GARIS YANG BERBEDA
: Dari sebuah penafsiran yang salah
Pucatku menanti
kabar yang mengubur mimpi
Tentang
datangnya gelap pada sepetak tanah
Damar yang
kadang menyala trenyuh
Mendongengkan
geguritan tentang ulah para manusia
Suluk – suluk
menjelma menjadi sifat dari sikap yang katanya Maha adil
Walau tak pernah
mengenal sang penguasa Singgahsana ARSY
Dari sasi-sasi
yang di dalamnya terdapat purnamalah,
Setiap orang
akan mengerti tentang langkah dan kisah
Dari tumbuhnya
tunas dengan tangis yang memecah keheningan malam
Hingga kabar
Suralaya yang membuat bungah
Mematri
tumbuhnya kembali ketentraman jiwa
Se- amis apapun
darah yang tertumpah itu,
Terasa wangi
bagi Nagari ini
Sesedih apapun
linggar yang menyatroni,
Setiap kidung akan
tetap merdu,..
Semerdu bahasa
wasiatmu yang mulai compang – camping,
Dimakan laga...
Ada yang
berpikir semua tutur, tindak dan tandukmu benar
Lalu sebagian
besar akan mencibir dan menyebutmu kesasar
Tapi,suaramu
tetap menggelegar
Menjumput setiap
nyawa yang katamu para pendosa....
Dan mungkin
tubuh kakumu akan bertemu kesendirian
Hanya pucat yang
tetap setia menyambangi belahan nisanmu
Keluarga yang
katamu “ sayang ” akan menjauh
Demi merajut
beneng gunjing dan rasa malu.......
Sehingga dalam bisumu
kamu akan bertanya
Kenapa tidak
kubunuh saja purnama,
karena senyum
ikhlasnya hanya akan mengantarmu di pintu pusara
GK Camia Assyifa
Mojokerto,07 September 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar