Rabu, 15 Oktober 2014

KISAH SANG PETAHANA - puisi

KISAH SANG PETAHANA
Oleh : GK Camia Assyifa

Pada keringat kami telah engkau tanam murka
Tubuh –tubuh ringkih ini menjadi simbol betapa miskinnya akhlak mereka
Yang tuan katakan kaki dan tangan
Telah menampar jiwa kami dalam ribuan kali
Menghisap setiap lelehan bening dalam airmata yang kami tumpah

Terseok tubuh kami yang mulai merapuh diam mendukungmu
Bukan karena cinta,
Bukan karena sayang,
Bukan karena kebanggaan...

Kami di sini berteriak hanya demi sesuap nasi
Sepuluh ribu,dua puluh ribu,lima puluh ribu
Atau hanya demi sebungkus nasi untuk anak isteri kami,siang ini
Padahal hati kami berteriak kalimat yang berbeda
Dalam setiap sujud kami hanya doa yang mengalir penuh amarah
Bersanding sumpah serapah...

Mengapa tuan masih berniat maju?
Bila dari mata kami tuan bisa melihat jiwa tuan yang telanjang
Sangat sulit membedakan antara ketulusan dan pengkhianatan
Pada siapa tuan akan berharap?
Sedang lapar menuntun kami untuk berpikir jernih
Tiada lagi mengharap iba dari sedekah
Karena dengan segelas air putih telah cukup menghapus dahaga
Meski usus kami mulai melilit dan telah buntu
Membuat tubuh ringkih menjadi semakin rapuh
Menanti waktu terbaik yang dipilihkan tuhan untukku...

Terseok tubuh kami yang mulai merapuh diam mendukungmu
Seperti boneka yang hanya bisa bergerak dan berbicara jika ada koin di dalamnya
Bukan karena cinta,
Bukan karena sayang,
Bukan karena kebanggaan...

Mojosari,19 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar