Matahari di Atas Negeri
Tanpa Budi
Engkau
harus mendengarku,
sekali
ini saja...
Atau
hanya sebilah ilalang menggores hatimu yang penuh luka
Perih,seperti
sayatan belati menusuk jantung ini,
Ha...ha...ha...
Bagaimana mereka harus
berebut belulang dari teman mereka,
yang kelaparan,haus
kekuasaan dan kekayaan
Sedang kami disini
terinjak,nafas sesak...
Atau mereka benar-benar
lupa pada rakyat,
yang setengah sekarat...
Pada
gelas ini aku bersulang,
agar
mereka segera pulang
Menengok
kami yang lusuh di bawah jembatan
Tanpa
penerangan dan sulit makan
Jangan hanya menghitung
lidi di gedung dewan
Menunjuk sekepal jari
mengangkat tangan
Dari sisa amploplah
semua terhibah
Muncul banyak kurcaci
bila cukup uang
Atau melompong di kursi
kosong terhidang
Sidang kami tetap miskin
dan tetap kelaparan
Tanpa
guna melukis kertas di sepanjang jalan
Mengiba
dalam teriak hingga serak terserak
Karena
tak satupun mereka mendengar,
tanpa
tuli...
Mata
yang berbinar tertutup materi
Jangan bertanya kemana
mereka akan terbang
Bila lapar bisa membuat
nyawa mudah melayang,
yang sakit di tahan
jangan pulang,
yang belum sakitberpikir cara membayar
hutang...
Dan
matahari tetap bersinar pada negeri tanpa budi,
Dimana
yang korupsi ongkang-ongkang kaki
Yang
lapar berbagi bui demi sesuap nasi.
Mojokerto,14-10-12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar