KISAH SANG PETAHANA
Oleh : GK Camia Assyifa
Pada keringat
kami telah engkau tanam murka
Tubuh –tubuh
ringkih ini menjadi simbol betapa miskinnya akhlak mereka
Yang tuan
katakan kaki dan tangan
Telah menampar
jiwa kami dalam ribuan kali
Menghisap setiap
lelehan bening dalam airmata yang kami tumpah
Terseok tubuh
kami yang mulai merapuh diam mendukungmu
Bukan karena
cinta,
Bukan karena
sayang,
Bukan karena
kebanggaan...
Kami di sini
berteriak hanya demi sesuap nasi
Sepuluh ribu,dua
puluh ribu,lima puluh ribu
Atau hanya demi
sebungkus nasi untuk anak isteri kami,siang ini
Padahal hati
kami berteriak kalimat yang berbeda
Dalam setiap
sujud kami hanya doa yang mengalir penuh amarah
Bersanding
sumpah serapah...
Mengapa tuan
masih berniat maju?
Bila dari mata
kami tuan bisa melihat jiwa tuan yang telanjang
Sangat sulit
membedakan antara ketulusan dan pengkhianatan
Pada siapa tuan
akan berharap?
Sedang lapar
menuntun kami untuk berpikir jernih
Tiada lagi
mengharap iba dari sedekah
Karena dengan
segelas air putih telah cukup menghapus dahaga
Meski usus kami
mulai melilit dan telah buntu
Membuat tubuh
ringkih menjadi semakin rapuh
Menanti waktu
terbaik yang dipilihkan tuhan untukku...
Terseok tubuh kami
yang mulai merapuh diam mendukungmu
Seperti boneka
yang hanya bisa bergerak dan berbicara jika ada koin di dalamnya
Bukan karena
cinta,
Bukan karena
sayang,
Bukan karena
kebanggaan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar