergerak,kami polisi. Tempat ini sudah kami kepung,lebih baik kalian menyerahkan diri!!!”
Door,sebuah senjata menyalak dari kelompok Minarni,menembus bahu dari salah satu anggota polisi hutan. Ternyata mereka tidak mau menyerah begitu saja,dengan semboyan lebih baik mati berkalang tanah daripada hidup dipenjara,mereka berusaha melarikan diri.  
Para polisi yang sudah mengepung tidak membiarkan mereka dapat berlari dengan leluasa. Kehilangan buruan yang sudah didepan mata tentu akan membuat kekecewaan yang mendalam. Baku tembak pun terjadi dilokasi pengepungan. Haji Tanjono yang melihat keadaan pondok sudah terlihat aman segera melangkah masuk dengan diikuti pak Kusno. Mereka berdua harus segera menyelamatkan gadis itu.  
Tubuh Alexa semakin lemah dan dingin,hanya detak jantungnya yang terasa sangat lemahlah yang menjadi penanda kehidupan gadis itu,nafasnya semakin berat karena menahan beban yang menggunung dalam paru-parunya yang terinfeksi bisa ular. Semangat hidup yang luar biasa dari gadis itulah yang membuat tubuhnya tidak lebam,karena dalam balutan dingin,rasa cintanya terus berkobar sehingga bisa menghangatkan. Haji Tanjono hanya bisa menitikkan airmata melihat putri kesayangannya.
Berat sekali melihat dua orang yang paling dikasihi dan dicintai terkapar dalam ketidakberdayaan. Awan hitam telah benar-benar menjalar seperti sebuah gelombang elektromagnetik yang membuat iba orang yang memandang. Gelombang itu secara terus-menerus terpancar dan menghasilkan kesedihan yang teramat perih. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa haji Tanjono merasakan hidupnya tidak berarti sama sekali,harga dari kehidupan tanpa cinta hanya serupa kehampaan yang semu dan melelahkan.
Batin itu benar-benar telah terkoyak dan tersayat terlalu dalam hingga sulit untuk disembuhkan. Rasanya terlalu sakit seperti sakitnya Bisma dalam kisah Mahabarata ketika panah arjuna satu persatu menembus tubuhnya hingga berada diantara hidup dan mati. Antara dahaga yang tercipta diantara kasih sayang yang telah terenggut dan hilang bersama hembusan sepoi. Bagaimana lagi haji Tanjono harus meratap demi melihat putri kesayangannya sekarat dalam dekapannya. Dalam tubuh yang dingin itulah akan mengalir seluruh cinta dan kasih sayangnya,membaluri dan melumuri tubuh itu dengan cahaya cinta tersuci yang pernah dimiliki.
Pak Kusno hanya bisa meamndang haji Tanjono dengan perasaan yang juga begitu sedih,tidak kuasa rasanya melihat gadis itu terbujur dalam diam dan bisu. Bagaimanapun gadis itu pernah terlihat begitu ceria ketika pertama kali datang. Pembawaannya yang tenang dan sopan akan memikat hati siapapun yang dekat dengannya. Kehangatan itu kini telah hampir padam,berada diantara awang-awang yang terus mengintai seperti kehilangan pegangan.
Baku tembak yang terjadi diluar telah lama berhenti. Namun kesedihan haji Tanjono akan sangat sulit sekali untuk dihentikan saat ini. Sampai seorang anggota polisi yang disusul beberapa pemuda masuk kedalam pondok itu,haji Tanjono masih dengan erat memeluk Alexa,membagi kehangatan cinta yang telah sekian lama tertanam pada tambatan hatinya. Cinta kasih seorang ayah kepada anaknya.
Kelucuan-kelucuan Alexa meluncur deras bagai sebuah potongan film kehidupan yang diputar kembali. Bagaimana gadis itu beranjak remaja dan mulai membagi mimpi-mimpinya yang begitu indah. Pergulatan batin yang pernah terjadi karena masalah perjodohan,akan tetapi gadis itu adalah seorang gadis yang penurut. Pengabdian Alexa kepada orang tua yang membesarkannya ternyata lebih besar dari sebuah ego yang bersarang dalam hatinya yang terdalam.
Gadis itu menjelma bagai seorang malaikat yang selalu menyenangkan semua orang yang dikenalnya. Bukan hanya kepada orang tua ia menunjukkan pengabdian,kepada orang lain pun dengan sikap yang terbuka dan keikhlasan hati untuk membantu menolong sesama. Semangat perjuangan tanpa pamrih kepada nenek Ningsih akan selalu dikenang semua orang yang pernah dekat dengannya. Para tetangga akan selalu mengenang keramahan yang selalu ditunjukkan setiap kali gadis itu melintas atau bertemu orang-orang disekelilingnya.
Haji Tanjono hanya bisa pasrah ketika melihat putri kesayangannya diangkat dengan menggunakan tandu,menyusuri kembali jalanan ditengah hutan tempat mereka pertama kali datang. Hutan seakan turut berduka atas perjalanan kesengsaraan yang terjadi diantara dua anak manusia ditempat ini. Cinta telah membuat getar indah yang terus terkenang dalam setiap lelehan hujan. Gerimis menjadi senandung perpisahan dari perdu dan rerumputan ditepian hutan. Saksi bisu akan janji suci yang terus terpatri dalam relung yang panjang dan melelahkan.

***
Rumah sakit Dr. Soetomo Surabaya terlihat begitu padat dengan pengunjung. Hilir mudik orang yang sedang berobat maupun menjenguk keluarga yang sakit secara silih berganti masuk dan keluar. Raut keceriaan bagi keluarga yang sudah keluar dari rumah sakit bercampur dengan keharuan dan tangis yang pecah oleh orang yang kehilangan anggota keluarga. Bangsal-bangsal yang penuh sesak itu terlalu penuh dengan berbagai macam cerita,kisah-kisah yang tumbuh bersama waktu. Menjajah setiap jengkal harapan dan impian yang terkadang berakhir dalam kesia-siaan.
Dalam sebuah paviliun yang dikhususkan kepada orang yang membutuhkan fasilitas terbaiklah,dua muda-mudi itu terbaring. Penuh kebisuan dan tetap tenang dalam diam. Mereka terpaksa harus dirujuk kerumah sakit terbesar milik pemerintah Provinsi Jawa Timur ini karena luka yang diderita terlalu parah dan dekat dengan nyawa. Diluar ruang,haji Tanjono dan keluarga pak Abdul Mukid terlihat gelisah. Telah dua hari Alexa dan Bayu dirawat dalam sebuah ruangan ICU dan baru hari ini mereka dipindahkan keruang paviliun itu.
Bayu harus menjalani transplatasi ginjal sebelah kanan karena tertembus peluru yang dilepaskan Minarni. Pemuda itu belum juga sadar dari koma sejak pertama kali datang ketempat ini. Alexa memiliki kondisi yang lebih baik lagi,seluruh racun yang membalur dalam tubuhnya dan telah menginfeksi jantung dapat dibersihkan dengan tuntas. Namun, kesadaran gadis itu masih belum bisa segera pulih karena karena kelelahan fisik yang terjadi.

Alexa terlihat berjalan diawang-awang,matanya begitu sembab oleh airmata. Bajunya yang serbaputih sangat kontras dengan warna rerumputan dan bunga-bunga yang berwarna-warni. Satu lorong jauh memanjang dan berwarna pelangi,indah. Lukisan yang tergores benar-benar sempurna,bukan seperti karya manusia pada umumnya. Sangat sulit membedakan kehidupan nyata dan maya dalam keadaan seperti ini. Bayangan Bayu tiba-tiba melintas dan menjauh,pemuda itu hanya  melambaikan tangan kepada Alexa,membuat denyut jantung gadis itu begitu cepat berdetak. Semilir sepoi mengangkat tubuh Bayu semakin keatas,keatas dan terus menghilang dalam terangnya langit.
Awan tiba-tiba menurunkan hujan,hujan yang menyerupai aliran tangis,gadis itu terduduk dalam diam melewati kepergian Bayu. Memandang keatap langit yang menyorotkan cahaya menyilaukan. Bayu telah benar-benar hilang dari pandangan,ditelan cahaya aneh yang menyergap semua keindahan. Bunga-bunga yang sejak tadi mengiringi langkah Alexa berubah menjadi hitam,pelangi menyajikan warna kelabu yang terus samar dan gelap pekat. Dalam satu gelegar petir,gadis itu seperti terlempar jatuh dalam pekat,bergulung-gulung dalam tangis tanpa ujung.

Dengan tiba-tiba Alexa terbangun dari ketidaksadarannya. Mimpi tadi telah benar-benar merenggut semua cerita cinta yang pernah dirajutnya. Benang-benang yang tersambung seakan terputus begitu saja. Denyut jantung gadis itu kembali normal seperti biasa,wajahnya masih terlihat pucat setelah bangun dari koma. Jari-jemarinya menari indah untuk meraba wajahnya,meyakinkan diri pada kehidupan yang masih bisa dijalani. Raut kegembiraan jelas terpancar dari mukanya,pikirannya benar-benar telah terbebas dari dera dan siksa akibat penculikan.
Alexa melihat sekeliling,ruangan yang besar itu terlihat kosong. Hanya sebuah tubuh terbaring disampingnya,terpisah ranjang meskipun bisa diraih dengan tangannya. Alexa berusaha menggapai tangan Bayu yang belum sadar dari komanya. Denyut jantung pemuda itu sangat lemah dan bahkan nyaris tidak terasa. Nyaris saja gadis itu berteriak,jika pita suaranya tidak serak. Hanya suara raungan yang terdengar dari mulutnya. Airmata gadis itu telah membasahi tangan Bayu,membagi setiap kehangatan dan cinta kasih yang tersemai dan tertanam disetiap rahim malam.
Sebuah kepanikan luar biasa ketika dengan tiba-tiba denyut jantung Bayu berhenti berdetak,doa-doa tidak terputus dari orang –orang yang mengasihinya,menyihir malam yang begitu pekat agar memberikan belas kasihnya. Menjaga semua batin dan jiwa manusia agar terbebas dari hidup panjang yang membosankan.
Alat-alat pemacu jantung segera dipersiapkan oleh tim dokter,berusaha menyelamatkan pemuda itu dari kolaps yang diderita. Tidak henti-henti Alexa menangis,airmatanya deras mengguyur ujung jilbabnya. Mengalir nama pemuda itu disebut dalam teriakan dan raungan,menderu seperti bunyi angin yang menghempas daunan. Ranting-ranting yang patah serupa batin Alexa yang mulai tersiksa dalam jiwa. Penantian rindu yang selama ini begitu diidamkan ternyata berujung kehampaan,udara yang mengalir terasa tercekat di tenggorokan,membuat dadanya sesak tidak tertahankan. Rasa terbakar memenuhi setiap relung yang terus meraung. Alexa kembali kehilangan kesadaran,tidak kuat menerima kekasihnya berjuang diantara hidup dan mati sendirian

***

Dua buah pusara terpisah dari makam yang lain dalam satu kompleks pemakaman ini,daun kamboja luruh diterpa angin senja. Di ujung barat matahari memerah,bersiap menyambut peraduan terakhirnya. Dengan penuh keyakinan Alexa melangkah,begitu berat rasanya melihat dua gundukan tanah itu,satu gundukan masih terlihat memerah dan satu lagi telah rata dengan tanah.
Dua minggu sudah peristiwa penculikan itu berlalu,masih membekas perasaan takut dan ngeri dalam sanubari gadis itu. Minarni dan kelompoknya memang telah tertangkap dan dipenjara,akan tetapi membayangkan peristiwa yang hampir merenggut nyawanya membuat berdiri bulu roma jika mengingatnya.
Dengan langkahnya yang gontai gadis itu menaburkan bunga dimakam,membacakan doa demi keselamatan orang yang berada didalamnya selama berada dialam kubur. Tak kuasa gadis itu kembali menitikkan airmata,rasa cinta kasih dan pengabdiannya telah terkubur bersama sang nenek yang terbujur kaku didalam sana. Begitu berat hatinya melepas kepergian nenek Ningsih,begitu sulit menerima ketika pada saat-saat terakhir nenek itu Alexa tidak dapat menemaninya.
Bumi telah bersemi sesuai dengan harapan manusia. Cinta yang tumbuh tidak akan terganti walau waktu terus melaju jauh. Setiap kasih sayang akan mendapatkan balasan yang sepadan,harapan tidak akan sia-sia jika dilandasi semangat perjuangan. Kehampaan jiwa yang bersumber dari kerinduan hanya bisa terlampiaskan jika orang terkasih berada didekat kita. Selalu memberi semangat untuk kembali menatap kehidupan baru yang terus berwarna dengan keindahan.
Kanvas-kanvas yang tergores serupa kabut bertinta pelangi yang melukis beragam corak dan warna. Bunga-bunga tumbuh mekar disebagian hati,tanpa duri. Hijau daunan terus bertunas bila rantingnya telah patah. Semusim yang menjadikan cinta semakin mengakar melintasi dunia. Berkabarlah  dan raih semua mimpi dengan coretan cinta kasih yang bisa merangkai keindahan hati.

Alexa membagi senyum termanis kepada seorang pemuda yang berdiri ditepi jalan makam,pemuda itu membalas senyumnya dengan keindahan dari warna surga. Kursi roda ini adalah saksi sejarah,bagaimana kekuatan cinta telah mengangkat tubuh keduanya dari jurang kematian. Semangat hidup yang terus terpancar dari penyatuan dua hati yang tumbuh secara bersama,dari benih kasih sayang seorang saudara,teman,sahabat dan tempat berbagi kesetiaan.
Alexa meninggalkan sebait kata dalam relung rindunya,keajaiban telah menyelamatkan Bayu dari sisa waktu terakhirnya. Pemuda itu berhasil lolos dari maut yang mengintip hanya berselang beberapa detik dari rasa putus asa. Dokter yang merawatnya hampir saja menyerah ketika dengan tiba-tiba tangan pemuda itu bergerak penuh makna. Kebahagiaan itu akan terpancar dengan segera ketika cinta dipersatukan dalam sebuah mahligai yang penuh dengan rasa indah....

Malam membagi kisah dalam kabut samar,terhampar hembus kelemahan hati terus dinanti,khayal akan terjaga,mendetak setiap ujung yang terhunus, siap memanah hati di ujung sepi. Keindahan amathonte yang sayapnya mengepak mengganti hari baru dengan sejuknya embun. Galur-galur pelangi yang mengalir diatap embun ikut mencair bersama dedaunan. Ada sejuta kerinduan yang terus menusuk,merobek jala sukmayang kadang ingin terbang menjemput,namun hanya selembar dahaga yang terbalut,karena cinta yang tumbuh telah menutup semua luka...





  





Tidak ada komentar:

Posting Komentar