Minggu, 05 Oktober 2014

melihat bunga - puisi

MELIHAT BUNGA

Bunga Padi

Dari bunga padi ini aku ingin belajar mengenal hidup
yang mulai membelah diri menjadi amalan baik dan buruk
Dan semakin dalam ilmu akan semakin menunduk
bukan menunjukkan kepongahan
Pada wereng-wereng yang serupa preman di pasar-pasar
dan keramaian,
Atau melupakan sejenak budi baik sang Tomcat yang sekedar mampir
untuk melepas hajat menyenggamai kupu-kupu
Hujan-hujan akan mulai menghapus jejak-jejak hantu
yang bernama panen,
Bukan pesta rakyat yang didanai dari APBD yang nilainya milyaran
yang dengan mudah menguap pada aspal jalanan
Mampir kekantong-kantong dengan senyum dibuat semanis mungkin untuk ongkang-ongkang kaki
Cipika-cipiki,
Lalu dari satu dua kali salaman akan mengalir dolar-dinar pada tambang kesunyian
Batu-batu terbelah,bunga padi mulai meleleh menjadi pasir-pasir
makin lapar dan terusir
Mungkin aku akan sempat berpikir sejenak untuk singgah
Sebelum tersemai musim study banding yang menggantikan hujan bulan desember
Dan mulailah kita harus melupakan rasa beras yang ditanak menjadi nasi

Bunga ilalang

Siapa yang berpikir bunga ilalang akan memberikanmu hidup?
Jika pada batu-batu telah tertanam namamu
yang mulai memudar seperti peluru
Tangkai-tangkai sepi memangkas jiwamu
 menjadi goresan-goresan perih
Yang tajamnya pedang sekalipun belum mampu
 memutus tangkainya yang berantai

Dari akar hujan akan tersemai bibit kemarau
 yang tetap menjadikannya hidup
 karena ia tidak hidup dari mengalirnya air atau
 panasnya matahari yang memanggang lagu-lagu
 tapi ia akan tumbuh selama proyek-proyek tetap tumbuh
 juga dari terselipnya merah cupang dileher isteri kedua dan ketiga
 Menjadi umpan pada ikan yang berteman kucing-kucing belang
 yang sering kencing sembarangan

 Mulailah melupakan bunga ilalang
 yang menjadikanmu terbang
 Menebar semua benih pada angin
 sebelum membisikkannya padamu kata-kata mesra
 dan kepompong akan enggan menjadi kupu-kupu malam
 bila metamorfosa tidak akan pernah mewarnai harimu
 dengan gincu-gincu

 Bunga kamboja

 Orang akan mengingatnya menjadi bunga orang mati
 yang mulai ditanam pada halaman
 rumah kita yang mulai kering dari hujan
 Harganya telah serupa dolar yang terus melampung tinggi
 setinggi kota-kota yang berakar halusinasi
 berselimut tebal kabut korupsi
 dengan aliran cahaya doa-doa orang tak perduli

 Yang tak saling kenal akan berjabat tangan
 bertutur sapa sebentar sebelum amplop-amplop tebal berpindah tangan
 mobil dan rumah mewah menjadi jajahan
 mengantar dan mengawal hingga ke balik jeruji
 yang katanya manis setelah dijalani
 satu dua tahun,
 sepuluh dua puluh tahun,
 lalu siapa yang akan mengusik mahalnya harga bunga kamboja ?
 karena kematian orang lain bisa dibeli,
 hukum mudah dikencingi,

Atau aku ingin menjadi laron-laron saja
 hidup merayap di dalam tanah,
 keluar  sehari selepas hujan,
 lalu mati
Tanpa berpikir dimana surga dan neraka
akan mencatatkan nama kita disana



Tidak ada komentar:

Posting Komentar