KRISAN KUNING BERTANGKAI
KAMBOJA
Aliya masih berdiri mematung di
antara kepingan senja,matanya tajam memandang ke ufuk barat yang merona merah.
Jauh menerawang menembus sisa sinar matahari yang mulai layu di antara awan
tipis yang mulai samar. Dalam setiap kepingan hatinya telah tumbuh rasa simpati
kepada pemuda itu. Seorang pemuda yang membuat hatinya selalu berdebar setiap
kali Aliya dekat dengannya. Perasaan yang sulit sekali dihilangkan dalam setiap
angan yang terbentuk dalam lamunan khayal maupun dalam setiap mimpi di
tidurnya.
Sesungguhnya Aliya merasa sangat
bersalah karena membiarkan hatinya tumbuh secara liar dan bersemi dalam
bunga-bunga rindu. Tidak dapat dipungkiri lagi,pesona Bayu ( nama pemuda itu )
telah berhasil membius alam bawah sadarnya,memporak-porandakan pertahanan
terakhir dalam hatinya. Aliya benar-benar merasa hatinya telah cacat dan
teramputasi oleh perasaannya kepada pemuda itu.
Sebuah pertemuan secara tidak
sengaja telah terjadi di antara mereka,perjumpaan diwaktu dan tempat yang
sungguh sangat salah. Waktu itu,Aliya yang melanjutkan kembali kuliahnya yang
telah hampir lima tahun berhenti sedang berjalan-jalan di sekitar danau di
kampusnya. Sebuah buku tergenggam erat pada ujung jemarinya,matanya tertuju
pada bait-bait kata dan kalimat dalam buku tersebut. Tanpa di sengaja,Minarni
sahabatnya mengajak wanita itu untuk berpindah dari tempat duduknya karena
telah terdengar dentang bel yang menandakan jam kuliah segera dimulai.
Minarni menyeret tubuh Aliya yang
masih enggan terlepas dari bukunya tersebut. Suatu kebetulan terjadi,ketika
Minarni melangkah lebih cepat,Aliya pun berusaha untuk menyamai langkah
sahabatnya yang sudah jauh di depan. Nahas bagi Aliya,ketika Minarni
berbelok,Aliya masih lurus berjalan kedepan menuju ke arah danau. Teriakan
Minarni dan teman lain disekeliling Aliya yang memintanya berhenti tidak
diindahkan. Mata Aliya masih tertuju pada buku yang dipegangnya. Begitu
mendapati kakinya tidak lagi menginjak paving,Aliya baru tersadar bahwa dia
telah berada di tepian danau. Semua terlambat,wanita itu tercebur kedalam danau
buatan sedalam dua belas meter tersebut.
Tangan Aliya berusaha menggapai
tepian danau,akan tetapi tangannya hanya menemui udara hampa. Tubuh itu semakin
menjauhi tepian danau dan bergerak semakin ketengah. Tangan Aliya terus
menggapai-gapai,suara teriakan meminta tolong timbul tenggelam di antara
gelombang air yang mencoba menelannya hidup-hidup. Sulit membayangkan wanita
itu akan selamat dengan kondisi tidak bisa berenang seperti ini. Di tepi
danau,Minarni dan teman-temannya yang lain hanya berteriak-teriak tanpa bisa
berbuat apa-apa. Minarni terus-menerus memukul-mukul dada teman-teman cowoknya
agar menolong Aliya. Namun para pemuda itu hanya terbengong-bengong tanpa bisa
berbuat sesuatu. Mereka hanya termangu melihat tubuh Aliya semakin lama semakin
tenggelam,meninggalkan gelembung-gelembung udara di atas air.
Sejurus kemudian,seorang pemuda yang
entah datang dari mana tiba-tiba melompat kedalam air. Dengan terampil pemuda
itu menggapai tubuh Aliya sebelum sampai ke dasar danau. Sulit membayangkan
seandainya tidak ada yang bersedia menolong wanita cantik tersebut,tentu hari
ini Aliya tidak akan dapat menikmati senja yang terasa sangat manis dan indah
ini.
Setiap kali mengingat peristiwa itu,Aliya
selalu tersenyum sendiri. Apalagi setelah peristiwa tersebut Aliya semakin
akrab dengan Bayu,pemuda yang telah menyelamatkan nyawanya. Siapa yang tidak
kesengsem dengan orang yang telah menjadi pahlawan bagi kita dan dengan gagah
berani menyelamatkan nyawa kita. Begitupun dengan Aliya,Wanita itu merasa
hatinya benar-benar tertambat pada pemuda itu,bukan saja karena Bayu telah
menyelamatkan nyawanya,terlebih pada sikap dan sifat pemuda itu yang selalu
ramah dan sopan dalam bertutur serta tingkah lakunya yang mencerminkan sosok
lelaki yang bertanggung jawab.
Bayu sebenarnya hanyalah adik
tingkat Aliya di kampus tersebut. Aliyah telah menempuh semester tujuh
sedangkan Bayu baru saja menginjak semester tiga di fakultas yang sama. Apalagi
jika membandingkan usia keduanya,sangat jauh sekali perbedaan mereka. Aliya
adalah wanita matang dengan usia mendekati tiga puluh tahun,sedang Bayu
hanyalah anak kemarin sore dengan usianya yang baru menginjak dua puluh tahun. Akan
sangat sulit memadukan dua hati yang sangat-sangat jelas jauh sekali
perbedaannya. Hal itulah yang selalu mengganggu pikiran Aliya,berkali – kali
Bayu mencoba mengutarakan isi hatinya kepada Aliya. Namun hanya kehampaan yang
di dapatkan,Aliya selalu saja mencoba untuk menghindari jika Bayu mencoba untuk
menariknya dalam buih cinta. Dengan segenap tenaga Aliya berusaha merubah topik
yang mereka bicarakan sebelumnya.
***
Hari masih sangat pagi ketika Aliya
mendapatkan telepon dari Bayu. Pemuda itu sangat ingin bertemu dengannya.
Rupanya sangat besar sekali hasrat dari Bayu agar dapat menjadikan Aliya
sebagai pendamping hidupnya. Terbukti,berbagai cara telah dilakukan Bayu untuk
menarik perhatian Aliya. Tidak jarang pula Bayu berusaha untuk mengantar Aliya
pulang kerumahnya,atau berusaha untuk menemui ibunda Aliya. Namun,Aliya selalu
dapat menolak dengan cara memberikan alasan-alasan yang masuk akal dan sama
sekali tidak menyinggung perasaan Bayu. Bagaimanapun,orang yang dapat menahan
keinginannya untuk mendapatkan sesuatu dengan cara lebih bersabar dan tidak
grusa-grusu akan menghasilkan sesuatu yang memuaskan.
“ Mbak, kenapa mbak Aliya selalu
berusaha menolak setiap kali aku berusaha mengutarakan perasaanku kepadamu? “
Bayu bertanya kepada Aliya ketika akhirnya benar-benar bertemu.
“
Kenapa mbak ? Apakah mbak Aliya tidak menyukai Bayu?” Perkataan Bayu bagai
sebuah belati yang menusuk jantung Aliya. Terasa selama beberapa detik detak
jantung wanita itu terasa berhenti berdebar. Ini adalah kesekian kali Aliya
harus berusaha menyembunyikan perasaannya kepada Bayu. Menyimpan rapat
kekagumannya kepada pemuda itu yang begitu kuat dalam mempertahankan prinsip
hidupnya,kekagumannya kepada pemuda itu yang begitu setia menunggu jawaban yang
akan terlontar dari bibir Aliya,baik ataupun buruk.
“
Begitu burukkah aku,sehingga mbak Aliya tidak pernah mau menjawab rasa cintaku
kepadamu? Apa salahku mbak? Kenapa mbak Aliya begitu tega menggantung
perasaanku kepadamu? Benar-benar sulitkah mbak Aliya mengatakan iya atau tidak?
Apalagi yang harus aku buktikan agar dapat mendapatkan cinta mbak Aliya?”
Rentetan
pertanyaan dari Bayu berputar-putar dalam benak Aliya. Wanita itu hanya bisa
terdiam,bisu tanpa bisa berkata-kata. Pagi terasa begitu lambat
berputar,menyisakan embun yang terus memberikan rasa dingin dalam balutan
kabut. Aliya seperti sedang tertawan dalam sebuah labirin rindu yang terus
menerus menyiksa batinnya. Dan sangat ironis sekali bahwa kerinduannya hanya
berada di dua depa dihadapannya tanpa dapat diraih.
Kalau
saja Aliya adalah seorang perawan,sangat mungkin ia akan menerima Bayu dengan
tanpa berpikiran panjang. Tapi,Aliya adalah seorang janda dengan tiga orang
anak. Seorang janda yang telah menikah sebanyak tiga kali. Apa kata orang jika
Aliya menerima Bayu sebagai tambatan hatinya? Orang- orang akan berpikir bahwa
Aliya sedang mencari brondong dengan mencintai orang yang jauh lebih muda dari
usianya. Orang akan cenderung berpikir bahwa dia hanyalah wanita tidak tahu
malu yang memanfaatkan anak muda bau kencur untuk menjadi pendamping
hidupnya,menuduhnya memasang jerat cinta agar lelaki itu tertarik untuk menjadi
kekasihnya. Sungguh, Aliya harus berpikir jauh kedepan bagaimana dengan masa
depan anak-anak yang masih dalam tanggungannya. Mampukah Bayu menerima keadaan
yang sebenarnya dari Aliya? Dapatkah ia menerima keberadaan anak-anak Aliya?
Itulah yang benar-benar mengganggu dalam benak Aliya saat ini.
Disisi
yang lain,Aliya sangat merindukan sosok lelaki seperti Bayu. Lelaki yang mampu
menjadi pelindung sekaligus seorang imam yang akan menuntunnya meraih surga
yang di sediakan oleh Allah swt. Seorang lelaki penuh tanggungjawab yang dapat
membahagiakan kehidupannya. Bukan sosok lelaki seperti ketiga orang mantan
suaminya.
Lelaki
pertama yang menikahi Aliya adalah Budiman,seorang pengusaha yang memiliki isteri
lebih dari tiga orang. Aliya masih seumur jagung ketika gadis itu dipaksa
menikah dengan Budiman. Delapan belas tahun dan baru saja lulus dari sebuah
Sekolah Menengah Atas di kota Mojokerto,kota kelahirannya. Aliya terpaksa
menikah dengan Budiman karena ayahnya terlilit hutang yang sangat besar kepada
pengusaha muda tersebut. Disertai sebuah ancaman bahwa keluarganya akan di
jebloskan kedalam penjara,rumah dan tanahnya akan disita menjadi kidung
pengiring pernikahan yang mereka lakukan. Hampir selama lima hari lima malam
Aliya hanya bisa menangis dan mengutuk pernikahan tersebut.
Namun,tidak
selamanya nasib harus di ratapi. Aliya bisa bangkit dan berusaha menjadi
seorang isteri yang baik yang dicintai dan mencintai suaminya. Bahkan janji
Budiman sebelum menikah bahwa ia akan menceraikan semua isterinya jika Aliya
bersedia menjadi pendamping hidupnya pun di tepati. Dua bulan setelah
pernikahan tersebut,Budiman menceraikan semua isteri sirinya. Ternyata selama
itu,Budiman belum pernah menikah secara resmi kecuali pernikahannya bersama
Aliya. Bulir –bulir kisah mereka semakin tumbuh,apalagi ketika lahir seorang
putri hasil dari pernikahan tersebut. Setahun setelah pernikahan,Aliyah
melahirkan Keila Nilam Putri,anak pertamanya. Sayang,kebahagiaan itu terenggut
dua tahun kemudian. Budiman meninggal dunia karena terlibat sebuah kecelakaan
saat berangkat ke tempat kerja. Hal ini tentu saja menjadi sebuah pukulan yang
sangat berat bagi Aliya dan keluarga.
Lima
belas bulan kemudian Aliya dilamar oleh seorang dosen tempatnya menimba ilmu
saat ini. Dosen tersebut menjadi lelaki kedua yang singgah dalam hidup Aliya.
Kehidupan mereka seperti kebanyakan kehidupan rumah tangga orang lain. Berawal
manis kemudian berakhir dengan sangat tragis. Aliya dilabrak isteri pertama dan
kedua sang dosen,ia dituduh menjadi perusak rumah tangga orang lain,hinaan dan
cacian harus diterima dengan lapang dada dan dalam batas kesabaran. Yang lebih
miris lagi,setelah peristiwa tersebut Aliya di paksa keluar dari kampus oleh
sang dosen. Dengan perkataan kasar Aliya di usir dengan paksa dari tempatnya
menimba ilmu. Beberapa temannya,termasuk Minarni akhirnya memutuskan mengambil
cuti kuliah sebagai bentuk dukungan kepadanya. Walaupun dengan sekuat tenaga
Aliya meminta kepada teman-temannya untuk mengurungkan niat mereka,tetap saja
Minarni dan kawan-kawan tidak surut langkah.
Peristiwa
tersebut membuat pihak kampus melakukan penyelidikan karena ada yang janggal
dengan keputusan para mahasiswa. Melalui penyelidikan itulah,pihak kampus
akhirnya mengeluarkan sang dosen karena dianggap telah mencemarkan nama baik
kampus. Selain itu,ia harus berurusan dengan pihak berwajib karena menjadi
tersangka korupsi dana iuran kampus. Aliya dinyatakan tidak bersalah dan surat
droup Out di tarik kembali sehingga Aliya dapat masuk kuliah kembali. Namun,
pihak kampus juga tetap memberikan ijin cuti kepada mereka untuk menenangkan
diri. Dari pernikahan singkat itu,Aliya kembali mendapatkan seorang anak
perempuan yang di beri nama Ayudya Putri Purnama.
Lelaki
ketiga yang menjadi suami Aliya lebih buruk lagi. Kali ini,ayah Aliya kalah
dalam berjudi dalam jumlah yang sangat besar. Harta kekayaan Aliya yang berasal
dari warisan Budiman semuanya ludes,menyisakan sebuah rumah yang di tempati
Aliya beserta ketiga anaknya. Ayah Aliya yang sudah gelap mata karena kalah
dalam perjudian akhirnya menjadikannya sebagai taruhan. Siapapun pemenang dari
taruhan tersebut akan berhak untuk mempersunting Aliya.
Aliya
jatuh ke tangan seorang preman. Dengan sangat-sangat terpaksa Aliya harus
menikah dengan orang yang di sekujur tubuhnya penuh dengan tato tersebut.
Sebenarnya Aliya merasa sangat risih dan jijik,tetapi tiada daya dan upaya yang
dapat dilakukan. Tidak ada secuilpun kebahagiaan yang di berikan oleh
Karjo,suaminya yang berumur lebih dari lima puluh tahun tersebut. Hanya pukulan
dan tendangan yang sehari-hari di terima Aliya,di tambah lagi karjo sangat
sering pulang malam,mabuk-mabukkan,berjudi dan main perempun. Pekerjaan
hari-harinya hanyalah berada di lokalisasi yang berada di Surabaya. Ia hanya
pulang jika membutuhkan uang dan tubuh Aliya saja. Setelah itu Karjo akan
kembali berjudi dan main perempuan lagi hingga berminggu-minggu tidak pulang kerumah. Sebenarnya bila Karjo
tidak pulang kerumah,kehidupan di rumah Aliya lebih tenang dan bahagia. Tidak ada
penyiksaan yang dilakukan dan tidak ada orang yang menjijikkan seperti itu.
Dua
tahun kemudian kabar itu akhirnya datang. Karjo tewas di sebuah lokalisasi
setelah berkencan dengan beberapa PSK. Terasa plong batin Aliya mendengar kabar
tersebut,walaupun sebagai seorang isteri tidak sepatutnya ia merasa bahagia
atas musibah yang diterima suaminya. Dengan segenap kekuatan yang di kumpulkan
kembali,Aliya bertekad untuk membesarkan ketiga putrinya. Putri ketiga Aliya
sebenarnya bukanlah putri kandung,ia adalah anak dari Karjo dari isteri pertama
yang telah meninggal dunia.
Sangat
sulit bagi Aliya untuk kembali percaya kepada sosok seorang lelaki. Bagaimana mungkin
semua peristiwa pahit yang pernah terukir dapat dengan mudah untuk dilupakan
begitu saja. Sedangkan sebatang ranting yang pernah patah sekalipun,butuh waktu
berbulan-bulan untuk kembali seperti sediakala,itupun tidak dapat kembali
seperti semula. Terkadang ada yang
bengkok dan yang lain malah tidak tumbuh sama sekali. Menyerahkan hidup kepada
takdir adalah sebuah proses berpasrah dan menyerah pada keadaan yang harus di
jalani oleh Aliya. Menikah muda dan menjadi seorang janda selama tiga kali hanya
dalam kurun waktu kurang dari sepuluh tahun tentu terasa sangat
menyakitkan,menimbulkan sebuah kekecewaan panjang yang tanpa ujung.
“
Mengapa semua ini harus terjadi? Kenapa di saat seperti ini kamu harus datang?
Aku tidak seperti wanita kebanyakan Yu,aku bukan orang yang terbaik yang harus
kamu pilih,masih banyak wanita lain yang lebih pantas dan lebih layak berada
disisi kamu. “
Aliya
menatap lekat wajah Bayu,ada kedamaian dalam tatapan wajah pemuda itu,kedamaian
yang selama ini sangat di rindukan Aliya. Kedamaian yang terus-menerus meneror
batinnya selama sepuluh tahun terakhir. Kedamaian yang belum pernah di dapatkan
dari semua mantan suaminya. Aliya tidak mau munafik,membohongi hatinya bahwa ia
benar-benar juga mencintai pemuda itu. Hanya perasaan sebagai wanita yang sudah
tidak suci lagi lah yang membuat rasa percaya dirinya mengendur. Layu seperti
tangkai bunga di saat musim kemarau panjang.
Bayu
membuang muka ke sisi danau,tempat mereka pertama kembali bertemu. Tidak ada
sedikitpun keangkuhan yang terpancar di sana,hanya sebuah kerinduan. Rindu yang
sangat mendalam akan hadirnya seorang bidadari yang terus membelai mimpi dalam
khayalnya.
“
Tidak ada satupun alasan yang dapat menggagalkan rasa cintaku kepadamu mbak.
Tidak satupun,sekarang atau sampai kapanpun.”
“
Tidak satupun ? Walaupun aku bukan gadis
lagi ?”
“
Apapun itu,gadis atau bukan gadis,perawan atau tidak perawan itu sebenarnya
hanyalah sebuah sebutan,yang terpenting dari semua itu adalah ketulusan hati
dan kerelaan untuk berbagi. Apakah mbak Aliya belum meluhat ketulusan hatiku?”
“
Bukan seperti itu maksudku,kamu tidak mengerti Bayu...”
“
Tidak mengerti ? Jadi,sejak kapan mencintai harus terhalang keadaan? Sebenarnya
siapa yang tidak mau mengerti? Siapa yang seharusnya belajar untuk mengerti?”
Potong Bayu cepat,sebelum Aliya menyelesaikan kalimatnya.
“
Mbak Aliya, bukankah sudah semestinya manusia mendapatkan seorang pendamping
hidup yang membuatnya nyaman?”
“
lalu apa yang membuat kamu suka dengan mbak? Tidakkah kamu melihat bahwa usia
kita terpaut sangat jauh? Kita sangat berbeda Bayu. Bukankah lebih baik kamu
mencari wanita lain yang lebih muda dari mbak. “
“
Jadi karena masalah usia mbak Aliya mempermasalahkan rasa sayangku kepada mbak?
Hanya karena umur mbak Aliya berusaha menjauh dari Bayu? Kenapa mbak,mbak Aliya
malu karena aku lebih muda dari mbak? Mbak Aliya takut orang-orang akan
mengolok-olok kita? Benar begitu mbak? “
Aliya
kembali membisu,ternyata Bayu benar-benar tidak seperti lelaki kebanyakan.
Pemuda itu telah sangat matang di bandingkan dengan usianya yang baru menapak dua puluh tahun. Semua perkataannya
menunjukkan kematangan jiwa dan keluasan pandangan dalam menempuh jalan terjal
kehidupan. Masih terlalu dini untuk memutuskan menerima cinta pemuda
itu,meskipun jiwa Aliya sudah hampir meledak karena tidak kuat lagi menahan
gejolak hatinya. Aliya berusaha tetap tenang dengan mencoba menyembunyikan
serapat mungkin perasaan dalam hatinya yang terdalam.
Bayu
mencoba menakar perasaan wanita di depannya. Berkali-kali pemuda itu mencoba
menyelam dalam setiap kata,kalimat,gerak bibir maupun isyarat pandangan mata
dari lawan bicaranya. Kesimpulan pertama yang ia dapat ialah bahwa Aliya juga
mempunyai perasaan yang sama dengan dirinya,akan tetapi ada sebuah hal yang
mengganjal dan menjadi penghalang bagi wanita tersebut.
“
Tidak,mbak tidak pernah takut akan olokan,hinaan maupun cacian orang lain yang
berada di sekitar kita. Mbak sudah terlalu banyak memakan getir kehidupan
sehingga tidak ada lagi yang membuat takut mbak,kecuali hanya satu hal...”
“
Apa yang mbak Aliya takutkan? Bukankah dengan kita bersama,kita dapat lebih
mudah dalam menyelesaikan segala macam persoalan? Bukankah dengan bersama kita
lebih kuat dalam menjalani segala cobaan. Ayolah mbak,jangan mencari alasan
lagi. Janganlah mbak berusaha menyembunyikan segala sesuatu yang sebenarnya
sudah sangat jelas dan terang bagi kita.”
“
Bukan hal itu yang aku takutkan Bayu...” Aliya membiarkan kalimatnya
mengambang. Tiba-tiba saja lidahnya terasa kelu,ada rasa bersalah karena membiarkan
masalah ini berlarut-larut seperti saat ini. Aliya berpikir kenapa ia tidak
memutuskan untuk mengatakan tidak saja waktu itu?. Dengan melakukan hal itu
mungkin saja Bayu akan berhenti berharap,berhenti menunggu dalam ketidakpastian
yang di berikan oleh Aliya. Mengapa Aliya harus memilih bermain-main dengan api
yang ternyata telah mengobarkan benih cinta dalam hatinya. Membuatnya sulit
memutuskan segala sesuatunya sehingga menjadikan jalan yang seharusnya terang
benerang itu menjadi samar dan berkabut penuh dengan misteri.
“
Jadi apa mbak? Mbak Aliya sudah punya kekasih yang lain? Atau mbak Aliya sudah
memiliki pendamping hidup? “
Bayu
sudah merasa tidak sabar lagi untuk mendengarkan jawaban Aliya. Bagaimanapun ia
telah memiliki andil yang cukup besar untuk menyeret Aliya dalam masalah ini.
Jika benar Aliya sudah memiliki seorang pendamping,alangkah malunya Bayu. Ia
akan merasa sangat bersalah karena berusaha merusak rumah tangga orang lain. Bagaimanapun
tidak ada maksud dari Bayu untuk merobek pagar ayu siapapun. Menjadi orang
ketiga dalam rumah tangga orang lain bukanlah sifat seorang ksatria seperti
yang sudah di tanamkan orang tuanya selama ini. Aib bagi keluarga Bayu jika
sampai melakukan hal tersebut.
“
Separuh jawaban itu benar Bayu,... Saat ini mbak memiliki tiga orang anak
perempuan.”
“
Jadi,mbak Aliya benar-benar memiliki suami? Kenapa mbak Aliya tidak bilang dari
awal? Aku sangat kecewa dengan mbak. Aku rasa mbak Aliya telah mempermainkan
saya saja.”
“
Bayu,bisa dengarkan mbak sebentar....? Mbak tidak bermaksud mempermainkan kamu.
Mbak hanya merasa bingung untuk menjelaskan kepadamu apa yang sebenarnya telah
terjadi.”
“
Kenapa mbak Aliya tidak pernah bilang kepada Bayu kalau mbak telah memiliki
kehidupan rumah tangga dengan lelaki lain? Kenapa mbak Aliya selalu
berputar-putar jika Bayu bertanya kepada mbak?”
“
Bayu,please dengarkan sebentar perkataan mbak....!!!!”
Suasana
menjadi hening. Bayu berusaha meredam perasaan dalam jiwanya. Hatinya terasa
remuk karena kecewa dan marah atas yang telah terjadi. Tidak ada alasan lain
yang membuat bunga kehilangan pesonanya selain karena tangkainya patah.
Bagaimanapun usaha yang kita lakukan untuk membuatnya harum,tidak akan berhasil
karena ia akan layu dan mulai mengering. Lalu satu persatu mahkotanya berguguran
seperti daun di musim gugur. Tidak ada keindahan.
Bayu
hanya bisa menundukkan kepala,sebuah bulir airmatanya jatuh kedalam air danau
yang begitu tenang dan damai. Keindahannya terasa pupus di telan amarah yang
timbul tenggelam dalam bejana,tinggal bagaimana kita menjaganya agar tidak
tumpah dan meluber membasahi sekeilingnya.
“
Sebenarnya kamu salah paham dengan perkataan mbak tadi...”
“
Maksud mbak Aliya?”
“
Mbak berkata bahwa mbak punya tiga orang putri,itu benar. Tapi,mbak tidak
pernah mengatakan bahwa mbak memiliki suami saat ini.”
“
Jadi...?”
“
Yang ingin mbak ceritakan adalah sesuatu yang telah mbak alami...”
“
Jadi mbak Aliya tidak memiliki suami?”
Mata
Bayu kembali berbinar setelah mendung sempat menutupnya selama beberapa menit.
Sangat cerah,secerah matahari pagi. Berarti masih ada kesempatan. Seperti yang
telah di katakannya tadi bahwa ia tidak peduli dengan status Aliya,meskipun ia
adalah seorang janda sekalipun.
“
Mbak adalah seorang janda Yu,dengan tiga orang anak dari tiga laki-laki yang
berbeda. Jadi,masih pantaskah seorang janda sepertiku mendapatkan perjaka yang
bahkan belum pernah berpacaran sepertimu,apa kata orang nantinya? “
“
Mbak Aliya tidak usah risau dengan semua itu,aku bisa menerima semua keadaan
mbak seperti ini. Aku mencintai mbak Aliya bukan karena status mbak Aliya,bukan
karena kecantikan yang mbak Aliya miliki. Aku mencintai mbak Aliya semata-mata
hanya karena rasa nyaman yang timbul saat aku berada di dekat mbak Aliya,aku
merasakan keteduhan dan kedamaian ketika mendengar tutur kata mbak. “
“
Bayu,bagaimana dengan resiko yang harus kamu tanggung,terutama tentang
keberadaan anak- anakku yang paling tidak akan sulit untuk menerima mereka.
Ingat, jika kamu memilih aku maka secara otomatis kamu harus pula turut
menyayangi dan mencintai mereka,sanggupkah kamu melakukannya? “
“
well, bukan masalah yang sulit buat aku untuk melakukan semuanya mbak,apalagi
dengan di dampingi orang super penyayang seperti mbak Aliya. Aku kira semua
akan berjalan lebih mudah.”
“
Tapi...”
“
Sudahlah mbak,saya tidak mau lagi mendengar ada satupun alasan yang mbak
kemukakan lagi. Saya rasa semua perbincangan ini selesai,dan lagi aku ingin
mbak Aliya benar-benar mau menjadi pengisi hari-hariku.”
“
Bayu,dengarkan aku. Aku tidak mau pacaran,aku mau jika hubungan itu dibangun
dengan serius,bukan hanya untuk bersenang-senang. Apalagi pacaran sangat
dilarang oleh agama kita bukan?”
“
Aku mengerti yang sedang dipikirkan oleh mbak Aliya. Aku berjanji akan segera
meminang mbak Aliya begitu aku dapat meyakinkan ibu aku. Juga setelah mengenal
lebih dekat dengan calon anak tiri dan juga caon mertua tentunya. Aku ingin
semua berjalan dengan indah sesuai dengan yang kita harapkan.”
“
Terima kasih atas pengertianmu Bayu...”
Aliya
pergi dengan bunga-bunga bermekaran dalam hatinya. Tonggak cinta yang selama
ini terpendam dalam dan terkubur pada palung
jiwanya telah bersemi kembali,tumbuh menjadi secercah senyum termanis
penghias sudut bibirnya. Tidak ada lagi kata-kata terindah yang dapat
mengungkapkan isi hati wanita berjilbab tersebut. Begitupun dengan
Bayu,airmatanya tanpa terasa menetes karena rasa bahagianya yang tiada terkira.
Tak disangka,perjuangan kerasnya selama ini membuahkan hasil termanis yang bisa
direngkuh.
***
“
Apa ? Bayu memaksa kamu untuk menjadi kekasihnya ? Gila bener cowok itu,dia
benar-benar nekat dan begitu berani mengambil resiko.”
Minarni
begitu terkejut mendengar penuturan Aliya,serasa sahabat terdekatnya itu tidak
percaya begitu saja dengan apa yang telah terjadi di antara mereka. Sulit membayangkan
seorang perjaka mau menerima,bahkan mengemis cinta kepada seorang janda tiga
kali dan telah memiliki tiga orang putri.
“
Atau jangan-jangan kamu menipu dia? Kamu mengatakan hal yang tidak sebenarnya?
Benar begitu Aliya ?”
“
Maaf sekali sahabatku yang cantik,imut dan paling nyebelin. Aku benar-benar
telah mengatakan tentang statusku yang sudah tidak lagi gadis,bahkan aku juga
bercerita panjang lebar tentang kehidupanku hingga menjadi janda sebanyak tiga kali. Jadi secara
otomatis tuduhan kamu tentang aku menipu atau berbohong adalah sebuah fitnah
yang tidak berdasar sama sekali.”
“
Dan pemuda itu tidak tidak merubah pendiriannya sama sekali?”
“
Sayang sekali ...... Tidak !!! Bahkan dia rela melakukan apapun untuk dapat
meminangku. Tanpa tipu daya,tanpa pelet dan tanpa guna-guna. Semua berjalan
alami sama seperti yang aku rasakan kepadanya.”
“ Jadi sekarang kalian pacaran?”
“
Tidak Minarni sayang,kami tidak akan pacaran. Dia akan langsung meminangku
begitu mendapat restu dari ibundanya, dan selama itu aku hanya menunggu tanpa
status yang jelas.”
“
Lalu, apa yang kalian lakukan jika tidak mau disebut pacaran? Kalian sedang
merajut hubungan nona. Ingat itu !.”
“
He...he...he...,lagi- lagi kamu salah cewek cantik. Kamu tidak punya hubungan
apapun saat ini kecuali hanya seorang teman biasa. Lagi pula dalam islam tidak
ada yang disebut dengan pacaran bukan? Are you remember it honey ?”
“
Trus hubungan kalian mau disebut apa kalau tidak pacaran? Apa mau disebut hubungan
antara emak dengan anaknya?”
“
Terserahlah kamu mau menyebut apa. Yang jelas kita biarkan saja semua mengalir
seperti aliran air. Bergerak dari hulu hingga ke hilir,janganlah terlalu
dibesar-besarkan kabar ini. Cukup aku,kamu dan Bayu saja yang tahu. Lebih baik
kita bersikap wajar seperti tidak terjadi apa-apa. Dan ingat,tidak juga dengan
suamimu. Suamimu tidak boleh tahu apapun yang kami rencanakan ini. Kamu
mengerti sweety ?”
“
Sangat mengerti tuan putri,tapi jangan lupa untuk menjaga hati kamu untuk yang
satu ini. Jangan sampai kembali terluka seperti yang telah lewat. Jangan
terlalu mudah untuk dipermainkan oleh laki-laki. Tirulah aku,mana berani
suamiku mempermainkan aku,bisa-bisa aku ...” sambil menempelkan ujung jarinya
di leher,seperti orang sedang menyembelih leher ayam.
“
Dasar wanita penindas. Mana berani Rudi sama kamu? Dia belum
bicara,paling-paling kamu sudah memberondongkan ribuan kata.”
“
Ha...ha...ha...” Kedua wanita itu
tertawa begitu lepas bagai melepaskan beban yang menghimpit di rongga hati
masing-masing. Sejenak melupakan segala urusan rumah tangga yang datang silih
berganti menghimpit.
Beruntung
sekali mereka kuliah di sebuah Universitas swasta sehingga masih diijinkan
kuliah meskipun telah berkeluarga. “ Tidak ada batasan usia dalam menuntut ilmu
“ begitulah nasihat pak Nasuha. Dosen yang satu inilah yang begitu getol
mempertahankan semua mahasiswa yang telah menikah untuk kembali kuliah. Tidak
jarang beliau tidak segan-segan datang kerumah hanya untuk merayu mahasiswa
yang akan maupun telah menikah agar bersedia kembali menuntut ilmu. Bahkan pak
Nasuha lah yang paling berjasa dalam memberikan ijin cuti maupun mengurus semua
keperluan Aliya pada saat kembali ke kampus ini.
Minarni
merupakan sosok yang di anggap sebagai sahabat paling dekat bagi Aliya. Dalam
setiap kesulitan yang di hadapi, hanya Minarni lah tempat bersandar yang paling
baik,selalu dengan rela hati menampung keluh kesah dan curahan isi hati
Aliya,membantunya mencari solusi dalam memecahkan semua masalah. Minarni selalu
datang dalam setiap tangis yang di derai Aliya,menghiburnya hingga dapat
melupakan sejenak pikiran yang di hadapi. Pada Minarni lah semua rahasia
hidupnya selama ini tersimpan dengan rapi.
Suami
Minarni juga merupakan mahasiswa di kampus pink ini. Satu angkatan dengan
mereka berdua,ikut cuti ketika Aliya di keluarkan dan merupakan sahabat terbaik
bagi mereka. Beruntung sekali Minarni mendapatkan Rudi sebagai suaminya. Lelaki
itu adalah seorang teman yang baik,selalu mengalah dalam berbicara dan sabar dalam
bertutur kata. Terkadang Aliya merasa kasihan kepada Rudi ketika Minarni
terus-menerus menggodanya,tapi apalah daya bukan wewenangnya untuk ikut campur
dalam mengurusi rumah tangga orang lain.
Kampus
mereka sebenarnya bernama Universitas Tungga Dewi,lebih di kenal dengan sebutan
kampus Pink karena hampir delapan puluh lima persen mahasiswanya adalah
perempuan. Yang juga membedakan dengan kampus lain adalah bahwa di kampus
ini,delapan puluh persen dari mahasiswa laki-laki mendapatkan jodoh di kampus
ini. Baik itu yang dengan satu angkatan,adik tingkat atau yang mendapatkan
jodoh dengan tingkat di atasnya,seperti yang coba dilakukan Bayu dengan mendekati Aliya. Bahkan beberapa dosen pernah
menyebutnya sebagai kampus biro jodoh atas rekor yang telah di capai tersebut.
Tentu saja semua itu hanyalah sebuah sebutan yang tidak ada hubungannya sama
sekali dengan prestasi Akademis. Bahkan untuk bidang yang satu itu tidak bisa
dianggap remeh.
Beberapa
mahasiswa mampu menunjukkan prestasi akademik yang luar biasa,terbukti dengan
raihan Indeks Prestasi Kumulatif para mahasiswa yang jarang sekali berada di
kisaran dua koma lima. Paling apes mereka selalu mendapatkan IPK minimal dua
koma delapan lima,hanya satu dua orang saja yang mendapatkan IPK dua koma lima
puluh. Di luar itu,prestasi non akademik mereka juga sangat membanggakan.
Diantaranya yang paling menonjol adalah juara Turnamen Bola Volly antar
Perguruan Tinggi se- Kabupaten selama lima tahun berturut-turut baik putra
maupun putri. Juga berbagai piala dari kejuaraan beladiri dan lain sebagainya.
***
Bayu
memandang lekat wanita tua di depannya,wajah yang mulai keriput itu masih
menampakkan ketegaran dalam mengarungi sisa dari setitik lagi kehidupannya.
Telah banyak asam garam yang di kecap dalam mengarungi kehidupan. Beribu rasa
manis dan pahit telah di rasakan. Bayu sangat menghormati wanita ini karena
dialah yang telah melahirkannya ke dalam dunia yang fana ini. Dengan penuh
perjuangan dan pertaruhan nyawanya sendiri.
Bagaimana
mungkin Bayu akan melawan apapun keputusan bu Karti,ibundanya. Dengan kata
lain,Bayu tidak mungkin belum pernah menentang pendapat dari orang tua
satu-satunya yang dimiliki. Bapaknya telah meninggal tepat di tahun keempat
pada hari kelahirannya. Sungguh,begitu menyedihkan tidak mempunyai seorang
bapak ketika usianya yang belum banyak mengetahui isi dunia. Menjadi bahan
olok-olokan di sekolah oleh teman-temannya karena tidak mempunyai sosok seorang
ayah.
Hanya
sang ibu yang dengan telaten merawat dan membesarkannya. Menjadikan diri
sendiri sebagai tulang punggung keluarga tanpa berniat untuk menikah lagi.
Semua di jalani bu Karti agar kasih sayangnya kepada Bayu tidak pernah terbagi.
Dari mulai kehidupan mereka di rumah bambu peninggalan almarhum pak Ridho
hingga saat ini kehidupan mereka telah mapan dan penuh harapan. Dari pekerjaan
sebagai buruh tani di kampung,hingga memiliki rumah gedung. Titik balik dari
kehidupan mereka dimulai ketika bu Karti merantau keluar negeri,menjadi TKI di
negeri Jiran demi mencari kehidupan. Tiga tahun di sana telah terkumpul cukup
uang sebagai modal usaha.
Memulai
usaha dari sebuah warung nasi,usaha mereka semakin berkembang pesat hingga
memiliki beberapa cabang restoran di beberapa kota. Meskipun memiliki usaha
yang besar dan harta yang melimpah,Bayu selalu di didik dengan cara- cara yang
sederhana dan penuh kasih sayang. Hal ini tentu menjadikannya sebagai lelaki
yang santun,ramah dan berjiwa ksatria. Yang membuat banyak orang geleng-geleng
kepala adalah sifatnya yang sama persis dengan bu Karti yang selalu hidup
sederhana,tidak pernah menonjolkan kekayaannya. Rela bergaul dengan siapa saja
tanpa membedakan status sosial yang di sandang oleh teman-temannya.
“
Kenapa harus dengan seorang janda kak ?
kenapa tidak memilih untuk menikah dengan perawan saja ? Mencari pendamping
hidup itu bukan hanya sekedar berdasarkan kecantikan,bukan kekayaan. Apa tidak
lebih baik ananda melihat dulu bibit,bebet dan bobotnya? “
Pendapat
bu Karti ketika Bayu,mengutarakan keinginannya untuk meminang Aliya. Di
rumah,Bayu selalu di panggil dengan sebutan kakak oleh ibunya. Bukan tanpa
alasan sebutan itu di sematkan oleh bu Karti, awal mulanya sebutan itu
dilakukan ketika bu Karti hamil tua ketika Bayu masih berusia dua tahun. Karena
merupakan anak pertama,maka Bayu di panggil dengan sebutan kakak. Namun
sayang,adik yang di tunggu tidak pernah terlahir ke dunia. Di saat usia
kandungan menginjak delapan bulan,bu Karti mengalami keguguran sehingga bakal
bayi itu meninggal sebelum sempat di lahirkan. Meskipun demikian,sebutan itu
terlanjur melekat pada diri Bayu,sekaligus sebagai pengingat akan adiknya yang
telah tiada.
“
Ibu, maafkan Bayu jika ananda lancang untuk mengatakan hal ini. Bukan maksud
saya untuk melawan ataupun durhaka kepada ibunda. Bukankah ibunda sendiri yang
mengatakan bahwa kita tidak boleh membedakan perlakuan kepada sesama makhluk
tuhan. Bukankah ibunda pernah mengatakan bahwa tidak seharusnya ananda bersikap
memilih-milih dalam pertemanan,jadi apakah salah jika ananda menentukan jodoh
ananda sendiri? “
“
Bukan itu yang ibunda khawatirkan kak,ibu takut ananda terjerumus hanya dalam
kecantikan semu yang sama sekali tidak ada hubungannya dalam menata kehidupan
rumah tangga ananda. Apalagi yang ingin ananda nikahi adalah seorang janda yang
telah tiga kali menikah. Jadi coba ananda pikir sendiri,pantaskah kakak yang
masih perjaka itu menikah dengan seorang janda yang juga memiliki tiga orang
anak perempuan ? ”
Bayu
hanya bisa menundukkan kepala. Tidak berani sedikitpun menatap wajah sang
ibunda yang berdiri kaku di depannya. Sedikit penyesalan telah menggumpal dalam
jiwanya,entah karena sebab apa ia sendiri tidak pernah tahu dan tidak ingin
mencari tahu. Tidak ada sedikitpun penyesalan atas keputusannya untuk meminang
Aliya,yang di pikirkannya hanya mengapa baru sekarang Bayu mengenal Aliya.
Kenapa setelah wanita itu menjadi janda sebanyak tiga kali baru dipertemukan
dengannya.
Bayu
terus berusaha meyakinkan diri sendiri untuk mencari sebuah alasan yang paling tepat
agar diijinkan untuk meminang Aliya.
“
Ibunda,bukankah nabi Muhammad SAW juga menikahi Siti Khadijah dalam keadaan
beliau juga seorang janda?”
Bu
Karti terperanjat mendengar penuturan Bayu. Tidak pernah disangka sebelumnya
bahwa anak semata wayangnya tersebut akan berkata demikian. Sebuah alasan masuk
akal yang masih belum dapat di terimanya.
“ Mas Bayu,nabi Muhammad Saw menikahi Siti
khadijah sebagai isterinya karena kebutuhan dakwah,bukan nabsu sesaat yang bisa
menjerumuskan manusia dalam kesulitan. Apalagi kita juga belum mengetahui
bagaimana perangai sebenarnya dari wanita tersebut. Ibu tidak ingin pernikahan
ananda hanya berlangsung seumur jagung hanya karena ketidakcocokan. Usia yang
terlampau jauh bisa menjadikan ganjalan dalam mengarungi biduk rumah tangga.”
“
Ibunda tidak usah khawatirkan hal itu,ananda sudah sangat mengenal mbak Aliya.
Ananda kira dia adalah wanita terbaik yang dapat ananda temui selama usia
ananda hingga saat ini. Tidak ada satu orangpun wanita yang bisa menandinginya
selain ibunda sendiri. Jadi sekali lagi ananda memohon kepada ibunda untuk
mengijinkan ananda meminang mbak Aliya sebagai isteri ananda.”
“
Tidak kak,sekali lagi ibu tegaskan bahwa ibu belum bisa merestui hubungan
ananda. Ibu ingin mas Bayu bahagia,tapi bukan ini jalan yang harus di tempuh.
Lagi pula nak Bayu masih kuliah. Ibu tidak ingin kuliah kakak terganggu hanya
gara-gara hal ini. Apa kakak mengerti apa yang ibu katakan?”
“
Maafkan ananda ibu,ananda belum sependapat dengan ibu tentang hal ini, ananda
berjanji kalau ananda akan bisa melakukan keduanya dengan seiring sejalan.
Ananda yakin,dengan adanya masalah ini kuliah ananda tidak akan terbengkalai.
Bahkan ananda bisa kuliah sambil menikah secara bersamaan. Atau ibunda mau
ananda menyelesaikan kuliah dulu baru meminang mbak Aliya. Apapun yang ibunda
mau akan ananda turuti,asalkan ibu mengijinkan ananda menikah.”
“
Maafkan ibu ananda,kakak seharusnya mengerti kegalauan ibu. Ibu belum akan
berpikiran untuk merestui hubungan kakak dengan wanita itu,baik sekarang
ataupun nanti. Ibu berharap ananda mengerti. Ibu hanya memiliki satu impian
agar ananda bisa mendapatkan seorang pendamping hidup yang bisa membuatmu
benar-benar bahagia. Itu saja!”
Bu
Karti meninggalkan Bayu yang masih termenung di ruang tengah. Tidak di sangka
ibunya menolak permintaannya. Ini adalah pertama kalinya permintaan Bayu di
tolak ibunya. Selama ini semua yang diinginkan Bayu pasti selalu di penuhi sang
ibunda,apapun itu. Seberapa mahal dan sulit akan selalu di dapatkannya.
Bayu
hanya bisa berpikir,terlalu keterlaluankah permintaannya tersebut sehingga
sulit di kabulkan ibunya. Atau memang ada calon lain yang dipilihkan untuk
menjadi pendamping hidupnya? Bagaimanapun hati Bayu serasa di remas-remas.
Jantungnya berdebar kencang karena rasa kecewa. Hal yang paling membuatnya
putus asa ialah jika benar ibunya telah kehilangan kasih sayang kepadanya.
Kepada siapa lagi dia harus mengadu? Sedang tidak satupun kerabat yang
dimiliki. Kakek,nenek dan ayahnya sudah meninggal dunia. Ibunya hanya seorang anak
tunggal,begitupun juga dengan ayahnya.
Bayu
termenung hingga malam semakin larut menenggelamkan sepi. Nafsu makannya telah
hilang sama sekali,sejak tadi siang belum sesuap nasi pun yang menyentuh
bibirnya. Mata pemuda itu terus menerawang ke langit-langit rumah,menatap tiap
jengkal rongga genting yang tidak sempurna. Terkadang bentuknya bagus tetapi
garapannya masih terlihat kasar dan berongga,yang lain terlihat mulus namun
sudah tidak simetris lagi. Begitulah kira-kira kehidupan manusia yang harus di
jalani. Tidak ada satupun yang sempurna di dunia ini.
Kebaikan
dan keburukan selalu menjadi dua sisi yang berlawanan namun saling
menyeimbangkan. Keadilan dan kejahatan selalu ada sebagai peringatan. Kejujuran
dan kemunafikan menjadi bahan ujian yang harus di selesaikan. Semua selalu
berpasangan,bahu membahu menyembangkan dunia dalam kehidupan.
Tidak
baik merasa menjadi manusia terbaik di antara yang lain. Tidak juga boleh
terlalu minder dan kurang percaya diri. Adalah sebuah kewajiban dari kita
sebagai manusia untuk lebih bersyukur,menjalani hidup dengan apa adanya dan
sesuai dengan batas kemampuan kita. Tidak memaksakan kehendak jika ingin
mendapatkan sesuatu,karena sesuatu yang di paksakan tidak akan menghasilkan hal
yang sempurna,menimbulkan luka ataupun patah.
Bayu
terus melarutkan diri semakin dalam menjelajahi alam bawah sadarnya,mencoba
mencermati tiap jengkal perasaan yang benar-benar telah berbeda. Bertolak
belakang dan saling mengakar kuat dalam hatinya. Berebut satu tempat terbaik
yang akan selalu unggul dalam memenangkan cintanya. Bayu masih menimang dan
menimbang untung rugi dari keputusan apapun yang diambil ketika matanya
benar-benar terpejam. Rupanya kantuk dan rasa lelah telah menyeretnya dalam
alam mimpi.
* * *
“
Mungkin mbak Aliya harus bertemu dengan ibu untuk membicarakan semuanya. Aku
harap dengan pertemuan itu akan membuka hati beliau agar bersedia menerima
kehadiran mbak Aliya di keluarga kami.”
Bayu
mencoba mendiskusikan penolakan ibunya bersama dengan Aliya,bagaimanapun
kehidupan mereka selanjutnya harus di perjuangkan berdua. Bayu merasa dengan
membicarakan hal ini akan membuat hatinya menjadi lebih tenang dan penuh
kedamaian.
“
Bayu,mungkin benar berkataan ibu kamu,tidak seharusnya kita melakukan hal
ini,semua akan terasa sia-sia saja. Sangat wajar jika ibu kamu merasa malu
dengan kehadiranku. “
“
Tidak mbak,aku akan tetap mempertahankan hubungan kita. Sampai kapanpun aku
akan berusaha untuk meyakinkan ibunda. Lagi pula,mungkin ibu belum merestui
hubungan kita karena belum mengenal dan bertemu dengan mbak Aliya.
Jadi,bersediakah mbak Aliya bertemu dengan ibu untuk lebih mengenalnya?”
“
Bayu,bukan aku tidak bersedia bertemu dengan ibu kamu. Namun,sebagai seorang
perempuan aku juga akan merasakan hal yang sama dengan ibu kamu. Akan terlalu
sulit dan selalu rumit jika menerima seorang janda tiga kali ke dalam rumah
kita. Jadi aku pikir sebaiknya kita hentikan saja semua ini.”
Mulut
Aliya bergetar begitu hebat ketika mengatakan hal itu. Membohongi diri sendiri
untuk tidak mengatakan hal yang sebenarnya terkadang begitu terasa menyedihkan.
Ia seakan terkejut atas apa yang baru saja dikatakannya. Apapun yang terjadi,
Bayu benar-benar telah menyihir hatinya,membawanya masuk dalam pusaran rasa
cinta yang begitu mendalam. Tidak akan mudah untuk melepaskan diri dari labirin
rindu yang telah begitu erat mencengkeram tubuhnya.
“
Mbak Aliya,haruskah aku berlutut dihadapanmu dan memohon seperti anak kecil
agar mbak mau bertemu dengan ibu? Atau apa lagi yang bisa aku lakukan? Aku
tidak tahu lagi harus bilang apa untuk meyakinkanmu mbak....aku...sudahlah...”
“
Kenapa kita harus memaksakan sesuatu yang kita sendiri tidak pernah tahu dimana
muaranya? Kita tidak akan pernah bisa berlabuh,jika badai terus-terusan
menghempas perahu yang kita tumpangi Bayu...”
“
Jadi mbak Aliya benar-benar menyerah dengan keadaan ini? Mbak Aliya benar-benar
takluk dan merasa kalah pada yang telah terjadi. Mana semangat berjuangmu
mbak,mana semangat yang selalu engkau gelorakan dalam menempuh kehidupan?” Haruskah mbak Aliya menyerah begitu saja
setelah bersusah payah aku berjuang untuk mendapatkan cintamu? Tidak mbak,aku
tidak akan pernah menyerah. Aku akan berjuang sampai titik darah penghabisan.”
“
Sudahlah Bayu, lebih baik kamu melangkah kedepan. Memandang jauh masa depanmu
yang masih begitu panjang. Dan biarkan aku disini dengan semua langkahku
sendiri yang tertatih...”
“
Tidak mbak,aku tidak akan membiarkan mbak Aliya sendiri disini. Aku akan tetap
membawamu pergi,baik dengan atau tanpa restu dari ibuku. Jadi mbak Aliya bersedia
bertemu dengan ibu?”
“
Tapi,...”
“
Tidak ada tapi-tapian lagi mbak...aku ingin mbak Aliya bertemu dengan
ibu,bersediakah mbak Aliya melakukannya?”
“
Baiklah kalau begitu Bayu,aku akan melakukannya untukmu. Demi kebahagiaanmu
akan kulakukan hal itu...semoga kamu merasa lebih baik,meskipun hasilnya nanti
di luar perkiraan kita. Setidaknya kita telah berusaha untuk mewujudkannya.”
“
Terima kasih mbak...aku benar-benar merasa bahagia atas keputusan mbak Aliya.
Semoga keputusan ini menjadi berkah dalam mengarungi jalan hidup kita.”
“
Amien...”
* * *
Bu Karti memandangi Aliya dengan
seksama,membuat Aliya merasa kikuk dan tidak percaya diri. Hanya senyumnya yang
terus mengembang dari sudut bibirnya. Lidahnya terasa kelu dan darahnya
membeku. Jantung wanita muda itu berpacu lebih kencang seperti seorang pelatih
maraton,berdebar dan terus berdetak menanti sepotong kata yang akan terucap.
Aliya benar-benar telah
mempersiapkan mentalnya untuk situasi terburuk,berharap tidak terusir dengan
kasar walaupun ia juga tidak terlalu berharap untuk dapat di terima menjadi
bagian dari keluarga ini. Usaha yang dilakukan sudah sangat maksimal seperti
kesehariannya. Tidak ada yang bisa di banggakannya selain kesederhanaan,
keramahan dan sopan santun dalam pergaulan.
Hanya itu harta satu-satunya yang
dimiliki Aliya. Bukan emas dan permata,bukan gincu yang memerah,atau polesan
bedak mahal di pipinya. Aliya benar-benar menjadi bidadari desa yang terihat
polos,lugu dan cantik alami. Bukan dibuat-buat seperti kecantikan wanita di
kota-kota besar yang katanya elegan.
Beberapa kali wanita itu membetulkan
letak dari ujung jilbabnya yang tidak pernah butuh untuk di betulkan. Kegugupan
telah menyelimutinya,mencengkeram jiwanya hingga serasa terpenjara oleh
kesempurnaan.
Bu karti tersenyum setelah sekian
lama memandangi Aliya. Wajah wanita itu terlihat secerah matahari pagi yang
menyinari embun di atap dedaunan. Memberikan kesejukan dan keteduhan yang
selalu memancarkan aura keibuan. Sangat sempurna. Kasih sayangnya terpancar jelas
dalam setiap sudut tingkah laku wanita itu,membuat Aliya terkesima dan berharap
untuk menjadikannya sebagai panutan dalam menata hidupnya ke depan.
“ Jadi ini yang bernama Aliya?” Bu
Karti menoleh kepada Bayu.
“ Cantik dan anggun seperti seorang
bidadari. Pantas anak ibu kesengsem dan langsung jatuh hati kepadanya.”
Sebuah
pujian yang begitu tulus,tidak terlihat sedikitpun aura kemarahan yang sempat
di tunjukkan beberapa hari yang lalu.
Aliya hanya tersenyum simpul
mendengar pujian tersebut. Seumur hidup,baru kali ini ada orang lain selain
ibunya yang memujinya setinggi langit.
“ Kenapa tidak dari awal kak Bayu
mengenalkannya kepada ibu? Ibu jadinya pernah berburuk sangka kepada nak Aliya.
Eh tidak tahunya orang secantik ini. “
Aliya hanya bisa manggut-manggut
tanpa bisa berkata-kata. Begitupun dengan Bayu,pemuda itu tersenyum lebar
mendengar penuturan ibundanya. Terus terang ia sangat senang dan begitu bahagia
saat itu. Dengan lampu hijau tersebut,tidak ada lagi ganjalan yang bisa
memisahkan Aliya dengan dirinya.
Bayu hanya bisa mengintip dari ruang
tengah ketika ibunya membawa Aliya ke dapur. Terlihat mereka telah begitu akrab
setelah Aliya dapat menghilangkan kecanggungannya. Rasa grogi yang sempat
tumbuh telah terpangkas dengan sempurna. Sekarang Aliya dan bu Karti seperti
sepasang ibu dan anak dan lama tidak bertemu.
Terlihat mereka sangat kompak
menyiapkan makan siang dirumah. Sesekali bercengkrama dengan hangat seperti
teman lama yang meluapkan kerinduan. Bayu tersenyum bangga untuk ibunya. Ternyata
penilaiannya kepada Aliya adalah buah didikan dari sang ibu. Selera mereka sama
persis seperti yang selama ini di nasihatkan. Tidak mencari pendamping hidup
yang hanya cantik dan berlimpah harta,tapi bisa hidup sederhana dan menunjukkan
tata krama.
Hanya dari pertemuan pertama
itulah,telah lahir sebuah keputusan maha penting dari Bu Karti. Beliau
memutuskan untuk segera meminang Aliya buat Bayu. Tidak menundanya sampai Bayu
lulus kuliah dan bekerja,tidak menundanya sampai Bayu mapan dan siap berumah tangga.
Bu Karti merasa sangat yakin bahwa Aliya akan mampu dan bisa membimbing pemuda
itu,menjadikannya mandiri dan lebih bertanggung jawab sebagai seorang suami.
“ Pada intinya, ibu sangat setuju
dengan hubungan nak Aliya dengan ananda Bayu. Ibu minta maaf karena telah
berprasangka buruk kepada nak Aliya. Ibu hanya berharap nak Aliya mau untuk
membimbing anak manja ini menjadi lelaki yang sebenarnya. Lelaki yang mampu
bertanggung jawab kepada keluarga seperti yang pernah dilakukan almarhum
bapaknya.”
“ Insya Allah bu,saya akan berusaha
semampu saya.”
Aliya
merasa tersanjung menerima semua penghornatan itu. Tidak mampu lagi dia
berkata-kata. Terkadang sebuah harapan yang terlalu besar bisa melahirkan
bencana yang juga tidak terkira. Aliya hanya berharap di beri kemudahan dan
kelancaran serta berkah dalam melangkah dan menata kembali hidupnya.
Membuang
jauh rasa trauma dalam jiwa yang telah terkekang sekian lama akan membuat hati
Aliya menjadi tenang. Membawa kebebasan tiada batas pada setiap jengkal kerinduannya
kepada kebahagiaan. Mengurai kembali setiap mimpi yang dulu pernah sangat jauh
terbenam dalam lumpur kepalsuan.
* * *
Matahari
pagi masih berkalang kabut, terbungkus dingin dedaunan oleh embun yang
bersemayam sejak malam masih mencengkeram isi bumi. Malam yang benar-benar
memberikan sepi dan rasa kesendirian bagi Aliya. Malam yang begitu menakutkan
oleh sepenggal mimpi buruk yang menghantui pikirannya.
Adalah sebuah keanehan yang luar biasa ketika membayangkan
setangkai bunga krisan berwarna kuning tetapi memiliki tangkai dahan
kamboja,beberapa bagian daunnya adalah daun kamboja. Sebagian telah berbunga
seperti layaknya bunga berhelai lima tersebut. Tidak ada keindahan sama
sekali,kecuali pada satu tangkai yang tumbuh bunga krisan kuning. Bunga itu bercahaya
seterang matahari,bersinar seteduh rembulan,dan berwarna seindah pelangi.
Yang
membuat Aliya merasa takut adalah bahwa bunga itu tumbuh di atas sebuah makam.
Makam yang tertulis namanya pada batu nisan yang menjulang. Bagaimanapun,Aliya
hanya manusia yang berharap menemukan kebahagiaan. Dan disaat kebahagiaan itu
mulai dapat di harapkan,akankah pupus dan runtuh di tengah jalan?
Aliya
terduduk dalam diamnya di atas ranjang. Tubuhnya masih gemetar,keringat dingin
tumbuh di antara dahi dan sebagian besar tubuhnya,membasahi seluruh baju yang
di kenakan saat tidur malam itu. Pikiran wanita itu benar-benar tidak bisa
untuk di tenangkan lagi. Segurat kekhawatiran tumbuh membuncah dalam seluruh
jiwa. Tubuhnya semakin gemetar dan sulit untuk bangun dari tempat tidurnya.
Aliya mencoba meraih gelas yang berada di atas meja,sisa minumnya yang kemarin.
Sedekat apapun gelas itu,terasa sangat jauh untuk di jangkau tangannya yang
mencoba menggapai.
Tangan
itu bergetar begitu hebat,sulit untuk di kendalikan lagi. Begitu lemah dan
tanpa daya. Aliya terus mencoba menggapai,tubuhnya tiba-tiba merasa
limbung,matanya berkunang-kunang. Semakin lama semakin meredup.
Pyyaaarrr...
gelas itu terjatuh dari sudut meja,pecah dan berserakan di lantai bersama tubuh
Aliya yang berdebum. Pecahannya menggores beberapa bagian tubuh
Aliya,menimbulkan goresan luka dan rasa perih yang tidak bisa dirasakan lagi.
Mata wanita itu benar-benar gelap dan tertutup sama sekali.
Bu
Rahmi,ibu Aliya berlari dari arah dapur
demi mendengar suara benda jatuh tersebut. Ia menjerit histeris mendapati tubuh
Aliya telungkup di bawah ranjang dengan penuh luka. Beruntung wanita tersebut
belum berangkat ke pasar,hari ini adalah hari ulang tahun Aliya yang ke
tiga-puluh tiga. Mereka bersepakat sebelum tidur kemarin malam bahwa akan
membuat syukuran kecil-kecilan dan berbagi kepada warga di sekitar rumah.
Beberapa
tetangga yang mendengar teriakan tersebut berdatangan kerumah Aliya. Peristiwa
tersebut telah membuat panik banyak orang. Terutama orang-orang yang tinggal di
lingkungan tempat tinggal mereka. Mereka mengenal Aliya dan keluarga adalah
orang yang baik kepada sesama,rukun dengan tetangga,ringan tangan dan senang
membantu pada yang sedang kesusahan.
Aliya
juga seorang guru mengaji di mushola kampung. Perangainya yang sopan,santun dan
ramah kepada semua orang yang di temui membuatnya di kenal di seluruh penjuru
kampung tersebut. Dari anak kecil hingga orang dewasa mengenalnya,menyapa
setiap kali bertemu dan bertatap muka. Ibu- ibu pengajian juga sangat menyukai
gadis itu. Tidak seperti janda pada umumnya yang selalu memegang stigma
negatif,Aliya sangat berbeda dalam pandangan mereka.
Bila
selama ini seorang janda sering diidentikkan dengan penggoda dan perebut suami
orang,Aliya tidak demikian. Dia selalu dapat menempatkan diri di manapun
berada,menjaga kehormatan dan kesucian jati diri keluarga dan seluruh warga
kampung tempat tinggalnya.
Kepanikan
melanda seluruh ujung lorong kampung yang memanjang dari timur ke barat
tersebut. Ketua RT terlihat sibuk mencari bala bantuan. Beberapa kali handphone
yang dipegangnya berdering. Ucapannya menunjukkan kekhawatiran yang amat
sangat.
Bu
Rahmi hanya bisa menangis tersedu-sedu sambil memeluk tubuh penuh luka Aliya. Dari hidung gadis itu mengalir darah
segar yang bukan berasal dari luka karena pecahan gelas kaca. Darah itu berasal
dari luka di tubuh Aliya? Bu Rahmi bertanya-tanya. Inilah pertama kalinya Aliya
mimisan. Sejak kecil,bahkan sejak wanita itu masih bayi,belum pernah sekalipun
ia mimisan. Hal ini tentu saja semakin menambah kekhawatiran bu Rahmi.
Airmata
ibu setengah baya itu terus mengalir meskipun sudah berusaha di tenangkan oleh
para tetangga. Beruntung sekali,tiga putri Aliya tidak berada dirumah.
Ketiganya telah berangkat sekolah sejak tadi pagi sehingga tidak mengetahui
kejadian yng menimpa ibunya.
Semakin
panik pak RT ketika orang-orang yang dihubungi untuk meminjam mobil agar dapat
membawa Aliya kerumah sakit sedang tidak berada dirumah. Sebagian besar dari
mereka telah berangkat bekerja. Yang lain berada diluar kota,yang tersisa pun
tidak dapat diharapkan karena mobilnya rusak ataupun dipinjam orang lain. Dari
sepuluh orang yang di hubungi,tidak seorangpun yang bisa mengantar Aliya.
Dengan
sedikit rasa putus asa,pak RT menyewa tukang ojek yang berada di ujung kampung.
Segera ia berangkat kerumah sakit untuk menjemput ambulance yang bisa membawa
Aliya. Sebenarnya bisa saja menelepon ke Rumah Sakit. Akan tetapi,setelah
bertanya kepada semua warganya,tidak satupun yang mengetahui nomor telepon dari
Rumah Sakit terdekat.
Aliya masih berada dalam pingsannya
ketika sampai dirumah sakit. Dengan cekatan dokter membawa wanita itu ke Unit
Gawat Darurat,melakukan tindakan penyelamatan awal atas nyawa Aliya. Sementara
Bu Rahmi masih menangis di luar ruang UGD,menanti kesadaran dari putri semata
wayangnya tersebut. Sulit sekali membayangkan gadis itu akan tiada untuk
selama-lamanya.
* * *
Begitu mendengar Aliya masuk Rumah
Sakit,Minarni beserta suaminya segera bergegas menuju kesana. Menemani dan
berusaha menenangkan bu Rahmi,ibunda Aliya. Bagaimanapun,kedatangan Minarni
sangat dibutuhkan bu Rahmi. Dia telah di anggap sebagai anaknya sendiri seperti
halnya Aliya. Dengan kedatangan Minarni,suasana hati wanita itu menjadi lebih
tenang. Setidaknya ada teman berbagi kesedihan yang dirasakan.
“ Sebenarnya apa yang telah terjadi
bu?” Minarni bertanya kepada bu Rahmi setelah keadaan wanita tersebut mulai
agak tenang. Lalu lalang orang di sekitar rumah sakit tidak mengganggu
keakraban mereka.
“ Ibu sendiri tidak tahu
nak,tiba-tiba ada gelas jatuh di kamar Aliya,setelah saya lihat ternyata Aliya
sudah berada di bawah ranjang dengan tubuh telungkup dan penuh luka,apalagi
dari hidungnya mengalir darah segar.”
“ Maaf bu,setahu saya Aliya tidak
pernah mimisan sejak kecil? Benar demikian bu?”
Minarni
terperanjat mendengar penuturan bu Rahmi. Baginya itu adalah pertanda yang
kurang baik. Seseorang yang tiba-tiba mimisan tanpa sebab tentu saja
menimbulkan rasa penasaran yang mendalam. Pasti ada sesuatu yang sedang di
sembunyikan sahabatnya tersebut. Minarni merasa telah ditelikung dari belakang
karena tidak pernah sekalipun diajak ngobrol tentang masalah ini.
Belum
pernah sekalipun Aliya mengeluh tentang penyakit yang di derita. Selama ini ia
terlihat begitu energik dan baik- baik saja.
“
Itulah yang sampai saat ini ibu tidak tahu penyebabnya. Selama ini Aliya tidak
pernah mendapatkan perawatan dalam jangka waktu yang lama karena sakit. Baru
kali ini Aliya harus masuk rumah sakit.
Paling banter dia hanya terserang flu atau
demam biasa saja. Memang,sudah dua minggu ini Aliya mendapatkan flu yang berat.
Nafsu makannya berkurang drastis tidak seperti biasanya. Namun jika di tanya
jawabannya selalu merasa baik-baik saja. Ibu sedikit khawatir karena tiba-tiba
dia pingsan tadi pagi. Ibu merasa ada yang tidak beres dengan Aliya.”
“
Minarni juga merasa demikian bu,Aliya tidak pernah menceritakan apapun tentang
kesehatannya. Minarni jadi khawatir...”
Mereka
berdua tertunduk lesu,memandang ujung lantai yang memutih dan berkilat karena
di pel setiap hari. Tercermin jelas bayangan mereka disana. Telah hampir dua
belas jam Aliya dirawat di UGD,selama itu pula belum ada satupun kabar yang
bisa menjelaskan keadaan Aliya. Dokter yang di temui hanya bisa memberikan
harapan dan janji-janji kepada mereka. Sementara mendung diluar telah berganti
rintik hujan. Hujan yang turun semakin keras disertai gelegar petir. Sebentar-sebentar membelah
angkasa yang mulai gelap.
Suara
Adzan maghrib di kejauhan sayup-sayup terdengar,menyadarkan bu Rahmi dan
Minarni untuk segera menunaikan kewajibannya,selain itu tentu untuk memohon
ampun dan meminta kesembuhan bagi Aliya.
Rudi,suami
Minarni dan beberapa tetangga yang turut mengantar Aliya kerumah sakit telah
pulang sore tadi. Silih berganti beberapa tetangga yang tidak ikut mengantar
datang menjenguk,membawakan sedikit makanan untuk bu Rahmi dan Minarni. Minarni
sengaja tidak menghubungi Bayu,tidak ingin membuat pemuda itu khawatir akan
keadaan Aliya.
Sementara
itu,Rudi membawa ketiga putri Aliya kerumah ibu mertuanya yang juga merupakan
ibu Minarni. Menitipkan mereka disana untuk jangka waktu yang belum bisa
ditentukan. Kebetulan ibu Minarni kenal baik dengan bu Rahmi sehingga tidak
mempermasalahkan hal tersebut. Justru mereka merasa senang karena mendapat
teman untuk sekedar berbicara dan mengobrol,suasana rumah akan lebih terasa
hidup jika ada anak kecil dirumah.
Sejak
ditinggalkan oleh Minarni yang tinggal dirumah Rudi,Bu Parni dan pak Joko
memang hanya tinggal berdua saja. Anak kedua mereka berada di Bandung untuk
kuliah di ITB. Jadilah rumah tersebut terasa sepi dan sunyi. Sekarang dengan
kehadiran ketiga anak Aliya,rumah itu kembali hidup. Bu Parni sangat menyukai
anak kecil,apalagi mereka tidak rewel dan manis-manis seperti anak Aliya
tersebut.
* * *
Bayu
merasa sangat kehilangan Aliya hari ini,sejak pagi pikirannya tidak tenang sama
sekali. Ia selalu teringat dengan Aliya,membuat hatinya gelisah tak tentu arah.
Kekhawatirannya membuncah menjadi gelombang rindu yang teramat besar. Apalagi
sejak pagi ia belum sekalipun berkomunikasi dengan wanita itu. Tadi di kampus
juga tidak ada kabar berita yang menyebut keberadaan Aliya. Tidak ada
seorangpun yang dapat di tanya.
Minarni
dan suaminya yang menjadi sahabat dekat Aliya tidak masuk kuliah,tanpa
keterangan yang jelas pula. Mereka bertiga absen tanpa alasan,tidak sakit
ataupun ijin. Tidak seperti biasanya mereka berbuat seperti itu. Beberapa dosen
juga sempat bertanya kepada Bayu beserta temannya yang lain. Namun hanya jawaban
kosong yang mereka temui.
Bayu
berusaha menghubungi handphone Aliya,hanya nada sambung yang terdengar. Tidak
ada jawaban. Berkali-kali Bayu mencoba menghubungi hanya menemukan suara
operator disana. Beberapa SMS yang di kirimkan pemuda itu juga tidak di balas.
Baik itu ke handphone milik Aliya maupun milik Minarni.
Menjelang
malam,perasaan Bayu semakin tidak menentu. Gelisah dan tidak dapat memejamkan
mata sedikitpun juga. Pikirannya hanya tertuju kepada Aliya. Serasa belum puas
pemuda itu jika belum mendengar kabar yang melegakan dari gadis itu. Semakin
berusaha,semakin sulit matanya terpejam. Dadanya berdegup kencang sehingga
membuat darahnya seperti mendidih karena emosi. Ia merasa tidak seharusnya di
permainkan seperti ini.
Kekasih
macam apa yang dengan tega membiarkan orang yang dicintainya khawatir seperti
ini? Membuatnya menunggu kabar yang sejak pagi selalu dinanti. Sebenarnya Bayu
bukanlah orang yang tidak sabaran,ia selalu dapat berpikir positif dan kepala
dingin. Namun hari ini benar-benar hatinya serasa di aduk-aduk,membuatnya
gelisah dan tak tentu arah.
Jam
sepuluh malam,waktu yang di tunjukkan oleh jam dinding yang ada di dalam
kamarnya. Bayu segera bangkit dari tempat tidur,mengambil jaket dan bertekad
untuk pergi kerumah Aliya. Bu Karti sempat heran melihat anak semata wayangnya
ingin pergi malam-malam. Tidak biasanya Bayu keluar rumah di atas jam sembilan.
Pemuda itu selalu disiplin waktu dalam beristirahat.
“
Mau kemana kamu kak malam-malam begini? Bukankah tidak baik keluar
malam,biasanya ananda selalu istirahat tepat waktu?”
“
Maafkan Bayu ibu,saya merasa khawatir dengan keadaan mbak Aliya. Sejak tadi
pagi Bayu mencoba menghubunginya,tapi tidak ada balasan. Bahkan dia tidak masuk
kuliah,tolong ibunda ijinkan Bayu pergi kerumahnya malam ini. Bayu hanya ingin
memastikan mbak Aliya baik-baik saja.”
“
Memang kakak sudah bertanya kepada teman-temannya? Barangkali ada temannya yang
tahu keberadaan Aliya?”
“
Itulah bu, Bayu sudah mencoba bertanya kepada teman-teman satu kampus,tetapi
satu orangpun tidak ada yang tahu keberadaannya. Yang lebih mengherankan,mbak
Minarni dan mas Rudi teman dekatnya juga tidak masuk kuliah di saat yang
bersamaan.”
“
Kakak tidak mencoba kerumahnya tadi siang?”
“
Sudah bu,rumahnya kosong tidak ada seorangpun disana. Mau bertanya kepada
tetangga juga tidak ketemu dengan satu orang pun. Jadi Bayu hanya sempat
melihat rumahnya yang kosong tersebut.”
“
Baiklah kalau begitu,kakak hati-hati ya di jalan. Jangan ngebut,ingat segera
kabari ibu jika ada sesuatu yang terjadi.”
Bayu
segera memacu motornya menuju rumah Aliya. Hawa dingin yang menusuk tulang
tidak lagi dirasakan. Dengan seluruh tekad yang tersisa pemuda itu berusaha
mendapatkan kabar dari kekasihnya.
Hari
telah benar-benar larut malam ketika Bayu tiba di rumah Aliya. Keadaan rumah
itu sangat gelap tanpa penerangan seperti siang tadi. Tidak ada satupun
tanda-tanda yang mengatakan bahwa ada orang dirumah tersebut. Bayu mengetuk
pintu beberapa kali disertai dengan ucapan salam. Tidak ada jawaban.
Dengan
rasa kecewa dan putus asa Bayu memutar haluan motornya. Baru beberapa meter
motornya melaju,Bayu di hentikan seorang lelaki setengah baya. Dengan ramah
lelaki itu bertanya kepada Bayu tentang keperluannya.
“
Maaf nak,ada perlu apa datang kerumah bu Rahmi?”
“
Kebetulan sekali pak,saya Bayu. Saya adalah teman mbak Aliya. Sejak tadi pagi
saya tidak bertemu dengan mbak Aliya,telepon tidak di angkat,sms tidak dibalas
dan tadi siang saat kesinipun saya tidak bertemu dengan mbak Aliya. Kalau boleh
tahu,bapak tahu keberadaan mbak Aliya sekarang?”
“
Oh...ini toh nak Bayu yang sering diceritakan dik Minarni? Kebetulan dik
Minarni itu sepupu saya. Berarti nak Bayu ini calon suaminya Aliya yah?”
“
Bapak bisa saja,insyallah demikian pak.”
“
Lho memangnya nak Bayu belum tahu peristiwa yang menimpa nak Aliya?”
“
Belum pak,memang ada kejadian apa?”
“
Berarti nak Bayu belum kerumah sakit?”
“
Ke rumah sakit ?”
“
Iya,ke rumah sakit. Tadi pagi nak Aliya mendapat musibah,dia terjatuh dari
ranjang entah karena sebab apa. Nampaknya dia sedang sakit nak Bayu.”
“
Apa ??? mbak Aliya sakit pak ? Sakit apa pak ?”
“
Bapak sendiri juga belum jelas karena belum ada yang memberi kabar. Tadi sore
kabarnya dia masih belum sadar dari pingsannya sejak tadi pagi. Kasihan sekali
anak itu,semoga dia lekas sembuh. Kebaikannya sangat dibutuhkan di kampung
ini.”
“
Amiien...baiklah kalau begitu,saya akan langsung menyusul kerumah sakit saja
pak. Terima kasih atas bantuan bapak.”
“
Sama-sama nak Bayu,hati-hati di jalan.”
“ Sekali lagi saya mengucapkan terima kasih
pak,saya mohon pamit.”
Bayu
segera bergegas menuju rumah sakit yang di tunjukkan pak RT. Semakin gelisah
hatinya karena rasa khawatir yang menjadi-jadi,apalagi setelah mendengar
penuturan pak RT yang mengatakan Aliya belum sadar sampai sore tadi.
* * *
Keadaan
dirumah sakit yang sempat tegang selama kurang lebih enam belas jam mendadak
mencair. Penyebabnya adalah Aliya yang sejak pagi tidak sadarkan diri mulai
menampakkan tanda-tanda akan pulih. Detak jantungnya kembali normal setelah perawatan
yang dilakukan oleh dokter. Begitupun dengan kesadarannya,wanita itu mulai
dapat membuka mata setelah sembuh dari pingsannya.
Dokter
yang merawat Aliya hanya mempersilahkan ibu dan Minarni untuk menemaninya.
Selain mereka,untuk sementara waktu tidak di perkenankan untuk berada di kamar
ICU,tempat Aliya dirawat setelah di pindahkan dari ruang UGD. Dokter hanya
mengatakan bahwa penyakit yang di derita Aliya akan dapat di ketahui setelah
hasil uji Laboratorium keluar dua hari lagi.
Rasa
cemas yang sejak pagi menggelayut di hati bu Rahmi dan Minarni mulai sedikit
reda ketika melihat kondisi Aliya. Wanita itu tampak bingung dengan selang
infus yang menempel di tangannya. Kondisinya yang masih lemah,juga ruang asing
yang sama sekali belum sekalipun pernah dijumpainya. Aliya benar-benar merasa
asing dengan tempatnya berbaring. Satu hal yang membuatnya senang hanyalah
ketika terbangun dari pingsannya yang panjang,ada ibu dan sahabatnya di sana.
Yang
diingat Aliya hanya mimpinya tentang bunga krisan kuning yang bertangkai
kamboja. Bunga teraneh yang pernah di saksikan,meskipun hanya dalam mimpi
sekalipun. Mata Aliya menerawang jauh melewati langit-langit rumah sakit.
Menyentuh mega tertinggi tempatnya bermunajat selama ini. Ada kedamaian ketika
mengingatNya. Melantun dzikir dan do’a kepada orang-orang tercinta yang ada di
dekatnya.
Bibir
Aliya masih kelu dan bisu,sulit sekali menggerakkan mulut mungilnya itu untuk
bersuara. Yang keluar dari bibirnya hanya erangan,yang bersahut dengan kata
lembut dari ibunya.
“
Istirahatlah dulu nak,jangan banyak bergerak dulu. Jangan bersuara,lebih baik
simpan dulu tenaganya agar cepat pulih.”
Aliya
memandang keteduhan wajah ibunya,lalu bergantian melihat sahabatnya Minarni
yang menganggukkan kepala tanda setuju dengan perkataan bu Rahmi. Aliya kembali
memejamkan mata,kali ini dia tidak sedang pingsan. Ia hanya mencoba untuk tidur
dan beristirahat seperti saran dari ibunya.
Minarni
dan bu Rahmi terlihat sangat lelah,wajah mereka tampak lesu dan kuyu karena
kurang beristirahat. Bergantian mereka mencoba memejamkan mata,yang lain akan
tetap terjaga untuk menjaga Aliya yang tertidur dengan pulasnya.
Bayu
sampai di rumah sakit menjelang tengah malam. Ia hanya bisa mengintip Aliya
dari jendela kaca tempatnya dirawat. Perawat jaga yang malam itu sedang piket
tidak mengijinkan Bayu masuk ke ruang ICU. Sementara itu,mau membangunkan
Minarni atau bu Rahmi yang tidur di luar kamar,Bayu merasa segan.
Bayu
meninggalkan ruang ICU tempat Aliya di rawat dengan perasaan lega,perawat jaga
telah memberitahukan kondisi terbaru Aliya kepadanya. Setidaknya hal tersebut
membuat kekhawatirannya sedikit mereda walaupun tidak hilang sama sekali.
* * *
Sesuai
dengan janji yang telah diucapkan,dokter memberitahukan hasil pengujian
laboratorium dua hari kemudian. Beruntung waktu itu Aliya hanya di temani oleh
minarni. Bayu dan bu Rahmi yang selama dua hari ini turut menjaga Aliya sedang
punya kesibukan yang lain. Kalau tahu penyakit yang di derita Aliya,mungkin
saja kedua orang tersebut akan shock dan terpukul sekali. Tentunya tidak
satupun dari mereka menduga penyakit yang hinggap dan bersemayam di tubuh
Aliya,bahkan Aliya sekalipun merasa tidak ada yang salah dengan pola hidupnya.
“
Sebaiknya bu Aliya sabar menghadapi penyakit yang ibu derita ini,karena hanya
dengan kesabaranlah penyakit ini bisa di hadapi. Maafkan kami karena hingga
saat ini penyakit ini belum dapat di temukan obatnya. Kami turut menyesal atas
apa yang menimpa bu Aliya,sekali lagi maafkan kami bu.”
Perkataan
dokter yang merawatnya itu membuat jantung Aliya berdegup lebih kencang.
Sehalus apapun bahasa yang di pakai,seindah apapun kata yang dirangkai,tetap
saja menyiratkan bahwa dirinya mengidap penyakit yang tidak bisa dianggap
remeh. Bahkan bisa dibilang penyakit yang cukup berat karena dokter mengatakan
belum ada obatnya.
Minarni
sama terperanjatnya dengan Aliya demi mendengar penuturan sang
dokter,pikirannya berputar cepat menduga-duga penyakit yang di derita
sahabatnya. Dari penuturan tersebut,pastilah penyakit itu merupakan penyakit
yang berbahaya. Bisa merenggut nyawa Aliya kapan saja.
Hanya
tuhan yang tahu jalan hidup masing-masing dari umatNya. Ada rahasia yang
tersimpan dalam setiap langkah yang harus di jalani,membiarkannya berjalan
seperti air mengalir dan tetap tawwakal,bersyukur dan bersabar adalah
satu-satunya jalan yang harus di tempuh. Manusia hanya bisa berusaha dan tuhan
akan menentukan hasilnya.
“
Bagaimana ini Min,apa yang harus aku lakukan ? Bayu sangat berharap untuk
menikah denganku,tapi dengan keadaanku yang seperti ini bukankah akan membuat
hatinya lebih terluka? Apa tidak sebaiknya kami batalkan saja pernikahan itu?”
Aliya
hanya bisa meratap dan bertangisan dengan Minarni setelah kepergian sang
dokter. Bagaimanapun keadaan ini memberikan pilihan yang teramat sulit untuk diambil.
Kesedihan tidak seharusnya tumbuh pada tempat yang tidak seharusnya.
Kebahagiaan yang hampir di raih oleh Aliya setelah menjalani kehidupan penuh
nestapa itu telah kembali terenggut dengan paksa.
“
Iya Al,sebaiknya kamu bicarakan ini dengan Bayu,agar tidak timbul kekecewaan di
kemudian hari. Bagaimanapun Bayu berhak tahu penyakit yang hinggap di tubuh
kamu.”
“
Iya Min,tapi aku tidak sanggup mengatakan semua ini,aku tidak mampu untuk
memupus harapannya yang terlanjur melambung tinggi.”
“
Seberat apapun itu,kamu harus mencoba untuk mengatakannya. Karena dengan
kejujuranlah setiap hubungan itu terbangun. Jangan mencoba membohongi siapapun
Al,termasuk diri kamu sendiri.”
“
Benar sekali pendapatmu,tapi aku merasa hidupku tidak lama lagi. Jadi sebaiknya
Bayu mengetahui hal ini setelah aku tiada nanti. Bagaimana menurut pendapat
kamu?”
“
Janganlah kamu mendahului takdir yang maha kuasa Al,tidak baik berprasangka
buruk kepada Allah SWT,kamu harus tegar. Kamu harus segera bangkit dari
keterpurukan ini. Selama ini aku melihatmu sebagai wanita yang begitu tangguh
Al,apakah kamu ingin menyerah begitu saja?”
“
Bukannya aku ingin menyerah Min,tapi inilah takdir yang harus aku jalani.
Inilah waktu terbaik yang akan merenggut hari-hariku. Jadi biarkanlah semua
berjalan seperti yang sudah digariskan. Aku ingin meminta bantuanmu
Min,bersediakah kamu membantuku untuk yang terakhir kalinya?”
“
Apapun itu Al,sesulit apapun akan aku lakukan untukmu. Kamu adalah sahabat
terbaik yang pernah aku miliki. Apa permintaanmu Al?”
“
Aku minta,setelah aku pergi nanti. Aku ingin kamu menjaga anak-anakku seperti
anak kamu sendiri. Selain itu aku berharap,kamulah yang akan menyampaikan hasil
test kesehatan ini kepada Bayu. Beserta surat yang akan aku buat untuknya.
Bersediakah kamu melakukannya?”
Aliya
mengangsurkan secarik kertas hasil test darah tentang penyakitnya kepada
Minarni. Matanya benar-benar telah sembab oleh linangan airmata,begitupun
dengan Minarni. Tangan keduanya terlihat bergetar,menahan perasaan yang tidak
dapat dilukiskan lagi.
Minarni
segera memeluk sahabatnya dengan erat pun demikian dengan Aliya. Mereka
berangkulan dengan penuh kehangatan seperti orang yang akan berpisah dalam
waktu yang lama sekali.
“
Bersediakah kamu menjaga rahasia ini Min?”
“
Iya Al, aku merasa sangat beruntung karena menjadi orang yang masih kamu
percaya untuk memegang amanah ini. Aku harap kamu bisa segera sembuh Al. Aku
ingin kamu pulih seperti sediakala sehingga aku tidak perlu menyampaikan kabar
ini.”
“
Sudahlah Min,jangan mencoba menghiburku lagi. Tidak ada lagi yang bisa kita
lakukan selain menunggu hari itu,datang cepat ataupun lambat.”
Minarni
melepaskan pelukannya dari Aliya dan melangkah pergi. Batinnya merasa sangat
teriris dengan perkataan Aliya. Dengan langkah gontai Minarni meninggalkan
rumah sakit tempat Aliya dirawat. Menimbulkan rasa penasaran dari Bayu yang
baru saja tiba dirumah sakit.
“
Kenapa kalian menangis ? Adakah yang menggangu pikiran kalian?” Bayu bertanya
kepada Aliya setelah sampai dihadapan wanita itu. Matanya memandang penuh selidik kepada Aliya yang
sedang menyeka airmatanya.
“
Tidak ada Bayu,semua baik-baik saja.”
“
Tapi kenapa kalian menangis,tidak seperti biasanya kejadian ini terjadi. Ada
sesuatu yang kalian sembunyikan?”
“
Sudahlah Bayu,lebih baik kita membicarakan hubungan kita selanjutnya.”
“
Maksud mbak Aliya ?”
“
Aku ingin mengakhiri semua ini. Sungguh aku merasa tidak pantas bersanding
denganmu Bayu. Aku hanyalah wanita hina yang tidak mungkin untuk merusak masa
mudamu.”
“
Tidak mbak,bukankah kita sudah mendiskusikan ini sebelumnya? Dan jawabanku
tetap mbak. Aku akan menerima mbak Aliya apa adanya,jadi tidak ada lagi yang
perlu mbak Aliya ragukan dari ketulusan cintaku. Apapun akan aku berikan untuk
kebahagiaan mbak Aliya.”
“
Apapun itu?”
“
Iya,apapun yang mbak Aliya minta. Kecuali satu hal. Mbak Aliya ingin pergi dari
aku. Aku tidak akan melakukan satu hal tersebut mbak. Tidak sekarang atau
sampai kapanpun. Kita harus tetap bersama mbak.”
Aliya
sudah menduga bahwa Bayu akan mengatakan hal tersebut,dan mungkin jika Aliya
mengatakan yang sebenarnya sekalipun. Pendirian pemuda itu sangat kuat. Tidak
akan mudah untuk menggoyahkan pikirannya. Hanya siasatlah yang bisa membuat
Aliya dapat meninggalkan Bayu dengan tenang. Tanpa melihat ekspresi kesedihan
yang akan ditunjukkannya.
“
Jadi apa yang mbak Aliya inginkan saat ini ? Aku akan berusaha mewujudkannya
untukmu mbak.”
Aliya
hanya terpaku melihat kesungguhan pemuda itu. Pikirannya melayang mencari
apapun agar dapat mengalihkan Bayu dari dirinya untuk sementara waktu.
“
Baiklah Bayu,aku ingin meminta satu hal dari kamu. Aku ingin kamu mendapatkan
sebuah bunga krisan kuning dari pegunungan Pacet. Dan ingat,hanya malam ini.
Kalau sampai kamu datang pagi hari,maka kamu harus setuju dengan perpisahan
kita.”
Sambil
berkata demikian,Aliya menahan gigil dalam tubuhnya. Raganya telah benar-benar
mati rasa. Namun,bagaimanapun Aliya tidak mungkin menunjukkannya di depan Bayu.
Yang diingat hanyalah mimpinya tentang bunga itu sebelum Aliya pingsan dua hari
yang lalu.
“
Baiklah jika itu yang mbak Aliya inginkan. Sore ini juga aku akan berangkat
untuk memenuhinya. Aku berharap mbak Aliya akan memenuhi janji tersebut,dan
kita langsung menikah esok pagi. Bagaimana menurut mbak Aliya?”
“
Baiklah Bayu,aku akan menepati janjiku kepadamu.”
* * *
Malam
itu tubuh Aliya benar-benar menggigil kedinginan. Selimut tebal yang dibawa bu
Rahmi tidak mampu lagi menahan hawa dingin yang menyerang. Kepala wanita itu
seperti berputar,matanya hanya mengenali dua warna,yaitu gelap dan terang.
Semakin
lama, Aliya merasa semakin dingin. Tubuh wanita itu mengalami kejang-kejang
karena tidak mampu menahan suhu tubuhnya yang begitu panas. Dokter yang datang
tidak lagi dapat membantu,seakan ruh Aliya sudah sangat siap meninggalkan
raganya,hanya menunggu waktu yang tepat saja. Waktu yang diberikannya kepada
Bayu untuk mendapatkan bunga krisan kuning yang diinginkannya.
Tepat
ketika matahari terbit dari timur,Aliya menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Ternyata Bayu benar-benar gagal memenuhi janjinya kepada Aliya.
Semua
orang diruangan tersebut menangis sejadi-jadinya. Bu Rahmi dan Minarni saling
berpelukan menumpahkan kesedihan. Raut muka itu juga yang ditunjukkan
orang-orang yang melayat pemakamannya. Semua merasa kehilangan seorang wanita
terbaik yang sempat mengisi hari-hari mereka dengan semangat pengabdian.
Ternyata takdir berkata lain,wanita itu meninggal dunia saat usianya masih
sangat muda. Oleh sebuah penyakit yang merupakan sebuah hukuman bagi mantan
suaminya.
* * *
Bayu
membaca surat Aliya ketika berada dirumah sakit. Sebenarnya pemuda itu dapat
menyelesaikan janjinya dengan tepat waktu. Hanya takdir mengatakan hal yang
berbeda,Bayu di tabrak dari belakang ketika hendak berbelok menuju rumah sakit
tempat Aliya dirawat. Lukanya yang sedikit parah memaksa pemuda itu menjalani
perawatan dirumah sakit.
Bayu yang aku cintai,terkadang takdir yang di gariskan
oleh tuhan tidak selalu indah,semua akan terjadi seperti yang telah dituliskan di
atas sana. Kebahagiaan yang sempat akan kita rajut ternyata tidak bisa kita
raih. Tuhan telah menggariskan bahwa semua itu telah direnggutnya dengan
penyakit HIV Aids yang aku derita. Aku berharap kamu akan menemukaan
kebahagiaan lain dari wanita yang kamu cintai nanti.
Maafkan aku tidak bisa meluluskan permintaanmu,karena
bukan aku yang mengatur takdir kita.
Yang
mencintaimu selalu,
Aliya
Bayu merasa sangat sedih membaca
setiap bait kata Aliya. Batinnya terasa teriris,kecewa karena keegoisannya
tidak dapat menemani Aliya menjemput ajalnya. Penyesalan itu tumbuh karena ia
tidak mau mendengar semua perkataan Aliya.
Bayu hanya bisa meratap dan menangis
didepan pusara Aliya. Bunga yang didapatkannya dari pegunungan Pacet itu telah
layu dan diletakkannya di atas pusara Aliya. Hanya krisan kuning di hati Bayu
yang tidak pernah layu,terus bersemi dan tumbuh menjadi pengingat hatinya yang
rapuh...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar