Selasa, 14 Oktober 2014

KRISAN KUNING BERTANGKAI KAMBOJA - mini novel

KRISAN KUNING BERTANGKAI KAMBOJA

            Aliya masih berdiri mematung di antara kepingan senja,matanya tajam memandang ke ufuk barat yang merona merah. Jauh menerawang menembus sisa sinar matahari yang mulai layu di antara awan tipis yang mulai samar. Dalam setiap kepingan hatinya telah tumbuh rasa simpati kepada pemuda itu. Seorang pemuda yang membuat hatinya selalu berdebar setiap kali Aliya dekat dengannya. Perasaan yang sulit sekali dihilangkan dalam setiap angan yang terbentuk dalam lamunan khayal maupun dalam setiap mimpi di tidurnya.
            Sesungguhnya Aliya merasa sangat bersalah karena membiarkan hatinya tumbuh secara liar dan bersemi dalam bunga-bunga rindu. Tidak dapat dipungkiri lagi,pesona Bayu ( nama pemuda itu ) telah berhasil membius alam bawah sadarnya,memporak-porandakan pertahanan terakhir dalam hatinya. Aliya benar-benar merasa hatinya telah cacat dan teramputasi oleh perasaannya kepada pemuda itu.
            Sebuah pertemuan secara tidak sengaja telah terjadi di antara mereka,perjumpaan diwaktu dan tempat yang sungguh sangat salah. Waktu itu,Aliya yang melanjutkan kembali kuliahnya yang telah hampir lima tahun berhenti sedang berjalan-jalan di sekitar danau di kampusnya. Sebuah buku tergenggam erat pada ujung jemarinya,matanya tertuju pada bait-bait kata dan kalimat dalam buku tersebut. Tanpa di sengaja,Minarni sahabatnya mengajak wanita itu untuk berpindah dari tempat duduknya karena telah terdengar dentang bel yang menandakan jam kuliah segera dimulai.
            Minarni menyeret tubuh Aliya yang masih enggan terlepas dari bukunya tersebut. Suatu kebetulan terjadi,ketika Minarni melangkah lebih cepat,Aliya pun berusaha untuk menyamai langkah sahabatnya yang sudah jauh di depan. Nahas bagi Aliya,ketika Minarni berbelok,Aliya masih lurus berjalan kedepan menuju ke arah danau. Teriakan Minarni dan teman lain disekeliling Aliya yang memintanya berhenti tidak diindahkan. Mata Aliya masih tertuju pada buku yang dipegangnya. Begitu mendapati kakinya tidak lagi menginjak paving,Aliya baru tersadar bahwa dia telah berada di tepian danau. Semua terlambat,wanita itu tercebur kedalam danau buatan sedalam dua belas meter tersebut.
            Tangan Aliya berusaha menggapai tepian danau,akan tetapi tangannya hanya menemui udara hampa. Tubuh itu semakin menjauhi tepian danau dan bergerak semakin ketengah. Tangan Aliya terus menggapai-gapai,suara teriakan meminta tolong timbul tenggelam di antara gelombang air yang mencoba menelannya hidup-hidup. Sulit membayangkan wanita itu akan selamat dengan kondisi tidak bisa berenang seperti ini. Di tepi danau,Minarni dan teman-temannya yang lain hanya berteriak-teriak tanpa bisa berbuat apa-apa. Minarni terus-menerus memukul-mukul dada teman-teman cowoknya agar menolong Aliya. Namun para pemuda itu hanya terbengong-bengong tanpa bisa berbuat sesuatu. Mereka hanya termangu melihat tubuh Aliya semakin lama semakin tenggelam,meninggalkan gelembung-gelembung udara di atas air.
            Sejurus kemudian,seorang pemuda yang entah datang dari mana tiba-tiba melompat kedalam air. Dengan terampil pemuda itu menggapai tubuh Aliya sebelum sampai ke dasar danau. Sulit membayangkan seandainya tidak ada yang bersedia menolong wanita cantik tersebut,tentu hari ini Aliya tidak akan dapat menikmati senja yang terasa sangat manis dan indah ini.
            Setiap kali mengingat peristiwa itu,Aliya selalu tersenyum sendiri. Apalagi setelah peristiwa tersebut Aliya semakin akrab dengan Bayu,pemuda yang telah menyelamatkan nyawanya. Siapa yang tidak kesengsem dengan orang yang telah menjadi pahlawan bagi kita dan dengan gagah berani menyelamatkan nyawa kita. Begitupun dengan Aliya,Wanita itu merasa hatinya benar-benar tertambat pada pemuda itu,bukan saja karena Bayu telah menyelamatkan nyawanya,terlebih pada sikap dan sifat pemuda itu yang selalu ramah dan sopan dalam bertutur serta tingkah lakunya yang mencerminkan sosok lelaki yang bertanggung jawab.
            Bayu sebenarnya hanyalah adik tingkat Aliya di kampus tersebut. Aliyah telah menempuh semester tujuh sedangkan Bayu baru saja menginjak semester tiga di fakultas yang sama. Apalagi jika membandingkan usia keduanya,sangat jauh sekali perbedaan mereka. Aliya adalah wanita matang dengan usia mendekati tiga puluh tahun,sedang Bayu hanyalah anak kemarin sore dengan usianya yang baru menginjak dua puluh tahun. Akan sangat sulit memadukan dua hati yang sangat-sangat jelas jauh sekali perbedaannya. Hal itulah yang selalu mengganggu pikiran Aliya,berkali – kali Bayu mencoba mengutarakan isi hatinya kepada Aliya. Namun hanya kehampaan yang di dapatkan,Aliya selalu saja mencoba untuk menghindari jika Bayu mencoba untuk menariknya dalam buih cinta. Dengan segenap tenaga Aliya berusaha merubah topik yang mereka bicarakan sebelumnya.

***

            Hari masih sangat pagi ketika Aliya mendapatkan telepon dari Bayu. Pemuda itu sangat ingin bertemu dengannya. Rupanya sangat besar sekali hasrat dari Bayu agar dapat menjadikan Aliya sebagai pendamping hidupnya. Terbukti,berbagai cara telah dilakukan Bayu untuk menarik perhatian Aliya. Tidak jarang pula Bayu berusaha untuk mengantar Aliya pulang kerumahnya,atau berusaha untuk menemui ibunda Aliya. Namun,Aliya selalu dapat menolak dengan cara memberikan alasan-alasan yang masuk akal dan sama sekali tidak menyinggung perasaan Bayu. Bagaimanapun,orang yang dapat menahan keinginannya untuk mendapatkan sesuatu dengan cara lebih bersabar dan tidak grusa-grusu akan menghasilkan sesuatu yang memuaskan.
            “ Mbak, kenapa mbak Aliya selalu berusaha menolak setiap kali aku berusaha mengutarakan perasaanku kepadamu? “ Bayu bertanya kepada Aliya ketika akhirnya benar-benar bertemu.
“ Kenapa mbak ? Apakah mbak Aliya tidak menyukai Bayu?” Perkataan Bayu bagai sebuah belati yang menusuk jantung Aliya. Terasa selama beberapa detik detak jantung wanita itu terasa berhenti berdebar. Ini adalah kesekian kali Aliya harus berusaha menyembunyikan perasaannya kepada Bayu. Menyimpan rapat kekagumannya kepada pemuda itu yang begitu kuat dalam mempertahankan prinsip hidupnya,kekagumannya kepada pemuda itu yang begitu setia menunggu jawaban yang akan terlontar dari bibir Aliya,baik ataupun buruk.
“ Begitu burukkah aku,sehingga mbak Aliya tidak pernah mau menjawab rasa cintaku kepadamu? Apa salahku mbak? Kenapa mbak Aliya begitu tega menggantung perasaanku kepadamu? Benar-benar sulitkah mbak Aliya mengatakan iya atau tidak? Apalagi yang harus aku buktikan agar dapat mendapatkan cinta mbak Aliya?”
Rentetan pertanyaan dari Bayu berputar-putar dalam benak Aliya. Wanita itu hanya bisa terdiam,bisu tanpa bisa berkata-kata. Pagi terasa begitu lambat berputar,menyisakan embun yang terus memberikan rasa dingin dalam balutan kabut. Aliya seperti sedang tertawan dalam sebuah labirin rindu yang terus menerus menyiksa batinnya. Dan sangat ironis sekali bahwa kerinduannya hanya berada di dua depa dihadapannya tanpa dapat diraih.
Kalau saja Aliya adalah seorang perawan,sangat mungkin ia akan menerima Bayu dengan tanpa berpikiran panjang. Tapi,Aliya adalah seorang janda dengan tiga orang anak. Seorang janda yang telah menikah sebanyak tiga kali. Apa kata orang jika Aliya menerima Bayu sebagai tambatan hatinya? Orang- orang akan berpikir bahwa Aliya sedang mencari brondong dengan mencintai orang yang jauh lebih muda dari usianya. Orang akan cenderung berpikir bahwa dia hanyalah wanita tidak tahu malu yang memanfaatkan anak muda bau kencur untuk menjadi pendamping hidupnya,menuduhnya memasang jerat cinta agar lelaki itu tertarik untuk menjadi kekasihnya. Sungguh, Aliya harus berpikir jauh kedepan bagaimana dengan masa depan anak-anak yang masih dalam tanggungannya. Mampukah Bayu menerima keadaan yang sebenarnya dari Aliya? Dapatkah ia menerima keberadaan anak-anak Aliya? Itulah yang benar-benar mengganggu dalam benak Aliya saat ini.
Disisi yang lain,Aliya sangat merindukan sosok lelaki seperti Bayu. Lelaki yang mampu menjadi pelindung sekaligus seorang imam yang akan menuntunnya meraih surga yang di sediakan oleh Allah swt. Seorang lelaki penuh tanggungjawab yang dapat membahagiakan kehidupannya. Bukan sosok lelaki seperti ketiga orang mantan suaminya.
Lelaki pertama yang menikahi Aliya adalah Budiman,seorang pengusaha yang memiliki isteri lebih dari tiga orang. Aliya masih seumur jagung ketika gadis itu dipaksa menikah dengan Budiman. Delapan belas tahun dan baru saja lulus dari sebuah Sekolah Menengah Atas di kota Mojokerto,kota kelahirannya. Aliya terpaksa menikah dengan Budiman karena ayahnya terlilit hutang yang sangat besar kepada pengusaha muda tersebut. Disertai sebuah ancaman bahwa keluarganya akan di jebloskan kedalam penjara,rumah dan tanahnya akan disita menjadi kidung pengiring pernikahan yang mereka lakukan. Hampir selama lima hari lima malam Aliya hanya bisa menangis dan mengutuk pernikahan tersebut.
Namun,tidak selamanya nasib harus di ratapi. Aliya bisa bangkit dan berusaha menjadi seorang isteri yang baik yang dicintai dan mencintai suaminya. Bahkan janji Budiman sebelum menikah bahwa ia akan menceraikan semua isterinya jika Aliya bersedia menjadi pendamping hidupnya pun di tepati. Dua bulan setelah pernikahan tersebut,Budiman menceraikan semua isteri sirinya. Ternyata selama itu,Budiman belum pernah menikah secara resmi kecuali pernikahannya bersama Aliya. Bulir –bulir kisah mereka semakin tumbuh,apalagi ketika lahir seorang putri hasil dari pernikahan tersebut. Setahun setelah pernikahan,Aliyah melahirkan Keila Nilam Putri,anak pertamanya. Sayang,kebahagiaan itu terenggut dua tahun kemudian. Budiman meninggal dunia karena terlibat sebuah kecelakaan saat berangkat ke tempat kerja. Hal ini tentu saja menjadi sebuah pukulan yang sangat berat bagi Aliya dan keluarga.
Lima belas bulan kemudian Aliya dilamar oleh seorang dosen tempatnya menimba ilmu saat ini. Dosen tersebut menjadi lelaki kedua yang singgah dalam hidup Aliya. Kehidupan mereka seperti kebanyakan kehidupan rumah tangga orang lain. Berawal manis kemudian berakhir dengan sangat tragis. Aliya dilabrak isteri pertama dan kedua sang dosen,ia dituduh menjadi perusak rumah tangga orang lain,hinaan dan cacian harus diterima dengan lapang dada dan dalam batas kesabaran. Yang lebih miris lagi,setelah peristiwa tersebut Aliya di paksa keluar dari kampus oleh sang dosen. Dengan perkataan kasar Aliya di usir dengan paksa dari tempatnya menimba ilmu. Beberapa temannya,termasuk Minarni akhirnya memutuskan mengambil cuti kuliah sebagai bentuk dukungan kepadanya. Walaupun dengan sekuat tenaga Aliya meminta kepada teman-temannya untuk mengurungkan niat mereka,tetap saja Minarni dan kawan-kawan tidak surut langkah.
Peristiwa tersebut membuat pihak kampus melakukan penyelidikan karena ada yang janggal dengan keputusan para mahasiswa. Melalui penyelidikan itulah,pihak kampus akhirnya mengeluarkan sang dosen karena dianggap telah mencemarkan nama baik kampus. Selain itu,ia harus berurusan dengan pihak berwajib karena menjadi tersangka korupsi dana iuran kampus. Aliya dinyatakan tidak bersalah dan surat droup Out di tarik kembali sehingga Aliya dapat masuk kuliah kembali. Namun, pihak kampus juga tetap memberikan ijin cuti kepada mereka untuk menenangkan diri. Dari pernikahan singkat itu,Aliya kembali mendapatkan seorang anak perempuan yang di beri nama Ayudya Putri Purnama.
Lelaki ketiga yang menjadi suami Aliya lebih buruk lagi. Kali ini,ayah Aliya kalah dalam berjudi dalam jumlah yang sangat besar. Harta kekayaan Aliya yang berasal dari warisan Budiman semuanya ludes,menyisakan sebuah rumah yang di tempati Aliya beserta ketiga anaknya. Ayah Aliya yang sudah gelap mata karena kalah dalam perjudian akhirnya menjadikannya sebagai taruhan. Siapapun pemenang dari taruhan tersebut akan berhak untuk mempersunting Aliya.
Aliya jatuh ke tangan seorang preman. Dengan sangat-sangat terpaksa Aliya harus menikah dengan orang yang di sekujur tubuhnya penuh dengan tato tersebut. Sebenarnya Aliya merasa sangat risih dan jijik,tetapi tiada daya dan upaya yang dapat dilakukan. Tidak ada secuilpun kebahagiaan yang di berikan oleh Karjo,suaminya yang berumur lebih dari lima puluh tahun tersebut. Hanya pukulan dan tendangan yang sehari-hari di terima Aliya,di tambah lagi karjo sangat sering pulang malam,mabuk-mabukkan,berjudi dan main perempun. Pekerjaan hari-harinya hanyalah berada di lokalisasi yang berada di Surabaya. Ia hanya pulang jika membutuhkan uang dan tubuh Aliya saja. Setelah itu Karjo akan kembali berjudi dan main perempuan lagi hingga berminggu-minggu  tidak pulang kerumah. Sebenarnya bila Karjo tidak pulang kerumah,kehidupan di rumah Aliya lebih tenang dan bahagia. Tidak ada penyiksaan yang dilakukan dan tidak ada orang yang menjijikkan seperti itu.
Dua tahun kemudian kabar itu akhirnya datang. Karjo tewas di sebuah lokalisasi setelah berkencan dengan beberapa PSK. Terasa plong batin Aliya mendengar kabar tersebut,walaupun sebagai seorang isteri tidak sepatutnya ia merasa bahagia atas musibah yang diterima suaminya. Dengan segenap kekuatan yang di kumpulkan kembali,Aliya bertekad untuk membesarkan ketiga putrinya. Putri ketiga Aliya sebenarnya bukanlah putri kandung,ia adalah anak dari Karjo dari isteri pertama yang telah meninggal dunia.

Sangat sulit bagi Aliya untuk kembali percaya kepada sosok seorang lelaki. Bagaimana mungkin semua peristiwa pahit yang pernah terukir dapat dengan mudah untuk dilupakan begitu saja. Sedangkan sebatang ranting yang pernah patah sekalipun,butuh waktu berbulan-bulan untuk kembali seperti sediakala,itupun tidak dapat kembali seperti semula.  Terkadang ada yang bengkok dan yang lain malah tidak tumbuh sama sekali. Menyerahkan hidup kepada takdir adalah sebuah proses berpasrah dan menyerah pada keadaan yang harus di jalani oleh Aliya. Menikah muda dan menjadi seorang janda selama tiga kali hanya dalam kurun waktu kurang dari sepuluh tahun tentu terasa sangat menyakitkan,menimbulkan sebuah kekecewaan panjang yang tanpa ujung.
“ Mengapa semua ini harus terjadi? Kenapa di saat seperti ini kamu harus datang? Aku tidak seperti wanita kebanyakan Yu,aku bukan orang yang terbaik yang harus kamu pilih,masih banyak wanita lain yang lebih pantas dan lebih layak berada disisi kamu. “
Aliya menatap lekat wajah Bayu,ada kedamaian dalam tatapan wajah pemuda itu,kedamaian yang selama ini sangat di rindukan Aliya. Kedamaian yang terus-menerus meneror batinnya selama sepuluh tahun terakhir. Kedamaian yang belum pernah di dapatkan dari semua mantan suaminya. Aliya tidak mau munafik,membohongi hatinya bahwa ia benar-benar juga mencintai pemuda itu. Hanya perasaan sebagai wanita yang sudah tidak suci lagi lah yang membuat rasa percaya dirinya mengendur. Layu seperti tangkai bunga di saat musim kemarau panjang.
Bayu membuang muka ke sisi danau,tempat mereka pertama kembali bertemu. Tidak ada sedikitpun keangkuhan yang terpancar di sana,hanya sebuah kerinduan. Rindu yang sangat mendalam akan hadirnya seorang bidadari yang terus membelai mimpi dalam khayalnya.
“ Tidak ada satupun alasan yang dapat menggagalkan rasa cintaku kepadamu mbak. Tidak satupun,sekarang atau sampai kapanpun.”
“ Tidak satupun ?  Walaupun aku bukan gadis lagi ?”
“ Apapun itu,gadis atau bukan gadis,perawan atau tidak perawan itu sebenarnya hanyalah sebuah sebutan,yang terpenting dari semua itu adalah ketulusan hati dan kerelaan untuk berbagi. Apakah mbak Aliya belum meluhat ketulusan hatiku?”
“ Bukan seperti itu maksudku,kamu tidak mengerti Bayu...”
“ Tidak mengerti ? Jadi,sejak kapan  mencintai harus terhalang keadaan? Sebenarnya siapa yang tidak mau mengerti? Siapa yang seharusnya belajar untuk mengerti?” Potong Bayu cepat,sebelum Aliya menyelesaikan kalimatnya.
“ Mbak Aliya, bukankah sudah semestinya manusia mendapatkan seorang pendamping hidup yang membuatnya nyaman?”
“ lalu apa yang membuat kamu suka dengan mbak? Tidakkah kamu melihat bahwa usia kita terpaut sangat jauh? Kita sangat berbeda Bayu. Bukankah lebih baik kamu mencari wanita lain yang lebih muda dari mbak. “
“ Jadi karena masalah usia mbak Aliya mempermasalahkan rasa sayangku kepada mbak? Hanya karena umur mbak Aliya berusaha menjauh dari Bayu? Kenapa mbak,mbak Aliya malu karena aku lebih muda dari mbak? Mbak Aliya takut orang-orang akan mengolok-olok kita? Benar begitu mbak? “
Aliya kembali membisu,ternyata Bayu benar-benar tidak seperti lelaki kebanyakan. Pemuda itu telah sangat matang di bandingkan dengan usianya yang baru  menapak dua puluh tahun. Semua perkataannya menunjukkan kematangan jiwa dan keluasan pandangan dalam menempuh jalan terjal kehidupan. Masih terlalu dini untuk memutuskan menerima cinta pemuda itu,meskipun jiwa Aliya sudah hampir meledak karena tidak kuat lagi menahan gejolak hatinya. Aliya berusaha tetap tenang dengan mencoba menyembunyikan serapat mungkin perasaan dalam hatinya yang terdalam.
Bayu mencoba menakar perasaan wanita di depannya. Berkali-kali pemuda itu mencoba menyelam dalam setiap kata,kalimat,gerak bibir maupun isyarat pandangan mata dari lawan bicaranya. Kesimpulan pertama yang ia dapat ialah bahwa Aliya juga mempunyai perasaan yang sama dengan dirinya,akan tetapi ada sebuah hal yang mengganjal dan menjadi penghalang bagi wanita tersebut.
“ Tidak,mbak tidak pernah takut akan olokan,hinaan maupun cacian orang lain yang berada di sekitar kita. Mbak sudah terlalu banyak memakan getir kehidupan sehingga tidak ada lagi yang membuat takut mbak,kecuali hanya satu hal...”
“ Apa yang mbak Aliya takutkan? Bukankah dengan kita bersama,kita dapat lebih mudah dalam menyelesaikan segala macam persoalan? Bukankah dengan bersama kita lebih kuat dalam menjalani segala cobaan. Ayolah mbak,jangan mencari alasan lagi. Janganlah mbak berusaha menyembunyikan segala sesuatu yang sebenarnya sudah sangat jelas dan terang bagi kita.”
“ Bukan hal itu yang aku takutkan Bayu...” Aliya membiarkan kalimatnya mengambang. Tiba-tiba saja lidahnya terasa kelu,ada rasa bersalah karena membiarkan masalah ini berlarut-larut seperti saat ini. Aliya berpikir kenapa ia tidak memutuskan untuk mengatakan tidak saja waktu itu?. Dengan melakukan hal itu mungkin saja Bayu akan berhenti berharap,berhenti menunggu dalam ketidakpastian yang di berikan oleh Aliya. Mengapa Aliya harus memilih bermain-main dengan api yang ternyata telah mengobarkan benih cinta dalam hatinya. Membuatnya sulit memutuskan segala sesuatunya sehingga menjadikan jalan yang seharusnya terang benerang itu menjadi samar dan berkabut penuh dengan misteri.
“ Jadi apa mbak? Mbak Aliya sudah punya kekasih yang lain? Atau mbak Aliya sudah memiliki pendamping hidup? “
Bayu sudah merasa tidak sabar lagi untuk mendengarkan jawaban Aliya. Bagaimanapun ia telah memiliki andil yang cukup besar untuk menyeret Aliya dalam masalah ini. Jika benar Aliya sudah memiliki seorang pendamping,alangkah malunya Bayu. Ia akan merasa sangat bersalah karena berusaha merusak rumah tangga orang lain. Bagaimanapun tidak ada maksud dari Bayu untuk merobek pagar ayu siapapun. Menjadi orang ketiga dalam rumah tangga orang lain bukanlah sifat seorang ksatria seperti yang sudah di tanamkan orang tuanya selama ini. Aib bagi keluarga Bayu jika sampai melakukan hal tersebut.
“ Separuh jawaban itu benar Bayu,... Saat ini mbak memiliki tiga orang anak perempuan.”
“ Jadi,mbak Aliya benar-benar memiliki suami? Kenapa mbak Aliya tidak bilang dari awal? Aku sangat kecewa dengan mbak. Aku rasa mbak Aliya telah mempermainkan saya saja.”
“ Bayu,bisa dengarkan mbak sebentar....? Mbak tidak bermaksud mempermainkan kamu. Mbak hanya merasa bingung untuk menjelaskan kepadamu apa yang sebenarnya telah terjadi.”
“ Kenapa mbak Aliya tidak pernah bilang kepada Bayu kalau mbak telah memiliki kehidupan rumah tangga dengan lelaki lain? Kenapa mbak Aliya selalu berputar-putar jika Bayu bertanya kepada mbak?”
“ Bayu,please dengarkan sebentar perkataan mbak....!!!!”
Suasana menjadi hening. Bayu berusaha meredam perasaan dalam jiwanya. Hatinya terasa remuk karena kecewa dan marah atas yang telah terjadi. Tidak ada alasan lain yang membuat bunga kehilangan pesonanya selain karena tangkainya patah. Bagaimanapun usaha yang kita lakukan untuk membuatnya harum,tidak akan berhasil karena ia akan layu dan mulai mengering. Lalu satu persatu mahkotanya berguguran seperti daun di musim gugur. Tidak ada keindahan.
Bayu hanya bisa menundukkan kepala,sebuah bulir airmatanya jatuh kedalam air danau yang begitu tenang dan damai. Keindahannya terasa pupus di telan amarah yang timbul tenggelam dalam bejana,tinggal bagaimana kita menjaganya agar tidak tumpah dan meluber membasahi sekeilingnya.
“ Sebenarnya kamu salah paham dengan perkataan mbak tadi...”
“ Maksud mbak Aliya?”
“ Mbak berkata bahwa mbak punya tiga orang putri,itu benar. Tapi,mbak tidak pernah mengatakan bahwa mbak memiliki suami saat ini.”
“ Jadi...?”
“ Yang ingin mbak ceritakan adalah sesuatu yang telah mbak alami...”
“ Jadi mbak Aliya tidak memiliki suami?”
Mata Bayu kembali berbinar setelah mendung sempat menutupnya selama beberapa menit. Sangat cerah,secerah matahari pagi. Berarti masih ada kesempatan. Seperti yang telah di katakannya tadi bahwa ia tidak peduli dengan status Aliya,meskipun ia adalah seorang janda sekalipun.
“ Mbak adalah seorang janda Yu,dengan tiga orang anak dari tiga laki-laki yang berbeda. Jadi,masih pantaskah seorang janda sepertiku mendapatkan perjaka yang bahkan belum pernah berpacaran sepertimu,apa kata orang nantinya? “
“ Mbak Aliya tidak usah risau dengan semua itu,aku bisa menerima semua keadaan mbak seperti ini. Aku mencintai mbak Aliya bukan karena status mbak Aliya,bukan karena kecantikan yang mbak Aliya miliki. Aku mencintai mbak Aliya semata-mata hanya karena rasa nyaman yang timbul saat aku berada di dekat mbak Aliya,aku merasakan keteduhan dan kedamaian ketika mendengar tutur kata mbak. “
“ Bayu,bagaimana dengan resiko yang harus kamu tanggung,terutama tentang keberadaan anak- anakku yang paling tidak akan sulit untuk menerima mereka. Ingat, jika kamu memilih aku maka secara otomatis kamu harus pula turut menyayangi dan mencintai mereka,sanggupkah kamu melakukannya? “
“ well, bukan masalah yang sulit buat aku untuk melakukan semuanya mbak,apalagi dengan di dampingi orang super penyayang seperti mbak Aliya. Aku kira semua akan berjalan lebih mudah.”
“ Tapi...”
“ Sudahlah mbak,saya tidak mau lagi mendengar ada satupun alasan yang mbak kemukakan lagi. Saya rasa semua perbincangan ini selesai,dan lagi aku ingin mbak Aliya benar-benar mau menjadi pengisi hari-hariku.”
“ Bayu,dengarkan aku. Aku tidak mau pacaran,aku mau jika hubungan itu dibangun dengan serius,bukan hanya untuk bersenang-senang. Apalagi pacaran sangat dilarang oleh agama kita bukan?”
“ Aku mengerti yang sedang dipikirkan oleh mbak Aliya. Aku berjanji akan segera meminang mbak Aliya begitu aku dapat meyakinkan ibu aku. Juga setelah mengenal lebih dekat dengan calon anak tiri dan juga caon mertua tentunya. Aku ingin semua berjalan dengan indah sesuai dengan yang kita harapkan.”
“ Terima kasih atas pengertianmu Bayu...”

Aliya pergi dengan bunga-bunga bermekaran dalam hatinya. Tonggak cinta yang selama ini terpendam dalam dan terkubur pada palung  jiwanya telah bersemi kembali,tumbuh menjadi secercah senyum termanis penghias sudut bibirnya. Tidak ada lagi kata-kata terindah yang dapat mengungkapkan isi hati wanita berjilbab tersebut. Begitupun dengan Bayu,airmatanya tanpa terasa menetes karena rasa bahagianya yang tiada terkira. Tak disangka,perjuangan kerasnya selama ini membuahkan hasil termanis yang bisa direngkuh.

***
“ Apa ? Bayu memaksa kamu untuk menjadi kekasihnya ? Gila bener cowok itu,dia benar-benar nekat dan begitu berani mengambil resiko.”
Minarni begitu terkejut mendengar penuturan Aliya,serasa sahabat terdekatnya itu tidak percaya begitu saja dengan apa yang telah terjadi di antara mereka. Sulit membayangkan seorang perjaka mau menerima,bahkan mengemis cinta kepada seorang janda tiga kali dan telah memiliki tiga orang putri.
“ Atau jangan-jangan kamu menipu dia? Kamu mengatakan hal yang tidak sebenarnya? Benar begitu Aliya ?”
“ Maaf sekali sahabatku yang cantik,imut dan paling nyebelin. Aku benar-benar telah mengatakan tentang statusku yang sudah tidak lagi gadis,bahkan aku juga bercerita panjang lebar tentang kehidupanku hingga  menjadi janda sebanyak tiga kali. Jadi secara otomatis tuduhan kamu tentang aku menipu atau berbohong adalah sebuah fitnah yang tidak berdasar sama sekali.”
“ Dan pemuda itu tidak tidak merubah pendiriannya sama sekali?”
“ Sayang sekali ...... Tidak !!! Bahkan dia rela melakukan apapun untuk dapat meminangku. Tanpa tipu daya,tanpa pelet dan tanpa guna-guna. Semua berjalan alami sama seperti yang aku rasakan kepadanya.”
“  Jadi sekarang kalian pacaran?”
“ Tidak Minarni sayang,kami tidak akan pacaran. Dia akan langsung meminangku begitu mendapat restu dari ibundanya, dan selama itu aku hanya menunggu tanpa status yang jelas.”
“ Lalu, apa yang kalian lakukan jika tidak mau disebut pacaran? Kalian sedang merajut hubungan nona. Ingat itu !.”
“ He...he...he...,lagi- lagi kamu salah cewek cantik. Kamu tidak punya hubungan apapun saat ini kecuali hanya seorang teman biasa. Lagi pula dalam islam tidak ada yang disebut dengan pacaran bukan? Are you remember it honey ?”
“ Trus hubungan kalian mau disebut apa kalau tidak pacaran? Apa mau disebut hubungan antara emak dengan anaknya?”
“ Terserahlah kamu mau menyebut apa. Yang jelas kita biarkan saja semua mengalir seperti aliran air. Bergerak dari hulu hingga ke hilir,janganlah terlalu dibesar-besarkan kabar ini. Cukup aku,kamu dan Bayu saja yang tahu. Lebih baik kita bersikap wajar seperti tidak terjadi apa-apa. Dan ingat,tidak juga dengan suamimu. Suamimu tidak boleh tahu apapun yang kami rencanakan ini. Kamu mengerti sweety ?”
“ Sangat mengerti tuan putri,tapi jangan lupa untuk menjaga hati kamu untuk yang satu ini. Jangan sampai kembali terluka seperti yang telah lewat. Jangan terlalu mudah untuk dipermainkan oleh laki-laki. Tirulah aku,mana berani suamiku mempermainkan aku,bisa-bisa aku ...” sambil menempelkan ujung jarinya di leher,seperti orang sedang menyembelih leher ayam.
“ Dasar wanita penindas. Mana berani Rudi sama kamu? Dia belum bicara,paling-paling kamu sudah memberondongkan ribuan kata.”
“ Ha...ha...ha...”  Kedua wanita itu tertawa begitu lepas bagai melepaskan beban yang menghimpit di rongga hati masing-masing. Sejenak melupakan segala urusan rumah tangga yang datang silih berganti menghimpit.
Beruntung sekali mereka kuliah di sebuah Universitas swasta sehingga masih diijinkan kuliah meskipun telah berkeluarga. “ Tidak ada batasan usia dalam menuntut ilmu “ begitulah nasihat pak Nasuha. Dosen yang satu inilah yang begitu getol mempertahankan semua mahasiswa yang telah menikah untuk kembali kuliah. Tidak jarang beliau tidak segan-segan datang kerumah hanya untuk merayu mahasiswa yang akan maupun telah menikah agar bersedia kembali menuntut ilmu. Bahkan pak Nasuha lah yang paling berjasa dalam memberikan ijin cuti maupun mengurus semua keperluan Aliya pada saat kembali ke kampus ini.
Minarni merupakan sosok yang di anggap sebagai sahabat paling dekat bagi Aliya. Dalam setiap kesulitan yang di hadapi, hanya Minarni lah tempat bersandar yang paling baik,selalu dengan rela hati menampung keluh kesah dan curahan isi hati Aliya,membantunya mencari solusi dalam memecahkan semua masalah. Minarni selalu datang dalam setiap tangis yang di derai Aliya,menghiburnya hingga dapat melupakan sejenak pikiran yang di hadapi. Pada Minarni lah semua rahasia hidupnya selama ini tersimpan dengan rapi.
Suami Minarni juga merupakan mahasiswa di kampus pink ini. Satu angkatan dengan mereka berdua,ikut cuti ketika Aliya di keluarkan dan merupakan sahabat terbaik bagi mereka. Beruntung sekali Minarni mendapatkan Rudi sebagai suaminya. Lelaki itu adalah seorang teman yang baik,selalu mengalah dalam berbicara dan sabar dalam bertutur kata. Terkadang Aliya merasa kasihan kepada Rudi ketika Minarni terus-menerus menggodanya,tapi apalah daya bukan wewenangnya untuk ikut campur dalam mengurusi rumah tangga orang lain.
Kampus mereka sebenarnya bernama Universitas Tungga Dewi,lebih di kenal dengan sebutan kampus Pink karena hampir delapan puluh lima persen mahasiswanya adalah perempuan. Yang juga membedakan dengan kampus lain adalah bahwa di kampus ini,delapan puluh persen dari mahasiswa laki-laki mendapatkan jodoh di kampus ini. Baik itu yang dengan satu angkatan,adik tingkat atau yang mendapatkan jodoh dengan tingkat di atasnya,seperti yang coba dilakukan Bayu dengan  mendekati Aliya. Bahkan beberapa dosen pernah menyebutnya sebagai kampus biro jodoh atas rekor yang telah di capai tersebut. Tentu saja semua itu hanyalah sebuah sebutan yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan prestasi Akademis. Bahkan untuk bidang yang satu itu tidak bisa dianggap remeh.
Beberapa mahasiswa mampu menunjukkan prestasi akademik yang luar biasa,terbukti dengan raihan Indeks Prestasi Kumulatif para mahasiswa yang jarang sekali berada di kisaran dua koma lima. Paling apes mereka selalu mendapatkan IPK minimal dua koma delapan lima,hanya satu dua orang saja yang mendapatkan IPK dua koma lima puluh. Di luar itu,prestasi non akademik mereka juga sangat membanggakan. Diantaranya yang paling menonjol adalah juara Turnamen Bola Volly antar Perguruan Tinggi se- Kabupaten selama lima tahun berturut-turut baik putra maupun putri. Juga berbagai piala dari kejuaraan beladiri dan lain sebagainya.

***
Bayu memandang lekat wanita tua di depannya,wajah yang mulai keriput itu masih menampakkan ketegaran dalam mengarungi sisa dari setitik lagi kehidupannya. Telah banyak asam garam yang di kecap dalam mengarungi kehidupan. Beribu rasa manis dan pahit telah di rasakan. Bayu sangat menghormati wanita ini karena dialah yang telah melahirkannya ke dalam dunia yang fana ini. Dengan penuh perjuangan dan pertaruhan nyawanya sendiri.
Bagaimana mungkin Bayu akan melawan apapun keputusan bu Karti,ibundanya. Dengan kata lain,Bayu tidak mungkin belum pernah menentang pendapat dari orang tua satu-satunya yang dimiliki. Bapaknya telah meninggal tepat di tahun keempat pada hari kelahirannya. Sungguh,begitu menyedihkan tidak mempunyai seorang bapak ketika usianya yang belum banyak mengetahui isi dunia. Menjadi bahan olok-olokan di sekolah oleh teman-temannya karena tidak mempunyai sosok seorang ayah.
Hanya sang ibu yang dengan telaten merawat dan membesarkannya. Menjadikan diri sendiri sebagai tulang punggung keluarga tanpa berniat untuk menikah lagi. Semua di jalani bu Karti agar kasih sayangnya kepada Bayu tidak pernah terbagi. Dari mulai kehidupan mereka di rumah bambu peninggalan almarhum pak Ridho hingga saat ini kehidupan mereka telah mapan dan penuh harapan. Dari pekerjaan sebagai buruh tani di kampung,hingga memiliki rumah gedung. Titik balik dari kehidupan mereka dimulai ketika bu Karti merantau keluar negeri,menjadi TKI di negeri Jiran demi mencari kehidupan. Tiga tahun di sana telah terkumpul cukup uang sebagai modal usaha.
Memulai usaha dari sebuah warung nasi,usaha mereka semakin berkembang pesat hingga memiliki beberapa cabang restoran di beberapa kota. Meskipun memiliki usaha yang besar dan harta yang melimpah,Bayu selalu di didik dengan cara- cara yang sederhana dan penuh kasih sayang. Hal ini tentu menjadikannya sebagai lelaki yang santun,ramah dan berjiwa ksatria. Yang membuat banyak orang geleng-geleng kepala adalah sifatnya yang sama persis dengan bu Karti yang selalu hidup sederhana,tidak pernah menonjolkan kekayaannya. Rela bergaul dengan siapa saja tanpa membedakan status sosial yang di sandang oleh teman-temannya.
“ Kenapa harus dengan seorang janda kak  ? kenapa tidak memilih untuk menikah dengan perawan saja ? Mencari pendamping hidup itu bukan hanya sekedar berdasarkan kecantikan,bukan kekayaan. Apa tidak lebih baik ananda melihat dulu bibit,bebet dan bobotnya? “
Pendapat bu Karti ketika Bayu,mengutarakan keinginannya untuk meminang Aliya. Di rumah,Bayu selalu di panggil dengan sebutan kakak oleh ibunya. Bukan tanpa alasan sebutan itu di sematkan oleh bu Karti, awal mulanya sebutan itu dilakukan ketika bu Karti hamil tua ketika Bayu masih berusia dua tahun. Karena merupakan anak pertama,maka Bayu di panggil dengan sebutan kakak. Namun sayang,adik yang di tunggu tidak pernah terlahir ke dunia. Di saat usia kandungan menginjak delapan bulan,bu Karti mengalami keguguran sehingga bakal bayi itu meninggal sebelum sempat di lahirkan. Meskipun demikian,sebutan itu terlanjur melekat pada diri Bayu,sekaligus sebagai pengingat akan adiknya yang telah tiada.
“ Ibu, maafkan Bayu jika ananda lancang untuk mengatakan hal ini. Bukan maksud saya untuk melawan ataupun durhaka kepada ibunda. Bukankah ibunda sendiri yang mengatakan bahwa kita tidak boleh membedakan perlakuan kepada sesama makhluk tuhan. Bukankah ibunda pernah mengatakan bahwa tidak seharusnya ananda bersikap memilih-milih dalam pertemanan,jadi apakah salah jika ananda menentukan jodoh ananda sendiri? “
“ Bukan itu yang ibunda khawatirkan kak,ibu takut ananda terjerumus hanya dalam kecantikan semu yang sama sekali tidak ada hubungannya dalam menata kehidupan rumah tangga ananda. Apalagi yang ingin ananda nikahi adalah seorang janda yang telah tiga kali menikah. Jadi coba ananda pikir sendiri,pantaskah kakak yang masih perjaka itu menikah dengan seorang janda yang juga memiliki tiga orang anak perempuan ? ”
Bayu hanya bisa menundukkan kepala. Tidak berani sedikitpun menatap wajah sang ibunda yang berdiri kaku di depannya. Sedikit penyesalan telah menggumpal dalam jiwanya,entah karena sebab apa ia sendiri tidak pernah tahu dan tidak ingin mencari tahu. Tidak ada sedikitpun penyesalan atas keputusannya untuk meminang Aliya,yang di pikirkannya hanya mengapa baru sekarang Bayu mengenal Aliya. Kenapa setelah wanita itu menjadi janda sebanyak tiga kali baru dipertemukan dengannya.
Bayu terus berusaha meyakinkan diri sendiri untuk mencari sebuah alasan yang paling tepat agar diijinkan untuk meminang Aliya.
“ Ibunda,bukankah nabi Muhammad SAW juga menikahi Siti Khadijah dalam keadaan beliau juga seorang janda?”
Bu Karti terperanjat mendengar penuturan Bayu. Tidak pernah disangka sebelumnya bahwa anak semata wayangnya tersebut akan berkata demikian. Sebuah alasan masuk akal yang masih belum dapat di terimanya.
“  Mas Bayu,nabi Muhammad Saw menikahi Siti khadijah sebagai isterinya karena kebutuhan dakwah,bukan nabsu sesaat yang bisa menjerumuskan manusia dalam kesulitan. Apalagi kita juga belum mengetahui bagaimana perangai sebenarnya dari wanita tersebut. Ibu tidak ingin pernikahan ananda hanya berlangsung seumur jagung hanya karena ketidakcocokan. Usia yang terlampau jauh bisa menjadikan ganjalan dalam mengarungi biduk rumah tangga.”
“ Ibunda tidak usah khawatirkan hal itu,ananda sudah sangat mengenal mbak Aliya. Ananda kira dia adalah wanita terbaik yang dapat ananda temui selama usia ananda hingga saat ini. Tidak ada satu orangpun wanita yang bisa menandinginya selain ibunda sendiri. Jadi sekali lagi ananda memohon kepada ibunda untuk mengijinkan ananda meminang mbak Aliya sebagai isteri ananda.”
“ Tidak kak,sekali lagi ibu tegaskan bahwa ibu belum bisa merestui hubungan ananda. Ibu ingin mas Bayu bahagia,tapi bukan ini jalan yang harus di tempuh. Lagi pula nak Bayu masih kuliah. Ibu tidak ingin kuliah kakak terganggu hanya gara-gara hal ini. Apa kakak mengerti apa yang ibu katakan?”
“ Maafkan ananda ibu,ananda belum sependapat dengan ibu tentang hal ini, ananda berjanji kalau ananda akan bisa melakukan keduanya dengan seiring sejalan. Ananda yakin,dengan adanya masalah ini kuliah ananda tidak akan terbengkalai. Bahkan ananda bisa kuliah sambil menikah secara bersamaan. Atau ibunda mau ananda menyelesaikan kuliah dulu baru meminang mbak Aliya. Apapun yang ibunda mau akan ananda turuti,asalkan ibu mengijinkan ananda menikah.”
“ Maafkan ibu ananda,kakak seharusnya mengerti kegalauan ibu. Ibu belum akan berpikiran untuk merestui hubungan kakak dengan wanita itu,baik sekarang ataupun nanti. Ibu berharap ananda mengerti. Ibu hanya memiliki satu impian agar ananda bisa mendapatkan seorang pendamping hidup yang bisa membuatmu benar-benar bahagia. Itu saja!”
Bu Karti meninggalkan Bayu yang masih termenung di ruang tengah. Tidak di sangka ibunya menolak permintaannya. Ini adalah pertama kalinya permintaan Bayu di tolak ibunya. Selama ini semua yang diinginkan Bayu pasti selalu di penuhi sang ibunda,apapun itu. Seberapa mahal dan sulit akan selalu di dapatkannya.
Bayu hanya bisa berpikir,terlalu keterlaluankah permintaannya tersebut sehingga sulit di kabulkan ibunya. Atau memang ada calon lain yang dipilihkan untuk menjadi pendamping hidupnya? Bagaimanapun hati Bayu serasa di remas-remas. Jantungnya berdebar kencang karena rasa kecewa. Hal yang paling membuatnya putus asa ialah jika benar ibunya telah kehilangan kasih sayang kepadanya. Kepada siapa lagi dia harus mengadu? Sedang tidak satupun kerabat yang dimiliki. Kakek,nenek dan ayahnya sudah meninggal dunia. Ibunya hanya seorang anak tunggal,begitupun juga dengan ayahnya.
Bayu termenung hingga malam semakin larut menenggelamkan sepi. Nafsu makannya telah hilang sama sekali,sejak tadi siang belum sesuap nasi pun yang menyentuh bibirnya. Mata pemuda itu terus menerawang ke langit-langit rumah,menatap tiap jengkal rongga genting yang tidak sempurna. Terkadang bentuknya bagus tetapi garapannya masih terlihat kasar dan berongga,yang lain terlihat mulus namun sudah tidak simetris lagi. Begitulah kira-kira kehidupan manusia yang harus di jalani. Tidak ada satupun yang sempurna di dunia ini.
Kebaikan dan keburukan selalu menjadi dua sisi yang berlawanan namun saling menyeimbangkan. Keadilan dan kejahatan selalu ada sebagai peringatan. Kejujuran dan kemunafikan menjadi bahan ujian yang harus di selesaikan. Semua selalu berpasangan,bahu membahu menyembangkan dunia dalam kehidupan.
Tidak baik merasa menjadi manusia terbaik di antara yang lain. Tidak juga boleh terlalu minder dan kurang percaya diri. Adalah sebuah kewajiban dari kita sebagai manusia untuk lebih bersyukur,menjalani hidup dengan apa adanya dan sesuai dengan batas kemampuan kita. Tidak memaksakan kehendak jika ingin mendapatkan sesuatu,karena sesuatu yang di paksakan tidak akan menghasilkan hal yang sempurna,menimbulkan luka ataupun patah.
Bayu terus melarutkan diri semakin dalam menjelajahi alam bawah sadarnya,mencoba mencermati tiap jengkal perasaan yang benar-benar telah berbeda. Bertolak belakang dan saling mengakar kuat dalam hatinya. Berebut satu tempat terbaik yang akan selalu unggul dalam memenangkan cintanya. Bayu masih menimang dan menimbang untung rugi dari keputusan apapun yang diambil ketika matanya benar-benar terpejam. Rupanya kantuk dan rasa lelah telah menyeretnya dalam alam mimpi.

* * *
“ Mungkin mbak Aliya harus bertemu dengan ibu untuk membicarakan semuanya. Aku harap dengan pertemuan itu akan membuka hati beliau agar bersedia menerima kehadiran mbak Aliya di keluarga kami.”
Bayu mencoba mendiskusikan penolakan ibunya bersama dengan Aliya,bagaimanapun kehidupan mereka selanjutnya harus di perjuangkan berdua. Bayu merasa dengan membicarakan hal ini akan membuat hatinya menjadi lebih tenang dan penuh kedamaian.
“ Bayu,mungkin benar berkataan ibu kamu,tidak seharusnya kita melakukan hal ini,semua akan terasa sia-sia saja. Sangat wajar jika ibu kamu merasa malu dengan kehadiranku. “
“ Tidak mbak,aku akan tetap mempertahankan hubungan kita. Sampai kapanpun aku akan berusaha untuk meyakinkan ibunda. Lagi pula,mungkin ibu belum merestui hubungan kita karena belum mengenal dan bertemu dengan mbak Aliya. Jadi,bersediakah mbak Aliya bertemu dengan ibu untuk lebih mengenalnya?”
“ Bayu,bukan aku tidak bersedia bertemu dengan ibu kamu. Namun,sebagai seorang perempuan aku juga akan merasakan hal yang sama dengan ibu kamu. Akan terlalu sulit dan selalu rumit jika menerima seorang janda tiga kali ke dalam rumah kita. Jadi aku pikir sebaiknya kita hentikan saja semua ini.”
Mulut Aliya bergetar begitu hebat ketika mengatakan hal itu. Membohongi diri sendiri untuk tidak mengatakan hal yang sebenarnya terkadang begitu terasa menyedihkan. Ia seakan terkejut atas apa yang baru saja dikatakannya. Apapun yang terjadi, Bayu benar-benar telah menyihir hatinya,membawanya masuk dalam pusaran rasa cinta yang begitu mendalam. Tidak akan mudah untuk melepaskan diri dari labirin rindu yang telah begitu erat mencengkeram tubuhnya.
“ Mbak Aliya,haruskah aku berlutut dihadapanmu dan memohon seperti anak kecil agar mbak mau bertemu dengan ibu? Atau apa lagi yang bisa aku lakukan? Aku tidak tahu lagi harus bilang apa untuk meyakinkanmu mbak....aku...sudahlah...”
“ Kenapa kita harus memaksakan sesuatu yang kita sendiri tidak pernah tahu dimana muaranya? Kita tidak akan pernah bisa berlabuh,jika badai terus-terusan menghempas perahu yang kita tumpangi Bayu...”
“ Jadi mbak Aliya benar-benar menyerah dengan keadaan ini? Mbak Aliya benar-benar takluk dan merasa kalah pada yang telah terjadi. Mana semangat berjuangmu mbak,mana semangat yang selalu engkau gelorakan dalam menempuh kehidupan?”  Haruskah mbak Aliya menyerah begitu saja setelah bersusah payah aku berjuang untuk mendapatkan cintamu? Tidak mbak,aku tidak akan pernah menyerah. Aku akan berjuang sampai titik darah penghabisan.”
“ Sudahlah Bayu, lebih baik kamu melangkah kedepan. Memandang jauh masa depanmu yang masih begitu panjang. Dan biarkan aku disini dengan semua langkahku sendiri yang tertatih...”
“ Tidak mbak,aku tidak akan membiarkan mbak Aliya sendiri disini. Aku akan tetap membawamu pergi,baik dengan atau tanpa restu dari ibuku. Jadi mbak Aliya bersedia bertemu dengan ibu?”
“ Tapi,...”
“ Tidak ada tapi-tapian lagi mbak...aku ingin mbak Aliya bertemu dengan ibu,bersediakah mbak Aliya melakukannya?”
“ Baiklah kalau begitu Bayu,aku akan melakukannya untukmu. Demi kebahagiaanmu akan kulakukan hal itu...semoga kamu merasa lebih baik,meskipun hasilnya nanti di luar perkiraan kita. Setidaknya kita telah berusaha untuk mewujudkannya.”
“ Terima kasih mbak...aku benar-benar merasa bahagia atas keputusan mbak Aliya. Semoga keputusan ini menjadi berkah dalam mengarungi jalan hidup kita.”
“ Amien...”

* * *
            Bu Karti memandangi Aliya dengan seksama,membuat Aliya merasa kikuk dan tidak percaya diri. Hanya senyumnya yang terus mengembang dari sudut bibirnya. Lidahnya terasa kelu dan darahnya membeku. Jantung wanita muda itu berpacu lebih kencang seperti seorang pelatih maraton,berdebar dan terus berdetak menanti sepotong kata yang akan terucap.
            Aliya benar-benar telah mempersiapkan mentalnya untuk situasi terburuk,berharap tidak terusir dengan kasar walaupun ia juga tidak terlalu berharap untuk dapat di terima menjadi bagian dari keluarga ini. Usaha yang dilakukan sudah sangat maksimal seperti kesehariannya. Tidak ada yang bisa di banggakannya selain kesederhanaan, keramahan dan sopan santun dalam pergaulan.
            Hanya itu harta satu-satunya yang dimiliki Aliya. Bukan emas dan permata,bukan gincu yang memerah,atau polesan bedak mahal di pipinya. Aliya benar-benar menjadi bidadari desa yang terihat polos,lugu dan cantik alami. Bukan dibuat-buat seperti kecantikan wanita di kota-kota besar yang katanya elegan.
            Beberapa kali wanita itu membetulkan letak dari ujung jilbabnya yang tidak pernah butuh untuk di betulkan. Kegugupan telah menyelimutinya,mencengkeram jiwanya hingga serasa terpenjara oleh kesempurnaan.
            Bu karti tersenyum setelah sekian lama memandangi Aliya. Wajah wanita itu terlihat secerah matahari pagi yang menyinari embun di atap dedaunan. Memberikan kesejukan dan keteduhan yang selalu memancarkan aura keibuan. Sangat sempurna. Kasih sayangnya terpancar jelas dalam setiap sudut tingkah laku wanita itu,membuat Aliya terkesima dan berharap untuk menjadikannya sebagai panutan dalam menata hidupnya ke depan.
            “ Jadi ini yang bernama Aliya?” Bu Karti menoleh kepada Bayu.
            “ Cantik dan anggun seperti seorang bidadari. Pantas anak ibu kesengsem dan langsung jatuh hati kepadanya.”
Sebuah pujian yang begitu tulus,tidak terlihat sedikitpun aura kemarahan yang sempat di tunjukkan beberapa hari yang lalu.
            Aliya hanya tersenyum simpul mendengar pujian tersebut. Seumur hidup,baru kali ini ada orang lain selain ibunya yang memujinya setinggi langit.
            “ Kenapa tidak dari awal kak Bayu mengenalkannya kepada ibu? Ibu jadinya pernah berburuk sangka kepada nak Aliya. Eh tidak tahunya orang secantik ini. “
            Aliya hanya bisa manggut-manggut tanpa bisa berkata-kata. Begitupun dengan Bayu,pemuda itu tersenyum lebar mendengar penuturan ibundanya. Terus terang ia sangat senang dan begitu bahagia saat itu. Dengan lampu hijau tersebut,tidak ada lagi ganjalan yang bisa memisahkan Aliya dengan dirinya.
            Bayu hanya bisa mengintip dari ruang tengah ketika ibunya membawa Aliya ke dapur. Terlihat mereka telah begitu akrab setelah Aliya dapat menghilangkan kecanggungannya. Rasa grogi yang sempat tumbuh telah terpangkas dengan sempurna. Sekarang Aliya dan bu Karti seperti sepasang ibu dan anak dan lama tidak bertemu.
            Terlihat mereka sangat kompak menyiapkan makan siang dirumah. Sesekali bercengkrama dengan hangat seperti teman lama yang meluapkan kerinduan. Bayu tersenyum bangga untuk ibunya. Ternyata penilaiannya kepada Aliya adalah buah didikan dari sang ibu. Selera mereka sama persis seperti yang selama ini di nasihatkan. Tidak mencari pendamping hidup yang hanya cantik dan berlimpah harta,tapi bisa hidup sederhana dan menunjukkan tata krama.
            Hanya dari pertemuan pertama itulah,telah lahir sebuah keputusan maha penting dari Bu Karti. Beliau memutuskan untuk segera meminang Aliya buat Bayu. Tidak menundanya sampai Bayu lulus kuliah dan bekerja,tidak menundanya sampai Bayu mapan dan siap berumah tangga. Bu Karti merasa sangat yakin bahwa Aliya akan mampu dan bisa membimbing pemuda itu,menjadikannya mandiri dan lebih bertanggung jawab sebagai seorang suami.
            “ Pada intinya, ibu sangat setuju dengan hubungan nak Aliya dengan ananda Bayu. Ibu minta maaf karena telah berprasangka buruk kepada nak Aliya. Ibu hanya berharap nak Aliya mau untuk membimbing anak manja ini menjadi lelaki yang sebenarnya. Lelaki yang mampu bertanggung jawab kepada keluarga seperti yang pernah dilakukan almarhum bapaknya.”
            “ Insya Allah bu,saya akan berusaha semampu saya.”
Aliya merasa tersanjung menerima semua penghornatan itu. Tidak mampu lagi dia berkata-kata. Terkadang sebuah harapan yang terlalu besar bisa melahirkan bencana yang juga tidak terkira. Aliya hanya berharap di beri kemudahan dan kelancaran serta berkah dalam melangkah dan menata kembali hidupnya.
Membuang jauh rasa trauma dalam jiwa yang telah terkekang sekian lama akan membuat hati Aliya menjadi tenang. Membawa kebebasan tiada batas pada setiap jengkal kerinduannya kepada kebahagiaan. Mengurai kembali setiap mimpi yang dulu pernah sangat jauh terbenam dalam lumpur kepalsuan.
* * *
Matahari pagi masih berkalang kabut, terbungkus dingin dedaunan oleh embun yang bersemayam sejak malam masih mencengkeram isi bumi. Malam yang benar-benar memberikan sepi dan rasa kesendirian bagi Aliya. Malam yang begitu menakutkan oleh sepenggal mimpi buruk yang menghantui pikirannya.
 Adalah sebuah keanehan yang luar biasa ketika membayangkan setangkai bunga krisan berwarna kuning tetapi memiliki tangkai dahan kamboja,beberapa bagian daunnya adalah daun kamboja. Sebagian telah berbunga seperti layaknya bunga berhelai lima tersebut. Tidak ada keindahan sama sekali,kecuali pada satu tangkai yang tumbuh bunga krisan kuning. Bunga itu bercahaya seterang matahari,bersinar seteduh rembulan,dan berwarna seindah pelangi.
Yang membuat Aliya merasa takut adalah bahwa bunga itu tumbuh di atas sebuah makam. Makam yang tertulis namanya pada batu nisan yang menjulang. Bagaimanapun,Aliya hanya manusia yang berharap menemukan kebahagiaan. Dan disaat kebahagiaan itu mulai dapat di harapkan,akankah pupus dan runtuh di tengah jalan?
Aliya terduduk dalam diamnya di atas ranjang. Tubuhnya masih gemetar,keringat dingin tumbuh di antara dahi dan sebagian besar tubuhnya,membasahi seluruh baju yang di kenakan saat tidur malam itu. Pikiran wanita itu benar-benar tidak bisa untuk di tenangkan lagi. Segurat kekhawatiran tumbuh membuncah dalam seluruh jiwa. Tubuhnya semakin gemetar dan sulit untuk bangun dari tempat tidurnya. Aliya mencoba meraih gelas yang berada di atas meja,sisa minumnya yang kemarin. Sedekat apapun gelas itu,terasa sangat jauh untuk di jangkau tangannya yang mencoba menggapai.
Tangan itu bergetar begitu hebat,sulit untuk di kendalikan lagi. Begitu lemah dan tanpa daya. Aliya terus mencoba menggapai,tubuhnya tiba-tiba merasa limbung,matanya berkunang-kunang. Semakin lama semakin meredup.
Pyyaaarrr... gelas itu terjatuh dari sudut meja,pecah dan berserakan di lantai bersama tubuh Aliya yang berdebum. Pecahannya menggores beberapa bagian tubuh Aliya,menimbulkan goresan luka dan rasa perih yang tidak bisa dirasakan lagi. Mata wanita itu benar-benar gelap dan tertutup sama sekali.
Bu  Rahmi,ibu Aliya berlari dari arah dapur demi mendengar suara benda jatuh tersebut. Ia menjerit histeris mendapati tubuh Aliya telungkup di bawah ranjang dengan penuh luka. Beruntung wanita tersebut belum berangkat ke pasar,hari ini adalah hari ulang tahun Aliya yang ke tiga-puluh tiga. Mereka bersepakat sebelum tidur kemarin malam bahwa akan membuat syukuran kecil-kecilan dan berbagi kepada warga di sekitar rumah.
Beberapa tetangga yang mendengar teriakan tersebut berdatangan kerumah Aliya. Peristiwa tersebut telah membuat panik banyak orang. Terutama orang-orang yang tinggal di lingkungan tempat tinggal mereka. Mereka mengenal Aliya dan keluarga adalah orang yang baik kepada sesama,rukun dengan tetangga,ringan tangan dan senang membantu pada yang sedang kesusahan.
Aliya juga seorang guru mengaji di mushola kampung. Perangainya yang sopan,santun dan ramah kepada semua orang yang di temui membuatnya di kenal di seluruh penjuru kampung tersebut. Dari anak kecil hingga orang dewasa mengenalnya,menyapa setiap kali bertemu dan bertatap muka. Ibu- ibu pengajian juga sangat menyukai gadis itu. Tidak seperti janda pada umumnya yang selalu memegang stigma negatif,Aliya sangat berbeda dalam pandangan mereka.
Bila selama ini seorang janda sering diidentikkan dengan penggoda dan perebut suami orang,Aliya tidak demikian. Dia selalu dapat menempatkan diri di manapun berada,menjaga kehormatan dan kesucian jati diri keluarga dan seluruh warga kampung tempat tinggalnya.
Kepanikan melanda seluruh ujung lorong kampung yang memanjang dari timur ke barat tersebut. Ketua RT terlihat sibuk mencari bala bantuan. Beberapa kali handphone yang dipegangnya berdering. Ucapannya menunjukkan kekhawatiran yang amat sangat.
Bu Rahmi hanya bisa menangis tersedu-sedu sambil memeluk tubuh penuh luka  Aliya. Dari hidung gadis itu mengalir darah segar yang bukan berasal dari luka karena pecahan gelas kaca. Darah itu berasal dari luka di tubuh Aliya? Bu Rahmi bertanya-tanya. Inilah pertama kalinya Aliya mimisan. Sejak kecil,bahkan sejak wanita itu masih bayi,belum pernah sekalipun ia mimisan. Hal ini tentu saja semakin menambah kekhawatiran bu Rahmi.
Airmata ibu setengah baya itu terus mengalir meskipun sudah berusaha di tenangkan oleh para tetangga. Beruntung sekali,tiga putri Aliya tidak berada dirumah. Ketiganya telah berangkat sekolah sejak tadi pagi sehingga tidak mengetahui kejadian yng menimpa ibunya.
Semakin panik pak RT ketika orang-orang yang dihubungi untuk meminjam mobil agar dapat membawa Aliya kerumah sakit sedang tidak berada dirumah. Sebagian besar dari mereka telah berangkat bekerja. Yang lain berada diluar kota,yang tersisa pun tidak dapat diharapkan karena mobilnya rusak ataupun dipinjam orang lain. Dari sepuluh orang yang di hubungi,tidak seorangpun yang bisa mengantar Aliya.
Dengan sedikit rasa putus asa,pak RT menyewa tukang ojek yang berada di ujung kampung. Segera ia berangkat kerumah sakit untuk menjemput ambulance yang bisa membawa Aliya. Sebenarnya bisa saja menelepon ke Rumah Sakit. Akan tetapi,setelah bertanya kepada semua warganya,tidak satupun yang mengetahui nomor telepon dari Rumah Sakit terdekat.
            Aliya masih berada dalam pingsannya ketika sampai dirumah sakit. Dengan cekatan dokter membawa wanita itu ke Unit Gawat Darurat,melakukan tindakan penyelamatan awal atas nyawa Aliya. Sementara Bu Rahmi masih menangis di luar ruang UGD,menanti kesadaran dari putri semata wayangnya tersebut. Sulit sekali membayangkan gadis itu akan tiada untuk selama-lamanya.

* * *
            Begitu mendengar Aliya masuk Rumah Sakit,Minarni beserta suaminya segera bergegas menuju kesana. Menemani dan berusaha menenangkan bu Rahmi,ibunda Aliya. Bagaimanapun,kedatangan Minarni sangat dibutuhkan bu Rahmi. Dia telah di anggap sebagai anaknya sendiri seperti halnya Aliya. Dengan kedatangan Minarni,suasana hati wanita itu menjadi lebih tenang. Setidaknya ada teman berbagi kesedihan yang dirasakan.
            “ Sebenarnya apa yang telah terjadi bu?” Minarni bertanya kepada bu Rahmi setelah keadaan wanita tersebut mulai agak tenang. Lalu lalang orang di sekitar rumah sakit tidak mengganggu keakraban mereka.
            “ Ibu sendiri tidak tahu nak,tiba-tiba ada gelas jatuh di kamar Aliya,setelah saya lihat ternyata Aliya sudah berada di bawah ranjang dengan tubuh telungkup dan penuh luka,apalagi dari hidungnya mengalir darah segar.”
            “ Maaf bu,setahu saya Aliya tidak pernah mimisan sejak kecil? Benar demikian bu?”
Minarni terperanjat mendengar penuturan bu Rahmi. Baginya itu adalah pertanda yang kurang baik. Seseorang yang tiba-tiba mimisan tanpa sebab tentu saja menimbulkan rasa penasaran yang mendalam. Pasti ada sesuatu yang sedang di sembunyikan sahabatnya tersebut. Minarni merasa telah ditelikung dari belakang karena tidak pernah sekalipun diajak ngobrol tentang masalah ini.
Belum pernah sekalipun Aliya mengeluh tentang penyakit yang di derita. Selama ini ia terlihat begitu energik dan baik- baik saja.
“ Itulah yang sampai saat ini ibu tidak tahu penyebabnya. Selama ini Aliya tidak pernah mendapatkan perawatan dalam jangka waktu yang lama karena sakit. Baru kali ini Aliya harus masuk rumah sakit.
 Paling banter dia hanya terserang flu atau demam biasa saja. Memang,sudah dua minggu ini Aliya mendapatkan flu yang berat. Nafsu makannya berkurang drastis tidak seperti biasanya. Namun jika di tanya jawabannya selalu merasa baik-baik saja. Ibu sedikit khawatir karena tiba-tiba dia pingsan tadi pagi. Ibu merasa ada yang tidak beres dengan Aliya.”
“ Minarni juga merasa demikian bu,Aliya tidak pernah menceritakan apapun tentang kesehatannya. Minarni jadi khawatir...”
Mereka berdua tertunduk lesu,memandang ujung lantai yang memutih dan berkilat karena di pel setiap hari. Tercermin jelas bayangan mereka disana. Telah hampir dua belas jam Aliya dirawat di UGD,selama itu pula belum ada satupun kabar yang bisa menjelaskan keadaan Aliya. Dokter yang di temui hanya bisa memberikan harapan dan janji-janji kepada mereka. Sementara mendung diluar telah berganti rintik hujan. Hujan yang turun semakin keras disertai  gelegar petir. Sebentar-sebentar membelah angkasa yang mulai gelap.
Suara Adzan maghrib di kejauhan sayup-sayup terdengar,menyadarkan bu Rahmi dan Minarni untuk segera menunaikan kewajibannya,selain itu tentu untuk memohon ampun dan meminta kesembuhan bagi Aliya.
Rudi,suami Minarni dan beberapa tetangga yang turut mengantar Aliya kerumah sakit telah pulang sore tadi. Silih berganti beberapa tetangga yang tidak ikut mengantar datang menjenguk,membawakan sedikit makanan untuk bu Rahmi dan Minarni. Minarni sengaja tidak menghubungi Bayu,tidak ingin membuat pemuda itu khawatir akan keadaan Aliya.
Sementara itu,Rudi membawa ketiga putri Aliya kerumah ibu mertuanya yang juga merupakan ibu Minarni. Menitipkan mereka disana untuk jangka waktu yang belum bisa ditentukan. Kebetulan ibu Minarni kenal baik dengan bu Rahmi sehingga tidak mempermasalahkan hal tersebut. Justru mereka merasa senang karena mendapat teman untuk sekedar berbicara dan mengobrol,suasana rumah akan lebih terasa hidup jika ada anak kecil dirumah.
Sejak ditinggalkan oleh Minarni yang tinggal dirumah Rudi,Bu Parni dan pak Joko memang hanya tinggal berdua saja. Anak kedua mereka berada di Bandung untuk kuliah di ITB. Jadilah rumah tersebut terasa sepi dan sunyi. Sekarang dengan kehadiran ketiga anak Aliya,rumah itu kembali hidup. Bu Parni sangat menyukai anak kecil,apalagi mereka tidak rewel dan manis-manis seperti anak Aliya tersebut.

* * *
Bayu merasa sangat kehilangan Aliya hari ini,sejak pagi pikirannya tidak tenang sama sekali. Ia selalu teringat dengan Aliya,membuat hatinya gelisah tak tentu arah. Kekhawatirannya membuncah menjadi gelombang rindu yang teramat besar. Apalagi sejak pagi ia belum sekalipun berkomunikasi dengan wanita itu. Tadi di kampus juga tidak ada kabar berita yang menyebut keberadaan Aliya. Tidak ada seorangpun yang dapat di tanya.
Minarni dan suaminya yang menjadi sahabat dekat Aliya tidak masuk kuliah,tanpa keterangan yang jelas pula. Mereka bertiga absen tanpa alasan,tidak sakit ataupun ijin. Tidak seperti biasanya mereka berbuat seperti itu. Beberapa dosen juga sempat bertanya kepada Bayu beserta temannya yang lain. Namun hanya jawaban kosong yang mereka temui.
Bayu berusaha menghubungi handphone Aliya,hanya nada sambung yang terdengar. Tidak ada jawaban. Berkali-kali Bayu mencoba menghubungi hanya menemukan suara operator disana. Beberapa SMS yang di kirimkan pemuda itu juga tidak di balas. Baik itu ke handphone milik Aliya maupun milik Minarni.
Menjelang malam,perasaan Bayu semakin tidak menentu. Gelisah dan tidak dapat memejamkan mata sedikitpun juga. Pikirannya hanya tertuju kepada Aliya. Serasa belum puas pemuda itu jika belum mendengar kabar yang melegakan dari gadis itu. Semakin berusaha,semakin sulit matanya terpejam. Dadanya berdegup kencang sehingga membuat darahnya seperti mendidih karena emosi. Ia merasa tidak seharusnya di permainkan seperti ini.
Kekasih macam apa yang dengan tega membiarkan orang yang dicintainya khawatir seperti ini? Membuatnya menunggu kabar yang sejak pagi selalu dinanti. Sebenarnya Bayu bukanlah orang yang tidak sabaran,ia selalu dapat berpikir positif dan kepala dingin. Namun hari ini benar-benar hatinya serasa di aduk-aduk,membuatnya gelisah dan tak tentu arah.
Jam sepuluh malam,waktu yang di tunjukkan oleh jam dinding yang ada di dalam kamarnya. Bayu segera bangkit dari tempat tidur,mengambil jaket dan bertekad untuk pergi kerumah Aliya. Bu Karti sempat heran melihat anak semata wayangnya ingin pergi malam-malam. Tidak biasanya Bayu keluar rumah di atas jam sembilan. Pemuda itu selalu disiplin waktu dalam beristirahat.
“ Mau kemana kamu kak malam-malam begini? Bukankah tidak baik keluar malam,biasanya ananda selalu istirahat tepat waktu?”
“ Maafkan Bayu ibu,saya merasa khawatir dengan keadaan mbak Aliya. Sejak tadi pagi Bayu mencoba menghubunginya,tapi tidak ada balasan. Bahkan dia tidak masuk kuliah,tolong ibunda ijinkan Bayu pergi kerumahnya malam ini. Bayu hanya ingin memastikan mbak Aliya baik-baik saja.”
“ Memang kakak sudah bertanya kepada teman-temannya? Barangkali ada temannya yang tahu keberadaan Aliya?”
“ Itulah bu, Bayu sudah mencoba bertanya kepada teman-teman satu kampus,tetapi satu orangpun tidak ada yang tahu keberadaannya. Yang lebih mengherankan,mbak Minarni dan mas Rudi teman dekatnya juga tidak masuk kuliah di saat yang bersamaan.”
“ Kakak tidak mencoba kerumahnya tadi siang?”
“ Sudah bu,rumahnya kosong tidak ada seorangpun disana. Mau bertanya kepada tetangga juga tidak ketemu dengan satu orang pun. Jadi Bayu hanya sempat melihat rumahnya yang kosong tersebut.”
“ Baiklah kalau begitu,kakak hati-hati ya di jalan. Jangan ngebut,ingat segera kabari ibu jika ada sesuatu yang terjadi.”
Bayu segera memacu motornya menuju rumah Aliya. Hawa dingin yang menusuk tulang tidak lagi dirasakan. Dengan seluruh tekad yang tersisa pemuda itu berusaha mendapatkan kabar dari kekasihnya.
Hari telah benar-benar larut malam ketika Bayu tiba di rumah Aliya. Keadaan rumah itu sangat gelap tanpa penerangan seperti siang tadi. Tidak ada satupun tanda-tanda yang mengatakan bahwa ada orang dirumah tersebut. Bayu mengetuk pintu beberapa kali disertai dengan ucapan salam. Tidak ada jawaban.
Dengan rasa kecewa dan putus asa Bayu memutar haluan motornya. Baru beberapa meter motornya melaju,Bayu di hentikan seorang lelaki setengah baya. Dengan ramah lelaki itu bertanya kepada Bayu tentang keperluannya.
“ Maaf nak,ada perlu apa datang kerumah bu Rahmi?”
“ Kebetulan sekali pak,saya Bayu. Saya adalah teman mbak Aliya. Sejak tadi pagi saya tidak bertemu dengan mbak Aliya,telepon tidak di angkat,sms tidak dibalas dan tadi siang saat kesinipun saya tidak bertemu dengan mbak Aliya. Kalau boleh tahu,bapak tahu keberadaan mbak Aliya sekarang?”
“ Oh...ini toh nak Bayu yang sering diceritakan dik Minarni? Kebetulan dik Minarni itu sepupu saya. Berarti nak Bayu ini calon suaminya Aliya yah?”
“ Bapak bisa saja,insyallah demikian pak.”
“ Lho memangnya nak Bayu belum tahu peristiwa yang menimpa nak Aliya?”
“ Belum pak,memang ada kejadian apa?”
“ Berarti nak Bayu belum kerumah sakit?”
“ Ke rumah sakit ?”
“ Iya,ke rumah sakit. Tadi pagi nak Aliya mendapat musibah,dia terjatuh dari ranjang entah karena sebab apa. Nampaknya dia sedang sakit nak Bayu.”
“ Apa ??? mbak Aliya sakit pak ? Sakit apa pak ?”
“ Bapak sendiri juga belum jelas karena belum ada yang memberi kabar. Tadi sore kabarnya dia masih belum sadar dari pingsannya sejak tadi pagi. Kasihan sekali anak itu,semoga dia lekas sembuh. Kebaikannya sangat dibutuhkan di kampung ini.”
“ Amiien...baiklah kalau begitu,saya akan langsung menyusul kerumah sakit saja pak. Terima kasih atas bantuan bapak.”
“ Sama-sama nak Bayu,hati-hati di jalan.”
“  Sekali lagi saya mengucapkan terima kasih pak,saya mohon pamit.”
Bayu segera bergegas menuju rumah sakit yang di tunjukkan pak RT. Semakin gelisah hatinya karena rasa khawatir yang menjadi-jadi,apalagi setelah mendengar penuturan pak RT yang mengatakan Aliya belum sadar sampai sore tadi.
* * *
Keadaan dirumah sakit yang sempat tegang selama kurang lebih enam belas jam mendadak mencair. Penyebabnya adalah Aliya yang sejak pagi tidak sadarkan diri mulai menampakkan tanda-tanda akan pulih. Detak jantungnya kembali normal setelah perawatan yang dilakukan oleh dokter. Begitupun dengan kesadarannya,wanita itu mulai dapat membuka mata setelah sembuh dari pingsannya.
Dokter yang merawat Aliya hanya mempersilahkan ibu dan Minarni untuk menemaninya. Selain mereka,untuk sementara waktu tidak di perkenankan untuk berada di kamar ICU,tempat Aliya dirawat setelah di pindahkan dari ruang UGD. Dokter hanya mengatakan bahwa penyakit yang di derita Aliya akan dapat di ketahui setelah hasil uji Laboratorium keluar dua hari lagi.
Rasa cemas yang sejak pagi menggelayut di hati bu Rahmi dan Minarni mulai sedikit reda ketika melihat kondisi Aliya. Wanita itu tampak bingung dengan selang infus yang menempel di tangannya. Kondisinya yang masih lemah,juga ruang asing yang sama sekali belum sekalipun pernah dijumpainya. Aliya benar-benar merasa asing dengan tempatnya berbaring. Satu hal yang membuatnya senang hanyalah ketika terbangun dari pingsannya yang panjang,ada ibu dan sahabatnya di sana.
Yang diingat Aliya hanya mimpinya tentang bunga krisan kuning yang bertangkai kamboja. Bunga teraneh yang pernah di saksikan,meskipun hanya dalam mimpi sekalipun. Mata Aliya menerawang jauh melewati langit-langit rumah sakit. Menyentuh mega tertinggi tempatnya bermunajat selama ini. Ada kedamaian ketika mengingatNya. Melantun dzikir dan do’a kepada orang-orang tercinta yang ada di dekatnya.
Bibir Aliya masih kelu dan bisu,sulit sekali menggerakkan mulut mungilnya itu untuk bersuara. Yang keluar dari bibirnya hanya erangan,yang bersahut dengan kata lembut dari ibunya.
“ Istirahatlah dulu nak,jangan banyak bergerak dulu. Jangan bersuara,lebih baik simpan dulu tenaganya agar cepat pulih.”
Aliya memandang keteduhan wajah ibunya,lalu bergantian melihat sahabatnya Minarni yang menganggukkan kepala tanda setuju dengan perkataan bu Rahmi. Aliya kembali memejamkan mata,kali ini dia tidak sedang pingsan. Ia hanya mencoba untuk tidur dan beristirahat seperti saran dari ibunya.
Minarni dan bu Rahmi terlihat sangat lelah,wajah mereka tampak lesu dan kuyu karena kurang beristirahat. Bergantian mereka mencoba memejamkan mata,yang lain akan tetap terjaga untuk menjaga Aliya yang tertidur dengan pulasnya.
Bayu sampai di rumah sakit menjelang tengah malam. Ia hanya bisa mengintip Aliya dari jendela kaca tempatnya dirawat. Perawat jaga yang malam itu sedang piket tidak mengijinkan Bayu masuk ke ruang ICU. Sementara itu,mau membangunkan Minarni atau bu Rahmi yang tidur di luar kamar,Bayu merasa segan.
Bayu meninggalkan ruang ICU tempat Aliya di rawat dengan perasaan lega,perawat jaga telah memberitahukan kondisi terbaru Aliya kepadanya. Setidaknya hal tersebut membuat kekhawatirannya sedikit mereda walaupun tidak hilang sama sekali.

* * *
Sesuai dengan janji yang telah diucapkan,dokter memberitahukan hasil pengujian laboratorium dua hari kemudian. Beruntung waktu itu Aliya hanya di temani oleh minarni. Bayu dan bu Rahmi yang selama dua hari ini turut menjaga Aliya sedang punya kesibukan yang lain. Kalau tahu penyakit yang di derita Aliya,mungkin saja kedua orang tersebut akan shock dan terpukul sekali. Tentunya tidak satupun dari mereka menduga penyakit yang hinggap dan bersemayam di tubuh Aliya,bahkan Aliya sekalipun merasa tidak ada yang salah dengan pola hidupnya.
“ Sebaiknya bu Aliya sabar menghadapi penyakit yang ibu derita ini,karena hanya dengan kesabaranlah penyakit ini bisa di hadapi. Maafkan kami karena hingga saat ini penyakit ini belum dapat di temukan obatnya. Kami turut menyesal atas apa yang menimpa bu Aliya,sekali lagi maafkan kami bu.”
Perkataan dokter yang merawatnya itu membuat jantung Aliya berdegup lebih kencang. Sehalus apapun bahasa yang di pakai,seindah apapun kata yang dirangkai,tetap saja menyiratkan bahwa dirinya mengidap penyakit yang tidak bisa dianggap remeh. Bahkan bisa dibilang penyakit yang cukup berat karena dokter mengatakan belum ada obatnya.
Minarni sama terperanjatnya dengan Aliya demi mendengar penuturan sang dokter,pikirannya berputar cepat menduga-duga penyakit yang di derita sahabatnya. Dari penuturan tersebut,pastilah penyakit itu merupakan penyakit yang berbahaya. Bisa merenggut nyawa Aliya kapan saja.
Hanya tuhan yang tahu jalan hidup masing-masing dari umatNya. Ada rahasia yang tersimpan dalam setiap langkah yang harus di jalani,membiarkannya berjalan seperti air mengalir dan tetap tawwakal,bersyukur dan bersabar adalah satu-satunya jalan yang harus di tempuh. Manusia hanya bisa berusaha dan tuhan akan menentukan hasilnya.
“ Bagaimana ini Min,apa yang harus aku lakukan ? Bayu sangat berharap untuk menikah denganku,tapi dengan keadaanku yang seperti ini bukankah akan membuat hatinya lebih terluka? Apa tidak sebaiknya kami batalkan saja pernikahan itu?”
Aliya hanya bisa meratap dan bertangisan dengan Minarni setelah kepergian sang dokter. Bagaimanapun keadaan ini memberikan pilihan yang teramat sulit untuk diambil. Kesedihan tidak seharusnya tumbuh pada tempat yang tidak seharusnya. Kebahagiaan yang hampir di raih oleh Aliya setelah menjalani kehidupan penuh nestapa itu telah kembali terenggut dengan paksa.
“ Iya Al,sebaiknya kamu bicarakan ini dengan Bayu,agar tidak timbul kekecewaan di kemudian hari. Bagaimanapun Bayu berhak tahu penyakit yang hinggap di tubuh kamu.”
“ Iya Min,tapi aku tidak sanggup mengatakan semua ini,aku tidak mampu untuk memupus harapannya yang terlanjur melambung tinggi.”
“ Seberat apapun itu,kamu harus mencoba untuk mengatakannya. Karena dengan kejujuranlah setiap hubungan itu terbangun. Jangan mencoba membohongi siapapun Al,termasuk diri kamu sendiri.”
“ Benar sekali pendapatmu,tapi aku merasa hidupku tidak lama lagi. Jadi sebaiknya Bayu mengetahui hal ini setelah aku tiada nanti. Bagaimana menurut pendapat kamu?”
“ Janganlah kamu mendahului takdir yang maha kuasa Al,tidak baik berprasangka buruk kepada Allah SWT,kamu harus tegar. Kamu harus segera bangkit dari keterpurukan ini. Selama ini aku melihatmu sebagai wanita yang begitu tangguh Al,apakah kamu ingin menyerah begitu saja?”
“ Bukannya aku ingin menyerah Min,tapi inilah takdir yang harus aku jalani. Inilah waktu terbaik yang akan merenggut hari-hariku. Jadi biarkanlah semua berjalan seperti yang sudah digariskan. Aku ingin meminta bantuanmu Min,bersediakah kamu membantuku untuk yang terakhir kalinya?”
“ Apapun itu Al,sesulit apapun akan aku lakukan untukmu. Kamu adalah sahabat terbaik yang pernah aku miliki. Apa permintaanmu Al?”
“ Aku minta,setelah aku pergi nanti. Aku ingin kamu menjaga anak-anakku seperti anak kamu sendiri. Selain itu aku berharap,kamulah yang akan menyampaikan hasil test kesehatan ini kepada Bayu. Beserta surat yang akan aku buat untuknya. Bersediakah kamu melakukannya?”
Aliya mengangsurkan secarik kertas hasil test darah tentang penyakitnya kepada Minarni. Matanya benar-benar telah sembab oleh linangan airmata,begitupun dengan Minarni. Tangan keduanya terlihat bergetar,menahan perasaan yang tidak dapat dilukiskan lagi.
Minarni segera memeluk sahabatnya dengan erat pun demikian dengan Aliya. Mereka berangkulan dengan penuh kehangatan seperti orang yang akan berpisah dalam waktu yang lama sekali.
“ Bersediakah kamu menjaga rahasia ini Min?”
“ Iya Al, aku merasa sangat beruntung karena menjadi orang yang masih kamu percaya untuk memegang amanah ini. Aku harap kamu bisa segera sembuh Al. Aku ingin kamu pulih seperti sediakala sehingga aku tidak perlu menyampaikan kabar ini.”
“ Sudahlah Min,jangan mencoba menghiburku lagi. Tidak ada lagi yang bisa kita lakukan selain menunggu hari itu,datang cepat ataupun lambat.”
Minarni melepaskan pelukannya dari Aliya dan melangkah pergi. Batinnya merasa sangat teriris dengan perkataan Aliya. Dengan langkah gontai Minarni meninggalkan rumah sakit tempat Aliya dirawat. Menimbulkan rasa penasaran dari Bayu yang baru saja tiba dirumah sakit.

“ Kenapa kalian menangis ? Adakah yang menggangu pikiran kalian?” Bayu bertanya kepada Aliya setelah sampai dihadapan wanita itu. Matanya  memandang penuh selidik kepada Aliya yang sedang menyeka airmatanya.
“ Tidak ada Bayu,semua baik-baik saja.”
“ Tapi kenapa kalian menangis,tidak seperti biasanya kejadian ini terjadi. Ada sesuatu yang kalian sembunyikan?”
“ Sudahlah Bayu,lebih baik kita membicarakan hubungan kita selanjutnya.”
“ Maksud mbak Aliya ?”
“ Aku ingin mengakhiri semua ini. Sungguh aku merasa tidak pantas bersanding denganmu Bayu. Aku hanyalah wanita hina yang tidak mungkin untuk merusak masa mudamu.”
“ Tidak mbak,bukankah kita sudah mendiskusikan ini sebelumnya? Dan jawabanku tetap mbak. Aku akan menerima mbak Aliya apa adanya,jadi tidak ada lagi yang perlu mbak Aliya ragukan dari ketulusan cintaku. Apapun akan aku berikan untuk kebahagiaan mbak Aliya.”
“ Apapun itu?”
“ Iya,apapun yang mbak Aliya minta. Kecuali satu hal. Mbak Aliya ingin pergi dari aku. Aku tidak akan melakukan satu hal tersebut mbak. Tidak sekarang atau sampai kapanpun. Kita harus tetap bersama mbak.”
Aliya sudah menduga bahwa Bayu akan mengatakan hal tersebut,dan mungkin jika Aliya mengatakan yang sebenarnya sekalipun. Pendirian pemuda itu sangat kuat. Tidak akan mudah untuk menggoyahkan pikirannya. Hanya siasatlah yang bisa membuat Aliya dapat meninggalkan Bayu dengan tenang. Tanpa melihat ekspresi kesedihan yang akan ditunjukkannya.
“ Jadi apa yang mbak Aliya inginkan saat ini ? Aku akan berusaha mewujudkannya untukmu mbak.”
Aliya hanya terpaku melihat kesungguhan pemuda itu. Pikirannya melayang mencari apapun agar dapat mengalihkan Bayu dari dirinya untuk sementara waktu.
“ Baiklah Bayu,aku ingin meminta satu hal dari kamu. Aku ingin kamu mendapatkan sebuah bunga krisan kuning dari pegunungan Pacet. Dan ingat,hanya malam ini. Kalau sampai kamu datang pagi hari,maka kamu harus setuju dengan perpisahan kita.”
Sambil berkata demikian,Aliya menahan gigil dalam tubuhnya. Raganya telah benar-benar mati rasa. Namun,bagaimanapun Aliya tidak mungkin menunjukkannya di depan Bayu. Yang diingat hanyalah mimpinya tentang bunga itu sebelum Aliya pingsan dua hari yang lalu.
“ Baiklah jika itu yang mbak Aliya inginkan. Sore ini juga aku akan berangkat untuk memenuhinya. Aku berharap mbak Aliya akan memenuhi janji tersebut,dan kita langsung menikah esok pagi. Bagaimana menurut mbak Aliya?”
“ Baiklah Bayu,aku akan menepati janjiku kepadamu.”
* * *
Malam itu tubuh Aliya benar-benar menggigil kedinginan. Selimut tebal yang dibawa bu Rahmi tidak mampu lagi menahan hawa dingin yang menyerang. Kepala wanita itu seperti berputar,matanya hanya mengenali dua warna,yaitu gelap dan terang.
Semakin lama, Aliya merasa semakin dingin. Tubuh wanita itu mengalami kejang-kejang karena tidak mampu menahan suhu tubuhnya yang begitu panas. Dokter yang datang tidak lagi dapat membantu,seakan ruh Aliya sudah sangat siap meninggalkan raganya,hanya menunggu waktu yang tepat saja. Waktu yang diberikannya kepada Bayu untuk mendapatkan bunga krisan kuning yang diinginkannya.
Tepat ketika matahari terbit dari timur,Aliya menghembuskan nafasnya yang terakhir. Ternyata Bayu benar-benar gagal memenuhi janjinya kepada Aliya.
Semua orang diruangan tersebut menangis sejadi-jadinya. Bu Rahmi dan Minarni saling berpelukan menumpahkan kesedihan. Raut muka itu juga yang ditunjukkan orang-orang yang melayat pemakamannya. Semua merasa kehilangan seorang wanita terbaik yang sempat mengisi hari-hari mereka dengan semangat pengabdian. Ternyata takdir berkata lain,wanita itu meninggal dunia saat usianya masih sangat muda. Oleh sebuah penyakit yang merupakan sebuah hukuman bagi mantan suaminya.
* * *
Bayu membaca surat Aliya ketika berada dirumah sakit. Sebenarnya pemuda itu dapat menyelesaikan janjinya dengan tepat waktu. Hanya takdir mengatakan hal yang berbeda,Bayu di tabrak dari belakang ketika hendak berbelok menuju rumah sakit tempat Aliya dirawat. Lukanya yang sedikit parah memaksa pemuda itu menjalani perawatan dirumah sakit.
Bayu yang aku cintai,terkadang takdir yang di gariskan oleh tuhan tidak selalu indah,semua akan terjadi seperti yang telah dituliskan di atas sana. Kebahagiaan yang sempat akan kita rajut ternyata tidak bisa kita raih. Tuhan telah menggariskan bahwa semua itu telah direnggutnya dengan penyakit HIV Aids yang aku derita. Aku berharap kamu akan menemukaan kebahagiaan lain dari wanita yang kamu cintai nanti.
Maafkan aku tidak bisa meluluskan permintaanmu,karena bukan aku yang mengatur takdir kita.
Yang mencintaimu selalu,
Aliya

            Bayu merasa sangat sedih membaca setiap bait kata Aliya. Batinnya terasa teriris,kecewa karena keegoisannya tidak dapat menemani Aliya menjemput ajalnya. Penyesalan itu tumbuh karena ia tidak mau mendengar semua perkataan Aliya.

            Bayu hanya bisa meratap dan menangis didepan pusara Aliya. Bunga yang didapatkannya dari pegunungan Pacet itu telah layu dan diletakkannya di atas pusara Aliya. Hanya krisan kuning di hati Bayu yang tidak pernah layu,terus bersemi dan tumbuh menjadi pengingat hatinya yang rapuh...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar