Putra Hujan
Pada kabar malam
ini
Hujan
menyenggamai bumi yang telah mulai kuyup
Suara kecebong
bersahut hati pilu merintih
Ingin menitipkan
sepenggal sajak pada anak negeri yang terkurung limbah korupsi
Pada mereka yang
berkata benar kita titipkan naik turunnya premium
Hingga tanpa
sadar jiwa ini terkurung gelisah...
Hati berdebar
ragu menunggu hadirnya lagu lama menjelang pemilu
Bersorak atau
jatuh lumpuh mengantri ribuan tabung elpiji beralih fungsi
Terseok-seok
kapal berharap jatah solar tak tergerus segebok dolar
Mereka menikmati
lukisan-lukisan yang menampilkan wajah mereka di depan layar dengan gincu-gincu
dari para wanita yang suka pada hadiah
Menyerahkan
nasib yang belum tentu hina ketangan emas,permata dan mobil mewah
Lalu aku hanya
terpatung kagum dan muak seperti halnya khalayak
Melihatmu...
Atau sudah biasa
tubuh ini menikmati dingin dari persenggamaan hujan dengan bumi
Air mata sudah
terlalu biasa untuk menggambarkan hati kita yang merdeka
Menuliskan sajak
kehidupan,
Pada jiwa mereka
yang kelaparan,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar