MEMILU SENJA
BERKALANG GULITA
Oleh : GK Camia
Assyifa,FAM 1070 U Mojokerto
Siapa yang bisa
menduga datangnya bencana?
Serupa air
mengalirkan nafasnya hingga tertumpah
Sepoi meniupkan
nafasnya yang besar menghempas
Menggadaikan
mimpi dalam gulita kelabu di ujung senja
Petir menyalak
hingga padam lilin yang menyala
Menyulut senja
dalam ketakutan yang menerbang amarah
Semua lunglai
dalam tahmid dan tasbih
Mulut
komat-kamit mengucap dzikir yang hanya dalam gelisah
Kemana engkau
disaat bahagia?
Dimana kamu jika
mendapat nikmat yang berlimpah?
Sajadah merahmu
sudah mulai lusuh,bukan karena terpakai
Sujudmu hanya
setahun sekali untuk menjaga gengsi
Mengenalkan baju
yang benar-benar baru di hari Fitri
Padahal kamu
tidak ikut menahan lapar dan dahaga
Padahal kamu
tidak pernah tarawih bersama
padahal kamu
hanya mendengkur dikala orang lain tadarus setelah Isya'
Mengapa sekarang
engkau harus merengek untuk menghentikan hujan?
Mengapa engkau
harus mengiba untuk menghentikan raungan angin yang menggila?
Mengapa engkau
ingin memadamkan petir yang menyalak membela gulita?
Sudahlah...
Bersiaplah
menemui waktu yang di berikan untukmu
Manfaatkan senja
ini untuk berbagi
Nyalakan cahaya
hatimu untuk menerangi
Berikan jiwamu
untuk kesejukan dan damai
jangan hanya
merengek seperti bayi yang akan lupa ketika disuapi
Jangan hanya
meratap seperti orang yang kelaparan jika engkau tak mau membaca surahnya...
Senja ini akan
tetap disini,
Berkalang gulita
atau tetap terang setelah kepergianmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar