Rabu, 15 Oktober 2014

Mandul - puisi

MANDUL

Tangan ini mulai rapuh
ketika sajak telah mulai layu
tanpa hadirmu rajutan kata menjadi bisu
hanya secangkir kopi yang mengental dalam darahku
menemani malam-malam yang mulai sepi
hari ini,juga hari-hari berikut setelah ini

Tiada lagi yang bisa aku lahirkan beberapa purnama
jika namamu tetap mengapung menjemput hujan
meluruhkan setiap jejak pada tanah gersang
di tikunganlah mentariku menghilang

Musim ini tak lagi ada benih yang bisa kusemai
hujan telah melarutkan sepi dalam secangkir kopi
hitam pekat napasku tersengal di ujung mimpi
kemana namamu menghilang?

Biarkan aku berlibur sejenak
sebelum benih ditubuhku kembali melahirkan sajak
lalu kita rangkai masa depan baru
di tempat lain,tempat yang telah berbeda


Tidak ada komentar:

Posting Komentar