Kamis, 09 Oktober 2014

MEMILU SENJA BERKALANG GULITA - puisi

MEMILU SENJA BERKALANG GULITA
Oleh : GK Camia Assyifa,FAM 1070 U Mojokerto

Siapa yang bisa menduga datangnya bencana?
Serupa air mengalirkan nafasnya hingga tertumpah
Sepoi meniupkan nafasnya yang besar menghempas
Menggadaikan mimpi dalam gulita kelabu di ujung senja
Petir menyalak hingga padam lilin yang menyala
Menyulut senja dalam ketakutan yang menerbang amarah
Semua lunglai dalam tahmid dan tasbih
Mulut komat-kamit mengucap dzikir yang hanya dalam gelisah
Kemana engkau disaat bahagia?
Dimana kamu jika mendapat nikmat yang berlimpah?
Sajadah merahmu sudah mulai lusuh,bukan karena terpakai
Sujudmu hanya setahun sekali untuk menjaga gengsi
Mengenalkan baju yang benar-benar baru di hari Fitri
Padahal kamu tidak ikut menahan lapar dan dahaga
Padahal kamu tidak pernah tarawih bersama
padahal kamu hanya mendengkur dikala orang lain tadarus setelah Isya'
Mengapa sekarang engkau harus merengek untuk menghentikan hujan?
Mengapa engkau harus mengiba untuk menghentikan raungan angin yang menggila?
Mengapa engkau ingin memadamkan petir yang menyalak membela gulita?
Sudahlah...
Bersiaplah menemui waktu yang di berikan untukmu
Manfaatkan senja ini untuk berbagi
Nyalakan cahaya hatimu untuk menerangi
Berikan jiwamu untuk kesejukan dan damai
jangan hanya merengek seperti bayi yang akan lupa ketika disuapi
Jangan hanya meratap seperti orang yang kelaparan jika engkau tak mau membaca surahnya...
Senja ini akan tetap disini,

Berkalang gulita atau tetap terang setelah kepergianmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar